Click here to load reader
Upload
destfa
View
133
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Operasi Paralel Generator 3 Phasa
Kelompok 1:
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012
Afgan Pradanasta P.P 1241157001
Duta Ristanta Putra Pratama 0941150018
Mada Dwi Ludiasari 0941150027
Sandi budi Kurniawan 0941150015
Zendy Yudha Pratama 0941150045
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
2
PEMBEBANAN DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA
PADA SIMULASI SISTEM 2 GENERATOR PARALEL
1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengerti dan memahami operasi MG - set (Motor Generator – Set).
2. Mengerti dan memahami teknik memparalelkan 2 atau lebih generator AC 3 fasa
3. Mengerti dan memahami pengaruh dari berbagai macam beban terhadapgenerator 3 fasa.
4. Mengerti dan memahami perbaikan faktor daya dan pengaruhnya terhadap perbaikan
tegangan system.
2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Hampden Power System Simulator
3. DASAR TEORI
Power System Simulator menggunakan 3 MG – set untuk mensuplai daya kebeban. Oleh karena itu,
penting sekali untuk mengerti dan memahami operasi dankarakteristik alternator 3 fasa tersebut.
Penggerak utama (prime mover) dari masing-masing MG – set adalah motor DC.
Alternator 3 fasa dari MG – set adalah generator sinkron penguatan medan terpisah.
Kontrol dari MG – set terdiri dari :
a. Sumber DC 125 Volt, untuk mencatu jangkar motor DC.
b. Rheostat, yang terhubung seri dengan belitan medan motor DC.
c. Sumber tegangan DC 0 – 18 Volt, untuk mencatu belitan medan generator.
d. Saklar pemutus medan generator untuk masing-masing MG – set.
Kecepatan putar motor DC dapat di ubah-ubah melalui rheostat. Semakin cepatputaran motor DC,
frekuensi gelombang tegangan keluaran generator semakin besardan tegangan keluaran juga
semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Sumber teganganDC 0 – 18 Volt digunakan untuk mencatu
belitan medan generator sinkron. Jikategangan penguatan semakin besar, maka tegangan keluaran
generator bertambahbesar.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
3
GENERATOR
Ada 3 hal yang menyebabkan drop tegangan pada generator sinkron penguatan medan
terpisah, yaitu :
A . Resistansi jangkar ( Ra )
Resistansi jangkar / fasa Ra menyebabkan terjadinya tegangan jatuh ( kerugian tegangan )/ fasa I.Ra
yang sefasa dengan arus jangkar.
B . Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar , sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada
jalur yang telah ditentukan. Hal seperti ini disebut Flukbocor.
C. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat alternator dibebani akan menimbulkan fluks
jangkar ( фA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor ( фF ),
sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar : фR = фF . фA
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut reaksi jangkar.
Poin a dan b adalah dua faktor yang selalu menyebabkan drop tegangan. Sedangkanpoin c, reaksi
jangkar, dapat menyebabkan tegangan keluaran naik atau turun,tergantung pada power faktor
beban.Drop tegangan adalah fungsi dari arus beban.
Hal ini akan membawa dampak pada pengaturan tegangan, yaitu :
- Dengan power factor leading, tegangan akan naik dari kondisi tanpa beban kebeban penuh
- Dengan power factor lagging, tegangan akan turun dari kondisi tanpa beban kebeban penuh
Pengaturan tegangan (dalam %) ditentukan dengan rumus :
Pengaturan tegangan (%) =
VNL= tegangan tanpa beban
VFL= tegangan beban penuh
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
4
PARALEL GENERATOR
Ada dua metode sistem pembangkitan energi listrik, yaitu :
a. Sistem pembangkitan tunggal. Kelemahan dari sistem ini adalah
- Generator akan terus memproduksi energi listrik sepanjang waktu bahkan ketika sistem
daya memikul beban yang ringan
- Apabila generator gagal dalam bekerja, tidak ada daya cadangan yang dapat diberikan
- Jika suatu saat beban bertambah, sistem pembangkita energi listrik secara keseluruhan
harus di-upgrade.
