Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA BARAT
RESES MASA PERSIDANGAN I
TAHUN SIDANG 2019-2020
SEKRETARIAT KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DESEMBER 2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya
dengan sumber-sumber energi dan potensi pertambangan mineral. Provinsi ini
terletak di sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah, dataran tinggi Bukit
Barisan di sebelah timur, dan sejumlah pulau di lepas pantai seperti Kepulauan
Mentawai. Dengan beribu Kota di Padang, Provinsi Sumbar terdiri dari 12 kabupaten
dan 7 kota.
Potensi sumber daya alam di Provinsi Sumbar tergolong cukup banyak. Batubara
menjadi salah satu andalan sumber daya alam Sumbar di sektor pertambangan.
Selain itu terdapa potensi bahan galian lainnya, diantaranya deposit pasir dan batu
gunung, liat silika dan besi oksida serta kapur. Kapur sebagai bahan dasar industri
semen, diantaranya terdapat di kota Padang (telah dimanfaatkan lebih dari 50 tahun
oleh PT Semen Padang) dan di daerah sekitar danau Singkarak (kabupaten Solok
dan Padang Panjang). Deposit batu kapur yang bisa dieksploitasi di kota Padang
Panjang tercatat sebanyak 43 juta ton. Kabupaten Padang Pariaman juga menyimpan
potensi sumber daya alam galian seperti obsidian dan batu andesit. Selain bahan
galian terdapat juga sumber air yang melimpah, seperti di perairan danau Singkarak
dan Maninjau dan telah lama dimanfaatkan menjadi sumber pembangkit listrik tenaga
air (PLTA). Dibalik semua potensi-potensi tersebut, masih saja terdapat pelbagai
permasalahan dan tantangan yang dirasakan masyarakat Sumbar terkait energi
sumber daya mineral, pertambangan dan ketenagalistrikan.
Berikut diulas beberapa isu-isu di Prov. Sumbar pada masing-masing sektor.
- Di bidang energi, Kementerian ESDM (2019) setempat menyatakan
geothermal atau panas bumi adalah aset sumber daya alam Prov. Sumbar
yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang potensinya
dapat mencapai 1600 MW pada 16 titik. Pemanfaatan geothermal sebagai
tenaga listrik ini sesuai dengan arah Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang
3
mengurangi bahan bakar fossil dan meningkatkan pemanfaatan Energi Baru
Terbarukan (EBT).
- Pada bidang ketenagalistrikan, rasio elektrifikasi PLN di Provinsi Sumatera
Barat masih menghadapi permasalahan. Kondisi geografis Prov. Sumbar
menjadi tantangan, dimana banyak wilayah yang cukup terpencil dan minim
infrastruktur jalan. Wilayah-wilayah terpencil tersebut diantaranya kepulauan
Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman Barat. Terdapat 1.158 desa yang
sudah berlistrik (April, 2019) dimana dari jumlah itu, sebanyak 16 desa di
antaranya dilistriki melalui program lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE)
dari Kementerian ESDM. Sementara, masih terdapat 49.942 rumah tangga di
Prov. Sumbar (April, 2019) yang masih belum mendapatkan listrik. Oleh karena
itu, infrastruktur kelistrikan perlu menjadi salah satu prioritas pembangunan di
Sumbar disamping sektor lainnya.
- Sektor Minyak dan Gas bumi (Migas), sedangkan terkait pendistribusian BBM,
Pemrov Sumbar baru-baru ini (November, 2019) mengeluhkan terjadinya
kelangkaan BBM di hampir seluruh SPBU di wilayah Sumbar yang
mengakibatkan terganggunya jalur lalu lintas. Program BBM satu harga juga
masih mengalami kendala di Prov. Sumbar, terutama di wilayah 3T yaitu
Terdepan, Terluar dan Tertinggal.
- Pada sektor pertambangan, kegiatan eksploitasi hasil tambang yang cukup
masif, juga menjadi permasalahan tersendiri di Prov. Sumbar. Kegiatan
pertambangan yang berstatus Non C&C tentunya tidak menerapkan kaidah
Good Mining Practice sehingga sangat berpotensi besar menimbulkan
permasalahan pada masyarakat Sumbar, terutama jika kegiatan
pertambangan sudah keluar dari lokasi izin usaha pertambangan (IUP) dan
mulai mengarah ke permukiman. Selain itu, IUP di Sumbar juga sebaiknya
dievaluasi untuk menghindari adanya kegiatan pertambangan illegal.
Berkaitan dengan hal tersebut, Komisi VII DPR RI memandang perlu untuk
menjadikan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu objek Kunjungan Kerja
pada reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020 untuk mendapatkan
informasi menyangkut perkembangan terkini dan berbagai permasalahan
khususnya paad sektor energi dan sumber daya mineral, aktifitas pertambangan,
dan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK.
4
Kunjungan ini diharapkan dapat membawa informasi penting untuk ditindak lanjuti
oleh Komisi VII DPR RI bersama mitra-mitra terkait sesuai dengan fungsinya.
1.2 Dasar Hukum Kunjungan
Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan Komisi VII DPR RI adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014
tentang Tata Tertib DPR RI.
3. Keputusan Rapat Internal Komisi VII DPR RI tanggal 4 November 2019 tentang
Agenda Kerja Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020.
1.3 Maksud dan Tujuan Kegiatan
Maksud kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provisi Sumatera Barat adalah dalam
rangka melakukan pengawasan dan menyerap aspirasi serta melihat secara langsung
perkembangan di daerah khususnya terkait pengelolaan energi dan sumber daya
mineral, riset dan teknologi.
Sedangkan tujuan kunjungan kerja adalah:
1. Mendapatkan masukan dan berbagai informasi terkait dengan pelaksanaan
bidang tugas dan fungsi Komisi VII DPR RI;
2. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan sektor
energi dan sumber daya mineral, riset dan teknologi;
3. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi
Sumatera Barat khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral, riset dan
teknologi;
4. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat di daerah.
Hasil kunjungan kerja ini akan digunakan sebagai bahan masukan bagi Komisi VII
DPR RI dalam menjalankan peran dan fungsinya, khususnya di bidang pengawasan,
anggaran dan legislasi di bidang energi dan sumber daya mineral, riset dan teknologi.
5
1.4 Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI dilaksanakan pada tanggal 18 – 22
Desember 2019 di Provinsi Sumatera Barat.
