Upload
niel-hokii
View
76
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bjkjbmbm,b
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang mineral, atau benda padat yang homogen yang mempunyai rumus kimia
tertentu dan biasanya terbentuk oleh alam secara an- organik. Mineral ada yang
merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan (Leet dan
Juson, 1969).
Mata kuliah mineralogi dan kristalografi mempelajari tentang penjajaran
mineral – mineral penyusun atau yang terkandung dalam penelitian atau
penerimaannya dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu seperti
mikroskop polarisasi.
Dalam ilmu kristalografi kita mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari
perkembangan, pertumbuhan bentuk luar, struktur dalam (inetrnal) dan sifat fisisnya.
Untuk lebih lanjut atau lebih jelas dalam kristalografi dan mineral dapat di jelaskan
dalam dasar teori.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari praktikum mineralogi dan kristalografi ini adalah agar
mahasiswa yang mengikuti praktikum ini mengerti dalam hal pendiskripsian suatu
mineral dalam suatu batuan berdasarkan sifat – sifat fisik dengan mata telanjang
serta menentukan sistem kristal dari beermacam – macam kristal.
1.3. Metode Praktikum
Dalam mendiskripsi suatu mineral pertama di dasari dengan teori – teori baku
mengerti serta memahami teori sifat – sifat fisik mineral.
Pendiskripsian sifat – sifat fisik mineral secara cermat dan teliti, mulai dari warna,
kekerasan, kilap dan seterusnya kemudian dibandingkan dengan tabel baku.
Langkah – langkah mendiskripsi mineral secara fisik adalah :
Tentukan dulu kilap mineral yang akan di diskripsi apakah logam atau
nonlogam.
1
Tentukan warna , cerat, dan kekerasaan mineral.
Tentukan belahan (cleavage), pecahan (luster), bentuk dan strukturnya.
Dan tentukan berat jenis, sifat kemagnetan serta sifat khas yang lainnya.
2
BAB II
DASAR TEORI
II.1. Kristalografi
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajaritentang sifat – sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar
(morphological) struktur dalam (internal) dan sifat – sifat fisisnya.
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Bahan padat
homogen yang biasanya anisotrop dan tembus oleh air, mengandung pengertian :
Tidak termasuk di dalam gas dan cair.
Tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proese
– proses fisika.
Menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti
hukum geometri, dapat di jelaskan :
Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
Macam bentuk dari suatu kristal tetap
Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap
Sifat geometri menberikan arti letak, panjang dan jumlah sumbu – sumbu yang
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk
bidang luar yang menbatasi tertentu pula.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar, memiliki defenisi di
samping mempelajari bentuk – bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi
permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk dengan bentuk
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem ataupun dalam arti kembaran dari
kristal yang terbentuk kemudian.
Strutur dalam, menjelaskan tentang susunan dan jumlah sumbu – sumbu kristal
juga menghitung parameter dan para meter rasionya.
Sifat fisik kristal, sangat tergantung pada struktur. Besar kecilnya kristal tidak
menpengaruhi yang penting bentuk yang di batasi, bidang – bidang kristal,
sehingga akan di kenal dua (2) zat, yaitu kristalin dan nonkristalin.
3
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar
Bahwa di samping mempelajari bentuk – bentuk dasar yaitu suatu bidang
pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk
kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu sistem
kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian
Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu – sumbu kristal, juga menghitung
parameter dan parameter Rasio
Sifat Fisis Kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom – atomnya). Besar kecilnya
kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang di batasi oleh bidang–
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Nonkristalin.
Geometri Kristalografi
1. Sumbu dan Sudut Kristalografi
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang di buat melalui pusat
kristal. Kristal mempunyai tiga dimensi, yaitu panjang lebar dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam pengambarannya di buat dua dimensi sehingga di gunakan
proyeksi orthogonal.
Sumbu a : sumbu yang tegak luruspada bidang
kristal.
Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang
kertas.
Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang
kertas kristalografi pada titik pusat kristal.
