Laporan KP Lemari Gantung

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sebagai mahasiswa Teknik Mesin FT USU, ide kreatif dan inovatif perlu selalu dikembangkan agar setiap ilmu yang didapat berupa teori dapat dituangkan dalam sebuah wujud nyata hasil kreativitas yang inovatif. Oleh karena itu dalam Kerja Praktek Teknologi Mekanik ini kami membuat Lemari Gantung yang nantinya dapat digunakan untuk tempat pemjangan contoh model di Departemen Teknik Mesin FT USU Dengan adanya Lemari Gantung ini dapat memudahkan mahasiswa untuk melihat hasil contoh model yang sudah jadi.

1.2. Tujuan Kerja Praktek Adapun tujuan pelaksanaan Kerja Praktek Teknologi Mekanik ini adalah: 1. Untuk menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan kedalam nyata dalam bentuk alat atau mesin. 2. Dengan adanya kerja praktek diharapkan mahasiswa dapat merencanakan atau membuat suatu peralatan yang berguna bagi Departemen Teknik Mesin, Masyarakat ataupun bagi Mahasiswa itu sendiri 3. Untuk mengembangkan ide inovativ dan kreatif mahasiswa

1.3 Manfaat Kerja Praktek Adapun manfaat pelaksanaan Kerja Praktek Teknologi Mekanik ini adalah: 1. Agar ilmu yang diterapkan dalam bentuk nyata dapat digunakan oleh mahasiswa, perguruan tinggi juga masyarakat 2.Agar ide inovatif mahasiswa dapat membawa nama perguruan tinggi dan juga mengharumkan nama bangsa

1.4. Keperluan Kerja Praktek Adapun hasil kerja praktek ini akan sangat diperlukan oleh setiap elemen masyarakat, diantaranya yaitu : A. Kepentingan Mahasiswa

1. Hasil Kerja Praktek ini yaitu Lemari Gantung dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam menerapkan mata kuliah Proses Produksi 2. Mahasiswa dapat merancang dan menyelesaikan Kerja pratek ini sehingga menembah kreativitas dan cara berpikir mahasiswa. 3. Menumbuhkan kesadaran mahasiswa agar terus menuangkan kreativitasnya dalam bentuk nyata. 4. Menumbuhkan keinginan belajar dan memanfaatkan waktu luang dengan sebaiknya.

B. Kepentingan Perguruan Tinggi 1. Menciptakan kepedulian mahasiswa untuk mengambil bagian dalam memperhatikan hal hal yang kurang dan dapat diadakan oleh mahasiswa. 2. 3. 4. Menciptakan citra yang bagus terhadap perguruan tinggi Sebagai salah satu pelaksanaan Tridarma perguruan tinggi Memperlengkap kebutuhan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU dengan hasil Kerja Praktek 5. Ikut menyukseskan Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara agar para lulusannya yang berkualitas baik keunggulan kompetitif yang tinggi.

C. Kepentingan Masyarakat 1. Menjadikan sebuah sumbangan kepada masyarakat terhadap pengembangan teknologi tepat guna. 2. Terbinanya hubungan dan kerja sama yang baik antara mahasiswa dan masyarakat.

1.5. Ruang Lingkup Masalah Pada Tugas Kerja Praktek Teknologi Mekanik ini yang direncanakan dan dibuat adalah Lemari Gantung dengan konstruksi sederhana. Lemari Gantung ini dirancang sesuai dengan bentuk bangun ruang balok. Pada bagian permukaan luar dibuat dari kayu sebarang kasar dan permukaan dalam dinding dilapisi dengan triplay (megatic) agar bagian dalamnya tampak rapi dan bersih. Permukaan luar dicat agar tampak bagus dan lebih awet. Puncak lemari dipasangi profil K dan profil setengah bulat serta dibuat landasan M dan landasan U untuk tempat peletakan dan bergesernya kaca. Selain itu bagian dalam lemari dipasangi lampu neon agar objek dapat terlihat walaupun dalam keadaan yang gelap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Teknologi Mekanik Teknologi Mekanik adalah penerapan prinsip-prinsip fisik dan perkembangan teknologi saat ini untuk penciptaan suatu alat yang berguna dengan menggunakan system desain operasi. Dalam Teknologi Mekanik suatu tugas praktis yang bersifat investigasi dapat melibatkan pengujian praktis intens dan pengamatan bahan yang dapat digunakan dalam industri atau workshop teknologi dan pada saat simulasi dapat meminta peneliti untuk meniru kegiatan aktual dari proses teknologi tersebut.