Adapun selama melaksanakan Kunjungan Kerja, Komisi VII DPR RI melakukan
peninjauan lapangan dan pertemuan dengan beberapa mitra terkait diantaranya:
1. Pertemuan di kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang dihadiri oleh:
Gubernur Provinsi Sumatera Barat, beserta jajarannya, Pimpinan DPRD
Provinsi Sumatera Barat, Eselon I Kementerian ESDM RI, Eselon I Kementrian
Ristek, Kepala Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, Kepala LAPAN, Kepala
LIPI, Kepala BPPT, Kepala BIG, Kepala BATAN, Kepala BAPETEN, Direksi PT.
PLN (Persero), Direksi PT Pertamina (Persero), Kepala SKK Migas dan Kepala
BPH Migas;
2. Pertemuan dan peninjauan PLTA PT PLN (Persero) Singkarak di Padang, yang
didampingi oleh: Eselon I Kementrian ESDM RI, Direksi PT PLN (Persero), dan
Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat;
3. Pertemuan dengan Eselon I Kementrian ESDM RI, Kepala SKK Migas, Kepala
BPH Migas, Direksi PT Pertamina (Persero), KKKS Sumbar, Kepala Dinas
ESDM Prov. Sumbar di Padang. Pertemuan ini dalam rangka membahas
kegiatan hulu hilir migas dan minyak bumi;
4. Pertemuan dan peninjauan PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Kabupaten Sawah
Lunto, yang didampingi oleh: Eselon I Kementerian ESDM RI, Direksi PT Bukit
Asam (Persero), Walikota Sawah Lunto dan Kepala Dinas ESDM Provinsi
Sumatera Barat. Pertemuan ini dalam rangka mendapatkan informasi
perkembangan kegiatan eksplorasi pada wilayah-wilayah di Sumatera Barat.
1.5 Sasaran Hasil Kegiatan
Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja di Provinsi Sumatera Barat adalah
terkumpulnya masukan, informasi dan berbagai data yang terkait dengan bidang yang
menjadi tugas dan fungsi Komisi VII DPR RI, yakni bidang Energi dan Sumberdaya
Mineral (ESDM), serta Riset dan Teknologi (RISTEK).
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi acuan/rekomendasi dalam membuat
berbagai kerangka kebijakan yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam rapat-rapat
6
komisi VII DPR RI, dalam rangka melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan
anggaran.
1.6 Metodologi Pelaksanaan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI adalah sebagai
berikut :
a. Persiapan
- Menghimpun data dan informasi awal.
- Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi lokasi
kunjungan kerja.
- Mempersiapkan administrasi keberangkatan
b. Pelaksanaan Kunjungan Kerja
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI dilakukan dengan cara
kunjungan lapangan dan diskusi didalam ruangan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara deskriptif.
1.7 Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI
Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI yang melakukan
Kunjungan ke Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut :
No. NAMA PESERTA No.Angg. FRAKSI JABATAN
1. H. GUS IRAWAN PASARIBU, SE, Ak, MM, CA
A-63 GERINDRA KETUA
2. H. EDDY SOEPARNO, SH, MH A-496 PAN WAKIL KETUA
3. DONY MARYADI OEKON A-176 PDIP ANGGOTA
4. ISMAIL THOMAS, SH, M.Si A-250 PDIP ANGGOTA
5. MAMAN ABDURRAHMAN, ST A-332 GOLKAR ANGGOTA
6. H. NURZAHEDI, SE A-69 GERINDRA ANGGOTA
7. CHARLES MEIKYANSYAH A-378 NASDEM ANGGOTA
8. H. SYAIKUL ISLAM, Lc, M. Sosio
A-31 PKB ANGGOTA
7
9 MARTHEN DOUW A-58 PKB ANGGOTA
10. ZULFIKAR HAMONANGAN, SH A-562 DEMOKRAT ANGGOTA
11. H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH
A-524 DEMOKRAT ANGGOTA
12. Ir. H. TIFATUL SEMBIRING A-411 PKS ANGGOTA
13. Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc
A-517 PAN ANGGOTA
14. H. ASMAN ABNUR, SE, M.Si A-492 PAN ANGGOTA
15. Drs. ANWAR IDRIS A-460 PPP ANGGOTA
8
BAB II`
PROFIL PROVINSI SUMATERA BARAT
2.1. Profil Singkat Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat (disingkat Sumbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di Pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Provinsi Sumatera
Barat terletak sepanjang pesisir barat Sumatra bagian tengah, dataran tinggi Bukit
Barisan di sebelah timur, dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan
Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi ini berbatasan dengan empat provinsi,
yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera Barat adalah rumah bagi etnis Minangkabau, walaupun wilayah adat
Minangkabau sendiri lebih luas dari wilayah administratif Provinsi Sumatera Barat saat
ini. Provinsi ini berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas
beragama Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian
wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali Kabupaten
Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari.
Gambar 1. Peta Provinsi Sumatera Barat
Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17%
luas Indonesia.
9
Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan
lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera
Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km². Kepulauan
Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum
bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6 °C sampai
31,5 °C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman.
Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatra
seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian
hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat
adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat,
dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang
mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatra Barat juga memiliki
gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang.
Selain gunung, Sumatra Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas
adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar,
disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak
juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau
lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan
dari Danau Di atas dan Danau Dibawah).
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di
antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.[7] Oleh
karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi besar yang terjadi
akhir-akhir ini di Sumatra Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30 September
2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.
2.2. Demografi
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah populasi Sumatra Barat mencapai
4.846.909 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 110 jiwa/km2.
Kabupaten/kota yang memiliki penduduk paling banyak adalah Kota Padang, yang
mencapai 833.562 jiwa.
10
Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota
Bukittinggi, yakni 4.400 jiwa/km2. Mayoritas masyarakat Sumatera Barat beretnis
Minangkabau, yang keseluruhannya memeluk Islam.
2.3. Kondisi Tanah
Wilayah Sumbar banyak didominasi oleh daerah-daerah yang memiliki pegunungan.
Wilayah Propinsi Sumatera Barat mempunyai topografi mulai dari daratan rendah
(datar) pada daerah pesisir pantai dan Bergelombang berbukit-bukit yang
membentang pada gugusan pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian
permukaan daerah Surnatera Barat mulai dari 2 M s/d 2.330 M dari permukaan laut.
