28
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembangunan perekonomian industri selain dari minyak dan gas bumi yang selama ini merupakan komoditi andalan Indonesia. Produk kelapa sawit berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan industri bahan makanan maupun bahan nonpangan untuk keperluan industri. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negaradan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara. Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya saing tinggi yaitu sebagai industri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber

Laporan Morfologi Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

morfologi sawit

Citation preview

Page 1: Laporan Morfologi Sawit

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

pembangunan perekonomian industri selain dari minyak dan gas bumi yang

selama ini merupakan komoditi andalan Indonesia. Produk kelapa sawit

berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan industri bahan

makanan maupun bahan nonpangan untuk keperluan industri.

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak

makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia

adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan

pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.

Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal

pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani

kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta,

perkebunan negaradan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat

umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan

perkebunan negara.

Industri kelapa sawit memiliki prospek yang baik karena memiliki daya

saing tinggi yaitu sebagai industri minyak nabati. Sawit adalah salah satu sumber

yang paling kompetitif di dunia untuk biofuels. Sehingga dapat dikatakan bahwa

industri kelapa sawit dapat menjadi penyumbang devisa negara, sumber

pendapatan masyarakat dan sumber lapangan pekerjaan.

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil

minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).

Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.

Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama

produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan

kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan

intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan

perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha

Page 2: Laporan Morfologi Sawit

perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan

dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti plasma).

Identifikasi morfologi tanaman sawit merupakan salah satu cara untuk

mengenal tanaman sawit itu sendiri. Disisi lain dengan adanya identifikasi

morfologi tanaman dapat membantu dalam upaya pemuliaan atau pembiakan

tanaman tersebut.Selain itu pengetahuan akan morfologi kelapa sawit akan

memudahkan kita dalam mengenali varietas dari kelapa sawit tersebut. Disamping

itu, dengan mengidentifikasi tanaman kelapa sawit utamanya dari segi morfologi

dapat membantu untuk menentukan sistem budidaya yang seperti apa yang sesuai

untuk mengoptimalkan produksi kelapa sawit yang ditanam, contohnya seperti

pemangkasan. Sehingga hasil produksi yang diperoleh tinggi karena dalam teknis

budidayanya telah mengenali ciri morfologi dari tanaman sawit tersebut.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagian morfologi tanaman kelapa sawit dengan benar.

2. Mengetahui bagaimana bentuk bagian tanaman kelapa sawit secara langsung.

Page 3: Laporan Morfologi Sawit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama

tujuh tahun terakhir menunjukan peningkatan yakni berkisar 1,97%-13,36%.

Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kelapa sawit tercatat seluas 5,40 juta

hektar atau mengalami peningkatan sebesar 2,23%. Selama periode tahun 1999-

2005 areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 19 Provinsi (Mucra dan Azriani,

2012). Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional.

Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga

merupakan sumber devisa negara. Di Indonesia setiap tahunnya luas penanaman

kalapa sawit dan produksinya cenderung meningkat yakni masing-masing antara

2,4 9,1% dan 2,9-18,6% (Syahputra et al., 2011).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi primodana

dunia. Dalam dua dekade tersebut bisnis sawit tumbuh diatas 10% per tahun, jauh

meninggalkan komoditas perkebunan lainnya yang tumbuh dibawah 5%.

Kecenderungan tersebut semakin mengerucut, dengan ditemukannnya hasil-hasil

penelitian terhadap deversifikasi yang dapat dihasilkan oleh komoditi ini selain

komoditi utama berupa minyak sawit, sehingga menjadikan komoditi ini sangat

digemari oleh para investor perkebunan (Krisnohadi, 2011).

Kelapa sawit (Elaeis) menghasilkan minyak makanan, minyak industri,

maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa

sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia

akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan

produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi

kebun yang sudah ada dan intensifikasi (Sarwani, M., 2008).

Sebuah penghalang untuk memenuhi permintaan minyak sawit global

melalui sistem produksi-petani kecil adalah bahwa di daerah seperti Papua,

Indonesia. Petani daerah tersebut dapat diatasi dengan penambahan keahlian

cukup, tenaga kerja, pupuk dan input penting lainnya. Dalam hal ini periode start-

up produsen industri cenderung sulit mendominasi produksi kelapa sawit, dan bisa

mengatur kondisi petani untuk partisipasi, kecuali ada intervensi politik dan tepat

insentif petani (Sayer et al., 2012).