Karena kelemahan-kelemahan di atas, sistem ini tidak banyak dipakai.
b. Sistem pembangkitan dengan cara memparalelkan dua generator atau lebih melalui sistem
transmisi tegangan tinggi, yang disebut grid. Walaupun demikian timbul masalah-masalah,
yaitu :
- Tegangan, frekuensi dan sinkronnya fasa dari masing-masing generator harus sama
- Pengamanan grid dan stasiun pembangkitan dari gangguan pada generator maupun
saluran transmisi juga harus mendapat perhatian
- Harus diperhitungkan masalah produksi energi dan pemeliharaan berkala untuk operasi
ekonomis sistem daya yang berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan kerja pararel adalah pengoperasian beberapa buah generator secara
bersama-sama, dimana output dari generator yang sedang beroperasi tersebut disalurkan ke beban
melalui rel yang sama (common busbar sistem). Sedangkan yang dimaksud dengan sinkronisasi
adalah memasukkan satu generator untuk kerja pararel yang lain. Seringkali sistem dimana
generator yang akan dihubungkan sudah mempunyai begitu banyak generator dan beban yang
terpasang, sehingga berapapun juga daya yang diberikan oleh generator yang baru masuk tidak
mempengaruhi tegangan dan frekuensi dari sistem. Hal ini yang disebut generator terhubung pada
sistem yang kuat sekali.
Adapun tujuan utama dari pelaksanaan kerja pararel ini adalah sebagai berikut :
a) Penambahan daya, jika genset yang terpasang tidak mampu menanggung pertambahan
beban listrik. dengan kerja pararel dapat diatasi.
b) Kontuinitas. jika ada gangguan dari sumber listrik PLN. maka beban akan tetap
mendapatkan suplai listrik
c) Efisiensi, efisiensi maksimum dari generator dapat tercapai jika generator mengirim beban
puncak. generator dapat dioperasikan pararel dengan Generator yang lain.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
5
Memparalelkan generator AC jauh lebih rumit dari pada generator DC. Persyaratan utama
untuk memparalelkan generator DC hanyalah pada tegangan dan polaritasnya saja. Sedangkan untuk
generator AC harus dipertimbangkan masalah tegangan, bentuk gelombang, perputaran fasa (phase
rotation) dan sinkronisasi fasa (phase sinchonization). Dalam sistem utilitas, bentuk gelombang dan
rotasi fasa dirancang konstan sehingga perhatian ditujukan pada tegangan, frekuensi dan
sinkronisasi fasa (power factor dan daya juga harus diperhatikan untuk memonitor efisiensi daya dan
masalah ekonomi).
Untuk mengukur tegangan dan frekuensi sistem digunakan volt meter dan frekuensi meter.
Sinkronisasi fasa dapat dimonitor dengan synchroscope atau dengan lampu fasa (phasing lamps).
Pada dasarnya synchroscope adalah sebuah motor dengan statornya dicatu oleh generator yang
akan diparalelkan (incoming generator) sedangkan rotornya dicatu oleh generator yang sedang
berjalan (running generator).
Kecepatan putar dari motor (synchroscope) tersebut ditentukan oleh perbedaan frekuensi
antara kedua generator itu. Apabila kedua generator mempunyai frekuensi yang sama, maka
synchroscope akan berhenti berputar.
Untuk sinkronisasi fasa dengan lampu fasa (phasing lamps) pada prinsipnya juga sama. Lampu fasa
(phasing lamps) dipasang seri di antara 3 saluran (fasa R, S dan T) dua generator untuk fasa – fasa
yang sama. Apabila kedua generator mempunyai frekuensi yang berbeda, maka lampu fasa (phasing
lamps) akan berkedip-kedip.
Apabila telah memiliki frekuensi yang sama, maka lampu fasa (phasing lamps) tidak menyala (untuk
lampu sinkronisasi fasa hubungan gelap). Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
memparalelkan generator 3 fasa dengan bus (jala-jala PLN) adalah sebagai berikut :
a. Tegangan efektif saluran generator disesuaikan dengan tegangan efektif saluran dari bus.
