Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA BARAT
TANGGAL 18 S.D 22 DESEMBER 2019
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA BARAT
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
18 – 22 DESEMBER 2019
I. Pendahuluan
A. Dasar Kunjungan Kerja
• Berdasarkan pasal 98 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), yang
terakhir direvisi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018, diatur
bahwa Komisi dalam melaksanakan tugas di bidang legislasi, anggaran,
dan pengawasan dapat mengadakan kunjungan kerja. Dalam
melaksanakan tugas sesuai bidangnya, Komisi dapat mengadakan
kunjungan kerja di dalam negeri maupun ke luar negeri.
• Keputusan Pimpinan DPR RI tentang Penugasan Anggota Komisi I
sampai dengan XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja dalam
Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020.
B. Ruang Lingkup
Laporan ini bertujuan untuk menyampaikan pokok-pokok
permasalahan dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI
DPR RI yang menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke
Provinsi Sumatera Barat. Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu fungsi Dewan untuk melakukan pengawasan
sebagaimana diatur dalam Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib dengan
tujuan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai
ketentuan yang berlaku. Sasaran Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini
dititikberatkan pada pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang telah
dilaksanakan serta rencana/program pembangunan yang akan dilakukan,
terutama terkait dengan bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM), BUMN, investasi, perlindungan
konsumen, dan persaingan usaha. Kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI
ini dimaksudkan untuk melaksanakan fungsi Dewan dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kebijakan maupun program
pemerintah, khususnya yang terkait dengan bidang tugas Komisi VI DPR RI
yakni perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi dan usaha mikro kecil
menengah, dan persaingan usaha.
Pada kesempatan kunjungan kerja ini, Komisi VI DPR RI ingin
mengetahui mengenai kondisi aktual, realisasi, permasalahan dan tantangan
dalam pelaksanaan kebijakan subsidi, yaitu terkait BBM, LPG 3 kg, listrik,
pupuk dan KUR yang telah disalurkan oleh BUMN terkait di wilayah Provinsi
Sumatera Barat serta mengenai dana bergulir bagi koperasi dan
pelaksanaan modal madani. Dimana program pengelolaan subsidi
dialokasikan untuk dapat meringankan beban masyarakat dan juga
sekaligus menjaga agar produsen mampu menghasilkan barang dan jasa
termasuk yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Kebijakan subsidi
juga bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan
kualitas pelayanan publik dan memberikan insentif bagi masyarakat serta
dunia usaha. Hasil yang didapat dari kunjungan ini diharapkan dapat
digunakan menjadi bahan masukan bagi Komisi VI DPR RI dan pihak yang
hadir guna ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI
Tabel 1. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Reses
Komisi VI DPR RI
NO. NO.
ANGGOTA NAMA KETERANGAN
1 A-189 ARIA BIMA PIMP. F-PDIP
2 A-179 GILANG DHIELAFARAREZ F-PDIP
3 A-284 BAMBANG PATIJAYA, S.E., M.M. F-PG
4 A-64 ANDRE ROSIADE F-GERINDRA
5 A-135 HENDRIK LEWERISSA, S.H., LLM. F-GERINDRA
6 A-21 MOHAMMAD TOHA, S.Sos., M.Si. F-PKB
7 A-536 Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI F-PD
8 A-416 Hj. NEVI ZUARINA F-PKS
II. Informasi dan Temuan Kunjungan Kerja
A. PT Pertamina (Persero)
Di wilayah Sumatera Barat terdapat 1 terminal BBM yaitu Terminal
Bahan Bakar Minyak (TBBM) Teluk Kabung dan 1 Depot Pengisian Pesawat
Udara (DPPU) yaitu DPPU Minangkabau. Penyebaran Lembaga Penyalur di
Wilayah Provinsi Sumbar, terdapat 138 lembaga penyalur BBM di Sumatera
Barat yang terdiri dari SPBU, S-Kompak dan S-Nelayan, dengan total omzet
3430 kl/hari. Berikut merupakan daftar penyebaran lembaga penyalur di
wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Tabel 2. Penyebaran Lembaga Pemyalur di Provinsi Sumatera Barat
Alokasi vs Realiasi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) dan Jenis
BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi.
Realisasi premium cenderung naik, dimana realisasi tahun 2018 adalah
sebanyak 372,107 kiloliter dan realisasi tahun 2019 sebanyak 430,867
kiloliter semntara untuk prognosa 2019 sebanyak 470,037 kiloliter. Berikut ini
merupakan alokasi Premium Berdasarkan SK Ka BPH No 45/P3JBKP/BPH
Migas/KOM/2018 – Desember 2018.