Page 4: Laporan Morfologi Sawit

Morfologi tanaman kelapa sawit secara umum seperti halnya dengan

tanaman lainnya terdiri dari bagian akar, batang, daun, bunga dan buah. Pada bibit

kelapa sawit umur 1 tahun mempunyai warna daun berdasarkan color charts yaitu

7.5 GY 5/8, tinggi bibit berkisar antara 145–160 cm, dengan rerata jumlah

pelepah daun 14, dan 3 kuncup daun, yang mempunyai kandungan N daun (4,34

ppm); P (127,52 ppm); K (0,27 me/100 g) dan kandungan khlorofil daun 12,32

mg/l (Dewi, 2009),

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri

dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Pertumbuhan akar primer

tergantung pada aktivitas meristem apikalnya. Pembelahan sel berlangsung secara

aktif pada bagian meristem akar ini. Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh

secara radial (pertambahan diameter akar).Tanaman kelapa sawit adalah tanaman

monokotil yang tidak memiliki kambium vaskuler yang berperan untuk

pertumbuhan radial akar. Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih

banyak dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga bisa

menjelajah lebih dalam (Lora et al., 2013).

Perkembangan akar kelapa sawit menyebar kearah vertikal maupun lateral

mengikuti perkembangan umur tanaman. Penyebaran akar umumnya berkisar

sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah berpasir dapat mencapai kedalaman

5 m dan 18 m secara horizontal, namun kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7

– 1.1 m. Perakaran sawit lebih banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai

kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit. Perakaran yang

paling padat terdapat pada kedalaman 25 cm (Rusmayadi, 2011). Salah satu

perubahan morfologi akar yaitu akibat penggenangan terlalu lama, keadaan ini

dapat mengganggu hubungan antara bagian atas tanaman dengan akar. (Dewi,

2009).

Batang kelapa sawit tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada

ujung titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian

batang. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral yang biasanya 1/8 spiral

ada yang mengarah ke kiri dan ke kanan tergantung sifat genetisnya.Tinggi

tanaman kelapa sawit berkisar 15–18 m. Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke

atas. Diameter batang normal adalah 40–60 cm, tetapi pada pangkalnya

Page 5: Laporan Morfologi Sawit

membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun

yang memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama titik tumbuh

berkembang membentuk daun–daun dan batang yang tumbuh melebar

membentuk basis batang (Mariyah, 2010).

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang

sejajar. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)

per tahun dan pada tanaman tua antara 18–24 pelepah per tahun, panjang pelepah

tanaman dewasa 9 m, anak daun 125–200 pasang dengan panjang 1–1,2 m dan

lebar tengah sekitar 6 cm, jumlah pelepah yang dipertahankan ditajuk pada

tanaman dewasa 40–56 pelepah, selebihnya dibuang atau ditunas pada saat panen,

letak pelepah dilihat dari bekas tunasnya membentuk putaran spiral ke kiri atau

ke kanan (Mariyah, 2010).

Bunga betina terletak dalam tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai

100–200 cabang dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina.

Dalam satu tandan besar terdapat 3000–6000 bunga betina. Bunga betina

memiliki tiga putik dan enam perhiadsan bunga. Di antara bakal buah hanya satu

yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih (Mariyah, 2010). Bunga jantan

dan betina terpisah dan memiliki waktu waktu pematangan berbeda sehingga

sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip

dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Buah sawit

mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah tergantung bibit yang

digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah

(Sekjend Departemen Industri, 2007).

Page 6: Laporan Morfologi Sawit

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan acara Morfologi Tanaman

Kelapa Sawit dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015 di Agroteknopark

Jubung, Kecamatan Jubung, Kabupaten Jember

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Kamera

2. Alat tulis

3. Pensil warna

4. Kertas

3.2.2 Bahan

1. Tanaman kelapa sawit (akar, batang, daun, bunga, dan buah)

3.3 Cara Kerja

1. Mengunjungi areal penanaman kelapa sawit.

2. Memilih beberapa contoh tanaman dan mengamati secara teliti ciri-ciri yang

ada dari tiap jenis tanaman Kelapa sawit tersebut

3. Mendiskusikan beberapa karakteristik tanaman kelapa sawit dengan para

teknisi lapangan.

4. Membuat laporan sesuai dengan topik yang telah ditentukan.

Page 7: Laporan Morfologi Sawit

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Sawit

No Gambar Morfologi Keterangan

1.