Kecepatan rotor generator dibuat sedemikian rupa sehingga frekuensinya sama dengan
frekuensi bus.
b. Urutan fasa dicek dengan menggunakan indikator urutaan fasa atau dengan menggunakan
lampu.
c. Frekuensi generator dibandingkan dengan frekuensi bus dengan menggunakan
synchrosacope atau lampu fasa (phasing lamps). Apabila frekuensinya lebih tinggi maka
kecepatan putar prime mover diturunkan. Dan begitu sebaliknya, apabila frekuensi
generator lebih rendah daripada frekuensi bus, maka kecepatan putar prime mover
dinaikkan.
d. Apabila telah diketahui bahwa tegangan dan frekuensinya benar-benar sama maka
generator siap untuk bekerja paralel.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
6
Apabila dua generator telah bekerja paralel, maka :
- Frekuensi sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan menambah atau
mengurangi kecepatan prime mover masing-masing generator secara serentak (simultan).
- Tegangan sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan menaikkan atau
menurunkan tegangan pengeksitasi medan masing-masing generator.
PERBAIKAN FAKTOR DAYA
Sebagian besar masalah faktor daya disebabkan oleh beban induktif,seperti motor dan transformer
induksi.salah satu metode yang digunakkan untuk meningkatkan faktor daya dari rangkaian jenis ini
adalah dengan menghubungkan kapasitor secara parallel dengan beban.(lihat gambar).
C
I total
LO
AD
V
IC
Gambar 1 Penghubungan Kapasitor dengan Sistem Tenaga untuk meningkatkan faktor daya.
Dengan cara ini IL tetap sama dan setiap beban bekerja pada faktor dayanya sendiri, tetapi faktor
daya keseluruhan pada rangkaian yang dikombinasikan akan meningkat. Kapasitor murni merupakan
beban yang bekerja pada faktor daya yang mendahului dan ketika dihubungkan ke beban
induktif,cenderung melawan efek ketertinggalan induktansi tetapi tanpa menghabiskan daya
apapun.
4. PROSEDURPERCOBAAN :
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
7
A. SOP PERSIAPAN
1. Hidupkan (ON) CB catu daya peralatan Hampden Power System Simulator.
2. Hidupkan (ON) generator 2sebagai generator referensi.
3. Masukkan prime mover generator 2 sebagai pemanasan dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB prime mover.
Hidupkan switch control generator 2.
Masukkan prime mover selama 3 detik.
4. Masukkan eksitasi generator 2dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB eksitasi.
Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 305 V.
Naikkan prime mover hingga frekuensi 50 Hz.
5. Masukkan beban Station Service (SS) pada generator 2 dengan menghidupkan (ON) DS pada
jalur yang dipilih terlebih dahulu baru menghidupkan (ON) CB beban SS.
6. Cek tegangan dan frekuensi pada generator 2 dengan melihat voltmeter dan frekuensimeter
yang terdapat pada simulator.
7. Atur tegangan dan frekuensi generator 2 dengan nilai 305 V dan 50 Hz apabila nilainya
berubah, jaga konstan pada nilai tersebut.
8. Putar saklar synchronouscope dari generator 2 ke posisi running dan putar saklar
synchronouscope dari generator 1 ke posisi incoming.
9. Arahkan selector switch frekuensimeter dan voltmeter ke generator 1.
10. Hidupkan (ON) generator 1.
11. Masukkan prime mover generator 1 sebagai pemanasan dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB prime mover.
Hidupkan switch control generator 1.
Masukkan prime mover selama 3 detik.
12. Masukkan eksitasi generator 1 dengan langkah di bawah ini :
Hidupkan CB eksitasi.
Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 305 V.
Naikkan prime mover hingga frekuensi 50 Hz.
B. SOP PARALEL GENERATOR
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
8
1. Setelah generator 1 dimasukkan, amati lampu sinkronisasi dan jarum synchronouscope.
Apabila lampu sinkronisasi masih berkedip-kedip dan jarum synchronouscope masih
berputar, maka kedua generator belum sinkron.
2. Atur generator 1 hingga lampu sinkronisasi tidak berkedip dan jarum synchronouscope
berhenti berputar. Jaga konstan tegangan dan frekuensi kedua generator, maka kedua
generator siap diparalelkan dengan menutup saklar isolasi saluran.
3. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap dalam kondisi
lagging. Isikan data tegangan, arus, daya, frekuensi dan power factor kedua generator pada
table 1.
4. Masukkan beban agricultural dan residential secara bergantian atau bersamaan sesuai
dengan tabel dan catat hasilnya pada tabel 1.
C. PERBAIKAN POWER FAKTOR
1. Jika percobaan paralel generator telah selesai dibebani dengan beban agricultural dan
residential sesuai dengan tabel 1, maka sekarang paralel generator akan dibebani dengan
beban industrial.
2. Masukkan beban industrial sesuai dengan tabel.
3. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap dalam kondisi
lagging. Isikan data pengukuran pada tabel 2.
4. Kemudian ambil alihkan semua beban ke generator 2. Pertahankan tegangan dan frekuensi
tetap konstan. Juga pertahankan power factor-nya tetap lagging. Ketika generator 1 tidak
lagi menghasilkan daya watt, buka saklar isolasi saluran. Dan matikan generator 1.
5. Hilangkan beban dari sistem. Atur kembali generator tetap mempunyai tegangan 320V, 50
Hz. Matikan generator 2.
6. Untuk mematikan generator :
a. Lepaskan semua beban dan matikan saklar isolasi saluran
b. Turunkan tegangan pengeksitasi medan generator sampai 0 volt. Matikan saklar
pemutus medan.
c. Turunkan kecepatan putar motor DC. Matikan motor DC dengan mematikan CB pencatu
tegangan DC 125 V. ubahlah posisi saklar Start – Run pada posisi “Start”.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
9
5. DATA HASIL PERCOBAAN :
Tabel 1. Data pengukuran tegangan, arus, power factor dan daya
NO BEBAN
TEGANGAN ARUS POWER
FACTOR DAYA (KW)
Frekuensi
(Hz ) (V) (A)
G1 G2 G1 G2 G1 G2 G1 G2 G1 G2
1. SS 300 300 0 1,5 1 0,98 0 0,81 50 50
2. SS + Ag 300 300 1,7 1,7 1 0,99 0,7 1 50 50
3. SS + Rs1 300 300 2,7 2,7 0,9 0,92 0,8 1 50 50
4. SS + Rs1 + Rs2 300 300 2,6 2,9 0,92 0,92 1,2 1,6 50 50
5. SS + Ag + Rs1 300 300 3,4 3,7 0,95 0,94 1,2 1,6 50 50
6. SS + Ag + Rs1 + Rs2 300 300 3,4 3,8 0,97 0,94 1,6 2 50 50
7. SS + Ag + Rs1 + Rs2 + Rs3 300 300 3,4 4 0,98 0,93 2,2 2,6 50 50
Tabel 2. Perbaikan Factor Daya
NO BEBAN
TEG (V) ARUS
COS PI
DAYA
SIN MVAR
BUS IND (A) (W)
1. R = 1000 Ω + XL = 600 Ω 200 0,3 0,8575 51,45 0,51 30,87
2. R = 500 Ω + XL = 300 Ω 200 0,6 0,8575 102,90 0,51 61,74
3. R=250 Ω + XL = 150 Ω 200 1,1 0,8575 188,65 0,51 113,19
4. R = 1000 Ω + XL = 600 Ω + XC = 2650 Ω 200 0,25 0,4384 21,92 0,90 44,94
5. R = 500 Ω + XL = 300 Ω + XC = 1325 Ω 200 0,5 0,4384 43,84 0,90 89,88
6. R=250 Ω + XL = 150 Ω + XC = 2650 Ω 200 1,05 0,0995 20,90 1,00 208,96
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
10
Pertanyaan :
1. Bagaimana Pengaruh perubahan beban terhadap generator? Gambarkan grafik V
fungsi I dari tabel percobaan ke-1!
2. Jelaskan apa pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap pf,f,I,kW dan V
generator! Buktikan dengan rumus.
3. Jelaskan secara singkat metode penyingkronan fasa dengan lampu fasa (phasing
lamp) dengan menggambarkan rangkaian)?