2.2 Jenis Pengerjaan Teknologi Mekanik Adapun jenis-jenis pengerjaan yang dilakukan pada pengerjaan Teknologi Mekanik adalah : 1. Pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler material). Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia. Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat

dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern. Posisi - Posisi Pengelasan

Gambar 2.1. Posisi Pengelasan Sumber: las-listrik.blogspot.com Posisi pengelasan ada empat macam: 1. posisi dibawah tangan 2. posisi mendatar / horizontal 3. posisi vertical 4. posisi diatas kepala

Dibawah ini akan diuraikan cara pengelasan bagi masing-masing posisi 1. Posisi Dibawah Tangan Dari keempat posisi pengelasan tersebut, posisi bawah tanganlah yang paling mudah melakukannya. Oleh sebab itu untuk menyelasaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan pada posis dibawah tangan.

2. Posisi Mendatar / Horizontal Pada posisi horizontal kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan mengikuti garis horizontal. Posisi elektroda dimiringkan kira-kira lelehan logam cair, dan kebawah, untuk menahan ).

kearah lintasan las (sudut jalan elektroda

Panjang busur nyala dibuat lebih pendek kalau dibandingkan dengan panjang busur nyala pada posisi pengelasan dibawah tangan. Pengerukan benda kerja sering terjadi karena: - busur nyala terlalu panjang - ampere pengelasan terlalu tinggi - kecepatan jalan elektroda terlalu lambat

3. Posisi Vertical Pada pengelasan vertical, benda kerja dalam posisi tegak dan arah pengelasan dapat dilakukan keatas/ naik atau kebawah/ turun. Arah pengelasan yang dilakukan tergantung kepada jenis elektroda yang dipakai. Elektroda yang berbusur lemah dilakukan pengelasan keatas, elektroda yang berbusur keras dilakukan pengelasan kebawah. Dalam mengelas vertical, cairan logam cenderung mengalir kebawah. Kecenderungan penetesan dapat diperkecil dengan memiringkan elektroda kebawah.

Untuk pengelasan keatas diperlukan pengayunan elektroda yang teliti dan tepat sehingga dapat diperoleh hasil rigi-rigi yang baik. Arus pengelasan keatas, lebih kecil dari pada pengelasan kebawah. Disini diperlihatkan beberapa macam ayunan elektroda mengelas posisi vertical. 4. Posisi Diatas Kepala Posisi pengelasan diatas kepala, bila benda kerja berada pada daerah sudut 45o terhadap garis vertical, dan juru las berada dibawahnya. Pengelasan posisi diatas kepala, sudut jalan elektroda berkisar antara tegak lurus terhadap kedua benda kerja.

Busur nyala dibuat sependek mungkin agar pengaliran cairan logam dapat ditahan. Ada dua jenis ayunan elektroda pada pengelasan diatas kepala. Pada umumnya ayunan elektroda hamper sama dengan ayunan elektroda pada posisi vertical. Disini diperlihatkan kedudukan elektroda pada pengelasan kampuh T, kampuh berimpit, dengan pengisian rigi yang berlapis. Pengisian lapis pertama, elektroda tidak perlu diayun. Lapis kedua, elektroda dapat diayun atau tanpa diayun. Urutan pengisian dan sudut elektroda pada kampuh berimpit

t j t i l ti l l

l

i t

l i i

t

i

l

i W l i li t il t j i j. l t i tB 88 l t i a Karbon i i j i: i t iti t t i iti i i

j

j

t

t

l li t i

i t

i i i

l

l

t

l t / t j i l t t

i l t t l t t i

l l i i t

j i l t M l By y y y y y y

t j i i i i t

t

l

l

iti Las El t

Las El troda Terbungkus Las Busur Rendam Las Busur C Las TIG Las MIG Las Busur dengan elektroda berisi fluks

2. Penekukan Dasar Perhitungan Penekukan Plat Perhitungan penekukan plat diperlukan untuk menentukan luas bentangan plat yang diperlukan untuk membentuk suatu benda kerja.