2.4. Kondisi Perairan
Sumatera Barat memiliki banyak danau sebagai sektor perairannya. Tercatat luas
perairan laut Sumatera Barat mencapai 186.500 km2 dengan panjang garis pantai
lebih kurang 2.420,385 km.
Beberapa danau di Sumbar diantaranya Danau Di Atas, Danau Di Bawah, Danau
Maninjau, Danau Singkarak, dan Danau Talang. Danau-danau tersebut selain
dimanfaatkan untuk sektor pariwisata, juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik
tenaga air karena debit airnya yang melimpah yang berpotensi sumber tenaga
kelistrikan.
2.5. Potensi Sumber Daya Energi dan Pertambangan
Sumber daya alam yang ada di Sumbar adalah batubara, batu besi, batu galena,
timah hitam, mangan, seng, emas, batu kapur (semen), dan kelapa sawit. Salah satu
yang telah banyak dimanfaatkan adalah batuan kapur sebagai bahan dasar industri
semen. PT Semen Padang telah memanfaatkan kekayaan alam ni selama puluhan
tahun. Batu kapur banyak terdapat di sekitar Padang, daerah sekitar Danau
Singkarak, dan Padangpanjang. Di Padangpanjang, deposit batu kapur yang dapat
dieksploitasi mencapai 43 juta ton. Bahan galian lainnya adalah batu bara di
Sawahlunto serta obsidian dan batu andesit di Padangpariaman.
Sumber air yang melimpah juga telah banyak memberi manfaat bagi pembangunan
daerah ini. Perairan danau Singkarak dan Maninjau telah lama dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
11
Sumber air ini juga memiliki potensi besar untuk diolah dan dikemas menjadi air
mineral. PLTA lainnya yang baru saja dibangun adalah PLTA Koto Panjang di
kabupaten 50 Kota.
Potensi kelautan yang belum dimanfaatkan sama sekali adalah energi yang dihasilkan
oleh ombak atau gelombang laut yang menghempas ke pantai. Energi kinetik dari
ombak dan gelombang ini dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Pembuatan
Pusat pembangkit tenaga gelombang laut ini dapat dibuat dalam skala kecil,
menengah dan besar.
Disamping dari energi gelombang dan ombak laut, energi surya juga melimpah di
propinsi ini. Rata-rata penyinaran matahari dalam sehari antara 7 – 10 jam, jika saja
energi surya ini dapat dikumpulkan dalam sel-sel penyerap panas matahari maka
dapat digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil dan menengah. Jika potensi
sumberdaya alam yang berlimpah baik dari energi gelombang laut maupun energi
surya, maka kebutuhan masyarakat akan listrik yang kian hari kian bertambah dapat
dipenuhi.
12
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KUNJUNGAN KERJA
3.1. Pelaksanaan Kunjungan Kerja
a. Pada pertemuan dengan Gubernur Provinsi Sumatera Barat untuk
melakukan diskusi membahas hal-hal umum yang terjadi di Provinsi
Sumatera Barat.
b. Pada pertemuan tersebut hadir diantaranya Bapak Gubernur Sumatera Barat
(Bapak Irwan Prayitno) beserta jajaranya; pimpinan DPRD Sumatera Barat
dan jajarannya; Bupati/Walikota yang ada di Provinsi Sumatera Barat;
Kementerian ESDM RI yang diwakili Oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan
Ketenagalistrikan (Bapak Hendra Iswahyudi), Direktur Penerimaan Minerba
(Bapak Jonson Pakpahan), dan Dirjen Migas yang diwakili oleh Direktur
Teknik dan Lingkungan (Bapak Adhi Wibowo); Kapus PSDMBP Badan
Geologi (Bapak Iman Sinulingga), dan dari Ditjen EBTKE diwakili Kasubdit
Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT (Ibu Martha Relitha Sibarani);
perwakilan Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN RI yang diwakili Direktur
Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Bapak Kemal Prihatman);
Sestama LIPI (Ibu Nur Tri Aries); Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi
Nuklir BATAN (Prof. Dr. Ir. Efrizon Umar, MT); Kepala Balai Pengamatan
Antariksa dan Atmosfir Agam LAPAN (Bapak Safrijohn); Kabag Perencanaan
BIG (Bapak Fajar Triadi); Direktur LSCI PT. Pertamina (Persero) (Bapak
Gandhi Sriwidodo); Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN
(Persero)(Bapak Wiluyo Kusdwiharto); Pengawas Internal SKK Migas (Bapak
Taslim Yunus) dan Kepala SKK Migas Wilayah Sumbagut (Bapak Avicenia
Darwis); Komite BPH Migas (Bapak Henry Achmad); dan Kepala Dinas
ESDM Provinsi Sumatera Barat. Pertemuan ini membahas hal-hal umum dan
isu-isu strategis terkait sektor sumber daya energi dan pertambangan serta
riset dan teknologi yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Pada pertemuan
tersebut dibahas beberapa hal diantaranya permasalahan penyelenggaraan
pemerintah di Bidang Pertambangan Minerba, Penataan IUP, masalah
kelistrikan, pengembangan Energi terbarukan dan berbagai permasalahn
lainnya. Di akhir pertemuan dengan Gubernur Sumatera Barat, dilakukan
13
penyerahan berbagai produk inovasi yang dihasilkan oleh LPNK seperti LIPI,
BIG, dan LAPAN kepada Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat).
c. Pertemuan dan peninjauan lapangan PLTA Singkarak di Asam Pulau,
Sumatera Barat. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Direktur Pembinaan
Pengusahaan Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM
RI (Bapak Hendra Iswahyudi); Ditjen EBTKE yang diwakili Kasubdit
Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT (Ibu Martha Relitha Sibarani); Dinas
ESDM Provinsi Sumatera Barat beserta jajarannya; Direktur Bisnis Regional
Sumatera PT PLN (Persero)(Bapak Wiluyo Kusdwiharto) beserta jajarannya;
dan seluruh Jajaran Manajemen PLTA PT PLN (Persero) Singkarak. Pada
pertemuan tersebut membahas gambaran umum terkait PLTA Singkarak,
kondisi eksisting sistem kelistrikan Sumatera Barat, dan beberapa
permasalahan lainnya.