SPBU S-Kompak S-Nelayan Total
1 Kab Agam 6 - 1 196.90 524,906 0.38
2 Kab Dharmas Raya 9 1 - 359.67 205,127 1.75
3 Kab Kep. Mentawai - 6 1 26.95 83,517 0.32
4 Kab Lima Puluh Kota 7 - - 193.63 374,067 0.52
5 Kab Padang Pariaman 6 - - 193.63 462,125 0.42
6 Kab Pasaman 7 - - 127.18 315,470 0.40
7 Kab Pasaman Barat 7 - 1 191.29 428,641 0.45
8 Kab Pesisir Selatan 10 - 2 230.19 518,265 0.44
9 Kab Sijunjung 9 - - 223.57 233,444 0.96
10 Kab Solok 5 - - 149.06 375,801 0.40
11 Kab Solok Selatan 4 2 - 110.68 177,462 0.62
12 Kab Tanah Datar 4 - - 106.72 366,136 0.29
13 kota Bukit Tinggi 4 - - 136.86 115,986 1.18
14 kota Padang 26 1 1 747.57 883,767 0.85
15 kota Padang Panjang 3 - - 49.21 53,094 0.93
16 Kota Pariaman 3 - 1 73.92 88,984 0.83
17 kota Payakumbuh 5 - - 133.65 129,751 1.03
18 Kota Sawahlunto 2 - - 59.14 64,299 0.92
19 Kota Solok 4 - - 120.30 68,241 1.76
121 10 7 3,430.13 5,469,083 0.63 Total Sumbar
No Wilayah
Jumlah Lembaga Penyalur Populasi
(jiwa)
liter/hari
per jiwa
Sales
Gambar 1. Alokasi dan Realisasi Premium di Sumater Barat
Untuk realisasi biosolar di tahun 2018 adalah 437,546 kiloliter
sementara realisasi tahun 2019 sebanyak 406,641 kiloliter dengan prognosa
2019 sebanyak 443,608 kiloliter. Berikut adalah alokasi premium
berdasarkan SK Ka BPH No 29/P3JBT/BPH Migas/KOM/2019 – Agustus
2019.
Gambar 2. Alokasi dan Realisasi Biosolar di Sumatera Barat
Tabel 3. Alokasi Premium dan Biosolar
Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam penyaluran BBM
diantaranya sebagai berikut:
Alokasi Premium Biosolar
2017 578,528 389,540
2018 370,158 436,738
2019 373,403 404,308
1. Penyaluran Biosolar Melebihi Alokasi.
Sering dijumpai kendaraan Pertambangan dan Perkebunan dengan Roda
> 6 ikut mengantri solar subsidi di Provinsi Sumatera Barat. Surat Edaran
Gubernur Sumatera Barat No. 500/1115/Perek-Sarana/2019 Tanggal 22
Nov 2019. Hasil kegiatan perkebunan, kehutanan dan pertambangan
Roda Lebih dari 6 (enam) dilarang menggunakan JBT.
2. Penyaluran Premium Melebihi Alokasi.
Ada indikasi premium yang diborong oleh pelangsir untuk dijual kembali di
pedagang BBM eceran, bahkan sampai menyebabkan kebakaran di
SPBU. Edukasi pelanggan melalui media, sosial media dan komunitas.
3. Penyaluran BBM ke Wilayah Remote.
Untuk Wilayah yang belum terdapat SPBU, Pertamina membuka
kesempatan untuk pembuatan Pertashop Platinum. Saat ini ada 41 titik
potensial untuk pembangunan Pertashop.
Terkait distribusi LPG PSO, khusus LPG PSO dilakukan pemeriksaan
bulanan oleh Kementerian ESDM dan dilakukan validasi semua laporan
Agen oleh tim verifikasi Pertamina, serta ada pemeriksaan tahunan oleh
BPK/IA. Persebaran Keagenan LPG PSO di Provinsi Sumatera Barat yaitu
terdapat 102 agen LPG PSO dan 23 agen LPG NPSO. Serta ada 6 Stasiun
Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) PSO dan 2 SPPBE NPSO.
Dasar Hukum LPG PSO
Kuota dan Realisasi LPG
Realisasi LPG selalu melebihi kuotanya dan terus mengalami
peningkatan. Dimana pada 2017 realisasinya mencapai 87,2 ribu (100,9%
dari target kuota), kemudian di tahun 2019 mencapai 95 ribu (104,7% dari
kuota) dan realisasi per November 2019 sudah mencapai kuotanya 100,1
ribu.
Gambar 3. Kuota dan Realisasi LPG (2017-November 2019)
Berikut merupakan kuota dan realisasi LPG berdasarkan
kabupaten/kota di wilayah Sumatera Barat.