Gambar 2.2 Simbol simbol penekukan Sumber: dewey.petra.ac.id

Keterangan: E = Sudut penekukan T = Tebal plat A = Luas penekukan x = posisi ekstrim y = Garis penekukan s = Sumbu penekukan

Penjelasan: Penekukan yang diijinkan adalah bagian busur lengkung netral dari luas penekukan Sudut penekukan adalah sudut yang terbentuk antara dua posisi ekstrim dari radius penekukan Luas penekukan adalah luas yang tercakup oleh su penekukan dut Radius penekukan; radius yang terbentuk dari busur penekukan Garis penekukan adalah garis imajiner yang dibentuk oleh tangent radius penekukan dengan permukaan plat bagian dalam. Sumbu penekukan adalah sumbu garis lurus dimana terjadi pembent kan tekukan sesuai u dengan radius yang diinginkan (pusat dari radius penekukan netral Panjang dari sumbu adalah sama dengan leber dari benda kerja pada luas penekukan Perhitungan Penekukan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Perhitungan penekukan Sumber: dewey.petra.ac.id

S = Panjang benda kerja jadi E = Sudut penekukan T = Tebal plat

Alat alat Penekukan a. Landasan Pelat dan pembentuk Selembar plat logam dapat dibentuk dengan bengkokan pada berbagai landasan cetak. Bentuk landasan cetak bermacam macam sesuai dengan bentuk benda kerja yang diinginkan. Bentuk persegi bulat sudut sambungan dan lain lain dapat dikerjakan pada landasan cetakan. Alat ini terutama digunakan bila mesin yang cocok untuk bentuk yang dikehendaki tidak tersedia.

b. Meja Pelat

at Gambar 2.4 Meja Plat Sumber: mak-tekno.com

Pelat meja atau pemegang landasan cetak digunakan untuk menahan landasan cetak ketika digunakan. Pada meja tersebut terdapat lubang terus dari berbagai ukuran. Lubang terkecil digunakan untuk gunting bangku. Pelat meja putar dapat dipasang dalam berbagai posisi dengan bantuan penjepit. Lemari logam kecil juga bisa berfungsi sebagai alat pelat meja dan digunakan untuk landasan cetak tunggal.

c. Landasan Keras dan Lunak Landasan cetak mempunyai kaki miring yang dimasukkan pada lubang pelat meja. Pekerjaan dilakukan pada kepala atau tanduk landasan cetak yang permukannya halus dan ada yang dikeraskan. Pada gambar berikut ini diberikan berbagai maca m landasan cetak.

Gambar 2.5 Berbagai macam landasan Sumber: Teknologi Mekanik, Jilid2, Erlangga Landasan cetak persegi mempunyai kepala persegi dan digunakan untuk mengerjakan bentuk yang umum. Terdiri dari tiga macam yaitu pembentuk tembaga yang mempunyai satu ujung bulat, persegi bersudut yang menjarak jauh dan bentuk persegi biasa. Beberapa diantaranya dibuat tirus agar dapat digunakan untuk berbagai jenis dan ukuran pekerjaan. Landasan cetak kapak mempunyai kepala yang berbentuk tanduktajam, lurus dan dikeraskan, digunakan untuk membuat bentuk yang tajam, bengkokan lancip dan untuk