Sudut a di bentuk antara sumbu a dan sumbu b
Sudut b di bentuk antara sumbu a dan sumbu c
Sudut y di bentuk antara sumbu a dan sumbu b
4
A. Sumbu Simetri.
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, yang
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
perputarannya, maka pada kedudukan tertentu kriatal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan seperti semula.
Ada 4 jenis sumbu simetri yaitu :
1. Sumbu simetri Gyre.
Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L (linier) atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi.
Contoh : L4 = L4 = g4 = g4
* Bigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan
muncul 2 kali kenampakan yang sama.
Misal : (L2 = L2 = g2 = g2 )
* Trigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka
akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L3 = L3 = g3 = g3 )
* Tetragyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka
akan muncul 4 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L4 = L4 = g4 = g4 )
* Hexagyre
Apabila kristal diputar 3600, dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan
muncul 6 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L6= L6= g6= g6)
2. Sumbu simetri Gyre polair.
5
Berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada ke dua belah pihak
berbeda/ tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada sisi
lainnya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L atau g.
Contoh : L2 = g2
3. Sumbu Cermin putar ( Gyroide )
Dinotasikan dengan huruf S (Spiegel Axepy) = sumbu spiegel.
Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana, sumbu
tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar
yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut dengan cermin
putaran atau bidang normal.
Macam-macam Gyroide :
- Digyroide (S2)
- Trigyroide (S3)
- Tetragyroide (S4)
- Hexagyroide (S6)
* Digyroide (S2)
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800. satu putaran sebesar 1800
menuju 18 dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran
menempati 1 kembali.
* Trigyroide (S3)
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam penentuan dan cara
mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama dengan Digyroid.e.
* Tetragyroide (S4)
Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900. maka akan terjadi
kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1’ menempati 2. Pada kenampakan
pertama, Tetragyroide merupakan dygyre, asal susunan keseluruhannya diputar
sebesar 1800.
6
* Hexagyroide (S6)
Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600. Kenampakan pertama
Hexagyroide juga trigyre, dengan perputaran sebesar 1200.
4. Sumbu Inversi putar.
Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros
putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/ pusat
simetri pada sumbu tersebut (Sentrum Inversi). Cara penulisannya; dan
sebagainya.
Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai
sumbu dan kanan bawah ditulis i.
Misal : dan sebagainya.
B. Bidang Simetri.
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri dinotasikan
dengan P ( plane ) atau m ( mirror ).
Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Bidang Simetri Utama
bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama dan
membagi bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ada 2 yaitu :
- Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h.
- Bidang simetri utama vertical dinotasikan v.
Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/ Diagonal)
bidang simetri yang dibuat hanya melalui satu sumbu simetri utama
kristal. Bidang ini sering disebut dengan notasi d.
Catatan : Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu
bidang simetri utama, baru dihitung simetri tambahan.
C. Titik Simetri Atau Pusat Simetri (Centrum = C).
7
Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang lain dengan jarak yang sama,
dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).
Pusat simetri selalu berimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum
tentu pusat simetri. Tidak semua kristal memliki pusat simetri, tetapi semua kristal
memiliki pusat kristal.
Gambar Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi
Cara Penggambaran Sistem Kristalografi
sistem kristalografi di bagi menjadi tujuh (7) macam berdasarkan atas :
a) Perbandingan panjang sumbu kristalografi
b) Letak atau posisi sumbu kristalografi
c) Jumlah sumbu kristalografi
d) Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
1. Sistem Reguler (Cubick = Issometrick)
8
c+ c+ c+ a-
b- b+ a- a-
a+ b- b+ b- b+
{Hk0} a+ a+
c- {001}
c- {h01} c+ c+
a- a-
b- b+ b- b+
a+ {hkl} a+ c- c- {010} c+ c+ a- a-
b- b+
b- b+
a+ a+
c- {100} c- {0kl}
Ketentuan :
Jumlah sumbu 3, sumbu a = b = c
Sudut α = β = Y = 90
Paling banyak terdapat di alam
Cara Menggambar :
a dengan b- = 90
a : b : c = 1 = 3 = 3
2. Sistem Tetragonal
Ketentuan :
Jumlah sudut 3 sumbu a = b ≠ c
Sudut α = β = Y = 90
Sumbu c bisa lebih panjang darisumbu b
dan sumbu a
Cara menggambar :
a dengan b- = 30
a : b : c = 1 : 3 : 6
3. Sistem Hexagonal
ketentuan :
Mempunyai 4sumbu yaitu suumbu a,
b, c, dan d
Sumbu a = b = d ≠ c
Sumbu c dapat lebih panjang maupun
pendek dari sumbu a
Cara menggambar :