Tabel 4. Kuota dan Reakisasi LPG berdasarkan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat
Kuota Real % Kuota Real % Kuota Prognosa %
Kab Agam 8.879 9.018 101,6% 9.323 9.845 105,6% 10.337 10.175 98,4%
Kab Dharmas Raya 4.314 4.425 102,6% 4.546 4.694 103,3% 4.909 4.792 97,6%
Kab Lima Puluh Kota 5.610 5.799 103,4% 5.899 5.905 100,1% 5.994 6.224 103,8%
Kab Padang Pariaman 5.851 5.918 101,1% 6.079 6.195 101,9% 6.582 6.743 102,4%
Kab Pasaman 2.447 2.481 101,4% 2.524 3.066 121,5% 3.312 3.240 97,8%
Kab Pasaman Barat 5.183 5.229 100,9% 6.289 6.423 102,1% 6.936 7.028 101,3%
Kab Pesisir Selatan 6.906 6.997 101,3% 7.188 7.303 101,6% 7.838 7.729 98,6%
Kab Sijunjung 3.316 3.446 103,9% 3.505 3.392 96,8% 3.426 3.315 96,8%
Kab Solok 3.805 3.816 100,3% 3.938 4.829 122,6% 4.736 4.961 104,7%
Kab Solok Selatan 2.273 2.158 94,9% 2.309 2.502 108,3% 2.702 2.572 95,2%
Kab Tanah Datar 5.058 4.923 97,3% 5.082 5.754 113,2% 6.214 6.443 103,7%
Kota Bukit Tinggi 1.596 1.578 98,8% 1.600 2.112 132,0% 2.281 2.246 98,5%
Kota Padang 21.092 21.111 100,1% 22.064 22.661 102,7% 23.794 23.415 98,4%
Kota Padang Panjang 1.664 1.719 103,3% 1.731 1.700 98,2% 1.717 1.766 102,8%
Kota Payakumbuh 4.265 4.279 100,3% 4.408 4.427 100,4% 4.560 4.675 102,5%
Kota SawahLunto 1.054 1.095 103,9% 1.114 1.084 97,3% 1.094 1.190 108,7%
Kota Pariaman 1.992 2.026 101,7% 2.041 2.001 98,0% 2.021 2.047 101,3%
Kota Solok 1.122 1.159 103,3% 1.167 1.139 97,6% 1.599 1.521 95,1%
Total 86.427 87.177 100,9% 90.807 95.032 104,7% 100.052 100.082 100,0%
Kota/Kab2017 2018 2019
Telah dilakukan program pemerataan pangkalan LPG PSO melalui
One Village One Outlet (OVOO) dimana satu nagari atau satu desa minimal
terdapat satu pangkalan. Berikut adalah rincian persebaran pangkalan LPG
PSO di wilayah Sumatera Barat.
Tabel 5. Persebaran Pangkalan LPG PSO melalui OVOO
B. PT PLN (Persero)
Realisasi pertumbuhan penjualan listrik di Sumatera sampai dengan
bulan November 2019 adalah 5,91% dengan volume penjualan listrik 33,53
TWh. Target setahun sesuai dengan RKAP 2019 sebesar 37,55 TWh
dengan harapan tumbuh 8,47% dan baru tercapai 81% dari RKAP 2019.
Realisasi growth Sumatera sebesar 5,9% lebih tinggi dari pada growth
nasional, adapun wilayah dengan growth di bawah nasional adalah Provinsi
Sumatera Barat (Realisasi GWh jual Per wilayah sebesar 84% atau
terendah di antara 6 provinsi lainnya di Pulau Sumatera).
Terkait subsidi listrik, diberikan kepada pelanggan rumah tangga tidak
mampu yang terdaftar dalam Basis Data Terpadu (BDT) Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), social, industri kecil,
komersial kecil, publik kecil, traksi dan curah.
Kemudian terkait pengawasan pengaduan dilakukan dengan
melakukan monitoring melalui aplikasi Subsidi Listrik Tepat Sasaran
(subsidi.djk.esdm.go.id) dan melalui verifikasi lapangan. Hasil dari verifikasi
lapangan oleh petugas PLN Unit dirapatkan secara rutin di dalam Rapat Tim
Posko Pengaduan yang terdiri dari Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian
ESDM, Kementerian Sosial, TNP2K, Kemenko PMK, Kemendagri dan PLN.
Terdapat kendala dalam survey verifikasi ke lapangan, dimana masih
terdapat temuan Data Tidak Teridentifikasi atau alamat tidak ketemu.
Dalam pelaksanaan subsidi listrik tepat sasaran, PLN mengacu kepada
BDT TNP2K Setwapres TNP2K dalam menentukan kebijakan subsidi listrik
pelanggan R1 900 VA penerima subsidi listrik. Jumlah pelanggan R1 900 VA
di wilayah Sumatera Barat per 30 November 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Pelanggan R1 900 VA di Sumatera Barat
C. PT Pupuk Indonesia (Persero)
PT Pupuk Indonesia melalui produsen melakukan koordinasi dengan
Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten setempat terkait pengajuan RDKK,
penetapan alokasi dan penyaluran alokasi sesuai dengan yang ditetapkan.
PT Pupuk Indonesia juga melakukan pembinaan distributor dan kios
bersama-sama dengan Dinas Pertanian setempat dalam persiapan
pelaksanaan verifikasi lapangan oleh tim verifikasi dan validasi Kementerian
Pertanian. Realisasi subsidi pupuk di Provinsi Sumatera Barat per 15
Desember 2019 adalah sebanyak 149.625 ton atau mencapai 91%.
Tabel 6. Kuota dan Realisasi Subsidi Pupuk Provinsi Sumatera Barat
Selain itu, PT Pupuk Indonesia melalui produsen melakukan koordinasi
dengan Dinas Pertanian setempat maupun stakeholder lainnya selaku
anggota Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) untuk melakukan
pengawasan pupuk bersubsidi. Koordinasi lain yang dilakukan oleh PT
Pupuk Indonesia yaitu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat
dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara demplot area dan
bantuan langsung pupuk.