4. Jelaskan bagaimana memperbaiki pada system tenaga listrik?
5. Jelaskan pengaruh power factor terhadap tegangan system!
Jawaban
1. Pengaruhnya dapat mmbuat perubahan berarti terhadap kinerja generator dengan
menmbah beban akan menambah generator bekerja sehingga butuh tambahan arus
eksitasi yang membuat tambahan tegangan generator pada terminal keluaran.
2. Ea = - N. L 𝑑𝑖𝑒𝑥
𝑑𝑡 = - N. L
𝑑𝐼𝑀 (𝑒𝑥 ).𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝑑𝜔𝑡
ω = 2.π.f
yang semula untuk membantu timbulnya beda fluksi untuk menimbulkan beda tegangan dalam
bentuk induksi elektromagnetik. Sehingga E (gaya elektromagnetik) berbanding lurus dengan arus
eksitasi dan dalam bentuk penguraiannya berbanding lurus dengan frekuensi dikarenakan ω≈f . Dan
0
1,7
2,7 2,6
3,4 3,4 3,4
1,51,7
2,72,9
3,7 3,84
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
SS SS + Ag SS + Rs1 SS + Rs1 + Rs2
SS + Ag + Rs1
SS + Ag + Rs1 + Rs2
SS + Ag + Rs1 + Rs2 +
Rs3
A
r
u
s
(
A)
Jenis Pembebanan
Grafik Tegangan Terhadap Arus
G1 G2
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
11
selanjutnya pada urutan diatas maka setelah diasumsikan Ea≈ iex maka sehingga berbanding lurus
dengan tegangan generator karena bila Ea bertambah maka Va ikut bertambah dan sebaliknya bila
arus Ia pada beban bertambah maka akan mengurangi Ea.
Sehingga bila diurutkan maka daya akan berpengaruh banyak karena seperti diatas Va berbanding
lurus dan terbalik terhadap arus sehingga bila tegangan tetap akan tetapi menyebabkan arus
berubah maka daya P generator bertambah dan seiring pertambahan juga mempengaruhi power
factor.
3.Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan duagenerator atau lebih adalah
dengan mempergunakan sinkroskoplampu. Yang harus diperhatikan dalam metoda sederhana ini
adalahlampu – lampu indikator harus sanggup menahan dua kali teganganantar fasa.
Dalam memparallel generator syarat-syarat bila terpenuhi maka generator tersebut akan bekerja
sesuai dengan yang diinginkan. Apabila saat beroperasi dari dua atau lebih generator yang diparalel
syarat-syarat yang diatas tidak terpenuhi maka daya yang dikeluarkan akan berubah dari harga atau
besarnya daya yang keluarkan pada saat pemaralelan berhasil. Jika salah satu dari syarat
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
12
pemaralelan tidak terpenuhi salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
sinkronoskop lampu terang seperti gambar dibawah ini:
Synchronizing
lamps
A B C
a b c
V1
V2
L L L
Infinite bus
Circuit breaker
Prime
overSynchronous generator
It
Skematik diagram pemaralelan generator sinkron menggunakan sinkronoskop lampu.
Keterangan: EA, EB, ECvektor diagram dari infinite bus.
Ea, Eb, Ec vektor diagram dari generator
EAa,EBb, ECc vektor diagramdari sinkronoskop lampu.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
13
ECc
EC
EA
EAa
EA
EAa
Ea
Ec Eb
EB
EBb
Ea
EC
Ec
Eb
ECc
EB
EBb
EA
EC EB Ec
f1
Eb
Ea
f2
EAa
EA Ea
Eb
EBEBb
EC
ECc
Ec
EAaEA
Ea
EC
Ec
ECc
Eb
EB
EBb
(a)
(b) saat t = t2
(b) saat t = t1
(c) (d)
f
Vektor tegangan dari pemaralelan generator sinkron.
Ada beberapa cara untuk mensinkronkan kedua generator yaitu :
1. Dengan sinkronouskop lampu 2 terang 1 gelap.
Sinkronoskop jenis ini dapat dikatakan merupakan perpaduanantara sinkronoskop lampu
gelap dan terang. Prinsip dari sinkronoskopini adalah dengan menghubungkan satu fasa
sama dan dua fasa yangberlainan, yaitu fasa U dengan fasa U, fasa V dengan fasa W dan
fasaW dengan fasa V. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skemadibawah ini.