b dengan d- = 40 a dengan b di
tentukan
kemudian b = d = c = 3 : 1 : 6
4. Sistem Trigonal.
ketentuan :
sumbu a = b = ≠c
9
a-
b-
c-
a+
30° b+
c+
a-
b-
c-
c-
c -
a+
30° b+
c+
Sifat - sifat miripdengan hexagonal
cara menggambar :
Pengambaran sama dengan sistem, hexag.
Perbedaannya dengan harga sumbu c bernilai 3
Penarikan sumbu a sama dengan hexagonal
5. Sistem Orthorombik Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c sumbu a
terpendek sedang sumbu c
terpanjang
Sudut α = β = Y = 90
Cara menggambar :
a dengan b- = 30
a : b : c = sembarang
6.Sistem Monoklin
Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α = β = Y = 90
Cara menggambar :
a dengan b- = 45
a : b : c = sembarang
7.Sistem Triklin
ketentuan :
Sumbu a = b = c
10
b - a-
c-
a+
30° b+
c+
a-b –
c-
c -
45° b+
a+
c+
Sudut α ≠ β ≠ Y = 90
Sumbu a, sumbu b, sumbu c, saling
berpotongan dan membuat sudut
miring tidak sama besar.
Cara menggambar :
a dengan b- = 45
b dengan c- = 80
a : b : c : = sembarang.
II.2. Konsep Mineralogi
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individumaupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat – sifat fisik, sifat – sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, di mana
mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di
kalangan awan. Sering di artikan sebagai bahan bukan (organik).
Maka pengertian yang lebih jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi
perlu di ketahui walaupun dari kenyataan yang tidak ada satupun persesuaian umum
untuk defininya.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G. Bery dan B.Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia, pada batas – batas tertentudan
mempunyai atom – atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, di bentuk oleh proses alam yang anoorganik.
1. Sifat – Sifat Fisik Mineral
11
Sifat fisik mineral sangat di perlukan di dalam pengenalan mineral dengan cara
menggunakan mikroskopis maupun tanpa menggunakan mikrokopis. Sifat fisik mineral
tersebut antara lain :
1. Warna / Coulor
Warna adalah : kesan mineral setelah mendapatkan cahaya yang kita tangkap
dengan mata. Warna mineral di bedakan atas :
Warna hidiokhromatik : apabila warna mineral selalu tetap pada
umumnya mineral yang tembus cahaya atau berkilap logam : magnetit,
galena.
Warna allokhromatik : apabila warna mineral tergantung pada material
pengotornya pada umumnya mineral tembus cahaya atau berkilap
nonlogam, contohnya : kuarsa kalsit.
Permainan mineral : warna mineral yang berubah – ubah apabila di
gerak – gerakan.
Opalesen : warna mineral yang bergelombang seperti mutiara.
Iridisen : permainan warna yang cemerlan karena adanya selaput pada
permukaan mineral.
Chtoyancy : warna pantulan seperti mutiara.
Tarnish : warna muka mineral yang lapuk karena pengaruh udara.
Asterisme : pantulan sinar yang memberi gambaran seperti bintang.
2. Kilap / Luster
Kilap adalah intensitas cahaya yang di pantulkan oleh permukaan kristal. Kilap di
bedakan menjadi :
Kilap logam / metllic luster : bila terkena cahaya mineral akan memberikan
kesan seperti logam.