Terkait terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi di Provinsi Sumatera
Barat, PT Pupuk Indonesia menjelaskan bahwa adanya penurunan alokasi
pupuk bersubsidi Nasional dari sebelumnya 9,55 juta di tahun 2018 menjadi
8,874 juta di tahun 2019 berdampak pada penurunan alokasi di Provinsi
Sumatera Barat sebesar 31.833 ton sebagaimana tabel berikut:
Tabel 7. Alokasi Subsidi Pupuk di Sumatera Barat
Akibat adanya penurunan tersebut maka kebutuhan pupuk bersubsisi
tidak dapat dipenuhi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Untuk
mengatasi keterbatasan alokasi tersebut, maka PT Pupuk Indonesia telah
menyiapkan stok pupuk non subsidi di kios-kios. Selain itu, PT Pupuk
Indonesia juga telah menyampaikan usulan penambahan alokasi pupuk
bersubsidi kepada Kementerian Pertanian.
Terdapat beberapa isu strategis pupuk bersubsidi diantaranya:
1. Potensi terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi yang disebabkan
berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi yang semula 9,5 juta ton di tahun
2018 menjadi sebesar 8,8 juta ton di tahun 2019. Potensi kelangkaan
kemungkinan dapat terjadi di tahun 2020 karena alokasi yang ditetapkan
Pemerintah turun kembali menjadi 7,9 juta ton.
2. Total kebutuhan pupuk bersubsidi yang tertuang dalam usulan RDKK oleh
kelompok tani jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi yang
ditetapkan. Usulan kebutuhan tahun 2019 sebesar 23 juta ton, namun
alokasi yang ditetapkan hanya 8,87 juta ton.
3. Penundaan pembayaran subsidi di 40 kecamatan yang memiliki alokasi
pupuk bersubsidi dikarenakan terdapat koreksi atas luas lahan sawah
oleh ATR/BPN.
4. Peningkatan anggaran subsidi yang disebabkan karena tingginya harga
gas, gas yang dibayar dalam mata uang USD, piutang subsidi yang
terlambat dibayar oleh Pemerintah yang berdampak pada kenaikan biaya
bunga yang menjadi beban subsidi dan Harga Eceran Tertinggi (HET)
yang tidak berubah sejak 2012.
D. PT Semen Indonesia
Program dan pokok kebijakan PT Semen Indonesia diantaranya adalah
dilakukannya strategi Semen Indonesia Group zonasi wilayah pemasaran
dimana Semen Padang yang tadinya menjual sampai ke Pulau Jawa, saat ini
difokuskan untuk penjualan di Sumatera dan ekspor. Selain itu dilakukan
fungsi pemasaran, distribusi dan supply chain, serta pengadaan
disentralisasikan ke holding dalam rangka memperoleh optimalisasi dan
efisiensi operasi.
Masih terdapat kendala dalam penerapan pembatasan beban dan
dimensi operasi truck (ODOL) yang mengakibatkan biaya distribusi menjadi
naik. Selain itu terkait ketersediaan BBM yang mengakibatkan antrian
angkutan ekspeditur. Terdapat beberapa poin terkait tantangan yang
dihadapi oleh PT Semen Indonesia dan PT Semen Padang sebagai berikut.
1. Terkait regulasi dan kebijakan Pemerintah yang mengancam industri
dalam negeri. Hal tersebut dapat berdampak pada persaingan tidak sehat
di industri semen dalam negeri, mengancam economic suistainability
pabrik semen existing dan dapat berdampak pada peningkatan emisi CO2
dan Gas Rumah Kaca
2. Tantangan perlambatan ekonomi secara global yang dipicu oleh Trade
War Tiongkok dengan USA, Europe dengan USA serta potensi implikasi
Global Economic Crisis. Hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada
pasar semen baik dalam negeri dan ekspor melemah.
3. Tantangan penerapan peraturan ODOL (over dimension and over load)
tanpa pentahapan. Hal tersebut dapat berdampak pada biaya transportasi
dan distribusi semen via jalan darat meningkat, risiko congestion karena
penambahan armada sekitar 200% dan risiko kelangkaan barang di
pasar.
4. Tantangan pendanaan investasi untuk mendukung rencana strategis
perusahaan. Sehingga dapat berdampak pada keterbatasan sumber dana
untuk investasi, biaya keuangan meningkat dan tingkat hutang meningkat.
Terkait permintaan semen domestik yang mengalami penurunan sejak
awal tahun 2019, PT Semen Indonesia menjelaskan bahwa terdapat
beberapa kondisi yang mempengaruhi permintaan semen domestik, antara
lain:
- Proyek infrastruktur yang mulai selesai di akhir tahun 2018 dan awal
tahun 2019
- Adanya agenda Pemilu 2019 yang membuat pemilik proyek baik nasional
maupun swasta menunda inisiasi proyeknya setelah Pemilu dan setelah
terbentuknya kabinet baru
- Adanya perlambatan pertumbuhan industri properti
Konsumsi semen di Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya beli
masyarakat dan bersifat inelastic terhadap harga semen, karena orang
hanya membeli semen ketika mereka membutuhkan dan dalam jumlah
sesuai dengan kebutuhan. Pemberian potongan harga jual semen tidak
mempengaruhi konsumsi semen yang signifikan. Konsumsi semen domestik
sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Daya beli yang baik dan
didukung dengan tingkat bunga pinjaman yang terjangkau akan dapat
mendorong permintaan akan perumahan, renovasi rumah, dan produk
bahan bangunan turunan semen lainnya (ready mix, beton, precast, dan
lain-lain). Proyek infrastruktur juga menjadi pendorong terhadap
pertumbuhan permintaan semen domestik. Konsumsi semen mulai positif di
bulan Oktober sebesar 2% YoY dengan telah dimulainya beberapa proyek
infrastruktur.