d. Pertemuan dengan jajaran PT. Pertamina (Persero). Pertemuan tersebut
dihadiri oleh Direktur Logistik Suplai Chain dan Infrastruktur (LSCI) PT
Pertamina (Persero) (Bapak Gandhi Sriwidodo) beserta jajarannya; Dirjen
Migas yang diwakili oleh Direktur Teknik dan Lingkungan (Bapak Adhi
Wibowo); Kepala Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat; Pengawas Internal
SKK Migas (Bapak Taslim Yunus); Komite BPH Migas (Bapak Henry
Achmad) dan Para Direksi KKKS Provinsi Sumatera Barat Pada pertemuan
tersebut Tim Kunker Komisi VII DPR RI memperoleh informasi terkait;
penyaluran dan realisasi BBM PSO dan Non PSO, penyaluran dan realisasi
LPG dan pelaksanaan konversi minyak tanah dan LPG, realisasi CSR,
informasi-informasi kegiatan hulu dan hilir minyak dan gas bumi di Provinsi
Sumatera Barat dan berbagai permasalahan lainnya.
e. Pertemuan dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang terletak di Kota Sawah
Lunto. Pada pertemuan tersebut Tim kunjungan Komisi VII DPR RI diterima
oleh Bapak Deri Asta selaku Walikota Sawah Lunto. Pertemuan ini juga
dihadiri oleh Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM RI (Bapak
Jhonson Pakpahan) beserta jajarannya; Direktur SDM PT Bukit Asam
(Persero)Tbk (Bapak Joko Pramono) beserta jajarannya, serta Kepala Dinas
ESDM Provinsi Sumatera Barat. Pada pertemuan tersebut membahas
menyangkut progres kegiatan pasca pertambangan, reklamasi, masalah
perijinan, permasalahan sektor pertambangan, dukungan kebijakan yang
14
diharapkan serta berbagai permasalahan lainnya. Lebih spesifik lagi,
pertemuan tersebut juga membahas hal-hal yang perlu dilaksanakan dan
dukungan Komisi VII DPR RI terkait pengembangan Kota Sawah Lunto
sebagai salah satu destinasi Kota Wisata Tambang, setelah dinobatkan
menjadi salah satu World Heritage UNESCO.
3.2. Hasil Kunjungan Kerja
3.2.1. Pertemuan di Kantor Gubernur
Pada pertemuan di Kantor Gubernur yang dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat dan
beberapa mitra kerja Komisi VII DPR RI, beberapa hal telah dibahas baik dari sektor
sumber daya energi dan pertambangan, termasuk di dalamnya kelistrikan, serta riset
dan teknologi.
Gambar 2. Pertemuan Komisi VII DPR RI di Kantor Gubernur Provinsi Sumbar
Pertemuan ini diawali dengan paparan gambaran umum mengenai profil Provinsi
Sumatera Barat yang meliputi letak geografis, luas wilayah, suhu dan kelembapan,
danau serta sistem pemerintahan. Provinsi Sumbar secara geografis terletak pada 98o
36’BT – 100o 53’ BT 0o 54’ LU – 3o 30’ LS. Provinsi dengan luas wilayah 42.297,3 km2
ini, memiliki suhu rata-rata berkisar antara 24,3o – 25,30o C dengan kelembapan 80,3
% - 87,4%. Provinsi Sumatera Barat memiliki 4 Danau yakni danau Singkarak, danau
Diatas, danau Dibawah dan danau Maninjau; dan memiliki 29 buah Gunung. Untuk
15
sistem Pemerintahannya Berbasis Nagari dengan perincian jumlah kabupaten/kota
adalah 19, jumlah kecamatan adalah 179, jumlah nagari sebanyak 760, jumlah desa
sebanyak 126 dan jumlah kelurahan sebanyak 245.
Gambar 3. Profil Sumatera Barat (Sumber: Paparan Pemrov Sumbar, Desember
2019)
Untuk bidang ketenagalistrikan tercatat bahwa beban puncak Provinsi Sumatera Barat
sebanyak 591.2 MW. Dari beban puncak tersebut, daya mampu Provinsi Sumatera
Barat sebesar 677.7 MW, yang mana Sumbar otomatis akan memiliki surplus sebagai
cadangan sebesar 86.5 MW. Daya mampu tersebut berasal dari pembangkit-
pembangkit eksisting di Sumbar antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH). Data pembangkit tersebut sebagai berikut: PLTA Maninjau (DMN: 67,80
MW), PLTA Singkarak (DMN : 74,64 MW), PLTU Ombilin (DMN : 170 MW), PLTU
Teluk Sirih (DMN : 180 MW), PLTG PauhLimo (DMN : 49,02 MW) Standby, dan
PLTMH (DMN : 21 MW).
16
Gambar 4. Overview Kelistrikan Provinsi Sumbar
Mengenai masalah rasio elektrifikasi Sumbar, dinyatakan bahwa Rasio Elektrifikasi
(RE) Sumbar sudah mencapai angka 96.56% (Oktober, 2019) dimana terdiri dari
95.30% (1.165.201 RT) merupakan listrik PLN dan 1.26% (14.954 RT) merupakan
listrik non-PLN. Sehingga dari data tersebut masih tersisa sebesar 3.44% (98.829 RT)
belum berlistrik.
Sementara Rasio Desa berlistrik (RD) sudah mencapai 99.91% dimana nilai tersebut
mewakili bahwa 1.157 Desa/Nagari di Sumbar sudah berlistrik, dan sisanya 0.09%
mewakili 1 Desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai belum berlistrik.
17
Gambar 5. Sebaran Rasio Elektrifikasi (RE) Sumbar
Gambar 6. Sebaran Rasio Desa (RD) Berlistrik Sumbar
18
Kemudian untuk data Rumah Tangga Sederhana (RTS) belum berlistrik tercatat
bahwa Sumbar memberikan kontribusi sebesar 1.78% RTS belum berlistrik dari total
100% RTS belum berlistrik di seluruh Indonesia, dimana 1.78% tersebut mewakili
sebanyak 39.256 RTS untuk wilayah Sumbar.
Gambar 7. Rumah Tangga Sederhana (RTS) Belum Berlistrik di Sumbar
Kendala yang dihadapi untuk ketenagalistrikan di Provinsi Sumbar diantaranya adalah
kondisi geografis yang masih diliputi pegunungan dan kurangnya infrastruktur
kelistrikan di Provinsi Sumbar.
