49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 PENENALAN ALAT Bekerja atau penelitian di laboratorium kultur jaringan, banyak alat-alat dalam pelaksaan kegiatannya. Untuk itu, sangat diperlukan untuk mengetahui mamfaat dan cara pemakaian alat-alat yang digunakan. 1.1.2 PEMBUATAN LARUTAN STOK MEDIA MS DAN WMP Untuk membuat media dalam kultur jaringan di butuhkan bahan kimia yang banyak macamnya dan pemakaiannya dalam jumlah yang sangat sedikit. Untuk itu perlu dibuat larutan stok untuk menghemat bahan kimia, efisiensi tempat dan pekerjaan. 1.1.3 PEMBUATAN MEDIA MS DAN WMP Media MS umum digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan dan biasa digunakan untuk semua jenis tanaman. Sedangkan media WMP digunakan untuk perbanyakan kultur jaringan tumbuhan berkayu.

Laporan Kultur Jaringan (Autosaved)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 PENENALAN ALATBekerja atau penelitian di laboratorium kultur jaringan, banyak alat-alat dalam pelaksaan kegiatannya. Untuk itu, sangat diperlukan untuk mengetahui mamfaat dan cara pemakaian alat-alat yang digunakan.

1.1.2 PEMBUATAN LARUTAN STOK MEDIA MS DAN WMPUntuk membuat media dalam kultur jaringan di butuhkan bahan kimia yang banyak macamnya dan pemakaiannya dalam jumlah yang sangat sedikit. Untuk itu perlu dibuat larutan stok untuk menghemat bahan kimia, efisiensi tempat dan pekerjaan.

1.1.3 PEMBUATAN MEDIA MS DAN WMPMedia MS umum digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan dan biasa digunakan untuk semua jenis tanaman. Sedangkan media WMP digunakan untuk perbanyakan kultur jaringan tumbuhan berkayu.

1.1.4 INOKULASI TANAMAN SUCCULENTInokulasi adalah kegiatan penanaman eksplan (bahan tanaman) di labratorium. Pada kegiatan penanaman sterilisasi bahan, alat, ruangan, dan praktikan sangat diperhatikan agar kegiatan ini berhasil. Media yang umum digunakan untuk tanaman ini adalah media MS.

1.1.5 INOKULASI TANAMAN BERKAYUInokulasi adalah kegiatan penanaman eksplan (bahan tanaman) di labratorium. Pada kegiatan penanaman sterilisasi bahan, alat, ruangan, dan praktikan sangat diperhatikan agar kegiatan ini berhasil. Media yang umum digunakan untuk tanaman ini adalah media MS.

1.1.6 SUBKULTURSubkultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur jaringan dengan media yang baru sehingga nutrisi untuk pertumbuhan kalus, protocrom atau eksplan lainnya dapat terpenuhi. Penggantian media dilakukan tergantung dari eksplan yang ditumbuhakan pada media sebelumnya, namun biasanya dilakukan minimal 3 bulan sekali hingga planlet sudah mencapai pertumbuhan yang layak untuk diaklimatisasi.

1.2 TUJUAN

BAB IITIJAUAN PUSTAKA2.1 NENAS

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Plantae

Ordo:Poales

Famili:Bromeliaceae

Upafamili:Bromelioideae

Genus:Ananas

Spesies:A. comosus

Nama binomial

Ananas comosus(L.) Merr.

Sinonim

Ananas sativus

Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Buahnya dalam bahasa Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus. Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung penghisap madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap 'sisik' pada kulit buahnya) yang dalam perkembangannya tergabung -- bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga majemuk -- menjadi satu 'buah' besar. Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan kemampuan memperbanyak secara seksual, namun ia mengembangkan tanaman muda (bagian 'mahkota' buah) yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif.Di Indonesia, provinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas utama, dengan beberapa pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana.