Dalam menghadapi situasi konsumsi semen yang menurun, PT Semen
Indonesia menerapkan beberapa strategi untuk tetap memiliki competitive
advantage, antara lain:
- Melakukan optimalisasi ekspor ke pasar-pasar regional yang potensial
- Optimalisasi jalur distribusi dengan adanya sinergi fasilitas jaringan
distribusi merk-merk di bawah Semen Indonesia Group
- Melakukan efisiensi operasional
- Pengembangan produk turunan dan inovasi produk dan jasa
Gambar 4. Perkembangan Penjualan Semen Domestik dan Ekspor Pasar
Regional
Ekspor Semen Indonesia dari pabrik di Indonesia ke pasar regional
hingga Oktober 2019 mencapai 3,38 juta ton atau naik 27% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Penjualan Semen Indonesia tetap
mengutamakan pemenuhan permintaan semen domestik. Penjualan ekspor
dilakukan sepanjang permintaan domestik telah terpenuhi. Peningkatan
penjualan ekspor di tahun 2019 terjadi seiring dengan menurunnya
penjualan dan permintaan semen domestik. Disamping itu, kenaikan volume
ekspor dikarenakan terkonsolidasinya penjualan ekspor dari pabrik Solusi
Bangun Indonesia (sebelumnya PT Holcim Indonesia) yang diakuisisi oleh
Semen Indonesia per 31Januari2019.
E. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Jaringan Operasional BNI Wilayah Padang terdiri dari Kantor Wilayah
Padang yang memiliki 115 outlet, 11 Payment Point, dan 16 BNI Layanan
Gerak yang menjadi area supervisi, tersebar di 12 Kota dan 27 Kabupaten di
Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau dan Riau. Dari total outlet
yang ada, sebagian besar berlokasi di Area Perbelanjaan (67%), sisanya
berlokasi di area perkantoran (22%) dan area tempat tinggal (11%).
Gambar 5. Perkembangan Penyaluran Kredit Menengah dan Kecil
Sumatera Barat
*data per 17 Desember 2019
Kinerja Keuangan BNI
Secara sektoral, penyaluran kredit Mikro, Kecil dan Menengah di
Sumatera Barat didominasi oleh sektor Perdagangan, Restoran & Hotel
(52,5%), diikuti Sektor Industri Pengolahan (27,2%) serta Pertanian,
perburuan & Sarana Pertanian (7,3%). NPL di Sumatera Barat cukup baik
(1,0%) dimana NPL tertinggi pada bulan September 2019 terdapat pada
sektor perdagangan, restoran & hotel (1,8%) dan sektor pertanian,
perburuan & sarana pertanian (0,7%).
Tabel 8. Kinerja Keuangan BNI
Realisasi penyaluran KUR BNI untuk KUR Ritel mengalami
peningkatan dari tahun 2017 sebanyak 98,7% menjadi 99% di tahun 2019.
Dimana untuk pembiayaan KUR mikro dialokasikan sampai dengan Rp25
juta sedangkan untuk KUR ritel Rp25 juta hingga Rp500 juta. Berikut
merupakan gambaran penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Barat.
Gambar 6. Realisasi Penyaluran KUR per Segmen
Gambar 7. Realisasi Penyaluran KUR Menurut Karakteristik Debitur
Realisasi Penyaluran KUR per Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi yang dominan memanfaatkan KUR adalah Sektor
Perdagangan besar dan eceran dengan total penyaluran KUR s.d
September 2019 sebesar Rp. 189,3 M (share 61,9%), kemudian diikuti
dengan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar Rp. 45,6 M
(share 14,9%). Penyaluran KUR didominasi oleh KUR Ritel dengan porsi
99% dengan maksimum rata-rata >200 juta.
Permasalahan yang dihadapi BNI dalam penyaluran KUR adalah
terkait data SIKP dimana data di SIKP tidak sinkron dengan data SLIK terkait
updating debitur lunas di Bank lain, sehingga top up KUR debitur existing
sering kali terkendala.
F. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Jaringan kantor Bank Mandiri di Provinsi Sumatera Barat berjumlah 39
cabang di 15 kota/kabupaten. Terdapat 167 unit ATM yang tersebar di
Provinsi Sumatera Barat dan total terdapat 2.543 unit EDC. Terkait
penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Barat, total KUR yang disalurkan
kepada debitur terus mengalami peningkatan. Berikut data realisasi
penyaluran KUR per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Tabel 9. Realisasi Penyaluran KUR per Kabupaten/Kota
Sedangkan berdasarkan sektor usaha, pada bulan Januari 2019
hingga November 2019 penyaluran KUR tertinggi adalah untuk sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar Rp283,452 miliar dan sektor
perdagangan sebesar Rp214,578 miliar. Penyaluran KUR sampai dengan
bulan November 2019 sebanyak 64,26% (Rp385,858 miliar) untuk sektor
produktif dan 35,74% untuk sektor non produktif (Rp214,578).