Namun dari data tersebut, Komisi VII DPR RI tetap meminta Pemrov Sumbar dan PT
PLN (Persero) untuk memperjelas data-data baik RE maupun RD yang lebih
merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. RD sebaiknya dihitung per RT, karena
konsumsi listrik berasal dari RT bukan desa. Hal ini selaras dengan hasil kesimpulan
RDP dengan PT PLN pada November, 2019 dimana Komisi VII DPR RI mendesak
Plt. Dirut PT PLN (Persero) untuk melakukan kajian dan pendataan secara akurat RE
per desa dan desa berlistrik/belum berlistrik. Dengan adanya data dan informasi yang
akurat tersebut, harapannya adalah akan didapatkannya gambaran yang sesuai
dengan kondisi yang real di lapangan sehingga percepatan dan pelaksanaan program
elektrifikasi ini dapat berjalan tepat dan cepat.
19
Sementara itu, dari sektor Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan (EBTKE), banyak
potensi Sumbar yang dapat dimanfaatkan. Sumber-sumber energi di Sumbar
diantaranya didapat dari sumber energi air, sumber panas bumi, bioenergi, energi
angin, energi surya dan energi samudra.
Gambar 8. Potensi Sumber Daya Energi Sumbar
Untuk sumber daya air Sumbar umumnya berasal dari danau yang debitnya banyak
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Terdapat setidaknya 25 titik potensi tenaga air di Sumbar yang dirangkum dalam tabel
(Gambar 9). Selain sumber daya air, Sumbar juga memiliki sumber daya panas bumi
atau geothermal. Diketahui geothermal Sumbar dapat mencapai 1.650 MW yang
tersebar pada beberapa titik (Gambar 10).
Sumbar dikatakan sebagai salah satu provinsi di Indonesia untuk percontohan
pengembangan EBT. Energi Baru Terbarukan (EBT) yang telah dikembangkan di
Sumbar diantaranya:
- Energi air skala besar, menengah dan mikro
- Energi surya
- Energi angin /studi percontohan
- Biogas skala rumah tangga
- Biomassa (pome/limbah sawit)
20
- Panas bumi dalam proses pengembangan (80 mw cod Desember
2019)
- Energi gelombang laut (uji coba)
Gambar 9. Potensi Sumber Daya Air Sumbar
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pengembangan EBT diantaranya
Harga EBT Belum Kompetitif dan Subsidi Energi Belum Tepat Sasaran, Evakuasi
Daya dari Pembangkit ke Grid PLN, Izin Prinsip di Pemerintah Pusat, dan “Antrian”
Lelang WKP Panas Bumi.
Dari gambaran pengembangan EBT di Sumbar dimana potensi EBT di Sumbar cukup
besar, regulasi yang sudah ada dan demand yang tersedia. Maka seharusnya
kesemuanya itu bisa mendorong Pemrov Sumbar untuk bisa lebih melakukan
percepatan penggunaan EBT dalam rangka mendukung Kemandirian Energi Nasional
dan Ketahanan Energi Nasional (KEN). Akan tetapi, hambatan yang berupa harga
EBT yang dirasa belum kompetitif dan subsidi yang masih belum tepat sasaran
menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam pelaksanaan percepatan penggunaan
EBT ini.
21
Gambar 10. Potensi Panas Bumi/ Geothermal Sumbar
EBT sendiri menjadi salah satu hal yang tertuang dalam Prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemrov Sumbar 2016-2021:
1. Pembangunan mental dan pengamalan agama dan Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) dalam kehidupan masyarakat.
2. Pelaksanaan reformasi birokrasi dalam pemerintahan.
3. Peningkatan pemerataan dan kualitas Pendidikan.
4. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
5. Peningkatan produksi untuk mendukung kedaulatan pangan nasional dan
pengembangan agribisnis.
6. Pengembangan pariwisata, industri, perdagangan, koperasi, UMKM dan
peningkatan investasi
7. Peningkatan pemanfaatan potensi kemaritiman dan kelautan.
8. Penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran serta penanganan daerah
tertinggal.
9. Pengembangan sumber energi baru dan terbarukan serta pembangunan
infrastruktur.
22
Dalam rangka mengupayakan hal tersebut, Pemrov Sumbar merumuskan beberapa
Target Kinerja ke depan berikut Kerangka Pendanaanya, diantaranya Pembangunan
PLTMH, Pembangunan PLTS Tersebar/SHS/LTSHE, Pemasangan Instalasi Listrik
untuk Rumah Tangga Sederhana (RTS), dan Pembangunan Biogas skala Rumah
Tangga (RT) (Gambar 11).
Gambar 11. Target Kinerja dan Kerangka Pendanan RPJMD 2016-2021
Pada sektor pertambangan, beberapa bahan galian diantaranya mineral logam dan
batubara serta mineral bukan logam dan bahan galian menjadi sumber daya tambang
yang dieksplorasi. Berikut data mengenai pertambangan di Sumbar:
• Luas Wilayah Pertambangan Provinsi Sumatera Barat adalah 4.074.584,16 Ha
(285 IUP)
• Luas IUP Eksplorasi Mineral Logam dan Batubara adalah 13,875.97 Ha (3 IUP)
• Luas IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan Batubara adalah 34,721.73 Ha
(69 IUP)
• Luas IUP Eksplorasi Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah 3.592,97 Ha (47
IUP)
• Luas IUP OP Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah 3.004,63 Ha (166 IUP)
• Luas Bukaan Lahan Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah 344,08 Ha
23
Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah Provinsi Sumbar sudah seharusnya
menjadi perhatian, terlebih dari IUP yang berstatus Non CnC dan tidak menerapkan
kaidah Good Mining Practice.
Gambar 11. Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di Sumbar
Pada bidang minyak dan gas bumi, Provinsi Sumbar ternyata masih mengalami
kelangkaan pasokan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada
November 2019, kelangkaan BBM terjadi di sejumlah SPBU di Sumbar hingga
mengakibatkan terjadinya antrian dan kemacetan lalu lintas. Hal ini tentu saja menjadi
salah satu perhatian pada pertemuan Kunker Komisi VII DPR RI ini.