lipatan. Bisa juga sebagai landasan dalam membuat flens atau bentuk ekor burung. Landasan cetak pengerut mempunyai satu tanduk kronis untuk membentuk benda kronis. Tanduk lain dibuat beralur pekerjaan pekerjaan berputar, kawat bulat dan pekerjaan melengkung lainnya. Landasan cetak dasar mempunyai kepala berbentuk baling baling berguna untuk melipat atau membengkokkan bagian dasar benda kerja bulat. Land san pengantar a mempunyai dua tanduk berbentuk silinder dengan diameter yang berbeda. Digunakan dalam melipat, membentuk dan mengliling benda kerja berbentuk pipa. Landasan cetak jarum mempunyai dua kepala kecil ramping bulat berguna untuk pipa kecil dan ka at sedangkan w satu lagi berbentuk segi empat untuk kerja persegi. Landasan cetak trompet mempunyai dua tanduk dengan tirus berbeda. Tanduk meja yang satu mempunyai tirus yang tajam sedangkan yang satu lagi lebih ramping. Landasan cetak bentuk lilin mempunyai tanduk besar serba guna sedangkan tanduk kecil digunakan untuk tabung pipa dan lain lain. Landasan cetak paruh mempunyai satu tanduk persegi tirus dan lain

bentuk bulat tirus, alat ini dapat digunakan untuk hampir semua jenis pekerjaan yaitu membentuk bulat persegi kelingan dan lain lain. Landasan cetakan lipat ganda terdiri dari 2 macam yang pertama lebih kecil yang digunakan untuk pekerjaan lipatan ganda bulat. Jenis kedua alat adalah untuk pekerjaan lipatan ganda besar dan kelingan. Terdiri dari 4 kepala dan 2 tanduk yang dapat diganti ganti dan dipasang pada pelat meja vertikal atau hori ontal untuk pengelingan atau pekerjaan lainnya. Landasan cetak mandrel berlubang rata mempunyai baut pada alur sehingga memungkinkan diikat dengan kuat pada meja. Dengan bentuk bulat atau persegi berguna untuk lipatan, kelingan atau pembentukan lain. Ukurannya dari 1 meter sampai 1,5 meter. Landasan cetak mandrel pejal mempunyai dua tanduk bulat dan persegi, bisa untuk pekerjaan bulat dan persegi. Ukurannya 1 m, 0,75 m, 0,875 m. Landasan cetak kepala bulat biasanya digunakan untuk pekerjaan khusus pelat yang akan dibentuk radius. Kebanyakan landasan cetak yang telah dijelaskan diatas dapat dipasang pada pemegang universal. Untuk keperluan tertentu seperti tutu dibuat landasan khusus. p, Potongan baja biasa kadang kadang digunakan juga sebagai landasan cetak.

Gambar 2. 6 landasan dari potongan baja Sumber: duniatekniksipil.web.id d. Landasan Tangan

Gambar 2.7 Landasan tangan Sumber: Teknologi Mekanik, Jilid2, Erlangga

Landasan yang dipegang untuk menahan pelat, kelingan, lipatan dan lain lain ketika pada bagian lain dipukul. Setiap pekerjaan pelat biasanya mempunyai landasan tangan dari baja berukuran 5 x 5 cm dengan panjang 15 cm, pada satu ujung dipotong 45o sekitar 1 mm sisi bawah

3. Penyambungan Pengelingan Pada pekerjaan pengelingan biasa digunakan alat alat kelingan khusus seperti batang perapat, batang penahan kepala, batang pembentuk kepala, palu dan sebagainya. Batang perapat digunakan untuk merapatkan dua potong pelat yang akan disambungkan dengan jalan dikeling. Setiap batang perapat pada bagian alasnya mempunyai lubang yang ukurannya sesuai dengan ukuran paku keling yang dipergunakan.

Gambar 2.10 Batang penahan kepala.

Gambar 2.11 Batang Pembentuk kepala Alat pengeling yang disebut batang penahan kepala digunakan untuk menahan kepala paku keling pada waktu pada waktu mengeling.

Alat pengeling batang pembentuk kepaladigunakan untuk membentuk atau menghaluskan kepala pengikat dan sedikit dibulatkan oleh kepala palu. Dibagian alasnya dibuat cekungan, ukurannya sesuai dengan ukuran kepala paku keling yang dipergunakan.