Tabel 10. Realisasi KUR Berdasarkan Sektor Usaha
Kualitas KUR di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan bulan
November 2019 masih terjaga dengan NPL 0,70%. NPL secara nominal
terbesar berada pada sektor perdagangan eceran sebesar Rp2,6 miliar, tapi
masih terjaga di angka 0,65% secara persentase dari total penyaluran di
sektor tersebut.
Tabel 11. Kualitas Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Barat
Secara umum relatif tidak ada kendala dalam penyaluran KUR oleh
Bank Mandiri yang ditunjukkan dengan realisasi selama ini yang selalu
mencapai target alokasi KUR yang ditetapkan Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kontribusi Bank Mandiri pada pembangunan dan perekonomian
masyarakat tercermin pada penyaluran kredit usaha mikro kecil dan
menengah yang mencapai Rp1,46 triliun (Per November 2019) dengan porsi
pembagian tertinggi ada di kredit mikro sebesar Rp1,04 triliun. Untuk
penyaluran kredit UMKM tertinggi ada di sektor Perdagangan Restoran dan
Hotel sebesar Rp804 miliar (55%) dan sektor pertanian sebesar Rp462 miliar
(32%).
G. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Penyaluran KUR BRI di Provinsi Sumatera selama 4 tahun ini terus
mengalami peningkatan dengan data sebagai berikut.
Tabel 12. Penyaluran KUR BRI di Sumatera Barat
Sementara itu, untuk penyaluran KUR berdasarkan Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut.
Gambar 8. Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Barat
Peran Bank BRI di Sumatera Barat sebagai agent of development yaitu:
1. Penyaluran Kredit dalam rangka pemberdayaan ekonomi di Sumatera
Barat khususnya ke Sektor UMKM Sebesar 78 % (Rp 10,7 T dari total
kredit yang disalurkan sebesar Rp 13,8 T)
2. Penyaluran BPNT di 14 Kota & Kabupaten dengan total penyaluran
157.129 penerima BPNT.
3. Penyaluran Bina Lingkungan Tahun 2019
(Rp Juta)
BRI memberikan pelatihan untuk mitra binaan UMKM di Sumbar
kepada pelaku UMKM yang dikenalkan cara untuk meningkatkan kapasitas
usaha DI 4 Lokasi yaitu : Padang, Bukittinggi, Solok & Batu Sangkar dengan
masing-masing peserta sebanyak 100 pelaku UMKM (total 400 UMKM). BRI
juga melakukan pendampingan UMKM untuk mewujudkan UMKM go digital
dan go global. Selain itu BRI mengundang nasabah UMKM dalam pameran
lokal maupun nasional untuk membantu agar produk UMKM lebih dikenal di
pasar dan untuk memperkaya pengalaman.
Dalam mendukung akses keuangan daerah dan UMKM melalui Laku
Pandai dengan Agen BRILink. Bank BRI memiliki 11.182 Agen BRILink yang
tersebar di wilayah Sumatera Barat untuk memberikan pelayanan perbankan
di hampir semua nagari (874 Nagari dari 928 Nagari). Dengan transaksi 1,2 Jt
/ bulan transaksi dengan volume Rp 1,6 Triliun / bulan. Dimana terdapat 43
Agen menggunakan Satelit BRI di daerah blank spot.
Tantangan dan kendala yang dihadapi BRI dalam penyaluran KUR
adalah Sistem Informasi Debitur yang kredit KUR-nya sudah lunas, namun
masih terbaca aktif kredit KUR-nya di SIKP (Sistem Informasi Kredit
Program). Selain itu masih diperlukan sosialisasi bahwa Kredit Usaha Rakyat
(KUR) bukan dana pemerintah, melainkan murni dana bank penyalur/dana
pihak ketiga.
H. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Penyaluran KUR BTN periode bulan Desember 2017 sampai dengan
bulan November 2019 di wilayah Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai
berikut:
Untuk penyaluran KUR pada bulan Januari sampai dengan November
2019, total KUR yang disalurkan adalah sebesar Rp1.530 juta untuk 7
debitur. Dari total realisasi kredit hingga November 2019, BTN KC Padang
memberikan fasilitas pembiayaan KUR kepada beberapa sektor ekonomi
diantaranya Jasa Penyediaan Makanan, Jasa Konstruksi, Transportasi,
Perdagangan, dan Pertanian (Kelompok Peternakan Ayam). PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk yang memiliki core business utama yaitu
perumahan, dalam 4 tahun terakhir telah berperan aktif dalam pembangunan
dan perekonomian demi meningkatnya kehidupan sosial ekonomi di Provinsi
Sumatera Barat melalui program Non KUR yaitu kredit komersial, KPR
Subsidi dan KPR Non Subsidi dengan data sebagai berikut:
Tabel 13. Data Program Non KUR BTN
Saat ini di Bank BTN Wilayah Sumatera Barat memiliki beberapa
debitur yang memiliki sektor usaha Housing Related salah satunya yaitu
Jasa Penyewaan Rumah. Selain sektor housing, sebagai contoh Bank BTN
wilayah Sumatera Barat juga mengembangkan potensi pembiayaan KUR ke
sektor produktif yaitu peternakan Ayam di wilayah Kab. Padang Pariaman
dengan total pembiayaan Rp600.000.000 dengan history pembiayaan lancar.