BBM (5 bulan terakhir terjadi kelangkaan Solar dan Premium)
Bahan Bakar Minyak Solar (KL) Premium (KL)
Kuota 2019 388.977 373.403
Usulan 2020 584.239 561.548
24
Untuk LPG 3Kg pun ternyata masih menjadi permasalahan tersendiri. Selain karena
kurangnya kuota, ternyata masih banyak penyalahgunaan LPG 3Kg terjadi di Sumbar
yang mana peruntukannya tidak sesuai dengan target dan sasaran, seperti restoran,
rumah makan, dll. Hal ini tidak terlepas dengan adanya pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab yang melakukan penyalahgunaan pendistribusian tersebut.
LPG 3 kg
Kuota 2019 100.052 MT
Usulan 2020 120.0624 MT
Pada bidang riset dan teknologi, Sestama LIPI memaparkan bahwa telah didirikan
stasiun limnologi penyehatan Danau Maninjau. UPT ini didirikan dengan fokus untuk
mengimplementasikan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan teknologi dan
inovasi penyehatan danau. Pendirian ini dilatarbelakangi kondisi ekosistem. Tekanan
dan pemanfaatan terhadap perairan danau di Indonesia semakin tinggi, baik dari
sektor pertanian, perikanan, industri pariwisata dan listrik Pembangkit Listrik Tenaga
Air. Kemudian, BATAN bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Sijunjung melakukan
perbaikan padi varietas Lampai Kuniang menjadi varietas baru dengan nama Lampai
Sirandah. Lampai Sirandah memiliki banyak keunggulan diantaranya peningkatan
panen dari 6 ton menjadi 10.5 ton per hektar dan ketahanan terhadap hama penyakit.
25
Gambar 12. Padi varietas baru Lampai Sirandah hasil kerjasama Kabupaten
Sijunjung dengan BATAN
3.2.2. Pertemuan di PLTA Singkarak
PLTA Singkarak merupakan salah satu pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga
air dari Danau Singkarak yang terletak di Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat. PLTA
Singkarak memiliki daya mampu sebesar 175 MW yang berasal dari air yang dialirkan
melalui terowongan sepanjang 16.5km.
26
Gambar 13. Terowongan sepanjang 16.5 km PLTA Singkarak
Berikut adalah skema general layout dari PLTA Singkarak.
Gambar 14. Skema Layout Umum PLTA Singkarak
27
Pada pertemuan ini dijelaskan bahwa selain PLTA Singkarak, Sumbar memiliki
beberapa PLTA lainnya PLTA Batang Agam 10.5 MW dan PLTA Maninjau 68 MW.
Dengan demikian, total sumber energi listrik dari PLTA di Provinsi Sumbar secara
keseluruhan adalah sebesar 253 MW.
Gambar 15. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke PLTA Singkarak di Asam
Pulau, Sumbar
Beberapa program CSR yang sudah dilakukan di PLTA Singkarak diantaranya
program danau Singkarak bersih melalui pengolahan sampah, program binaan
masyarakat melalui perikanan darat (nila, lele dan pakan), serta pencarian sumber air
dan pemasangan instalasi pemipaan air bersih Nagari Lubuk Malalo.
28
Gambar 15. Program CSR PLTA Singkarak
Secara keseluruhan, PLTA Singkarak mampu menyumbang daya listrik untuk
kebutuhan ketenagalistrikan di Provinsi Sumbar. Dan karena masyarakat sekitar
sudah diberikan kesadaran dan edukasi bahwa daya PLTA tersebut sangat
bergantung pada debit air danau Singkarak, maka masyarakat sekitar pun sudah
sepatutnya ikut menjaga kelestarian hutan-hutan di sekitar danau Singkarak yang
mampu berkontribusi terhadap debitnya.
Gambar 16. Ruang Kontrol Debit Air PLTA Singkarak
29
3.2.3. Pertemuan dengan PT Pertamina, SKK Migas dan BPH Migas
Pada pertemuan ini dibahas berbagai permasalahan mengenai minyak dan gas bumi.
Wilayah kerja Sumatera Barat termasuk ke dalam wilayah Marketing Operation
Region I (MOR I).
Gambar 17. Ketua Tim Kunker Komisi VII DPR RI, Bapak Gus Irawan Pasaribu,
sedang memberikan sambutan
Wilayah kerja Sumbar MOR I terdiri dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Teluk
Kabung dan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Minangkabau. Berikut tabel
rincian berbagai lembaga penyalur BBM yang ada di wilayah Sumbar:
Lembaga Penyalur Provinsi Sumbar MOR I
SPBU 121 761
SPBU Kompak 9 88
SPBU Mini 0 28
SPBU Modular 1 2
30
SPBU-N 7 56
AMT 3 20
Permasalahan yang muncul di Sumatera Barat adalah kelangkaan BBM. Padahal
terdapat setidaknya 139 lembaga penyalur BBM di Sumbar. Tentu saja, jika memang
masih terdapat kelangkaan BBM bisa saja berarti lembaga penyalur BBM yang ada
belum mencukupi untuk pendistribusian dan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM)
di Sumbar. Data sebagai berikut:
No Wilayah Jumlah Lembaga Penyalur Sales
SPBU S-Kompak S-Nelayan Total
1 Kab Agam 6 1 196.90
2 Kab Dharmas Raya 9 1 359.67
3 Kab Kep Mentawai 6 1 26.95
4 Kab Lima Puluh
Kota
7 193.63
5 Kab Padang
Pariaman
6 193.63
6 Kab Pasaman 7 127.18
7 Kab Pasaman
Barat
7 1 191.29
8 Kab Pesisir Selatan 10 2 230.19
9 Kab Sijunjung 9 223.57
10 Kab Solok 5 149.06
11 Kab Solok Selatan 4 2 110.68
12 Kab Tanah Datar 4 106.72
13 Kota Bukit Tinggi 4 136.86
14 Kota Padang 26 1 1 747.57
15 Kota Padang
Panjang
3 49.21
16 Kota Pariaman 3 1 73.92
17 Kota Payakumbuh 5 133.65
18 Kota Sawah Lunto 2 59.14
19 Kota Solok 4 120.30
Total Sumbar 121 10 7 3,430.13
31
Realisasi penyaluran BBM di Provinsi Sumbar untuk Premium mengalami kenaikan
dari 1,019 kL/hari menjadi 1,288 kL/hari, sedangkan untuk Pertalite mengalami
penurunan dari 906 kL/hari menjadi 743 kL/hari di tahun 2019. Sementara trend untuk
biosolar cenderung stabil dari tahun ke tahun. Berdasarkan data diperoleh prognosa
untuk tahun 2019, Sumbar akan mengalami kelebihan Premium sebesar 25.9% dan
Biosolar sebesar 9.7%. Kelebihan ini akan digunakan untuk menutupi kebutuhan pada
Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
Alokasi premium berdasarkan SK Ka BPH No 45/P3JBKP/BPH Migas/KOM/2018 –
Desember 2018:
Alokasi Premium Biosolar
2017 578,528 389,540
2018 370,158 436,738
2019 373,403 404,308
Tantangan dan hambatan dalam pendistribusian BBM di Sumbar:
2. Konsumsi Biosolar yang tidak tepat sasaran
• Sering dijumpai kendaraan pertambangan dan perkebunan dengan roda lebih
dari 6 yang ikut mengantri Solar Subsidi di Provinsi Sumbar.