Merupakan daun tunggal majemuk yang terdiri dari :a. Tangkai daunb. Anak tulang daunc. Durid. Rachise. Pangkal daunf. Tepi daung. Tulang helai daunh. Ujung daun

2.

Batang berbentuk silindris, tidak bercabang. Pada batang terdapat pangkal daun, seludang dan bunga kelapa sawit.a. Seludangb. Tangkai daun yang dipotongc. Bunga betinad. Bunga jantan

3.

a. Bunga jantan b. Bunga Betina

Bunga termasuk bunga majemuk berumah satu dengan 1 pohon terdapat 1 bunga jantan atau bunga betina dan dapat pula hemaprodit.Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sedangkan bunga betina lebih besar dan mekar, serta berbentuk agak bulat terbungkus oleh seludang bunga.

4.

1. Epicarp2. Mesocarp3. Endoscarp4. endosperm

Page 8: Laporan Morfologi Sawit

5.

Sistem perakaran serabut dengan sistem percabnagan berupa akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener.

1.1 Pembahasan

Dalam praktikum kali ini dilakukan identifikasi morfologi dari tanaman

kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit memiliki morfologi sebagai berikut :

Akar

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri

dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Pertumbuhan akar primer

tergantung pada aktivitas meristem apikalnya. Pembelahan sel berlangsung secara

aktif pada bagian meristem akar ini. Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh

secara radial (pertambahan diameter akar). Perkembangan akar kelapa sawit

menyebar kearah vertikal maupun lateral mengikuti perkembangan umur tanaman.

Penyebaran akar umumnya berkisar sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah

berpasir dapat mencapai kedalaman 5 m dan 18 m secara horizontal, namun

kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7 – 1.1 m. Perakaran sawit lebih banyak

berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke

bawah semakin sedikit.

Batang

Batang kelapa sawit tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada

ujung titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian

batang. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral yang biasanya 1/8 spiral

ada yang mengarah ke kiri dan ke kanan tergantung sifat genetisnya.Tinggi

tanaman kelapa sawit berkisar 15–18 m. Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke

atas. Diameter batang normal adalah 40–60 cm, tetapi pada pangkalnya

membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun

Page 9: Laporan Morfologi Sawit

yang memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama titik tumbuh

berkembang membentuk daun–daun dan batang yang tumbuh melebar

membentuk basis batang (Mariyah, 2010).

Daun

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang

sejajar. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)

per tahun dan pada tanaman tua antara 18–24 pelepah per tahun, panjang pelepah

tanaman dewasa 9 m, anak daun 125–200 pasang dengan panjang 1–1,2 m dan

lebar tengah sekitar 6 cm, jumlah pelepah yang dipertahankan ditajuk pada

tanaman dewasa 40–56 pelepah, selebihnya dibuang atau ditunas pada saat panen,

letak pelepah dilihat dari bekas tunasnya membentuk putaran spiral ke kiri atau

ke kanan.

Bunga

Bunga kelapa sawit merupakan bunga mejemuk yang terdiri dari

kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga

jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis)

yang merupakan struktur pendukung spikelet. Bunga betina terletak dalam

tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai 100–200 cabang dan setiap cabang

terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan besar terdapat 3000–

6000 bunga betina. Bunga betina memiliki tiga putik dan enam perhiadsan bunga.

Di antara bakal buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih

(Mariyah, 2010). Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu waktu

pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga

jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih

besar dan mekar

Buah

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelepah Buah terdiri dari tiga lapisan: 

a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.  

b) Mesoskarp, serabut buah  

c) Endoskarp, cangkang pelindung inti.

Page 10: Laporan Morfologi Sawit

Buah muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi

hijau hitam hingga kuning. buah sawit yang masih mentah berwarna hitam

(nigrescens), beberapa diantaranya yang berwarna hijau (virescens). Buah

matang berwarna merah kuning (oranye), buah matang akan rontok (buah leles

atau berondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak

panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah jatuhnya

berondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan.

Dengan mengetahui morfologi dari kelapa sawit, masing-masing bagian

dari kelapa sawit memiliki fungsi masing-masing. Fungsi masing-masing

morfologi kelapa antara lain :

1. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

tanaman dan respirasi tanaman. Selain itu akar tanaman kelapa sawit juga

berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong

tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika

tanaman sudah berumur puluhan tahun.

2. Batang kelapa sawit memiliki 3 fungsi utama yaitu (1) Sebagai struktur yang

mendukung daun,bunga dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang

megangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari

daun ke bawah; serta (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ

penimbunan zat makanan.

3. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat

respirasi bagi tanaman kelapa sawit. Daun sebagai penjaga kelembapan atau

iklim mikro dari tanaman kelapa sawit.

4. Bunga berfungsi sebagai bahan utama pembentuk buah dimana bunga

berfungsi dalam penyerbukan tanaman sawit.

5. Buah berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan dalam tanaman kelapa

sawit. Pada kelapa sawit buah berfungsi sebagai sumber minyak yang nantinya

akan dimanfaatkan menjadi suatu minyak goreng atau minyak nabati.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas

tanaman kelapa sawit, yakni faktor lingkungan, bahan tanaman, dan tindakan

kultur teknis. Tentu saja ketiganya saling terkait dan mempengaruhi satu sama

lain.

Page 11: Laporan Morfologi Sawit

Faktor lingkungan itu mencakup iklim, tanah dan topografi. Iklim yang paling

banyak diamati pada tanaman berkaitan dengan curah hujan karena tanaman

sawit memang rakus akan air. Curah hujan yang dikehendaki adalah 2.000 –

2.500 mm per tahun dan merata sepanjang tahun tanpa bulan kemarau panjang.

Kekurangan atau kelebihan curah hujan akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produktivitas sawit. Musim kemarau panjang dapat

mengancam terjadinya penurunan produksi. Memang, sinar matahari dapat

mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan produksi buah.

Tapi penyinaran matahari yang lama (kemarau)  akan mempengaruhi tingginya

suhu dan mempengaruhi pembungaan dan kematangan buah. Bagi tanaman

sawit sifat fisik tanah lebih penting daripada sifat kesuburan kimiawinya,

karena kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.

Faktor bahan tanaman. Pengembangan industri Kelapa Sawit memerlukan

dukungan ketersediaan bahan tanaman dalam jumlah cukup dengan mutu yang

terjamin. Mutu benih Kelapa Sawit sangat nyata mempengaruhi hasil dan

kualitas tandan Kelapa Sawit, oleh karena itu penggunaan benih unggul

merupakan persyaratan utama dalam pengembangan budidaya Kelapa Sawit.

Ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit menjadi salah satu faktor

pendukung keberhasilan pengembangan industri kelapa sawit di

Indonesia. Meskipun hanya menyita 7% dari biaya produksi, namun

penggunaan bahan tanam kelapa sawit unggul memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap peningkatan produktifitas Keberhasilan usaha perkebunan

sawit antara lain juga dipengaruhi faktor bahan tanaman yang memiliki sifat-

sifat unggul. Bibit unggul akan menjamin pertumbuhan yang baik dan tingkat

produktivitas tinggi bila dilaksanakan secara optimal.

Keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit sangat ditentukan oleh tindakan

kultur teknis yang dilakukan antara lain pembibitan, pembukaan lahan,

peremajaan, penanaman kacangan penutup tanah (leguminosa cover

crop/LCC), penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum

menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM),

pengendalian hama penyakit, pemanenan, pengangkutan dan pengolahan. Salah

satu tindakan kultur teknis yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha

Page 12: Laporan Morfologi Sawit

perkebunan adalah kegiatan pemeliharaan. Tujuan dilakukannya pemeliharaan

yang tetap dan teratur adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan tanaman

yang sehat, jagur, tegap dan homogen.

Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal

cangkang / tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan

ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan :

a. Dura

Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 -8 mm dan tidak

terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu

35 –50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan

minyak sedikit.

b. Pisifera

Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya

tebal, lebih tebal dari buah dura.Daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak

tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.

c. Tenera

Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka

akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera.Tenera memiliki cangkang agak

tipis (2--3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21--23%

Gambar 2. Penampang buah

kelapa sawit varietas pisifera

Gambar 1. Penampang buah

kelapa sawit varietas dura

Page 13: Laporan Morfologi Sawit

Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa

sawit yaitu :

a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak

berwarna jingga kehitam–hitaman.

b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.

c. Albescens yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuning-

kuningan dan ujungnya ungu kehitaman.

Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun

ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata

11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan oleh harga CPO

yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen,

khususnya petani, yang cukup menguntungkan.

Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen

Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha

dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya

milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas

areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal,

milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua)

yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal.

Gambar 3. Penampang buah

kelapa sawit varietas tenera

Page 14: Laporan Morfologi Sawit

Tabel   Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2004-2014

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai

peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain

memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi

yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di

dalam negeri, ekspor CPO yang menghasilkan devisa dan menyediakan

kesempatan kerja. 