Gambar 2.12 Kombinasi batang dan pembentuk kepala Sumber: Teknologi Mekanik, Jilid2, Erlangga Alat pengeling yang disebut kombinasi batang dan pembentuk kepala.Pada bagian alas dari batang dan pembentuk kepala ini dibuat lubang pembentuk kepala paku dan lubang perapat, yang ukurannya dibuat sesuai dengan ukuran paku keling yang dipakai. 4. Mengebor Mata bor (Twist drill) Mata bor adalah suatu alat pembuat lubang atau alur. Mata bor diklasifikasikan menurut ukuran, satuan ukuran, simbol-simbol ukuran, bahan dan penggunaannya. Menurut satuan ukuran, bor dinyatakan dalam mm dan inchi dengan kenaikan bertambah 0,5 mm, misalnya 5; 1/8; 5,5; 5/32; 6; 6,5; 7 atau dalam inchi dengan pecahan, misalnya 1/16; 3/32;

3/16 dan seterusnya, atau bertanda dengan huruf A Z.

a. Bagian-bagian mata bor. Nama-nama bagian dari mata bor dapat dilihat pada gambar dibawah. Sedangkan gambar 68 adalah mata bor pilin dengan sudut puncak dan kisar sedang digunakan

untuk mengebor logam fero, besi tuang, baja tuang dan besi tempa.

Gambar 2.13. Bagian-bagian mata bor Sumber: indonetwork.co.id Keterangan: 1. tepi/mata potong 2. kepala 3. bibir pengait 4. titik mati 5. tepi/kelonggaran 6. garis tengah 7. bagian sudut potong . sudut potong 9. saluran tatal 10. badan 11. mata/puncak 12. sudut bibir ruang antara b. Bentuk kepala mata bor Bentuk kepala mata bor ada beberapa macam tetapi jenis yang banyak digunakan adalah bentuk lurus dan bentuk tirus.

Gambar 2.14. Bentuk kepala mata bor Sumber: mesin-4ic01.blogspot.com

Keterangan :a. kepala segi empat pipih tirus (bit- hank) b. kepala lurus ( t aight hank) c. kepala tirus (tape e

hank)

d. kepala segi empat tirus ( atchet- hank)

5. Pemotongan (Sectioning) Proses Pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang besar menjadi spesimen dengan ukuran yang kecil. Pemotongan yang salah akan mengakibatkan struktur mikro yang tidak sebenarnya karena telah mengalami perubahan. Kerusakan pada material pada saat proses pemotongan tergantung pada material yang dipotong, alat yang digunakan untuk memotong, kecepatan potong dan kecepatan makan. Pada beberapa spesimen, kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu banyak dan dapat dibuang pada saat pengamplasan dan pemolesan.

BAB III ALAT DAN BAHAN3.1. Alat Yang Digunakan Berikut alat yang digunakan dalam pembuatan lemari gantung ini yaitu: 1. Palu Digunakan untuk memukul paku guna menyambungkan antara satu bagian dengan bagian yang lain.

Gambar 3.1 Palu

2. Gergaji Digunakan untuk memotong kayu dan juga triplay sesudah diukur ukurannya

Gambar 3.2 Gergaji

3. Penggaris Siku Digunakan untuk mengukur panjang dan juga besarnya sudut kemiringan yang diinginkan

Gambar 3.3 Penggaris Siku 4. Pensil Digunakan untuk membuat tanda potong pada kayu dan triplay yang akan dipotong dengan gergaji

Gambar 3.4 Pensil 5. Meteran Digunakan untuk mengukur dimensi yang akan dibuat pada kayu dan triplay

Gambar 3.5 Meteran 6. Mesin Ketam Digunakan untuk meratakan permukaan daripada kayu sebelum dipasang

Gambar 3.6 Mesin Ketam 7. Pisau Digunakan untuk memotong bagian kayu dan juga triplay yang tidak diinginkan setelah diberi tanda dengan menggunakan pensil