Kilap sublogam / submetallic luster : bila terkena cahaya yang akan
memberikan kesan setengah logam.
Kilap nonlogam / nonmetallic luster : bila terkena cahaya mineral tidak
memberikan kesan seperti logam. Kilap nonlogam di bedakan menjadi :
Kilap kaca/viterous luster, bila terkena cahaya kilapnya akanseperti kaca.
Kilap intan / adamantain luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti intan.
12
Kilap sutera/ silky luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti sutera pada
umumnya terdapat pada mineral yang berserat.
Kilap damar / resinous luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti getah dammar
(kuning).
Kilap lemak / greasy luster, bila kena cahaya akan seperti lemak atau sabun.
Kialp mutiara/ pearly luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti mutiara.
3. Cerat / Streak
Warna gores merupakan warna mineral bila di jadikan bubuk warna ceratnya
adalah tetap untuk minral tertentu. Warna cerat di dapatkan untuk mengoreskan mineral
pada keping cerat porselen bagian yang tidak licin. Bagi mineral yang lebih keras dari
keping cerat, mineral akan di lumatkan dengan mortir atau di goreskan pada skala
kekerasan yang lebih tinggi dari mineral tersebut.
4. Kekerasan / Hardness
Skala mosh merupakan suatu skala yang di pakai untuk mengetahui ketahanan
suatu mineral terhadap goresan. Mineral yang di pakai sebagai standar kekerasan
adalah mineral yang kekerasan lebih kecil. Standar kekerasan dari mosh ini mempunyai
dari skala, di mulai dari satu untuk mineral yang terlunak skala 10 untuk mineral yang
terkeras.
Tabel Skala Mosh
Skala Mosh Nama mienral / rumus kimia
1. Talk / H2Mg3(SiO3)4
2. Gypsum / CaSO42H2O
3. Kalsit / CaCo3
4. Flourite / CaF2
5. Apatite / CaF2Ca3(O4)
6. Orthoklas / KAl Sl3O8
7. Kuarsa / SiO2
8. Topaz / AL2SiO4(F.OH)2
9. Corundum / Al2O3
10. Diamond / C
13
Misal suatu mineral di gores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite ( H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3-4. Dapat pula penentuan kekerasan relative
mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat di
sekitar kita.
Alat yang di perbandingan dari skala Mosh seperti di bawah ini :
Alat ynag di bandingkan kekerasan
Kuku jari 2,5
Kawat tembaga 3,0
Pecahan kaca 5,5
Pisau baja 5,5
Kikir baja 6,5
Lempeng baja 7
Pengujian akan di hentikan apabila mineral yang kita selidiki tidak tergores oleh
benda yang paling keras. Jadi kekerasa mineral tersebut sama dengan kekerasan benda
pembandingan yang di gunakan untuk pengujinya.
5. Belahan / Cleavage
Belahan kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang belahan yang rata,
halus dan ada juga yang tidak rata (kasar) licin serta pada umumnya selalu
berpasangan. Belahan di bedakan antara lain :
Belahan sempurna / perfect cleavage, ada bidang belahan dan mudah di belah
contohnya : muskovit dan biotit.
Belahan baik / good cleavage, ada bidang belahan tetapi tidak mudah di belah.
Contohnya : kalsit, orthoklas, dan gypsum.
Belahan tidak jelas / indistinct cleavage, bidang belahan seperti garis, contohnnya :
plagioklas.
Belahan tidak menentu, tidak ada bidang belahan seperti kuarsa. Apabila di tinjau
dari arahan belahnya, maka dapat di bedakan :
- Belahan satu arah, contohnya : muskovit
- Belahan dua arah, contohnya : feldspar
- Belahan tiga arah, contohnya : halite dan kalsit
14
6. Pecahan / Fracture
Pecahan merupakan kenampakan mineral untuk pecah melalui bidang yang rata
atau pun tidak rata. Pecahan mineral di bedakan menjadi :
Pecahan konkoidal / conhcoidal fracture : pecahan seperti ke nampakan bagian luar
kulit keran atau gelas yang pecah. Contohnya : kuarsa.