2.2 DUKU

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Plantae

Divisi:Magnoliophyta

Kelas:Magnoliopsida

Ordo:Sapindales

Famili:Meliaceae

Genus:Lansium

Spesies:L. domesticum

Nama binomial

Lansium domesticumCorra (1807)

Sinonim

Aglaia dookoo Griffith (1854)Aglaia domestica (Corra) Pellegrin (1911)Aglaia aquea (Jack) Kosterm. (1966)

Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.Pemerian botaniPohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).[1]Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 69 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 921cm 510cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 512 mm.[1]Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 25 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 1030cm panjangnya, berambut.[2] Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 23mm 45mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek. Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm 1,55cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6mm). Berbiji 13, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam. Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.KeanekaragamanDuku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan. Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum. Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang lebih kurus, berdaun kurang lebat yang berwarna hijau tua, dengan percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 1525 butir buah yang berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan.[1][6] Tak seperti duku, langsat bukanlah buah yang bisa bertahan lama setelah dipetik. Dalam tiga hari setelah dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya menjadi tidak menarik.Kokosan (L. domesticum var. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan), atau dipijit agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan). Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.Kultivar duku yang paling terkenal di Indonesia adalah duku palembang, terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil utama duku ini bukanlah Kota Palembang, melainkan daerah Komering (Kabupaten OKU dan OKI) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan di Sumatera Selatan. Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di Sumatera dan Jawa, dan bahkan diekspor. Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran Jakarta; duku papongan dari Tegal; duku kalikajar dari Purbalingga; duku karangkajen dan duku klaten dari Yogyakarta; duku matesih dari Karanganyar; duku woro dari Rembang; duku sumber dari Kudus, dan lain-lain. Di Kalimantan Selatan, dikenal duku Padang Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan lokal. Beberapa kultivar yang populer, di antaranya adalah langsep singosari dari Malang, langsat tanjung dari Kalsel, langsat punggur dari Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete. ManfaatDuku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.[1] Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitanBeberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar sebagai pengusir nyamuk. Kulit buah langsat terutama, dikeringkan dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.

EkologiSebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi. Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial. Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air. Duku tidak tahan penggenangan. Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.PerbanyakanDuku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (2025 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya. Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar setelah 134 hari) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun. Kelemahannya, persen kematian anakan hasil cangkokan cukup besar. Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat. Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan sambung pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 56 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan. Penyebaran dan nama-nama lokalWilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico. Duku dikenal dengan banyak nama, seperti langsat, langseh, langsep, lansa (Mal.); lansones, lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad, longkong (Thailand); ln bon dan bn bon (Vietnam); langsak, duku (Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga disebut sebagai langsat dan duku. Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat (Aceh dan Sumut); las (Nias); langsk (Min.); langsak, lasak, rarsak, rasak (Lampung); lanst, lasat, losot, lhat, lihat, rihat, richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat (Sulut); lansa, lasa, las, ls (Sulsel); lasat, lasat, last, nasat, lasato, lalasat, lasa (Maluku) dan sejenisnya. Serta langsat, langsep dan duku, dukuh (Jw., Sd.); kokosan, pisitan, bijitan (Sd.); pijetan, celuring (Jw.); celorng (Md.; celoring, ceroring (Bali); dan lain-lain. PerdaganganNegara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-masing, kecuali sedikit yang diekspor ke Singapura dan Hongkong. Duku belum menembus pasar buah-buahan di Eropa dan Amerika.

2.3 JAGUNG

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Plantae

(tidak termasuk)Monocots

(tidak termasuk)Commelinids

Ordo:Poales

Famili:Poaceae

Genus:Zea

Spesies:Z. mays

Nama binomial

Zea mays ssp. maysL.

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri, seperti bioenergi, industri kimia, kosmetika, dan farmasi.Dari sisi botani, jagung merupakan tanaman model yang menarik. Sejak awal abad ke-20 ia menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam.Sejarah dan asal-usulKebanyakan ahli sejarah bersepakat bahwa jagung didomestikasi pertama kali oleh penghuni lembah Tehuacan, Meksiko. Bangsa Olmek dan Maya diketahui sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah dan mengenal berbagai teknik pengolahan.Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes.].S ejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.Kedatangan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-15 membawa serta jenis-jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Pengembaraan jagung ke Asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi.Di Indonesia (Nusantara), berbagai macam nama dipakai untuk menyebut jagung. Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar"[7], nama yang digunakan orang Jawa. Beberapa nama daerah adalah jhaghung (Madura), binthe atau binde (Gorontalo), dan warelle (Bugis). Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu, yang jelas berasal dari milho, berarti "jagung" dalam bahasa Portugis, .Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.Pertelaann botaniJagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun ada yang dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung zat kayu (lignin).Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi.Susunan bunga jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).Genetika dan keanekaragaman

Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara.Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:1. Indentata (Dent, "gigi-kuda")2. Indurata (Flint, "mutiara")3. Saccharata (Sweet, "manis")4. Everta (Popcorn, "berondong")5. Amylacea (Flour corn, "tepung")6. Glutinosa (Sticky corn, "ketan")7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya)Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.BudidayaLahan dan perawatanPemupukanOrganisme penggangguOrganisme pengganggu dalam budidaya jagung di daerah tropika dan non-tropika berbeda.Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah penyakit bulai (maize downy mildew) karena infeksi Peronosclerospora, karat daun jagung karena cendawan Puccinia (terutama P. polysora), busuk tongkol oleh cendawan Fusarium, Diplodia, dan Gibberella, bercak daun jagung (Southern leaf blight) karena cendawan Bipolaris maydis (teleomorf: Cochliobolus heterostrophus), hawar daun jagung (Northern leaf blight) karena cendawan Setosphaeria turcica (anamorf: Exserohilum turcicum), busuk pelepah (sheath blight) karena cendawan Rhizoctonia solani, busuk batang jagung karena bermacam-macam cendawan dan oomycetes, dan penyakit mosaik kerdil jagung karena infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.Hama utama jagung adalah penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia nubilalis (daerah subtropika dan iklim empat musim) lalat bibit Atherigona spp., uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa dan Sumatera), ulat tanah, seperti Agrotis, ulat grayak Spodoptera, penggerek tongkol Helicoverpa armigera belalang kembara Locusta migratoria, tikus sawah Rattus argentiventer, dan kumbang gudang, terutama Sitophilus zeamais.Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya yang diawasi ketat agar tidak masuk ke kawasan Asia tropika, yaitu striga.Kandungan giziBiji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori: 355 Kalori Protein: 9,2 gr Lemak: 3,9 gr Karbohidrat: 73,7 gr Kalsium: 10 mg Fosfor: 256 mg Ferrum: 2,4 mg Vitamin A: 510 SI Vitamin B1: 0,38 mg Air: 12 grDan bagian yang dapat dimakan 90%.Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.PemanfaatanSelain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. Produksi jagung dan perdagangan duniaIndonesia pada tahun 2012 menempati peringkat ke-8 produsen jagung (pipilan kering) dunia. Provinsi penyumbang produksi terbanyak jagung adalah Jawa Timur 5 jt ton, Jawa Tengah 3,3 jt ton; Lampung 2 jt ton; Sulawesi Selatan 1,3 jt ton; Sumatera Utara 1,2 jt ton; Jawa Barat 700 800 rb ton, dan sisanya yang signifikan adalah NTT, NTB, Jambi, dan Gorontalo. Rata-rata produksi per tahun jagung nasional adalah 16 jt ton per tahun.

2.4 PERBANYAKAN TANAMAN SECARA INVITRO/ KULTUR JARINGAN Pengertian Kultur Jaringan :Kultur Jaringan adalah metode pembudidayaan suatu jaringan tanaman secara vegetatif menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama dengan tanaman aslinya. Teknik kultur jaringan memanfaatkan sifat totipotensi tanaman, yaitu kemampuan setiap sel tanaman untuk tumbuh dan menjadi tanaman sempurna apabila berada di lingkungan sesuai. Agar tumbuhan sempurna, suatu sel harus ditumbuhkan pada media khusus.Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar kultur jaringan dapat berhasil antara lain :1. Pemilihan bahan tanaman (eksplan) yang baik, biasanya diambil dari jaringan meristem.2. Penggunaan medium yang cocok. Medium ini harus mengandung 5 kelompok senyawa yaiyu : garam anorganik, sumber karbon vitamin, zat pengatur tubuh, daan pelengkap organik.3. Pencapaian keadaan aseptik, yaitu pengambilan bahan tanaman (eksplan) secara steril.4. Pengaturan udara yang baik.