• Tindak lanjut adalah edaran aturan dan sosialisasi, sebagai contoh Surat
Edaran Gubernur Sumbar No.500/1115/Perek-sarana/2019 Tanggal 22 Nov
2019 tentang hasil kegiatan perkebunan, kehutanan dan pertambangan
dengan roda lebih dari 6 (enam) dilarang menggunakan JBT.
2. Penyalahgunaan konsumsi premium
• Ada indikasi Premium diborong oleh Pelangsir untuk dijual kembali di pedagang
BBM ecerenm bahkan sampai menyebabkan kebakaran di SPBU.
• Tindak lanjut adalah pelibatan stakeholder untuk edukasi pelanggan melalui
media, social media dan komunitas.
3. Penyaluran BBM ke wilayah terpencil
32
• Dimana saat ini Pertamina membuka kesempatan untuk pembuatan Pertashop
Platinum di wilayah yang belum terdapat SPBU. Kapasitas tanki pada
Pertashop Platinum adalah sebesar 10.000 Liter. Saat ini ada 41 titik potensial
untuk pembangunan Pertashop.
Gambar 18. Atas: Perwakilan PT Pertamina (Persero), Bapak Gandhi Sri Widodo,
sedang memberikan sambutan. Bawah: Anggota Tim Kunker Komisi VII DPR RI
LPG pun tak luput dari berbagai permasalahan diantaranya penyaluran, harga jual,
hingga konversi minyak tanah ke LPG 3Kg. Hendaknya program pemerataan
Pangkalan melalui OVOO (One Village One Outlet) harus segera direalisasikan, yang
artinya satu Nagari/ Satu desa minimal ada satu pangkalan.
Berikut dirangkum beberapa penyebab dan tindak lanjut kelangkaan LPG PSO di Kota
Padang:
Penyebab:
• Kurangnya kesadaran masyarakat Sumbar yang sebenarnya tidak berhak
menggunakan LPG PSI, dan masih tetap menggunakan LPG PSO
• Banyak pelaku usaha menengah ke atas yang belum beralih dari LPG PSO
33
• Disparitas harga yang tinggi, membuat masyarakat dan pelaku usaha masih
bergantung pada LPG PSO
• Kondisi panic buying masyarakat
Tindak lanjut:
• Upaya edukasi dan sosialisasi kepada camat se Kota Padang untuk
mendorong penggunaan LPG Non-Subsidi dan penggunaan LPG tepat
sasaran masyarakat
• Berkoordinasi dengan Pemda setempat untuk melakukan sidak ke beberapa
rumah makan dan industri menengah
• Pemerataan persebaran pangkalan melalui One Village One Outlet atau satu
Nagari (Desa) Satu Pangkalan
• Penguatan penetrasi LPG Non-Subsidi (Bright Gas 5.5 Kg, Bright Gas 12 Kg,
Elpiji 12 Kg) sebagai upaya mensosialisasikan masyarakat untuk beralih ke
LPG Non-Subsidi
Kemudian untuk sektor hulu dan hilir Migas, Sumbar memiliki banyak potensi sumber
daya minyak. Lebih lanjut lagi, telah berhasil dilakukannya pengeboran Sumur
Sinamar sebagai salah satu cadangan minyak untuk Provinsi Sumbar.
3.2.4. Pertemuan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk
PT Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang batubara tertua di
Indonesia dan telah beroperasi sejak 1876. Berikut sejarah PT Bukit Asam (Persero)
Tbk:
34
Gambar 19. Skema Sejarah Berdirinya PT Bukit Asam (PTBA) (Persero) Tbk
Ijin Usaha Pertambangan (IUP) PTBA meliputi Tambang Tanjung Enim, Tambang
Ombilin, Tambang Peranap, Tambang IPC dan Tambang Tabalong. Total sumber
daya adalah 8.27 Miliar Ton dengan cadangan sebesar 3.33 Miliar Ton.
Untuk Unit Pertambangan Ombilin (UPO) merupakan salah satu unit pertambangan
PTBA di kota Sawah Lunto, Sumatera Barat. Saat ini, sudah tidak ada lagi kegiatan
pertambangan di UPO PTBA. Sejak 2018, Sawah Lunto dan UPO PTBA sudah
ditetapkan sebagai Ombilin Coal Mining Heritage of Sawah Lunto dan telah masuk ke
dalam daftar warisan budaya dunia oleh UNESCO.
35
Gambar 20. Peta Tambang Batubara Ombilin
Karena sudah tidak ada lagi kegiatan pertambangan di Unit Pertambangan Ombilin,
otomatis kegiatan pasca tambang yaitu kegiatan reklamasi telah dilakukan dan
diserahterimakan sebagai objek wisata kepada masyarakat dan pemerintah kota
Sawah Lunto.
Secara keseluruhan, Ombilin Coal Mine Heritage of Sawah Lunto terdiri dari 68
bangunan. Pasca tambang bawah tanang sebagian dalam progress pemanfaatan
untuk lubang dan museum pendidikan. Beberapa kegiatan pasca pertambangan UPO
PT BA diantaranya:
• pengelolaan asset Sawah Lunto yang dilakukan dengan kerjasama PT Hotel
Indonesia untuk renovasi Hotel Ombilin pada 01 November 2019
• pengembangan fasilitas transportasi dari dan ke Sawah Lunto - Padang
• pengembangan fasilitas pelabuhan teluk bayur Bukit Asam
36
Gambar 21. Atas: Kegiatan Kunker Komisi VII DPR RI ke PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Bawah: Peninjauan sarana dan prasarana pada museum Ombilin Coal Mine
Heritage of Sawah Lunto
37
Gambar 22. Atas: Tim Kunker Komisi VII DPR RI berfoto di depan PTBA UPO.