Ke depan sektor ini akan terus dikembangkan dengan mencoba memberikan
pembiayaan secara kelompok dengan melakukan MOU dengan PT Ciomas
Adi Satwa (SUB PT Japfa Comfeed Indonesia) yang akan berperan sebagai
penanggung jawab (off taker).
Tantangan dan permasalahan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk dalam menyalurkan KUR di wilayah Sumatera Barat relatif masih sangat
kompleks dikarenakan wilayah Sumatera Barat yang terbagi dalam beberapa
wilayah Kota/Kabupaten yang sangat luas. Selain itu Provinsi Sumatera
Barat memiliki wilayah uang sangat luas dengan potensi KUR yang sangat
besar, dan Bank BTN wilayah Sumatera Barat memaksimalkan potensi
supply chain debitur existing yang potensinya sangat besar untuk
dikembangkan.
I. PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
Dalam menjalankan amanah yang diberikan Pemerintah kepada
Perusahaan dalam mendukung dan mengembangkan usaha ultra mikro
khususnya dan UMK pada umumnya melalui penyaluran pembiayaan,
termasuk memberikan pendampingan dan pelatihan usaha bagi para
nasabah, maka dalam rencana kerja tahun 2020 seperti tahun sebelumnya,
manajemen tetap menitikberatkan penyaluran pembiayaan melalui PNM
Mekaar (PNM Membina Keluarga Sejahtera) kepada perempuan
prasejahtera dengan target 7,7 juta nasabah pada akhir tahun 2020. Hal ini
sejalan dengan prognosa jumlah nasabah pada akhir 2019 yang diperkirakan
mencapai lebih dari 6 juta nasabah yang tersebar di 34 provinsi. Untuk
pemberdayaan sektor UMK, PNM berkontribusi melalui PNM ULaMM.
Dengan plafon pembiayaan berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 200 juta,
sejak diluncurkan pada pertengahan tahun 2008, PNM telah menyalurkan
pembiayaan sebesar Rp 25,93 triliun dengan total pelaku UMK lebih dari 324
ribu nasabah. Per November 2019, outstanding pembiayaan melalui PNM
ULaMM sebesar Rp 6,85 triliun.
Adapun untuk pemberdayaan perempuan prasejahtera, melalui PNM
Mekaar, pembiayaan berbasis kelompok dengan pola tanggung renteng,
yang diluncurkan pada akhir tahun 2015, Perusahaan telah menyalurkan
pembiayaan hingga November 2019 sebesar Rp 31,49 triliun dengan jumlah
nasabah per November 2019, sebanyak 5.852.837 nasabah. Selain
pemberdayaan pelaku usaha UMK dan ultra mikro melalui penyaluran
pembiayaan, PNM juga memberikan pendampingan dan pelatihan bagi para
nasabah, dengan ini diharapkan para pelaku usaha tersebut dapat
meningkatkan kapasitas usahanya. Untuk rencana kerja tahun 2020, PNM
menitikberatkan penyaluran pembiayaan ultra mikro melalui PNM Mekaar
dengan target 7,7 juta nasabah pada akhir tahun 2020 dan diikuti oleh
penyaluran pembiayaan kepada pelaku UMK melalui PNM ULaMM. Guna
memenuhi target 7,7 juta nasabah ini, PNM berencana membuka 771 kantor
layanan baru, sehingga pada akhir tahun 2020 direncanakan terdapat 3.563
kantor layanan yang terdiri dari 2.852 kantor cabang PNM Mekaar dan 711
kantor cabang dan kantor unit PNM ULaMM. Saat ini untuk melayani UMK
dan usaha ultra mikro di wilayah Provinsi Sumatera Barat, PNM memiliki
jaringan layanan sebanyak 36 Kantor Cabang Mekaar dan 1 Kantor Cabang
ULaMM dengan 14 Kantor Unit ULaMM. Adapun pembiayaan yang sudah
disalurkan memiliki komposisi sektor usaha sebagai berikut:
Gambar 9. Pembiayaan oleh PNM
Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) merupakan pinjaman
untuk kelompok khusus ibu-ibu pra sejahtera, dengan pinjaman awal
sebesar 2 juta rupiah. ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro) merupakan
pinjaman untuk perorangan dengan penyaluran pinjaman sebesar 10 – 200
juta, dengan jangka waktu maksimal 48 bulan. Jenis usaha yang bisa
diberikan pinjaman adalah usaha perdagangan, perkebunan, pertanian,
jasa, industri, dan lain-lain. Di Sumatera Barat sendiri nasabah ULaMM dan
Mekaar terus bersinergi dengan melakukan pelatihan pengembangan
kapasitas usaha. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
nasabah Mekaar agar nasabah Mekaar bisa meningkatkan usahanya dan
menjadi nasabah UlaMM, atau yang dikenal dengan istilah nasabah naik
kelas. Salah satu bentuk sinergi ini adalah nasabah UlaMM menjadi
pengepul atau pengumpul untuk produksi yang dilakukan oleh nasabah
Mekaar.
Dari data Sensus Ekonomi BPS Tahun 2016 dan Sensus Pertanian
BPS Tahun 2013 yang diolah maka untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat
jumlah potensi UMK ada sekitar 389.000 UMK yang tersebar di 7
Kabupaten/Kota dengan jumlah UMK terbesar di Kabupaten Limapuluh Kota
sebanyak lebih dari 106.000 UMK. Dengan iklim perkembangan ultra mikro
yang baik dan potensi yang masih sangat besar di wilayah Sumatera Barat,
PNM untuk tahun 2020 merencanakan akan menambah 20 kantor cabang
Mekaar.