Pecahan berserat / fibrous fracture : pecahan seperti serat daging contohnya : asbes.
Pecahan tidak rata / uneven fracture : kenampakan pecahan yang tidak rata dan
kasar. Contohnya : garnet.
Pecahan rata / even fracture : permukaan pecahan yang halus dan teratur.
Contohnya : mineral lempung.
Pecahan runcing / hackly fracture : permukaan pecahan yang runcing dan tidak
teratur. Contohnya : emas dan tembaga.
6. Bentuk, Perawakan dan Struktur Mineral / Kristal
Bentuk mineral ada dua macam yaitu :
Bentuk kristalin, yaitu apabila mineral mempunyai bidang kristal yang ideal dan
biasanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.
Bentuk amorf, yaitu apabila mineral tidak mempunyai batas – batas kristal yang
jelas.
Apabila dalam pertumbuhan mineral tidak memgalami gangguan apapun, maka
mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi mineral yang di
temukan di alam sering bentuk tidak ideal sebagaimana mestinya, sehingga sulit
untuk membedakan ke dalam sistem kristaligrafi. Bentuk yang khas baik yang
berdiri sendiri maupun kelompok – kelompok mineral yang membentuk suatu
perawakan kristal di sebut struktur kristal/mineral.
Struktur (perawakan) kristal/ mineral di bagi menjadi tiga (Richard Pearl 1975) yaitu
:
A. Elongteds Habits (Meniang Berserabut).
Meniang (Columnar Joint)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk tiang. Contohnya : tourmalin,
pyrolusote, wallastnite.
15
Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal menyerupai serat – serat kecil.Contohnya :
asbestos,gips,silimanit,tremolit.
Menjarum (Occicular).
Bentuk kristal menyerupai jarum – jarum kecil.Contohnya : natrolite,
glaucophane
Menjaring / Reticulate
Bentuk kristal yang kecil panjang yang menyerupai Jaring. Contohnya : rutil.
Cerucit.
Menbenang / Filliform
16
Bentuk kristal yang kecil menyerupai benangContohnya : silver
Merambut /capillary
Bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut. Contohnya : cuprite, pysolite.
Mondok /Stout, Stabby, Equant
Bentuk kristal pendek, gemuk, sering, terdapat, pada. Kristal – kristal dengan
sumbu lebih pendek. Contohnya : zircon.
Membintang / Stellated
Bentuk kristal yang menyerupai bintang. Contohnya : pirofilit.
17
Menjari / Radiated
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari – jari Contohnya : markasit, natrolit.
B. Flatted / Habits (Lembaran Tipis)
Membilah / Bladed
Bentuk kristal panjang dan tipis menyerupai bilahKayu. Contohnya kyanite,
glauchopane.
Memapan / Tabular
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,
Di mana lebar dan tebal tidak terlalu jauhberbeda.Contohnya : barit, hematite,
hypersthene.
Membata / Blocky
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata,
18
Di mana lebar dan tebal hampir sama. Contohnya : mikroklin.
Mendaun / Foliated
Bentuk kristal pipih dengan melapis / lamellar,
Perlapisan yang mudah di kupas dan di pisahkan.Contohnya : mika, talk,
khlorit.
Memancar /Divergent
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk kipas,Terbuka.Contohnya : millerite,
gypsum.
Membuluh / Plumose
Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan buluh.Contohnya : mika.
19
C. Rounded Habits/ Membutir
Mendada / Mamillary
Bentuk kristal menyerupai buah dada.Contohnya : malachite, opal,
hemimhorphite.
Menbulat / Colloform
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yangBulat – bulat.Contohnya :
cobaltit, bismuth, geotit.
Menbulat jari / Colloform radial
20
Bentuk kristal yang menbulat dengan struktur dalam Memencar menyerupai
bentuk jari.Contohnya : pyrolophite.
Menbutir / Granullar
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.Contohnya :
olivine,anhydrite,chromite,sodalit, dll.