Bawah: Penyerahan plakat oleh Dirut SDM PTBA Bapak Djoko Pramono kepada
Ketua Tim Kunker Komisi VII DPR RI, Bapak Gus Irawan
38
Beberapa Anggota Komisi VII DPR RI banyak memberikan masukan terkait usaha
pasca pertambangan dalam rangka membangun Ombilin Coal Mine Heritage of
Sawah Lunto tersebut, diantaranya adalah membangun sarana pendidikan setingkat
universitas di kota Sawah Lunto yang berfokus pada pendidikan pertambangan,
mengingat PT Bukit Asam merupakan perusahaan tambang tertua yang memiliki
teknologi paling lengkap pada jamannya dalam hal eksplorasi dan pengolahan hasil
tambang batubara. Kemudian, masukan diberikan juga agar PT Bukit Asam dan
pemerintah Sawah Lunto menggandeng pihak yang sudah professional dalam
membangun pariwisata tambang tersebut, sehingga hasil yang diperoleh dapat
bertaraf internasional tidak kalah seperti pariwisata tambang di luar negeri lainnya.
Kontribusi pajak dan non-pajak dari PTBA pada negara dapat dirangkum dalam tabel
berikut ini:
Gambar 23. Tabel Kontribusi Pajak dan Non-Pajak PTBA
Kemudian untuk kegiatan CSR PTBA, diantaranya adalah 130,000,000 untuk
kegiataan program kemitraan dirasa masih jauh dari yang diharapkan. Komisi VII DPR
RI meminta agar PTBA dapat memberikan pendanaan CSR dengan lebih tepat lagi.
39
Gambar 24. Realisasi CSR per Wilayah
Selain kegiatan CSR, beberapa kegiatan pascatambang termasuk didalamnya adalah
zonasi perlindungan satwa, zonasi budaya dan zonasi pemanfaatan juga telah
dilakukan oleh PTBA.
Gambar 25. Kegiatan Zonasi Pasca Tambang PTBA
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Sumatera Barat pada tanggal
18-22 Desember 2019 menghasilkan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Kondisi kelistrikan Provinsi Sumatera Barat berada pada Rasio Elektrifikasi
96.56% (Oktober, 2019) dimana masih terdapat 3.44% atau 98.829 Rumah
Tangga (RT) yang belum berlistrik. Komisi VII DPR RI memandang perlu
dilakukan kembali pendataan dan kajian yang akurat mengenai Rasio
Elektrifikasi (RE) dan Rasio Desa (RD) berlistrik di Sumatera Barat, karena pada
kenyataanya masih banyak Rumah Tangga (RT) yang belum berlistrik di
Sumbar. Untuk itu Pemrov Sumbar dan PT PLN (Persero) perlu memperhatikan
wilayah-wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) di Sumbar seperti Kabupaten
Kepulauan Mentawai yang masih belum berlistrik.
2. Beban puncak kelistrikan Provinsi Sumatera Barat berada pada angka 591.2 MW
dengan daya mampu sebesar 677.7 MW, sehingga masih terdapat surplus atau
cadangan sebesar 86.5 MW. Sejauh ini, tidak ada kendala berarti terkait
ketenagalistrikan di Provinsi Sumatera Barat.
3. Sumatera Barat adalah salah satu provinsi dengan pengembangan Energi Baru
dan Energi Baru Terbarukan yang cukup baik karena potensi kekayaan sumber
daya energi yang dimilikinya. Selain tenaga air, yang saat ini menjadi perhatian
untuk dikembangkan diantaranya energi panas bumi/geothermal, energi mikro
hidro, energi surya, energi biogas dan biomassa.
4. PLTA Singkarak merupakan salah satu sumber pembangkit yang berkontribusi
pada daya mampu ketenagalistrikan di Provinsi Sumbar sebesar 175 MW. PLTA
yang lain diantaranya PLTA Batang Agam 10.5 MW dan PLTA Maninjau 68 MW.
Total daya mampu yang berasal dari PLTA di Sumbar sebesar 253.5 MW.
5. Secara umum, masih banyak terjadi permasalahan mengenai pendistribusian
dan penggunaan baik BBM maupun LPG 3Kg. Peningkatan kuota BBM dan
pendistribusian BBM diantaranya dengan pembangunan lembaga penyalur BBM
pada daerah-daerah terpencil yang belum memiliki SPBU menjadi salah satu
solusi. Sedangkan untuk LPG 3Kg, program One Village One Outlet (OVOO)
yaitu satu Nagari satu outlet bisa menjadi penyelesaian tersebut.
41
6. Komisi VII DPR RI sangat mendukung pengembangan Unit Pertambangan
Ombilin PT Bukit Asam (Persero) Tbk menjadi warisan dunia yaitu Ombilin Mine
Coal Heritage of Sawah Lunto oleh UNESCO. Dalam hal ini perlu kiranya
dibangun sarana pendidikan setingkat universitas di kota Sawah Lunto yang
dapat memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang diniliki oleh PT Bukit
Asam dalam eksplorasi dan pengolaham tambang batubara yang sudah terjadi
berates-ratus tahun lamanya.
7. Perlu kiranya dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan yaitu Ombilin
Mine Coal Heritage of Sawah Lunto oleh UNESCO termasuk di dalamnya adalah
sarana dan prasarana serta infrastruktur yang mendukung pengembangan
tersebut.
8. Pengembangan riset dan teknologi untuk wilayah Sumatera Barat sebaiknya
lebih ditingkatkan kembali, terutama bidang pertanian dan perkebunan yang
mana memanfaatkan keanekaragaman hayati dari Prov. Sumbar dari wilayahnya
yang sebagian besar tertutupi oleh hutan lindung.
9. Proses penyehatan danau juga perlu dilakukan tidak hanya pada danau
Maninjau saja, tetapi danau-danau lainnya di Sumatera Barat yang sudah
banyak dimanfaatkan untuk pariwisata maupun pembangkit tenaga listrik.
42
BAB V
PENUTUP
Demikian hasil pelaksanaan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Sumatera
Barat yang telah dilaksanakan pada tanggal 18-22 Desember 2019. Semoga hasil
kegiatan kunjungan kerja ini dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.
Terimakasih.
Jakarta, Desember 2019
Komisi VII DPR RI