Teknik Kultur Jaringan :Setiap eksplan memerlukan media dan perlakuan yang berbeda. Brdasarkan bahan yang akan dikulturkan , kultur jaringan dibedakan menjadi :1. Kultur embrio : eksplan berupa embrio tanaman. Contohnya perbanyakan kelapa.2. Kultur jaringan sel atau kultur kalus : eksplan berupa sel. Contohnya pada perbanyakan tanaman anggrek, kacang hijau, jagung dan gandum.3. Kultur meristem : eksplan berupa jaringan muda. Misalnya pucuk batang atau tunas.4. Kultur pollen : eksplan berupa benang sari.5. Kultur protoplas : eksplan berupa sel jaringan hidup tanpa dinding sel.

Langkah-langkah Teknik Kultur Jaringan Kultur jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berilut :1. Menyiapkan media tumbuhan yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsure makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormone tumbuhan dengan perbandingan tertentu.2. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Misalnya pada pembuatan kultur jaringan tanaman anggrek, eksplan berupa potongan dari akar tanaman anggrek.3. Tanamkan eksplan pada media yang telaah disiapkan.4. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.Beberapa kegunaan kultur jaringan tumbuhan yakni :1. Menghasilkan sejumlah besar tanaman (bibit) yang secara genetika sama, dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat.2. Mendapatkan bibit dengan sifat yang dikehendaki (unggul) dalam waktu yang relative singkat.3. Memperbanyak tanaman yang sukar diperbanyak secara tradisional.4. Mendapatkan tanaman yang bebas virus dan penyakit.5. Mempertahankan keaslian sifat-sifat tanaman.6. Melestarikan tanaman-tanaman langka.Kultur jaringan dapat diaplikasikan untuk tujuan tertentu, antara lain sebagai berikut :1. Produksi tumbuhan bagi kepentingan pertanian dan perkebunan.2. Produksi zat kimia (metabolisme sekunder) misalnya karet, retin, minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomi dalam jumlah yang lebih banyak.3. Memperoleh tanaman yang mampu tumbuh pada lingkungan yang dikehendaki, misalnya pada lahan dengan salinitas tinggi atau lahan gambut (keasaman tinggi).Masalah (Gangguan ) pada Kultur Jaringan Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan kematian eksplan. Gangguan kultur jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, lingkungan kultur maupun manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul antara lain :1. Kontaminasi oleh bakteri, jamur, virus, dll. Agar terhindar dari kontaminasi maka langkah-langkah pelaksanaannya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam keadaan steril.2. Browning (pencokelatan), utnuk mengatasinya dengan cara mengabsorbsi fenol penyebab pencokelatan dengan arang aktif.Kelebihan dan kekurangan teknik kultur jaringan Adapun kelebihannya yakni :1. Kultur jaringan merupakan suatu cara menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat.2. Tidak memerlukan tempat yang luas.3. Tidak tergantung pada musim sehingga bias dilaksanakan sepanjang tahun.4. Bibit yang dihasilkan lebih sehat.5. Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetic.Selain kelebihan, teknik kultur jaringan juga mempunya kelemahan antara lain :1. Memerlukan biaya besar karena harus dilakukan dalam laboratorium dan menggunakan bahan kimia.2. Memerlukan keahlian khusus.3. Memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptic serta sudah terbiasa berada di tempat yang mempunyai kelembapan udara tinggi.Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda).Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahar bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. Pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik. Kadang-kadang latar belakang pengetahuan tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