Stalaktit
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gampingContohnya : geothite.
8. Sifat Dalam / Tenacity.
Sifat dalam merupakan suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran dan pemotongan. Macam – macam tenacity antara
lain :
Britlle, sifat mineral yang mudah di hancur menjai tepung halus. Contohnya :
kalsit, marcasite da hematite.
21
Sectile, sifat mineral yang mudah terpotong pisau dan tidak berkurang menjadi
tepung. Contohmya : gypsum.
Malleable, sifat mineral yang di tempuh mineral akan menjadi pipih. Contohnya
: gold, silver, copper.
Doctile, sifat mineral yang di tarik dapat bertambah panjang dan bila di lepas
akan menjadi semula. Contohnya : gold, silver, copper.
Flexible, sifat mineral yang dapat di lengkunkan kemana mana dengan mudah.
Contohnya : talk, gypsum, olivine.
Elastic, sifat mineral yang merengan bila di tarik dan di lepas akan menjadi
semula. Contohnya: hematite dan pitit.
9. Kemagnetan.
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Macam – macam
kemagnetan antara lain :
Ferromagnetik merupakan sifat mineral yang ditarik kuat oleh magnet. Sperti
magnetit.
Paramagnetik merupakan sifat mineral yang di tarik agak kuat oleh magnet
seperti pyrite.
Diamagnetik merupakan sifat mineral yang tidak di tarik oleh magnet. Seperti
kuarsa, dan gypsum.
Cara untuk mengetahui apakah suatu mineral yang mempunyai sifat magnet
atau tidak dengan cara kita gantungkan pada seutas benang sebuah magnet dan
dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan dengan magnet. Kuat tidaknya
bisa lihat dengan dari besar kecilnya sudut yang di buat dengan benang tersebut
terhadap garis vertikal. Pada umumnya apabila mineral mengandung unsur Fe dan
Ni dalam rumus kimia maka mineral yang di uji mempunyai sifat magnetik.
10. Berat Jenis / Specific Grafity
Berat jenis / specific grafity merupakan perbandingan antara berat mineral di
udara terhadap volume di dalam air. Berat jnis mineral tetap apabila susunannya tetap.
Penentuan berat jenis mineral dapat menggunakan, pienometer, timbangan, analitik,
dan gelas ukur.
22
11. Sifat – Sifat Khas
Sifat fisik yang khas seperti bau dan rasanya bila di jilat. Contohnya : belerang
baunya seperti bau korek api, halit jika di jilat rasanya asin, membekas jika di goreskan
pada kertas. Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat
volatile penambahan asam maka, kadang – kadang bau akan menjadi ciri khas bagi
suatu mineral, yang contohnya :
Alliceus, baunya seperti bawang proses pereaksian dari arsenopyrit akan muncul
bau yang khas.
Hourse radish odour, bau lobak kuda yang menjadi busuk.
Sulphutous, bau yang di timbulkan oleh proses pereaksian pyrite.
Bituminous, baunya seperti aspal.
Fetid, bau yang di timbul oleh asam sulfide / seperti telur busuk.
Agrillaceous, bau yang seperti lempung basah.
23
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
III.1. Hasil penggambaran sistem kristal
III.2. Hasil diskripssi mineral
1) Diskripsi mineral (1)
Warna : coklat, biru, hijau keputihan
Sistem / perawakan kristal : mendaun (foliated)
Kilap : sutra
Kekerasan : 5,5 - 6
Goresan : putih
Belahan atau pecahan : spllintery
Tenacity : maleable
Berat jenis : -
Kemagnetan : -
Sifat khas : -
Nama mineral /rumus kimia : serpentine
Kegunaan :
Petrogenesa : pada sontekan yang tinggi, hasil Metamorfisme.