Terkait kinerja operasional PNM yang mencakup pembiayaan,
pelatihan, pendampingan sentra usaha, dan pengembangan kapasitas
usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) di wilayah Provinsi
Sumatera Barat dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 10. Data Pembiayaan ULaMM dan Realisasi PNM Mekaar
Program PKU merupakan bentuk pembinaan dan pendampingan PNM
terhadap nasabah, setelah mendapatkan pembiayaan para nasabah
mendapatkan pendampingan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
kapasitas usaha. Pada cabang Padang, program PKU dilakukan secara
intens dan berkala. Kegiatan-kegiatan PKU yang telah dilaksanakan oleh
PNM Cabang Padang:
1. Kegiatan temu usaha nasabah unit, dilaksanakan setiap 1 kali dalam 2
bulan
2. Kegiatan temu usaha nasabah cabang, dilaksanakan 2 kali dalam
setahun
3. Kegiatan kelompok usaha/ sektoral, yakni kelompok usaha lebah madu
sawit di simpang empat, kelompok usaha kuliner di Payakumbuh,
kelompok usaha peternak ayam petelur di Batusangkar dan kelompok
usaha pengolahan limbah sawit di Ujung Gading.
4. Kegiatan kelompok bisnis/ teritorial, yakni gabungan dari nasabah dengan
berbagai macam jenis usaha di kota Padang
5. Kegiatan Kelompok sinergi nasabah Mekaar dan ULaMM, yakni kelompok
budidaya jamur tiram di nagari suayan kab. lima puluh kota.
6. Pameran ataupun bazaar dengan pihak eksternal seperti bekerja sama
dengan Dinas Koperasi & UKM
7. Kegiatan PKU Akbar yang melibatkan gabungan nasabah ULaMM,
Mekaar, Program Kemitraan dan Jasmen, dengan minimal peserta 350
orang, dan bekerja sama dengan pihak eksternal dan sinergi BUMN
seperti Bulog.
8. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang diundang oleh pihak eksternal,
seperti menjadi narasumber di Dinas Tenaga Kerja, Bung Hatta Fest, dll
III. Catatan dan Rekomendasi
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
kunjungan, ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian Komisi VI DPR
RI, antara lain:
1. Terdapat informasi dari Bupati Dharmasraya bahwa LPG 3 kg di Mentawai
masih belum memadai dan masih banyak yang menggunakan minyak tanah
dan harga minyaknya mahal. Selain itu terdapat permasalahan solar untuk
nelayan dimana pihak Pemkab Dharmasraya meminta agar ada spesifikasi
khusus bagi nelayan. Permasalahan kemiskinan di Mentawai yang masih
tinggi, yaitu terdapat 14% masyarakat miskin. Hal ini tentu perlu mendapat
dukungan untuk meningkatkan pembangunan di Mentawai termasuk
pengembangan pariwisatanya. Komisi VI DPR RI mendorong agar dibentuk
tim percepatan pembangunan untuk Mentawai agar keluar dari daerah
tertinggal. Terkait penyaluran LPG subsidi, Komisi VI DPR RI
merekomendasikan agar PT Pertamina juga menyalurkan LPG subsidi
melalui KUD di tiap kabupaten/kecamatan.
2. Di wilayah Pasaman Barat terdapat 9 koperasi yang siap untuk menyalurkan
pupuk dan terdapat 33 distributor swasta yang telah ditetapkan oleh Dinas
Perdagangan dan sudah membagi hasil ke semua wilayah di Pasaman Barat.
Dalam hal ini ada masukan agar KUD bisa menjadi distributor pupuk dan
mekanismenya bisa dilakukan saat ada perjanjian pergantian. Komisi VI DPR
RI merekomendasikan agar tiap KUD yang bagus di tiap kabupaten atau
kecamatan agar bisa diberikan kegiatan untuk menjadi distributor pupuk serta
agar pihak Pemkab Sumatera Barat bertemu atau bersurat ke Kementerian
Pertanian terkait dengan penambahan kuota subsidi pupuk.
3. Terkait masih adanya laporan bahwa terdapat blacklist Kredit Usaha Tani
(KUT) di Bank BRI di Sumatera Barat, maka Komisi VI DPR RI dalam
pertemuan kunjungan reses di Sumatera Barat ini meminta pihak Bank BRI
dan Kadis Koperasi untuk dapat membahas dan menyelesaikan masalah ini
paling lambat pada 31 Januari 2020.
4. Komisi VI DPR RI akan mengadakan agenda dengan Kemenkop UKM terkait
bagaimana penghapusan dana bergulir di Sumatera Barat (misalnya terkait
penerima dana bergulir yang sudah meninggal, tidak produktif dan lainnya).
IV. Penutup
Demikian laporan kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI ke Provinsi
Sumatera Barat pada masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020. Kami
mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam laporan ini
dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam rapat-rapat
Komisi VI DPR RI.
Jakarta, Desember 2019
Ketua Tim Kunjungan Reses Komisi VI DPR RI
Ke Provinsi Sumatera Barat
Aria Bima
A – 189