Gambar 3.7 Pisau . Kuas Digunakan untuk mengecat lemari yang telah jadi sehingga tampak lebih indah dan juga lebih tahan lama

Gambar 3. Kuas

3.2. Bahan Yang Digunakan Berikut bahan yang digunakan dalam pembuatan lemari gantung ini yaitu: 1. Kayu Sebarang Keras Kayu sebarang keras atau yang dikenal juga dengan kayu sembarang kasar merupakan kayu yang pada umumnya ditemukan ditempat penjualan kayu di Indonesia. Kayu jenis ini selain lebih murah dibandingkan jenis kayu yang lain juga lebih mudah didapatkan karena kayu jenis ini lebih mudah dalam penanamannya. alaupun kayu sebarang keras ini murah bukan berarti jenis kayu ini murahan karena kayu ini juga dapat diandalkan dalam pembuatan benda seperti benda yang kami buat yaitu lemari gantung. Kayu sebarang keras ini juga terbagi lagi yaitu: - kayu sebarang keras durian (Durio zibethinus) - kayu sebarang keras nangka (Artocarpus integra) - kayu sebarang keras rengas (Gluta renga L) - kayu sebarang keras surian (Toona sureni Merr) - kayu sebarang keras merbau (Intsia spp) - kayu sebarang keras meranti (shorea spp) - kayu sebarang keras damar laut (shorea macroptera)

Gambar 3.9 Kayu Sebarang Kasar 2. Triplay (Megatic) Triplay (megatic) yaitu triplek yang memiliki lapisan dari kayu jati. Dasar pemilihan triplay ini karena jenis ini tahan terhadap cuaca dan juga rayap sehingga triplay tidak dimakani rayap. Permukaan kulitnya juga memiliki urat yang jauh lebih halus dibandingkan triplek biasanya dan triplay juga tanpa banyak mata serta dempul.

Selain itu teknik finishing kayu juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasilnya nanti. Berikut campuran yang digunakan untuk finishing yaitu: - melamik Bila digunakan maka akan keliatan mengkilap, pori-pori kayu tertutup, tahan terhadap goresan tapi tidak tahan terhadap benturan -polyurethane (Pu) Bila digunakan maka akan keliatan mengkilap, pori-pori kayu tertutup, tahan terhadap goresan dan benturan - nitrocelulose (NC) Bila digunakan maka tidak akan mengkilap (warna kegelapan), pori-pori kayu jelas terlihat, tahan terhadap benturan dan goresan

Gambar 3.10 Triplay (Megatic) 3. Kaca Digunakan sebagai penutup depan daripada lemari. Tebal kaca ini ialah 5mm dan kaca ini tak bermotif atau polos

Gambar 3.11 Kaca

4. Lampu Neon Digunakan sebagai penerang pada lemari. Agar objek yang ditaruh pada lemari dapat terlihat walaupun dalam keadaan sekitar gelap

Gambar 3.12 Lampu Neon 5. Paku Digunakan sebagai penyambung antara bagian yang satu dengan bagian yang lain setelah dipukul dengan palu. Paku yang digunakan bervariasi ukurannya, ada yang 2 inci dan ada juga yang inci tergantung kebutuhan.

Gambar 3.13 Paku 6. Landasan aluminium Digunakan sebagai landasan/rel untuk kaca. Landasan inilah tempat kaca dimasukkan dan digeser-geser baik untuk membuka ataupun menutup. Landasan yang digunakan dalam pembuatan lemari ini juga beragam. Ada jenis landasan M yang terdapat pada bagian atas lemari dan juga landasan U yang terdapat pada bagian bawah lemari.

Gambar 3.14 Landasan Aluminium 7. Profil Terdapat pada bagian atas lemari dan profil ini juga sebagai salah satu seni dan juga dapat mempengaruhi kekuatan daripada lemari tersebut. Profil yang digunakan pada lemari ini ialah profil K pada bagian puncak lemari dan profil setengah bulat pada bagian atas dari landasan M

Gambar 3. 15 Profil . Cat Digunakan untuk memberikan warna pada lemari, selain memberi warna juga menjaga lemari agar lebih awat dan tahan lama.