2) Diskrippsi mineral (2)
Warna : putih, kuning, keabu - abuan
Sistem / perawakan kristal : memapan / hexagonal
Kilap : kaca
Kekerasan : 7
Goresan : putih
Belahan atau pecahan : dua arah atau even
Tenacity : britlle
Berat jenis : -
Kemagnetan : -
Sifat khas : resisten
Nama mineral /rumus kimia : kuarsa / ( SiO2)
24
Kegunaan : untuk ornamen atau perhiasan
Petrogenesa : proses kristalisasi
3) Diskripsi mineral (3)
Warna : kuning
Sistem / perawakan kristal : monoklin / menjarum
Kilap : sutera
Kekerasan : < 3
Goresan : kuning
Belahan atau pecahan : dua arah / tidak rata
Tenacity : rapuh
Berat jenis : -
Kemagnetan : -
Sifat khas : warna kuning bentuk butir halus mengikat atau
menyebar
Nama mineral /rumus kimia : sulfur (belerang) / (S)
Kegunaan : bahan pembuatan sabun untuk penyakit kulit
Petrogenesa : -
25
BAB IV
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dari pokok pembahasaan yang telah di bahas pada bagian pertama atau bagian
terdahulu maka, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : mineralogi dan
kristalografi adalah cabang dari ilmu geologi yang sangat erat. Dimana kristalografi
adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar struktur dalam dan
sifat – sifat fisisnya. Defenisi kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus oleh air serta menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang
– bidangnya menuruti hukum geometri. Syarat – syaratnya tidak adalah tidak termasuk
gas dan cair tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses fisika.
Mineralogi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang mineral. Mineral adalah benda padat cair maupun gas yang homogen
mempunyai rumus kimia tertentu dan biasanya terbentuk oleh proses alam secara
anorganik.
Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi mienral yaitu :
a. Berdasarkan sifat – sifat fisiknya.
b. Berdasarakan sifat – sifat kimiawi.
c. Berdasarkan sifat – sifat optik.
Mineral – mineral pembentukan batuan biasanya dapat di bedakan dengan sifat
– sifat fisiknya yang meliputi :
1. Warna / colour : idiokromatik (tetap) dan allokromatik (tidak tetap) .
2. Kilap / luster : kenampakn mineral yang di tunjukan oleh pantulan cahaya yang
di terima.
3. Cerat / streak : warna mineral jika di goreskan atau di tumpukan akan
memperlihatkan warna mineral tetap walaupun warna mineral berubah – ubah.
4. Kekerasan / hardnes : ketahanan mineral terhadap goresan.
5. Belahan / cleavage : kecenderungan mineral dalam membela diri satu arah atau
lebih.
26
6. Pecahan / fracture : mineral dapat terbelah melalui arah bidang belahan dan ada
juga belahan yang tidak teratur.
7. Bentuk mineral : bentuk mineral ada dua yaitu : bentuk kristalin dan mineral
tidak terbentuk (amorf).
8. Tenacity : daya tahan terhadap tekanan tekukan atau pukulan.
9. Kemagnetan : sifat mineral terhadap gaya tarik magnet.
10. Berat jenis : berta jenis mineral dapat di ukur dengan piknometer, gelas ukur,
atau neraca air.
11. Sifat mineral lain : seperti rasa jika di jilat dan mencium baunya.
2. Saran
Seharuanyan buku pandauan praktikum diwajbkan buat praktikan dan juga
sebagai pegangan asisten praktikum mineralogi dan kristalografi demi kemajuan
laboratorium.
Sebaiknya untuk praktikum mineralogi sering-sering kelapangan (2 / 3 x).
Diskripsi mineral seharusnya diperbanyakan supaya praktiakan dapat
mengetahui ciri fisik mineral dan jenis mineralnya serta asosiasi pada mineral
lainnya, karena diskiripsi mineral sebagai pengetahuan dasar untuk melanjutkan
kesemester berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
27
Buku Petunjuk, Praktikum Kristalografi dan Mineralogy 2004, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.
Berry L.G and Mason B, 1989, Mineralogy, Freeman WH. And Co San Francisco.
Flint Y.I Essentials Of Crystallography, Peace Publisher, Moscow.
Dana ES, 1960, A Text book Of Minerology, Jhon Willey and Sons Inc. New York.
LAMPIRAN
28