2.5 SUBKULTURSubkultur merupakan salah satu tahap metode dalam kultur jaringan, yaitu suatu teknik yang dilakukan di antara tahapan kultur. Subkultur atau overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat kecil (planlet muda) dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan secara aseptis di dalam entkas atau Laminar Air Flow (LAF). Pada dasarnya subkultur kita memisahkan, memotong, membelah dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Tujuannya adalah supaya kultur tetap mendapatkan unsur hara atau nutrisi untuk pertumbuhannya (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut:1. Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol2. Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya berkurang3. Tanaman mulai kekurangan hara4. Media dalam botol sudah mongeringKegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisang-pisangan, alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema.Untuk tanaman yang diperbanyak dengan kultur biji, kultur embrio, baik pada embrio somatik maupun embrio mikrospora, serta multifikasi tunas, maka subkultur dapat dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya atau melakukan penjarangan. Contoh tanamannya adalah anggrek, pisang, dan tanaman lain yang satu tipe pertumbuhan. Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang maka subkultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman yang ada. Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya adalah jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang sama. kita dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui kecepatan tanaman melakukan multifikasi hingga siap disubkultur.Kegiatan sub kultur harus dilakukan terhadap eksplan disebabkan oleh beberapa hal antara lain:1) Tumbuhnya eksplan cukup cepat dan telah memenuhi seluruh botol kultur.2) Media tumbuh telah mengering yang ditandai dengan berkurangnya volume agar-agar atau media cairnya sudah habis.3) Eksplan perlu diperbanyak lebih lanjut untuk tujuan tahapan perbanyakan selanjutnya.4) Eksplan memerlukan media yang susunannya baru agar dapat mengalami diferensiasi lebih lanjut.Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam media kultur yang baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh sampai terlambat. Sub kultur yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan terhenti atau mengalami pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri. Keadaan eksplan yang demikian kemungkinan untuk diselamatkan kecil sekali sebab spora jamur atau bakteri dapat menyebar dengan cepat sekali.

BAB IIIBAHAN DAN METODE3.1 WAKTU DAN TEMPATa. Waktu

b. TempatDilabolatorium Bioteknologi Fakutas Pertanian Universitas Riau

3.2 BAHAN DAN ALATa. Alat yang digunakan Timbangan analitik Timbangan digital biasa Gelas ukur Erlemeyer Petridish Tabung reaksi Botol kultur Pipet Pengaduk Magnetic stirrer pH meter Autoclave Oven Laminar Air Flow Cabinet Dissecting kit Shaker Rakinkubasi

b. Bahan yang di pakai NH4NO3 KNO3 CaCl32HO MgSO4.7H2O KH2PO4 FeSO4.7H2O NaEDTA Mn2SO4.4H2O ZnSO4.7H2O H3BO3 KI CoCl2.5H2O CuSO4.5H2O NaMoO4.2H2O Myo-inositol Thiamine HCl Asam nicotinat Pyridoxine HCl Nanas Duku Embrio jagung Alcohol 70%

3.3 METODE PRAKTIKUM3.3.1 PENANAMAN EKSPLAN1. Tentukan bagian tanaman yang akan dijadikan eksplan (meristem pucuk,, tunas atau akar). Rendam jaringan yang akan digunakan dengan larutan fungisida (2g/l) selama 15 menit. Setelah itu dibilas sampai bersih dengan air mengalir.2. Bagian/jaringan tanaman di atas dimasukkan ke dalam wadah yang telah di sterilkan dan ditutup dengan aluminium foil, kemudian eksplan dibawa ke ruang inokulasi atau Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Nyalakan lampu UV. 3. Bersama dengan jaringan yang akan ditanam, media tanam, petridish, gelas piala, larutan klorok 10%, 5%, dan 1%, scapel, pinset, lampu Bunsen, aquadesh steril, ascorbic acid 1%, dan alcohol 70% di tempatkan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Nyalakan lampu UV selama 30 menit.4. Setelah 30 menit matikan lampu UV dan kegiatan penanaman dapat dilakukan. Sebelum penanaman, tangan praktikan disemprot dengan alcohol 70%.5. Masukkan eksplan yang telah disiapkan ke dalam larutan klorok 10% sambil digojog selama 10 menit, setelah itu eksplan dipindahkan kemudian direndam kedalam larutan klorok 5% dan selama 5 menit di gojog, setelah itu eksplan dipindahkan ke petridish dan dipotong dengan ukuran 1 cm, setelah itu eksplan disterilisasi ke dalam larutan klorok 1% selama 1 menit sambil digojog dan terakhir dibilas dengan aquadesh steril sebanyak tiga kali dan eksplan siap untuk di tanam ke media tanam.6. Buka aluminium foil penutup media, kemudian tanam eksplan ke media. Pelaksanaan ini dilakukan dekat nyala lampu Bunsen. Pinset yang akan digunakan disterilakan dengan mencelupkan ke dalam alcohol 96%, lalu dibakar diatas nyala api Bunsen. Setelah eksplan selesai di inokulasi di dalam ruang inkubasi.