Produksi kelapa sawit pada Tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 29,34

juta ton dengan produktivitas rata-rata sebesar 3,568 Kg/Ha/Th. Perkebunan

kelapa sawit milik rakyat menghasilkan CPO sebesar 10,68 juta ton, milik negara

menghasilkan CPO sebesar 2,16 juta ton, dan swasta menyumbang produksi CPO

sebesar 16,5 juta ton.

Page 15: Laporan Morfologi Sawit

Tabel Volume dan Nilai Ekspor CPO Tahun 2003-2013

Laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit khususnya CPO

selama 2003-2014 sebesar 12,94% per tahun dengan peningkatan nilai ekspor

rata-rata 25,76% per tahun. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2013

telah mencapai volume 20,58 juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit

lainnya) dengan nilai US $15,84 milyar. Volume ekspor komoditas kelapa sawit

sampai dengan bulan September 2014 mencapai 15,96 juta ton dengan nilai

sebesar 12,75 juta US$. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 7,59% jika

dibandingkan dengan volume ekspor sampai dengan september 2013 sebesar

14,831 juta ton. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun 2013

telah mencapai US $19,34 milyar.

Perkebunan kelapa sawit jadi primadona dan mampu mencapai

perkembangan seperti sekarang ini, sehingga menjadi Negara produsen kelapa

sawit terbesar di dunia, hal ini disebakan antara lain : perkebunan kelapa sawit

dapat memberikan manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang dirasakan

masyarakat dan pelaku usaha kelapa sawit, harga CPO dunia yang cukup baik dan

stabil, sebagai minyak biofuel pengganti minyak fosil dan juga sangat

Page 16: Laporan Morfologi Sawit

dimungkinkan berkat prakarsa pemerintah yang diawali dengan pengembangan

perkebunan kelapa sawit melalui proyek-proyek Pola PIR (Perusahaan Inti

Rakyat)/NES (Nucleus Estate Smallholders) pada awal tahun ’80 an.

Tabel Sebaran Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014

Tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia.

Provinsi Riau pada Tahun 2014 dengan luas areal seluas 2,30 juta Ha merupakan

provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul berturut-turut

Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Provinsi Kalimantan Tengah seluas

1,16 juta Ha dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha serta provinsi-

provinsi lainnya.

Page 17: Laporan Morfologi Sawit

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Morfologi kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

biji yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri untuk kelangsungan

hidup dari tanaman kelapa sawit tersebut.

2. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas

tanaman kelapa sawit, yakni faktor lingkungan, bahan tanaman, dan

tindakan kultur teknis.

3. Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal

cangkang / tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya.

Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas

kelapa sawit dibedakan dura, tenera dan pisifera. Berdasarkan warna kulit

buahnya dibedakan nigrescens, albescens dan virescens.

5.2 Saran

Praktikum sudah berjalan dengan baik, namun harus ditingkatkan lagi

muatan atau materi yang diberikan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa lebih

memahami maksud dan tujuan kegiatan praktikum ini dengam baik.

Page 18: Laporan Morfologi Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Dewi.2009.Respon Bibit Kelapa Sawit Terhadap Lama Penggenangan dan Pupuk Pelengkap Cair. Agronobis, 1(1): 117-130.

Krisnohadi.2011Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit Kabupaten Kubu Raya. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1(1):1-7.

Lora, Sampoerno dan Jurnawaty Sjofjan.2013. Pengaruh Penggunaan Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dari Berbagai Sumber Asal Bibit di Pembibitan Utama. Agroteknologi, 1(1):1-13.

Mariyah.2010. Analisis Kebutuhan Modal Dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di PT Rea Kaltim Plantations. EPP, 1(2):41-50.

Mucra dan Azriani.2012. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit Yang Difermentasi Dengan Feses Sapi Dan Feses Kerbau. Peternakan,9(1):27-34.

Rusmawadi, G. 2011. Dinamika Kandungan Air Tanah di Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet dengan Pendekatan Neraca Air Tanaman. Agroscientiae, 18(2): 86-93.

Sarwani, M. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: AgroInovasi.

Sayer, J., et al. 2012. Oil Palm Expansion Transforrms Tropical Lanscapes and Livehoods. Global Food Security, 1 (1): 144-119.

Sekretariat Jendral Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Syahputra, Sarbino dan Dian.2011. Weeds Assessment Di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan Gambut. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1(1):37-42.