U 1 U 2= L u 0=
W1 W2= V 1 V 2=
LW-V
LU-W
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
14
G
U V W
SU
S V
SW
L U
LV-W
LW-V
2. Dengan sinkronouskop lampu terang
Jenis sinkronoskop lampu terang pada prinsipnyamenghubungkan antara ketiga fasa, yaitu U
dengan V, V dengan Wdan W dengan U. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambarberikut:
U U=
W1 W2= V 1 V 2=
1 2
LV-W
L U-VLW-U
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
15
G
U V W
SU
S V
SW
L W-U
LV-W
L U-V
Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskoplampu gelap. Jika antara fasa
terdapat beda tegangan maka ketigalampu akan menyala sama terang dan generator siap
untuk diparalel.Kelemahan dari sinkronoskop ini adalah kita tidak mengetahui
seberapaterang lampu tersebut sampai generator siap diparalel.
3. Dengan sinkronouskop lampu gelap
Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama makaketiga lampu akan gelap yang
disebabkan oleh beda tegangan yangada adalah nol. Demikian juga sebaliknya, jika lampu
menyala makadiantara fasa terdapat beda tegangan. Ini dapat dijelaskan padagambar
berikut.
U 1 U 2= L u 0=
W1 W2= V 1 V 2=
L W=0 L V=0
V2 LV
LU
LW
W2
W1
U1
U2
V1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
16
G
U V W
SU
S V
SW
L W
L V
L U
4. Cara meperbaikinya dari sisi supply adalah dengan pengatiran secara load shedding dan
load sharing, secara distribusi dengan cara penambahan secara teknis dengan
penambahan reactor inductor dan pemasangan kapasitor juga pada sisi pembangkit
ditambahkan synchronous condenser juga bisa ditambahkan dengan VAR compensator.
5. Seperti di nomor 2 diatas dengan menyamakan persamaan diatas sehingga seiring power
factor sehingga bila tertinggal membuat tegangan terminal bertambah dan sebaliknya.
6. ANALISA :
Dengan memahami operasi dari power system maka dapat diketahui bahwa saat pemaralelan
generator dapat ditambahkan beban akan tetapi ada fluktuasi pengaturan baik dari arus eksitasi
dan juga dari segi frekunsi dengan mengatur prime mover sehingga tegangan system terjaga. Dan
yang terjadi adaqlah penambahan arus di distribusi sehingga penambahan daya pada sisi supply.
Untuk sisi industry ternyata dengan penambahan kapasitor jangan terlalu
banyak dan membuat system perlu sekedar denga penambahan kapasitor untuk mengurangi rugi
secara induktif.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
17
7. KESIMPULAN :
Cara kerja power system hampden dapat mebuat mengetahui kinerja dari system
transmisi
Dapat mengatur seperlunya untuk tegangan dan frekuensi melaui pengaturan arus
eksitasi dan prime mover
Power factor dapat mempengaruhi arus eksitasi dan membuat banyak perubahan
tegangan dan arus.
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
18
SIMULASI PERCOBAAN PEMBEBANAN GENERATOR 3 PHASE
DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA
KONDISI SEBELUM SIMULASI DIJALANKAN
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
19
KONDISI SIMULASI TANPA GENERATOR 2
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
20
SIMULASI TANPA GENERATOR 1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
21
SIMULASI TANPA BEBAN 2 DAN PERBAIKAN DAYA
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
22
SIMULASI SS
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
23
SIMULASI SS + AG
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
24
SIMULASI SS + RS 1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
25
SIMULASI AG + RS 1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
26
SIMULASI SS + RS 1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
27
SIMULASI AG + RS 1 + RS 2
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
28
SIMULASI SS + AG + RS 1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
29
SIMULASI BEBAN 2 NO.1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
30
SIMULASI BEBAN 2 NO 2
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
31
SIMULASI BEBAN 2 NO 3
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
32
SIMULASI BEBAN 2 NO.1 + C1
Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro
33
SIMULASI BEBAN 2 NO.2 + C2