Gambar 3.16 Cat

9. Kabel Digunakan untuk menyambungkan sumber listrik kepada lampu neon sehingga lampu neon dapat menyala

Gambar 3.17 Kabel

BAB IVPROSEDUR PENGERJAAN

4.1. Prosedur Pengerjaan Dalam pembuatan lemari gantung ini dilakukan urutan pengerjaan sebagai berikut : 1. Pembuatan Sket Desain daripada lemari gantung ini sesuai dengan apa yang diinginkan oleh dosen pembimbing dan juga objek apa yang akan dipajang juga sesuai dengan apa yang diinginkan oleh dosen pembimbing.

2. Pengukuran bahan Setelah dibuat sketsanya maka disiapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang telah disiapkan diukur sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan oleh sket gambar. Dan bagian yang diukur seperti dimensi daripada bahan, sudut kemiringan,dll.

Gambar 4.1 Pengukuran Bahan

3. Pemotongan Setelah diukur dan diperoleh semua yang diinginkan maka bahan tersebut diberikan tanda potong dengan menggunakan pensil. Setelah tanda potong selesai dibuat maka langkah selanjutnya yang dikerjakan ialah pemotongan bahan sesuai dengan tanda pemotongan tersebut

Gambar 4.2 Pemotongan Bahan

4. Pemasangan Setelah smuanya telah tersedia sesuai dengan yang diinginkan maka bahan tersebut disusun sedemikian rupa menjadi suatu lemari. Dan proses yang dilakukan seperti pemakuan, pengetaman, pemasangan kaca, pemasangan profil dan landasan, pemasangan kabel dan juga lampu neon. Dan tahap ini juga sebagai tahap penyiapan rangka lemari.

Gambar 4.3 Pemasangan

5. Pengecatan Setelah semuanya terpasang maka tahap terakhir ialah pengecatan. Selain untuk tampak rapi, pengecatan juga berfungsi untuk mengawetkan lemari sehingga lemari dapat bertahan lebih lama

Gambar 4.4 Pengecatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan 1. Dalam pembuatan lemari ini,ilmu yang diperoleh pada praktikum Proses Produksi amatlah membantu. 2. Perencanaan pemakaian lemari ini ialah sebagai tempat pemajangan alat peraga dan hal ini dapat berguna bagi Mahasiswa, Departemen Teknik Mesin USU dan juga masyarakat yang berkunjung. 3. Ide dari pemakaian lemari ini juga dapat diganti untuk pemajangan objek lainnya tergantung kebutuhan pemajangan 4. Lemari terbuat dari kayu sebarang kasar dan didalamnya dilapisi triplay guna memperindah bagian daripada lemari 5. Landasan pada lemari selain sebagai tempat kaca juga dapat lebih kurang menahan beban yang diberikan objek terhadap lemari 6. Lemari dipasangi dengan lampu agar objek yang dipajang dapat dilihat dengan jelas dan juga dikunci agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

5.2. Saran 1. Agar pada pengerjaan harus sesuai dengan sket yang telah dibuat dan telah di setujui oleh Dosen Pembimbing. 2. Setelah pengerjaan selesai peralatan diletakkan di tempat yang aman dan diputuskan hubungannya dengan arus listrik. 3. Utamakan keselamatan kerja

DAFTAR PUSTAKA1. Amstead B. H. Philip F. Oswald dan Myron L. Begemen ( Terjemahan Bambang Priambodo ), Teknologi Mekanik, Jilid2, Erlangga, Jakarta, 1992 2. Daryanto, Dasar-dasar Teknik Mesin, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1996 3. Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Prdya Paramitha, Yogyakarta, 1994 4. Amanto, Hari dan Daryanto. 2003. Ilmu Bahan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 5. Beumer, B. J.M dan B. S Anwir. 19 5. Ilmu Bahan Logam, Jilid I. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.