3.3.2 SUBKULTUR DUKU1. Tentukan bagian tanaman yang akan dijadikan eksplan (meristem pucuk,, tunas atau akar). Rendam jaringan yang akan digunakan dengan larutan fungisida (2g/l) selama 15 menit. Setelah itu dibilas sampai bersih dengan air mengalir.2. Bagian/jaringan tanaman di atas dimasukkan ke dalam wadah yang telah di sterilkan dan ditutup dengan aluminium foil, kemudian eksplan dibawa ke ruang inokulasi atau Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Nyalakan lampu UV. 3. Bersama dengan jaringan yang akan ditanam, media tanam, petridish, gelas piala, larutan klorok 10%, 5%, dan 1%, scapel, pinset, lampu Bunsen, aquadesh steril, ascorbic acid 1%, dan alcohol 70% di tempatkan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Nyalakan lampu UV selama 30 menit.4. Setelah 30 menit matikan lampu UV dan kegiatan penanaman dapat dilakukan. Sebelum penanaman, tangan praktikan disemprot dengan alcohol 70%.5. Masukkan eksplan yang telah disiapkan ke dalam larutan klorok 10% sambil digojog selama 10 menit, setelah itu eksplan dipindahkan kemudian direndam kedalam larutan klorok 5% dan selama 5 menit di gojog, setelah itu eksplan dipindahkan ke petridish dan dipotong dengan ukuran 1 cm, setelah itu eksplan disterilisasi ke dalam larutan klorok 1% selama 1 menit sambil digojog dan terakhir dibilas dengan aquadesh steril sebanyak tiga kali dan eksplan siap untuk di tanam ke media tanam.6. Buka aluminium foil penutup media, kemudian tanam eksplan ke media. Pelaksanaan ini dilakukan dekat nyala lampu Bunsen. Pinset yang akan digunakan disterilakan dengan mencelupkan ke dalam alcohol 96%, lalu dibakar diatas nyala api Bunsen. Setelah eksplan selesai di inokulasi di dalam ruang inkubasi.

3.3.3 PENANAMAN EMBRIO JAGUNG1. Semua eksplan diseksi steril, botol berisi media tanam, botol yang berisi eksplan atau planlet yang akan di subkultur, petridish steril, bunsen, diletakkan di Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), setelah lampu UV dinyalakn selama 30 menit.2. Setelah lampu UV dimatikan, blower dan lampu LAFC dinyalakan dan pelaksanaan subkultur bias dilakukan.3. Eksplan atau planlet yang di subkultur dikeluarkan dari botol dan diletakkan kedalam petridish.4. Selanjutnya eksplan dibersihkan dari media yang melekat dengan menggunakan pinset.5. Botol yang berisi media baru dibuka tutup aluminium foilnya, lalu eksplan atau planlet di tanam ke media tersebut dengan menggunakan pinset.6. Setelah botol kultur ditanam eksplan atau planlet tersebut ditutup kembali dengan aluminium foil selanjutnya di beri label yang berisikan label yang berisikan informasi tanggal pemindahan, media dan lain-lain.7. Media baru yang telah ditanam eksplan tersebut dikeluarkan dari LAFC dan dipindahakn ke ruang inkubasi. BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 NENASa. HasilPengamatanTable 1.pengamatan saat muncul tunasTanggal penanaman :No Botol KulturTanggal Muncul Tunas

1

2

3

Table 2.pengamatan panjang tunasNo Botol KulturPanjang Tunas

1

2

3

Table 3.jumlah tunasNo Botol KulturJumlahTunas

1

2

3

b. Pembahasan4.2 DUKU

a. Hasil pengamatan

Table 1.pengamatan saat muncul tunasTanggal penanaman :No Botol KulturTanggal Muncul Tunas

1

2

3

Table 2.pengamatan panjang tunasNo Botol KulturPanjang Tunas

1

2

3

Table 3.jumlah tunasNo Botol KulturJumlahTunas

1

2

3

4.3 JAGUNGa. HasilPengamatan Table 1.pengamatan saat muncul tunasTanggal penanaman :No Botol KulturTanggal Muncul Tunas

1

2

3

Table 2.pengamatan panjang tunasNo Botol KulturPanjang Tunas

1

2

3

Table 3.jumlah tunasNo Botol KulturJumlahTunas

1

2

3

b. Pembahasan

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN