Upload
trananh
View
248
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
LAPONERINDO
Realis
Realis
ORAACAONES
sasi Triwu
sasi 2008
N PEMSIA
ulan IV 20
MBAY
008
YARAAN
Edisi PFebru
Publikasi ari 2009
1
2
Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 3817088 Faksimili : (021) 3800134 E-mail : [email protected] Website : www.bi.go.id
3
LAPORAN
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Realisasi Triwulan IV 2008 Realisasi 2008
Edisi Publikasi Februari 2009
5
RINGKASAN …………………………………………………………… 1
RINGKASAN PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN IV 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
……………………………………………………………
……………………………………………………………
1
3
TRANSAKSI BERJALAN
1. Neraca Perdagangan Nonmigas …………………………………………………………… 7
1.1. Ekspor Nonmigas …………………………………………………………… 7 1.2. Impor Nonmigas …………………………………………………………… 13
2. Neraca Perdagangan Migas …………………………………………………………… 16
2.1. Minyak …………………………………………………………… 16 2.2. Gas …………………………………………………………… 18
3. Neraca Jasa …………………………………………………………… 19
4. Neraca Pendapatan …………………………………………………………… 21
5. Transfer Berjalan …………………………………………………………… 22
TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL
1. Transaksi Modal …………………………………………………………… 25
2. Transaksi Finansial …………………………………………………………… 25 2.1. Sektor Publik …………………………………………………………… 26 2.2. Sektor Swasta …………………………………………………………… 30 CADANGAN DEVISA …………………………………………………………… 35
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL …………………………………………………………… 37
PERKEMBANGAN NPI 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
…………………………………………………………… 39
BOKS : KRISIS KEUANGAN AS dan DAMPAKNYA PADA PEREKONOMIAN INDONESIA
…………………………………………………………… 45
LAMPIRAN …………………………………………………………… 47
DAFTAR ISI
6
DAFTAR TABEL Hal
Hal
Tabel.1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan
Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan IV
2008
5 Tabel.14 Nilai Impor Bahan Baku Berdasarkan Negara
Asal
14
Tabel.2 Jenis Komoditi Nonmigas Yang Paling Banyak
Diekspor Ke Negara-Negara Tujuan Utama
8 Tabel.15 Nilai Impor Barang Modal Berdasarkan
Negara Asal
15
Tabel.3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
9 Tabel.16 Pertumbuhan Nilai dan Volume Impor Lima
Belas Komoditi Utama
15
Tabel.4 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
9 Tabel.17 Nilai Impor Pupuk Berdasarkan Negara Asal
16
Tabel.5 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
10 Tabel.18 Nilai Impor Kendaraan Bermotor &
Komponennya Berdasarkan Negara Asal
16
Tabel.6 Nilai Ekspor Tembaga ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
10 Tabel.19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak 16
Tabel.7 Nilai Ekspor Nikel ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
11 Tabel.20 Demand dan Supply Minyak Dunia
17
Tabel.8 Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
12 Tabel.21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas 18
Tabel.9 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
12 Tabel.22 Cadangan Gas Indonesia 19
Tabel.10 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
12 Tabel.23 Implied Yield/Interest Rate 22
Tabel.11 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik Berdasarkan Negara
asal
13 Tabel.24 Perkembangan Hibah Non Investasi
23
Tabel.12 Jenis Komoditi Nonmigas Yang Paling Banyak
Diimpor dari Beberapa Negara Asal
13 Tabel.25 Perkembangan Hibah Investasi
25
Tabel.13 Nilai Impor Barang Konsumsi Berdasarkan Negara
Asal
14 Tabel.26 Indikator Sustainabilitas Eksternal 37
DAFTAR GRAFIK Hal
Hal
Grafik.1 Transaksi Berjalan 7 Grafik.10 Perkembangan Harga Batubara Dunia 12
Grafik.2 Neraca Perdagangan Nonmigas 7 Grafik.11 Perkembangan Pangsa Impor Nonmigas
Berdasarkan Negara asal
13
Grafik.3 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan
Negara Tujuan Utama
8 Grafik.12 Perkembangan Harga Minyak Dunia 17
Grafik.4 Nilai Ekspor Nonmigas 8 Grafik.13 Perkembangan Produksi Minyak dan Konsumsi
BBM
18
Grafik.5 Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
9 Grafik.14 Perkembangan Neraca Jasa
19
Grafik.6 Perkembangan Harga Karet Dunia 10 Grafik.15 Perkembangan Jasa Travel 20
Grafik.7 Perkembangan Harga Tembaga Dunia 10 Grafik.16 Perkembangan Neraca Pendapatan 21
Grafik.8 Perkembangan Harga Nikel Dunia 11 Grafik.17 Perkembangan Workers’ Remittances 23
Grafik. 9 Perkembangan Harga CPO Dunia 11 Grafik. 18 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial
Per Jenis Investasi
25
7
DAFTAR GRAFIK Hal
Hal
Grafik.19 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial
Per Sektor
26 Grafik.29 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri
Pemerintah
30
Grafik.20 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik 26 Grafik.30 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor
Swasta
30
Grafik.21 Perkembangan BI Rate dan Fed Rate 27 Grafik.31 Perkembangan Direct Investment di Indonesia
31
Grafik.22 Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan
US T-Note
27 Grafik.32 Perkembangan Arus Masuk FDI Migas
31
Grafik.23 Perkembangan Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing 28 Grafik.33 Perkembangan FDI per Negara Asal
32
Grafik.24 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran
Pinjaman Pemerintah
28 Grafik.34 Perkembangan FDI per Sektor 32
Grafik.25 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program 28 Grafik.35 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG
33
Grafik.26 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek 29 Grafik.36 Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta 33
Grafik.27 Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara
Kreditor Utama
30 Grafik.37 Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta 34
Grafik.28 Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis
Valuta Utama
30 Grafik.38 Perkembangan Cadangan Devisa 35
1
Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2008 mengalami perbaikan dengan mencatat defisit yang lebih
kecil (defisit USD0,2 miliar) daripada yang terjadi pada triwulan III 2008 (defisit USD0,9 miliar). Namun, secara umum
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami tekanan, terutama pada sisi neraca perdagangan dan transaksi
modal dan finansial, sebagai dampak dari krisis ekonomi dan keuangan dunia yang semakin meluas. Sejalan dengan
itu, jumlah cadangan devisa berkurang dari USD57,1 miliar pada akhir triwulan III 2008 menjadi USD51,6 miliar
pada akhir triwulan IV 2008. Walaupun menurun, jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai
kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4 bulan.
Kontributor utama dari perbaikan transaksi berjalan adalah penurunan pada defisit neraca pendapatan
akibat berkurangnya pembayaran bagi hasil kepada kontraktor migas asing. Beberapa kontributor lain adalah impor
minyak yang mengecil karena berkurangnya volume konsumsi bahan bakar minyak serta masih stabilnya
penerimaan devisa dari turis asing dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Berbagai faktor positif tersebut mampu
mengimbangi kinerja neraca perdagangan nonmigas yang menurun karena nilai ekspor nonmigas turun lebih tajam
daripada nilai impor nonmigas. Resesi ekonomi yang melanda banyak negara berdampak pada melemahnya
permintaan ekspor selama triwulan IV 2008 sehingga nilai ekspor nonmigas turun 14,8% dibandingkan triwulan III
2008 dan hanya naik 0,2% dibandingkan triwulan IV 2007. Dalam periode yang sama, sejalan dengan melambatnya
pertumbuhan ekonomi domestik, nilai impor nonmigas turun 12,4% dibandingkan triwulan III 2008 tetapi masih
naik 27,9% dibandingkan triwulan IV 2007.
Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak September 2008 mengakibatkan transaksi modal dan
finansial pada triwulan IV 2008 mengalami defisit sekitar USD3,8 miliar. Proses deleveraging dan repricing di pasar
keuangan internasional menyebabkan terjadinya arus keluar modal asing dalam bentuk penjualan surat utang
negara, sertifikat Bank Indonesia, dan saham, terutama selama Oktober hingga awal November 2008. Arus keluar
modal asing mulai berhenti sejak pertengahan November 2008 setelah pemerintah di negara-negara maju
meningkatkan komitmennya untuk membantu lembaga-lembaga keuangan yang bermasalah dan mengatasi resesi
ekonomi melalui stimulus fiskal. Kinerja transaksi modal dan finansial juga terbantu oleh meningkatnya arus masuk
modal dalam bentuk investasi langsung dan pinjaman luar negeri, baik pemerintah maupun swasta. Hal ini sejalan
dengan permintaan domestik, khususnya investasi, yang masih tumbuh positif.
Sejalan dengan perkembangan NPI triwulan IV di atas, secara keseluruhan 2008 NPI mengalami defisit.
Namun demikian, transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus meskipun kecil (USD0,6 miliar), turun
dibandingkan surplus pada 2007 (USD10,5 miliar). Sementara itu, transaksi modal dan finansial mengalami defisit
USD1,7 miliar, setelah pada tahun 2007 mencatat surplus sebesar USD3,6 miliar. Secara keseluruhan, overall
balance NPI 2008 mengalami defisit USD1,9 miliar, berbeda dari tahun 2007 yang mencatat surplus USD12,7 miliar.
RINGKASAN
3
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2008 mencatat defisit sekitar USD4,2 miliar. Defisit
tersebut terutama disumbangkan oleh transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit sekitar USD3,8 miliar.
Sementara transaksi berjalan hanya mengalami defisit sekitar USD0,2 miliar, mengecil dari defisit pada triwulan
sebelumnya. Defisit pada transaksi modal dan finansial tersebut terutama disebabkan oleh derasnya arus keluar
pada investasi portofolio dan investasi lainnya yang tidak dapat diimbangi oleh meningkatnya arus masuk pada
investasi langsung. Sementara itu, perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama berasal penurunan defisit neraca
perdagangan minyak dan defisit neraca pendapatan. Dampak positif dari penurunan defisit neraca perdagangan
minyak dan pendapatan tersebut relatif dapat mengimbangi dampak negatif dari turunnya surplus neraca
perdagangan nonmigas dan neraca perdagangan gas. Sejalan dengan perkembangan di atas, jumlah cadangan
devisa pada akhir periode turun menjadi USD51,6 miliar atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,0 bulan.
Perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama triwulan IV 2008 tersebut tidak lepas dari beberapa
faktor fundamental baik dalam dan luar negeri. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
tersebut antara lain:
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika, Jepang, Uni Eropa, Singapura,
bahkan Cina menunjukkan penurunan sebagai akibat dari krisis keuangan global yang terjadi. Pelemahan
permintaan domestik di beberapa negara tersebut ikut mempengaruhi tekanan inflasi yang cenderung turun.
Sebagai upaya memulihkan kondisi perekonomiannya, mayoritas otoritas moneter melanjutkan kebijakan
penurunan suku bunganya ke level yang cukup rendah.
Pelemahan permintaan dunia ikut mendorong penurunan harga beberapa komoditas ekspor nonmigas
unggulan, seperti CPO, batubara, tembaga, dan karet. Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas minyak
yang turun drastis setelah mengalami puncaknya pada pertengahan tahun 2008.
Rata-rata harga minyak (unit price) pada Tw. IV-2008 terus menurun hingga menjadi USD48,0/bl dari
USD113,4/bl pada triwulan sebelumnya. Turunnya harga minyak disebabkan oleh kekhawatiran terhadap
penurunan permintaan minyak akibat krisis global yang terjadi saat ini yang berdampak pada melemahnya
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selain itu, pengaruh
nilai tukar USD terhadap mata uang utama dunia turut mempengaruhi pergerakan harga minyak karena terkait
pada preferensi investor dalam menginvestasikan dananya. Sejalan dengan perkembangan harga minyak dunia,
harga gas (LNG) juga menurun yaitu dari USD14,3/MBTU di triwulan III menjadi USD8,8/MBTU pada periode
laporan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama Tw. IV-2008 atau tumbuh 5,2%, lebih rendah
dari 6,4% pada triwulan III. Perlambatan yang terjadi sejalan dengan perkembangan perekonomian di berbagai
negara, bahkan negara utama dunia mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan ekonomi yang
PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN IV 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
4
terjadi pada periode laporan dikontribusikan oleh konsumsi sebesar 4,4% (terutama oleh rumah tangga),
investasi sebesar 2,8%, dan ekspor neto sebesar 2,3%.
Laju inflasi Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar 11,1%, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya (12,1%). Kondisi ini sejalan dengan pelemahan permintaan domestik, penurunan harga komoditas
dunia, dan pengaruh dari kebijakan peningkatan suku bunga yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di sisi nilai
tukar, Rupiah selama triwulan laporan mengalami tekanan hingga ditutup melemah menjadi rata-rata
Rp11.023/USD dari rata-rata sebelumnya Rp9.219/USD. Mencermati dan mempertimbangkan perkembangan
keuangan dan ekonomi global dan kemungkinan dampaknya terhadap perekonomian nasional, Bank Indonesia
mulai menurunkan suku bunga BI Rate sejalan perkiraan dampak memburuknya ekonomi global terhadap
ekonomi dalam negeri dan tekanan inflasi yang sudah menunjukkan penurunan.
Produksi minyak Indonesia selama Tw. IV-2008 mencapai 0,967 juta barel per hari (bph), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (0,982 juta bph). Penurunan produksi tersebut sebagai konsekuensi dari
banyaknya sumur minyak yang sudah tua dan sebagian besar mengalami penurunan produksi (natural
declining) yang tidak dapat ditutupi oleh tambahan produksi dari sumur-sumur baru. Sementara itu, konsumsi
BBM di Tw.IV-2008 mencapai 87,6 juta barel, juga lebih rendah dari triwulan sebelumnya (100,8 juta barel).
Kebutuhan BBM yang menurun ditengarai terkait dengan kegiatan ekonomi domestik yang melemah pada
triwulan IV. Berkebalikan dengan perkembangan minyak, volume ekspor gas (LNG) mengalami kenaikan dari
259,3 MBTU di triwulan III menjadi 272,2 MBTU pada triwulan IV. Namun demikian, volume ekspor natural gas
menurun dari 83,6 MBTU menjadi 73,8 MBTU pada triwulan laporan.
5
Tabel 1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan IV 2008
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
INDIKATOR EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan Ekonomi‐ Amerika Serikat % 2.0 2.5 2.1 0.7 ‐0.2‐ Jepang % 2.0 1.5 0.7 ‐0.2 ‐4.6‐ Uni Eropa % 2.7 2.1 1.5 0.7 ‐1.2‐ Singapura % 7.0 6.9 2.3 ‐0.6 ‐3.7‐ Cina % 13.0 10.6 10.1 9.0 6.8
Harga Komoditas Dunia‐ Minyak Mentah (OPEC) USD/barel 69.1 92.5 117.5 113.8 53.1‐ Batu Bara USD/metric ton 66 114 139 163 93‐ Tembaga USD/metric ton 7,118 7,796 8,443 7,680 3,905‐ CPO USD/ton 780 1,156 1,198 928 512‐ Karet cent USD/kg 248 293 312 329 203
Suku Bunga Internasional 1)‐ Amerika Serikat % 5.0 2.8 2.0 2.0 0.8‐ Jepang % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.1‐ Uni Eropa % 3.9 4.0 4.0 4.3 2.5‐ Singapura % 2.7 1.5 1.3 1.4 1.0‐ Cina % 6.8 7.5 7.5 7.4 5.9
Inflasi‐ Amerika Serikat % 4.1 4.0 5.0 4.9 0.1‐ Jepang % 0.7 1.2 2.0 2.1 0.4‐ Uni Eropa % 2.1 3.4 3.6 3.8 2.3‐ Singapura % 4.4 6.7 7.5 6.7 4.3‐ Cina % 4.8 8.3 7.1 4.6 1.2
INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK
PDB (y.o.y, %) 6.3 6.2 6.4 6.4 5.2Inflasi IHK (y.o.y, %) 6.6 7.1 11.0 12.1 11.1Nilai Tukar 1) (Rp/USD) 9,136 9,260 9,264 9,219 11,023Harga Rata‐Rata Ekspor Minyak Mentah USD/barel 70.1 93.4 119.3 113.4 48.0Produksi Minyak juta barel per hari 0.952 0.977 0.981 0.982 0.967Konsumsi BBM juta barel per tahun 382.8 95.4 99.0 100.8 87.6Ekspor Gas (LNG) mbtu 1,080 284 253 259 272Harga Rata‐Rata Ekspor Gas (LNG) USD/mbtu 9.0 11.5 13.7 14.3 8.8BI Rate 1) % 8.6 8.0 8.3 9.0 9.4
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
‐ Current Accout juta USD 10,493 2,794 ‐1,022 ‐943 ‐223‐ Capital & Financial Account juta USD 3,591 ‐1,395 2,524 918 ‐3,753‐ Total juta USD 14,085 1,400 1,504 ‐25 ‐3,976‐ Net Errors and Omissions juta USD ‐1,370 ‐367 ‐180 ‐64 ‐236‐ Overall Balance juta USD 12,715 1,032 1,324 ‐89 ‐4,212‐ International Reserves juta USD 56,920 58,987 59,453 57,108 51,639
Sumber: CEIC, IMF, World Bank, Bank Indonesia, dan berbagai sumber1) rata‐rata
2008KOMPONEN SATUAN 2007
7
Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2008
mengalami perbaikan dengan mencatat defisit yang
lebih kecil (defisit USD0,2 miliar) daripada yang terjadi
pada triwulan III 2008 (defisit USD0,9 miliar).
Kontributor utama dari perbaikan transaksi berjalan
adalah penurunan pada defisit neraca pendapatan
akibat berkurangnya pembayaran bagi hasil kepada
kontraktor migas asing. Beberapa kontributor lain
adalah impor minyak yang mengecil karena
berkurangnya volume konsumsi bahan bakar minyak
serta masih stabilnya penerimaan devisa dari turis asing
dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Berbagai
faktor positif tersebut mampu mengimbangi kinerja
neraca perdagangan nonmigas yang menurun karena
nilai ekspor nonmigas turun lebih tajam daripada nilai
impor nonmigas.
Grafik 1
Transaksi Berjalan
1. Neraca Perdagangan Nonmigas
Resesi ekonomi yang melanda banyak negara
berdampak pada melemahnya permintaan ekspor
selama triwulan IV 2008 sehingga nilai ekspor nonmigas
turun 14,8% dibandingkan triwulan III 2008 dan hanya
naik 0,2% dibandingkan triwulan IV 2007. Dalam
periode yang sama, sejalan dengan melambatnya
pertumbuhan ekonomi domestik, nilai impor nonmigas
turun 12,4% dibandingkan triwulan III 2008 tetapi
masih naik 27,9% dibandingkan triwulan IV 2007.
Grafik 2
Neraca Perdagangan Nonmigas
1.1. Ekspor Nonmigas
Di tengah lemahnya permintaan eksternal, ekspor
nonmigas pada Tw.IV-2008 hanya mampu mencapai
USD24,5 miliar (tumbuh 0,2%, y.o.y) lebih rendah dari
triwulan sebelumnya sebesar USD28,8 miliar (22,4%).
Sementara itu, dari sisi volume, ekspor nonmigas
mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12% (y.o.y).
Penurunan tersebut terjadi baik pada kelompok barang
pertanian (-6,1%), pertambangan (-10,6%) maupun
manufaktur (-19,3%). Tekanan terhadap turunnya
ekspor nonmigas selain dari volume juga disebabkan
oleh turunnya harga komoditas dunia. Secara umum
rata-rata harga produk ekspor mencapai tingkat
terendahnya pada Tw.IV-2008.
Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia,
terutama di Amerika Serikat yang pertumbuhan
-5,000
-3,000
-1,000
1,000
3,000
5,000
7,000
9,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
juta USD
Services Income Trade BalanceCurrent Trans. Current Account
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
3,000
8,000
13,000
18,000
23,000
28,000
33,000
38,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
juta USDjuta USD
Ekspor Impor Nrc. Perdagangan Nonmigas (RA)
TRANSAKSI BERJALAN
8
ekonominya menjadi -3,8% dari -0,5% pada triwulan
sebelumnya, nilai ekspor ke negara tersebut juga ikut
menurun sebesar 0,7%. Penurunan ekspor ke negara
tersebut cukup berpengaruh terhadap kinerja ekspor
total mengingat pangsa ke negara dimaksud mencapai
11,4%. Penurunan ekspor ke Amerika Serikat dipicu
oleh melemahnya permintaan komoditi karet mentah,
udang dan pakaian terkait dengan menurunnya daya
beli masyarakat akibat krisis yang melanda negara
tersebut. Namun ditengah krisis yg melanda dunia, nilai
ekspor ke Jepang masih menunjukkan kenaikkan
sebesar 5% (pangsa 13.2%). Kenaikan tersebut
didorong oleh ekspor komoditas batubara terkait
dengan tingginya permintaan dari sektor kelistrikan di
negara tersebut. Negara tujuan ekspor lainnya adalah
Singapura, India dan Cina dengan pangsa masing-
masing sebesar 9,1%, 7,3% dan 6,2%.
Grafik 3 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara
Tujuan Utama
Ekspor Indonesia masih didominasi oleh 10
komoditas utama, diantaranya karet (pangsa 4,2%),
batubara (pangsa 12,5%) dan CPO (pangsa 11,6%).
Penurunan permintaan dunia dan melambatnya laju
kenaikan harga ekspor di pasar internasional
mempengaruhi kinerja dari komoditas-komoditas
tersebut. Komoditas yang nilai ekspornya urun akibat
penurunan volume antara lain: TPT dan produk kimia
(sektor manufaktur); sedangkan komoditas yang nilai
ekspornya turun akibat volume dan harga yang
melemah antara lain: karet (sektor pertanian),
tembaga dan nikel (sektor pertambangan); dan
komoditas yang nilai ekspornya turun akibat turunnya
harga adalah CPO (sektor manufaktur).
Grafik 4
Nilai Ekspor Nonmigas
Tabel 2
Jenis Komoditas Nonmigas Yang Paling Banyak di Ekspor Ke Negara-Negara Tujuan Utama (Berdasarkan SITC-2 Digit, % Pangsa Terhadap Total Ekspor Nonmigas)
Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share
Batubara, krokas & briket 2.4 Pakaian 3.3 Mesin elektronik 1.6 Minyak sayur & lemak 4.2 Minyak sayur & lemak 1.7
Biji logam & sisa logam 2.2 Karet mentah 1.2 Peralatan transp. lainnya 1.0 Batubara, krokas & briket 1.6 Pulp & sisa kertas 0.7
Mesin elektronik 0.9 Alat-alat telekomunikasi 0.9 Msn ktr & pemrosesan data 0.9 Biji logam & sisa logam 0.2 Batubara, krokas & briket 0.6
Karet mentah 0.9 Kopi, teh, rempah-rempah 0.7 Logam bukan besi 0.7 Buah & sayur 0.1 Karet mentah 0.4
Jepang Amerika Serikat Singapura India Cina
0.00
3.00
6.00
9.00
12.00
15.00
18.00
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2006 2007 2008Singapura Jepang Cina USA India
(%)
1,000
3,000
5,000
7,000
9,000
11,000
13,000
15,000
17,000
19,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Pertanian Pertambangan Industri
Juta USD
9
TPT
Nilai ekspor TPT pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,3
miliar atau tumbuh negatif 3,8% (y.o.y). Pertumbuhan
negatif ini disebabkan oleh turunnya volume ekspor
yang mencapai 10,5%. Daya beli yang menurun akibat
krisis memberikan tekanan lebih besar terhadap
permintaan produk tekstil, meskipun harga bahan baku
tekstil, seperti serat kapas dan bahan baku wol turun di
pasar internasional. Penurunan permintaan tersebut
terutama berasal dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Grafik 5
Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia, selain
karena permintaan TPT dunia yang menurun, minimnya
infrastruktur pelabuhan, tingginya suku bunga bank,
membanjirnya produk impor dan kurangnya pasokan
energi ditengarai menjadi penghambat pertumbuhan
industri tekstil, terutama pada sisi ekspor.
Tabel 3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 903 37.6 865 37.5
Uni Eropa 421 17.5 403 17.5
Jepang 124 5.2 136 5.9
Lainnya 952 39.7 904 39.2
Total 2,400 100 2,308 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
0
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
ribu Ton
Amerika Uni Eropa Jepang
10
Produk Kimia
Ekspor produk kimia pada Tw.IV-2008 sebesar
USD1,5 miliar atau tumbuh negatif 13,8% (y.o.y).
Penurunan ekspor ini disebabkan oleh penurunan
volume yang cukup tajam mencapai 52,8%. Turunnya
permintaan produk kimia terutama berasal dari Cina,
seiring melemahnya permintaan domestik negara
tersebut dari 9,0% di Tw. III menjadi 6,8% di Tw.IV-
2008.
Di tengah krisis global yang terjadi saat ini,
Departemen Perindustrian mengambil langkah antisipasi
untuk melindungi industri kimia dari membanjirnya
produk impor dari negara lain yang mengalihkan tujuan
ekspornya dari Amerika Serikat ke Indonesia dengan
melakukan upaya pencegahan impor ilegal dan
menerapkan wajib SNI untuk produk kimia.
Tabel 4 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara
Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Uni Eropa 106 6.1 166 11.2
Jepang 118 6.8 142 9.5
Cina 205 11.9 134 9.0
Amerika Serikat 102 5.9 119 8.0
Lainnya 1,196 69.3 926 62.3
Total 1,727 100 1,487 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Karet
Ekspor karet selama Tw.IV-2008 sebesar USD1,0
miliar atau tumbuh negatif 17,4% (y.o.y). Pertumbuhan
negatif ini disebabkan oleh penurunan volume ekspor
yang mencapai 24,2%. Turunnya permintaan karet
sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global
yang semakin memburuk akibat krisis. Menurut
Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo),
konsumsi karet alam sebesar 70% diserap oleh industri
ban untuk kebutuhan otomotif. Terjadinya krisis global
mempengaruhi penjualan otomotif sehingga konsumsi
karet menurun. Penurunan ekspor karet tersebut
terutama terjadi ke Cina dan Amerika Serikat sebagai
produsen otomotif dan ban dunia.
Tabel 5 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara
Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 326 26.0 292 28.2
Jepang 207 16.5 212 20.5
Cina 195 15.6 97 9.4
Lainnya 525 41.9 434 41.9
Total 1,253 100 1,035 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Di sisi lain, penurunan harga karet turut
mempengaruhi kinerja ekspor pada Tw.IV-2008. Harga
karet mengalami penurunan menjadi USD202,8 cent/kg
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar
USD329,1 cent/kg. Menghadapi kondisi penurunan
harga tersebut maka para produsen karet seperti
Indonesia, Malaysia dan Thailand yang tergabung dalam
International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat
menjalankan empat langkah untuk mengatasi tren
penurunan harga karet, yaitu dengan mempercepat
peremajaan karet, memperlambat penanaman baru
pohon karet, mengurangi intensitas penyadapan karet
dan melakukan koordinasi ekspor antara eksportir
dengan para produsen karet.
Grafik 6
Perkembangan Harga Karet Dunia
0
50
100
150
200
250
300
350
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
c/kg
11
Tembaga
Ekspor tembaga pada Tw.IV-2008 sebesar USD836
juta atau tumbuh negatif 42,6%. Turunnya nilai ekspor
tembaga berasal dari volume ekspor yg turun sebesar
23,1%. Penurunan ekspor tembaga terjadi ke begara
tujuan Malaysia dan Jepang, sedangkan ekspor ke
Korea Selatan relatif stabil.
Tabel 6 Nilai Ekspor Tembaga ke Beberapa Negara
Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 376 25.8 337 40.3
Korea Selatan 130 8.9 130 15.6
Malaysia 145 10.0 104 12.4
Lainnya 806 55.3 265 31.7
Total 1,457 100 836 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Sementara itu, anjloknya harga tembaga pada
Tw.IV-2008 yang hanya sebesar USD3.905/Mton jauh
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai
USD7.680/Mton, menjadi pendorong utama turunnya
ekspor tembaga. Turunnya harga tembaga ini dipicu
oleh meningkatnya cadangan tembaga terkait dengan
perlambatan ekonomi global.
Grafik 7
Perkembangan Harga Tembaga Dunia Nikel
Ekspor nikel pada Tw.IV-2008 sebesar USD279 juta
atau tumbuh negatif 57,9% akibat turunnya volume
ekspor yang mencapai 48,9%. Turunnya volume ekspor
terkait juga dengan anjloknya harga nikel di pasar
internasional sehingga eksportir mengurangi ekspornya
dan menunggu hingga harga membaik kembali. Pada
Tw.IV-2008 harga nikel hanyasebesar USD10.843/Mton
turun dari triwulan sebelumnya sebesar
USD18.961/Mton. Ekspor nikel terbesar ditujukan ke
Jepang dengan pangsa mencapai 91,0%.
Tabel 7 Nilai Ekspor Nikel ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Grafik 8
Perkembangan Harga Nikel Dunia
Crude Palm Oil (CPO)
Ekspor CPO pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,9 miliar
atau tumbuh negatif 4,6%. Meskipun volume ekspor
naik sebesar 22,5%, namun terus melemahnya harga
CPO telah mendorong nilai ekspor turun.
Harga CPO terus mengalami penurunan, dan pada
triwulan ini hanya sebesar USD512/Mton lebih rendah
dari triwulan sebelumnya USD928/Mton. Penurunan
harga CPO ini sejalan dengan merosotnya harga minyak
mentah dunia pada triwulan laporan. Melambatnya
pertumbuhan ekonomi yang memangkas permintaan
akan CPO mempengaruhi harga komoditas menjadi
anjlok. Selain itu, adanya pembatalan kontrak
perdagangan minyak sawit mentah yang dilakukan
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
USD/MTon
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 563 84.9 254 91.0
Cina 70 10.6 14 5.0
Lainnya 30 4.5 11 3.9
Total 663 100 279 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
USD/MTon
12
importir asal India turut mempengaruhi anjloknya harga
komoditas CPO di pasar internasional.
Grafik 9
Perkembangan Harga CPO Dunia
Untuk mengatasi harga CPO yang terus menurun,
pemerintah Indonesia dan Malaysia - yang memasok
85% CPO ke pasar dunia - sepakat untuk melakukan
peremajaan kebun kelapa sawit seluas 250.000 hektar.
Indonesia akan meremajakan 50.000 hektar, sementara
Malaysia akan meremajakan 200.000 hektar lahan
sawit. Dengan langkah ini pasokan CPO Indonesia dan
Malaysia akan berkurang, masing-masing sebesar
75.000 ton dan 500.000 ton. Selain itu, kedua negara
sepakat untuk meningkatkan konsumsi biodiesel
domestik mulai tahun 2009 sehingga mengurangi
pasokan ke pasar internasional.
Ekspor CPO pada Tw. IV-2008 terutama ditujukan
ke India, Uni Eropa dan Cina, masing-masing dengan
pangsa 34,5%, 17,3% dan 11,7%.
Tabel 8
Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
India 822 27.5 982 34.4
Uni Eropa 441 14.8 492 17.3
Cina 348 11.7 332 11.6
Lainnya 1,376 46.1 1,045 36.7
Total 2,987 100 2,851 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Sementara itu, komoditas yang masih mengalami
pertumbuhan ekspor positif di tengah krisis global
antara lain: batubara (sektor pertambangan),
elektronik, serta mesin & mekanik (sektor
manufaktur).
Batubara
Ekspor batubara pada Tw.IV-2008 sebesar USD3,1
miliar atau tumbuh 69,4% didukung oleh tingginya
harga, sedangkan dari sisi volume mengalami
penurunan sebesar 8,6%. Harga batubara pada Tw.IV-
2008 sebesar USD92,97/MTon naik 11,4% dari tahun
sebelumnya.
Grafik 10
Perkembangan Harga Batubara Dunia
Turunnya volume ekspor batubara yang terjadi
mulai bulan November ditengarai terkait dengan
ketentuan Domestic Market Obligation (DMO) yang
mulai diterapkan pada bulan Desember 2008.
Ketentuan ini mengatur persentase minimal penjualan
batubara dalam negeri (PMPBDN) bagi seluruh
produsen batubara. Penetapan DMO berkisar 20-30
persen dari total produksi nasional, disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan riil batubara. Sementara itu,
permintaan batubara terbesar berasal dari Jepang,
Taiwan dan India masing-masing dengan pangsa
19,5%, 17,3% dan 12,7%.
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
USD/MTon
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008
US D/MTon
13
Tabel 9 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara
Tujuan Utama Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Japang 291 16.1 596 19.4
Taiwan 218 12.1 530 17.3
India 256 14.2 388 12.7
Lainnya 1,044 57.7 1,551 50.6
Total 1,809 100 3,065 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Elektronik
Ekspor elektronik pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,6
miliar atau tumbuh 14,0%. Pertumbuhan ekspor ini
selain karena tingginya harga elektonik, juga didorong
oleh peningkatan volume ekspor yang pada triwulan ini
naik sebesar 1,5%. Meskipun krisis finansial global
memperlambat permintaan, namun kebutuhan
elektronik di pasar dunia masih cukup tinggi mengingat
produk-produk elektronika, seperti printer, dibutuhkan
untuk perkantoran. Permintaan produk elektronik
terutama berasal dari Singapura, Jepang dan Amerika
Serikat dengan pangsa masing-masing sebesar 28,6%,
12,3% dan 11,9%.
Tabel 10 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
Mesin & mekanik
Ekspor mesin & mekanik pada Tw.IV-2008 sebesar
USD2,1 miliar atau tumbuh 19,9% yang didukung oleh
masih tingginya harga mesin & mekanik di pasar
internasional. Sementara itu, dari sisi volume terjadi
penurunan sebesar 36,5%. Ekspor mesin & mekanik
terutama terutama ditujukan ke Singapura dan Jepang.
Tabel 11 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
1.1 Impor Nonmigas
Impor nonmigas pada Tw.IV-2008 sebesar USD21,9
miliar (tumbuh 27,9%) lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar USD25,0 miliar (44,7%).
Perlambatan laju impor ini lebih disebabkan oleh
penurunan volume yang lebih besar dibandingkan
harga. Volume impor mulai mencatat pertumbuhan
negatif sejak November khususnya pada kelompok
bahan baku dan barang konsumsi, sedangkan pada
barang modal pada triwulan laporan masih mencatat
pertumbuhan positif. Sementara itu, dalam periode
tersebut harga impor nonmigas belum mengalami
penurunan yang signifikan. Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 721 32.1 732 28.6
Jepang 331 14.8 315 12.3
Amerika Serikat 179 8.0 305 11.9
Lainnya 1,013 45.1 1,205 47.1
Total 2,244 100 2,557 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 309 17.3 483 22.5
Jepang 204 11.4 290 13.5
Uni Eropa 166 9.3 181 8.4
Lainnya 1,108 62.0 1,189 55.5
Total 1,787 100 2,143 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
14
Turunnya pertumbuhan volume impor barang
konsumsi (-39,2%) dan bahan baku (-1,8%) terkait
dengan berkurangnya permintaan domestik dan
kebutuhan bahan baku untuk ekspor. Sedangkan
pertumbuhan impor barang modal sebesar 18,3%,
meskipun melambat dibanding periode sebelumnya,
mengindikasikan masih kuatnya investasi domestik.
Barang-barang yang diimpor terutama berasal dari
Jepang berupa kendaraan bermotor, dari Cina berupa
peralatan telekomunikasi, dari Uni Eropa berupa
peralatan transportasi lainnya, dari Amerika Serikat
berupa minyak biji-bijian & kacang-kacangan serta dari
Korea Selatan berupa kain tekstil.
Grafik 11
Perkembangan Pangsa Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal
Tabel 12
Jenis Komoditas Nonmigas yang Paling Banyak Diimpor dari Beberapa Negara Asal (Berdasarkan SITC-2digit, % Pangsa Terhadap Total Impor Nonmigas)
Impor barang konsumsi pada Tw.IV-2008 sebesar
USD1,9 miliar (pangsa 7,9%) atau tumbuh 5,9%.
Melambatnya pertumbuhan impor dari triwulan
sebelumnya (34,8%) sejalan dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.44/M-
DAG/PER/10/2008 tentang ketentuan barang impor
tertentu. Peraturan ini diterbitkan untuk melindungi
pasar dalam negeri dari membanjirnya produk impor
yang dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan
industri domestik. Barang-barang konsumsi yang
diimpor terutama berasal dari Cina, Uni Eropa dan
Jepang.
Tabel 13 Nilai Impor Barang Konsumsi (C&F)
Berdasarkan Negara Asal
Adapun barang konsumsi yang diatur impornya
adalah elektronik, sepatu, mainan anak, makan dan
minuman serta garmen. Impor komoditas tersebut
hanya dapat masuk melalui lima pelabuhan utama yaitu
Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Mas (Semarang),
Tanjung Perak (Surabaya), Soekarno-Hatta (Makassar)
dan Belawan (Medan) serta seluruh bandar udara
0
5
10
15
20
25
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2006 2007 2008
Sg J pn RRC USA Tha Kor
(%)
Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share
Kendaraan bermotor 3.0 Alat telekomunikasi 1.7 Peralatan transportasi lainnya 3.1 Minyak biji, kacang-kacangan 0.7 Benang, bahan & produk 0.7
Besi dan baja 2.4 Mesin utk industri umumnya 1.4 Mesin utk industri tertentu 0.8 Mesin pembangkit 0.6 Besi dan baja 0.6
Mesin utk industri tertentu 1.7 Mesin pembangkit 1.2 Mesin utk industri umumnya 0.7 Serat tekstil 0.5 Alat telekomunikasi 0.4
Mesin utk industri umumnya 1.6 Alat elektronik 1.1 Alat elektronik 0.6 Mesin utk industri tertentu 0.5 Pupuk 0.4
Jepang Cina Uni Eropa Amerika Serikat Korea Selatan
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Cina 426 23.9 591 31.3
Uni Eropa 124 7.0 164 8.7
Jepang 124 7.0 112 5.9
Lainnya 1,110 62.2 1,022 54.1
Total 1,784 100 1,889 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
15
internasional. Selain itu, importir untuk komoditas
tersebut harus memiliki status Importir Terdaftar (IT) dan
wajib melakukan verifikasi sebelum pengapalan
dilakukan dari pelabuhan muat dengan biaya yang
ditanggung oleh importir bersangkutan. Aturan yang
ditandatangani Mendag pada 31 Oktober 2008 itu
mulai diberlakukan sejak 15 Desember 2008 hingga 31
Desember 2010.
Impor bahan baku pada Tw.IV-2008 sebesar
USD15,9 miliar (pangsa 66,6%) atau tumbuh 26,7%.
Melambatnya pertumbuhan impor bahan baku
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (40,4%)
sejalan dengan menurunnya kebutuhan bahan baku
untuk ekspor ataupun produksi dalam negeri. Selain itu
Pemerintah juga telah memutuskan untuk membatasi
impor bahan baku produk konsumsi untuk melindungi
industri bahan baku dan barang modal di dalam negeri.
Aturan pembatasan tersebut memiliki ketentuan bahwa
pengimpor bahan baku adalah merupakan produsen
produk tersebut di Indonesia, sehingga pelaku impor
harus memiliki pabrik di Indonesia. Bahan baku yang
diimpor terutama berasal dari Jepang, Cina dan
Singapura.
Tabel 14 Nilai Impor Bahan Baku (C&F)
Berdasarkan Negara Asal
Sementara itu, impor barang modal pada Tw.IV-
2008 sebesar USD5,9 miliar (pangsa 24,7%) atau
tumbuh 42,9%. Terkait dengan masih positifnya
pertumbuhan impor barang modal, pemerintah kembali
memperpanjang izin impor barang modal bukan baru
yang seharusnya berakhir pada 31 Desember 2008
sesuai dengan Permendag Nomor 49/M-
DAG/PER/12/2007 tentang izin importasi mesin dan alat
berat bukan baru (bekas). Barang modal bukan baru
adalah barang yang masih layak dipakai, atau untuk
direkondisi, remanufakturing, digunafungsikan kembali
dan bukan skrap.
Dalam pelaksanaanya, Departemen Perdagangan
hanya memperbolehkan impor barang modal bekas
dilakukan oleh perusahaan pemakai langsung, yaitu
perusahaan yang telah memiliki izin usaha yang
mengimpor untuk keperluan proses produksi atau
untuk keperluan lainnya yang tidak dalam proses
produksi. Selain perusahaan pemakai langsung, impor
barang modal bukan baru dapat juga dilakukan oleh
perusahaan rekondisi, yaitu perusahaan yang
memproses barang modal bukan baru menjadi produk
akhir untuk tujuan ekspor atau memenuhi pesanan
pemakai dalam negeri. Perpanjangan izin ini dilakukan
untuk penyediaan barang modal yang terjangkau oleh
sektor industri mengingat belum kondusifnya kondisi
perekonomian secara keseluruhan saat ini. Barang-
barang modal ini terutama diimpor dari Jepang, Uni
Eropa dan Cina
Tabel 15 Nilai Impor Barang Modal (C&F)
Berdasarkan Negara Asal
Di sisi lain, dari 15 produk impor nonmigas
terbesar, 4 produk mengalami perlambatan laju
pertumbuhan, yaitu peralatan telekomunikasi, baja (flat
rolled), peralatan & suku cadang konstruksi & teknik
sipil, dan makanan ternak. Melambatnya pertumbuhan
tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
disebabkan oleh penurunan volume sementara dari sisi
harga masih cenderung meningkat. Sementara itu, 1
produk mengalami pertumbuhan negatif, yaitu produk
hidrokarbon; sedangkan 3 produk tumbuh cukup
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 262 2.1 2,734 17.2
Cina 11 0.1 1,885 11.8
Singapura 8,522 67.9 1,750 11.0
Lainnya 3,764 30.0 9,540 60.0
Total 12,559 100 15,909 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 575 13.9 1,422 24.1
Uni Eropa 834 20.2 1,160 19.7
Cina 513 12.4 951 16.1
Lainnya 2,209 53.5 2,369 40.1
Total 4,131 100 5,902 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
16
tinggi, yaitu pupuk, kendaraan bermotor beserta komponen & aksesorisnya.
Tabel 16 Pertumbuhan Nilai dan Volume Impor Lima Belas Komoditas Utama
Komoditi
Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008
764 - TELECOMUNICATION EQUIPMENT N.E.S AND PARTS 97.0 12.4 2.9 -38.0
511 - HYDROCARBON,N.E.S AND THEIR HALOGENATED,NITRATED DERIVATIVES 75.8 -12.5 29.8 2.9
562 - FERTILIZERS,MANUFACTURED 264.2 234.9 40.6 20.9
673 - FLAT ROLLED PRODUCTS NOT CLAD 122.8 26.3 53.0 -17.2
723 - CIVIL ENGINEERING AND CONTRACTOR PLANT AND EQUIPMENT AND PARTS 70.5 49.9 46.2 57.8
784 - PARTS AND ACCESSORIES, N.E.S OFTHE MOTOR VEHICLES 44.2 82.8 37.1 -24.7
672 - INGOTS AND OTHER PRIMARY FORMS,OF IRON OR STEEL 64.3 56.3 -8.1 -11.0
041 - WHEAT AND MESLIN,UNMILLED 43.8 35.2 -21.7 -6.9
776 - THERMIONIC, COLD CATHODE AND PHOTO CATHODE VALVES AND TUBES -1.0 3.5 -19.1 -25.9
778 - ELECTRICAL MACHINERY AND APPARATUS, N.E.S 30.9 12.0 -17.0 -46.1
081 - FEEDING STUFF FOR ANIMALS 45.6 9.0 27.6 -12.4
782 - MOTOR VEHICLE FOR THE TRANSPORT OF GOODS 312.5 250.4 274.1 174.1
792 - AIRCRAFT AND ASSOCIATED EQUIPMENT AND PARTS THERE OF, N.E.S 35.8 29.4 25.9 2.7
713 - INTERNAL COMBUSTION PISTON ENGINES AND PARTS 64.3 30.6 23.9 -21.5
772 - ELECTRICAL APPARATUS FOR MAKING AND BREAKING ELECTRICAL CIRCUIT 26.2 30.4 12.7 -18.4
Nilai Volume
Pertumbuhan (%)
17
Di tengah melemahnya permintaan barang impor,
impor pupuk (SITC 562) pada Tw.IV-2008 masih tetap
tinggi mencapai USD751 juta atau tumbuh mencapai
235,3%. Tingginya nilai impor ini didukung oleh
besarnya kebutuhan pupuk yang tidak dapat dipenuhi
oleh produksi dalam negeri. Pupuk tersebut diimpor
antara lain dari Kanada, Rusia dan Korea Selatan.
Tabel 17 Nilai Impor Pupuk (C&F) Berdasarkan Negara Asal
Untuk mengatasi kelangkaan pupuk, selain dengan
mendatangkan pupuk impor, pemerintah menambah
pasokan pupuk bersubsidi sebesar 300 ribu ton pada
periode ini. Tambahan pasokan pupuk itu sebagian
akan dipenuhi oleh sejumlah produsen, antara lain
Pupuk Kaltim (sebesar 80 ribu ton), Pupuk Iskandar
Muda (40 ribu ton) dan Petrokimia Gresik (5 ribu ton).
Sementara itu, impor kendaraan untuk pengangkut
barang (SITC 782) beserta komponen & aksesorisnyanya
(SITC 784) pada Tw.IV-2008 sebesar USD1,2 miliar atau
tumbuh 138,9%. Menurut Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia, lonjakan impor
disebabkan banyak komponen yang belum diproduksi
di dalam negeri, sehingga harus mengimpor dari negara
lain. Impor kendaraan bermotor terutama berasal dari
Jepang, Thailand dan Amerika Serikat.
Tabel 18 Nilai Impor Kendaraan Bermotor & Komponennya (C&F)
Berdasarkan Negara Asal
2. Neraca Perdagangan Migas
Selama periode laporan, neraca minyak dan gas
mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, relatif tetap
dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada periode
Tw.III-2008. Relatif tetapnya nilai surplus yang terjadi
bersumber dari penurunan surplus yang terjadi pada
neraca perdagangan gas yang dapat diimbangi oleh
penurunan defisit neraca perdagangan minyak. Di sisi
neraca perdagangan minyak, anjloknya harga minyak
mengakibatkan defisit neraca perdagangan minyak
turun secara signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini sebagai implikasi dari posisi
Indonesia sebagai negara pengimpor minyak.
Sementara itu, harga jual gas yang juga menurun
mengikuti pergerakan harga minyak berimbas pada
penurunan surplus neraca perdagangan gas yang cukup
besar.
2.1 Minyak
Neraca perdagangan minyak pada Tw.IV-2008
mencatat penurunan defisit yang signifikan menjadi
sebesar USD0,9 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar
USD2,8 miliar. Sebagai negara yang sudah termasuk
dalam negara pengimpor minyak, penurunan harga
minyak justru memberikan dampak positif bagi neraca
perdagangan minyak. Harga minyak yang sejak akhir
triwulan III hingga akhir triwulan laporan yang terus
turun hingga sebesar $48,0 per barel menjadi faktor
penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan minyak
tersebut.
Tabel 19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Kanada 66 29.5 242 32.2
Rusia 7 3.1 98 13.0
Korea Selatan 2 0.9 85 11.3
Lainnya 149 66.5 326 43.4
Total 224 100 751 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 233 45.5 591 48.3
Thailand 122 23.8 302 24.7
Amerika Serikat 16 3.1 72 5.9
Lainnya 141 27.5 258 21.1
Total 512 100 1,223 100
Tw. IV-2007 Tw. IV-2008
Ekspor 37.8 4,422 40.1 1,996Minyak Mentah 28.0 3,160 112.9 31.1 1,459 46.8Produk Kilang 9.8 1,262 128.4 8.9 537 60.3
Impor 60.8 7,183 48.6 2,879Minyak Mentah 22.9 2,542 111.1 22.3 1,210 54.2Produk Kilang 37.9 4,640 122.5 26.2 1,669 63.6
Neraca Perdagangan Minyak ‐2,761 ‐884Sumber: BPMigas dan PT Pertamina (diolah)
2008Tw. III Tw. IV
RincianVolume (mbbl)
Nilai (juta USD)
Harga (USD/barel)
Volume (mbbl)
Nilai (juta USD)
Harga (USD/barel)
18
Dari sisi ekspor, selama triwulan laporan tercatat
ekspor minyak sebesar USD2,0 miliar atau menurun
sebesar 54,9% dibandingkan triwulan sebelumnya
(USD4,4 miliar). Penurunan tersebut bersumber dari
menurunnya nilai ekspor produk kilang dan nilai ekspor
minyak mentah yang mayoritas dipengaruhi oleh
turunnya harga minyak. Untuk ekspor produk kilang,
volume ekspor selama triwulan IV tercatat penurunan
sekitar 9,2% dibandingkan triwulan sebelumnya,
sementara volume ekspor minyak mentah meningkat
sebesar 11,1%.
Ekspor minyak mentah Indonesia (pangsa 73,0%
dari total ekspor minyak) terutama ditujukan ke negara-
negara seperti Jepang, Australia, Singapura, dan Korea.
Dari sekitar 48 jenis minyak mentah domestik, volume
eskpor terbesar adalah antara lain jenis minyak SLC,
Duri, Senipah dan Belanak.
Dari sisi impor, nilai impor minyak pada Tw.IV-2008
tercatat sebesar USD2,9 miliar, juga lebih rendah
dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai
USD7,2 miliar. Faktor penurunan harga minyak juga
menjadi penyebab utama nilai impor minyak menjadi
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Secara
rata-rata, harga minyak impor1 selama periode laporan
turun secara signifikan dari USD118,2/barrel menjadi
USD59,3/barrel.
Selain faktor harga yang menjadi penyebab
dominan, nilai impor yang menurun juga dipengaruhi
oleh lebih rendahnya volume impor selama triwulan IV.
Selama periode laporan, impor minyak tercatat
mengalami penurunan menjadi 48,6 juta barel dari
sebelumnya 60,8 juta barel. Hal ini disumbang oleh
mengecilnya impor produk kilang yang ditengarai
sejalan dengan konsumsi BBM yang munurun cukup
besar.
Lebih lanjut, impor minyak mentah Indonesia untuk
intake kilang terutama berasal dari Saudi Arabia
1 Merupakan rata-rata harga impor minyak mentah dan produk kilang.
dengan jenis minyak ALC (Arab Light Crude). Jenis
minyak tersebut digunakan untuk kebutuhan kilang
Cilacap yang memproduksi sekitar 30% dari total
produksi BBM dalam negeri.
Turunnya harga ekspor minyak mentah Indonesia
sejalan dengan perkembangan rata-rata harga minyak
mentah basket OPEC dan WTI yang masing-masing
sebesar USD52,5 dan USD58,4 per barel. Pelemahan
permintaan minyak yang ditandai oleh menurunnya
kondisi perekonomian dunia diperkirakan
mempengaruhi pergerakan harga minyak yang terus
anjlok. Kondisi ini diperkuat dengan data permintaan –
penyediaan minyak OPEC yang menggambarkan
terjadinya surplus cadangan minyak pada triwulan IV
setelah selama dua triwulan terus mengalami defisit.
Tabel 20 Demand dan Supply Minyak Dunia
Grafik 12
Perkembangan Harga Minyak Dunia
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
Permintaan MinyakAmerika Utara 25.5 24.8 24.5 23.8 24.3Cina 7.6 8 8.2 8.1 7.7Eropa Barat 15.3 15.2 14.9 15.3 15.5Lainnya 37.5 38.7 37.8 37.8 38.8
Total Permintaan Minyak (1) 85.9 86.7 85.4 85.0 86.3
Penawaran MinyakOPEC 30.1 31.2 31.2 31.5 30.2Non OPEC 54.5 55.0 55.3 54.3 55.3
Total Penawaran Minyak (2) 84.6 86.3 86.6 85.8 85.5
Netto (1 ‐ 2) ‐1.2 ‐0.4 1.2 0.9 ‐0.8Sumber: OPEC
20082007
Rincian (dalam mbpd )
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2007 2008
USD/bbl
SLC Harga Ekspor WTI OPEC
19
Grafik 13
Perkembangan Produksi Minyak dan Konsumsi BBM
Sementara itu, produksi minyak mentah Indonesia
selama Tw IV-2008 mengalami penurunan
dibandingkan dengan rata-rata produksi pada Tw.III-
2008. Pada periode laporan, rata-rata produksi minyak
mencapai 0,967 juta barel per hari (bph), sementara
rata-rata produksi periode sebelumnya sebesar 0,982
juta bph. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kondisi
sumur-sumur tua yang terus mengalami natural
declining sementara sumur-sumur penemuan baru
belum berproduksi secara optimal bahkan sebagian
belum berproduksi. Sementara itu, produksi minyak
yang terjadi selama periode laporan didukung oleh
adanya produksi dari beberapa lapangan yang dikelola
oleh KPS seperti JOB Pertamina-Petrochina (Jatim), PT.
Chevron (Riau), Conoco Philips (Grisik, Sumsel), PT.
Medco (Sumsel), PT. Vico (Kaltim), PT. Petrochina
(Jambi), PT. Conoco (South Natuna), BP West Java
(Block A) dan PT. Chevron (Kaltim).
Konsumsi BBM selama laporan mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan konsumsi periode
sebelumnya. Volume konsumsi BBM di triwulan IV
sebesar 87,6 juta barel, lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 100,8 juta barel. Dilihat
dari sektor penggunanya, penurunan konsumsi BBM
terjadi pada sektor rumah tangga dan listrik. Hal ini
ditengarai terkait dengan program konversi energi dari
bahan bakar minyak ke penggunaan gas dan
melemahnya kegiatan ekonomi.
2.2. Gas
Neraca perdagangan gas selama Tw. IV-2008
mencatat penurunan surplus menjadi USD2,9 miliar dari
sebelumnya USD4,8 miliar. Mengecilnya surplus selama
kurun Oktober – Desember 2008, lebih didorong oleh
anjloknya harga gas yang mengikuti penurunan harga
minyak meskipun secara volume, ekspor gas masih
menunjukkan peningkatan.
Tabel 21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas
Volume ekspor gas, pada Tw.IV-2008 masih
mengalami peningkatan yang disumbang oleh ekspor
LNG yang meningkat sebesar 259 MBTU menjadi 272
MBTU. Cukup besarnya volume ekspor tersebut, antara
lain dipengaruhi oleh besarnya produksi gas selama
kurun waktu laporan guna menutupi kekurangan
pengiriman periode sebelumnya. Berdasarkan nilai
kontrak yang telah disetujui, ekspor LNG dan gas alam
terutama ditujukan untuk negara Jepang, Korea Selatan
dan Taiwan.
Harga gas yang turun secara signifikan tersebut
mempengaruhi surplus neraca perdagangan menjadi
lebih kecil. Pada akhir triwulan IV 2008, harga gas
sudah mengalami penurunan sebesar 40,5%2. Hal ini
2 Penurunan rata-rata ekspor LNG dan Natural gas.
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
0.800
0.900
1.000
1.100
1.200
1.300
Jan Jun Dec Jun Dec Jun Jan Jun
2005 2006 2007 2008
juta barel/blnJuta bph
Oil Production Konsumsi (RHS)
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
LNGVolume (mmbtu) 1,080 284 253 259 272 Nilai (juta USD) 9,723 3,275 3,462 3,699 2,350 Harga (USD/mmbtu) 9.0 11.5 13.7 14.3 8.8
LPGVolume (000 metric ton) 337 66 35 ‐ ‐ Nilai (juta USD) 210 51 28 ‐ ‐ Harga (USD/MTon) 604.7 777.2 802.2 ‐ ‐
Natural GasVolume (mmbtu) 293 69 78 84 74 Nilai (juta USD) 2,443 747 978 1,164 580 Harga (USD/mmbtu) 8.3 10.9 12.6 13.9 8.0
Neraca Perdagangan Gas 12,407 4,073 4,501 4,945 3,000 Ekspor (juta USD) 12,376 4,073 4,468 4,863 2,929 Impor (juta USD) ‐31 0 ‐34 ‐82 ‐70
Sumber: BPMigas (diolah)
Rincian2008
2007
20
mempengaruhi nilai ekspor gas menjadi USD3,0 miliar
dari triwulan sebelumnya yang mencapai USD4,9 miliar.
Hingga saat ini terdapat cadangan gas bumi di
Indonesia sekitar 170,1 TSCF (triliun standar cubic feet)
dengan komposisi 112,5 TCSF merupakan cadangan
terbukti dan 57,7 TCSF adalah cadangan potensial. Bila
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007,
cadangan gas bumi di tahun 2008 mengalami
peningkatan.
Tabel 22 Cadangan Gas Indonesia
(billion cubic feet)
Sumber: Ditjen Migas
3. Neraca Jasa
Defisit neraca jasa pada Tw. IV-2008 mencapai
USD3,3 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan angka
pada periode triwulan sebelumnya. Penyumbang
terbesar defisit neraca jasa berasal dari jasa transportasi.
Sementara jasa travel pada periode laporan mencatat
penerimaan devisa yang juga tidak jauh berbeda
daripada triwulan sebelumnya.
Grafik 14
Perkembangan Neraca Jasa
Jasa transportasi pada triwulan IV mencatat defisit
yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, yaitu
sekitar USD2,6 miliar dibandingkan defisit USD3,0 miliar
pada triwulan III 2008. Angka defisit tersebut terutama
berasal dari jasa angkutan barang (freight), khususnya
nonmigas, yang turun dari USD2,2 miliar menjadi
USD1,9 miliar seiring dengan menurunnya volume
impor barang. Sementara itu, defisit jasa angkutan
barang migas menurun dari USD0,6 miliar menjadi
USD0,3 miliar, sejalan dengan penurunan volume impor
minyak. Tingginya defisit jasa transportasi tersebut
masih terkait dengan dominasi armada asing dalam
pengangkutan barang impor. Pemberdayaan industri
pelayaran nasional dalam mendukung perdagangan
internasional melalui kewajiban semua pengiriman
komoditas nasional dengan menggunakan armada
domestik masih sulit untuk diterapkan.
Sektor pariwisata, selama Tw. IV-2008 mencatat
surplus sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah daripada
periode sebelumnya (USD0,6 miliar). Penurunan surplus
tersebut disumbang oleh pengeluaran haji 2008 sekitar
USD0,4 miliar sehingga pengeluaran jasa travel menjadi
sekitar USD1,7 miliar, sedangkan penerimaan devisa
dari wisman relatif tidak berubah sekitar USD2,0 miliar.
Jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia
(inbound) mencapai sekitar 1664 ribu orang dengan
pengeluaran rata-rata sebesar USD1,178 per kunjungan
per orang. Pada periode tersebut terjadi penurunan
wisman transit (exercusionist) menjadi 49 ribu orang
dari periode sebelumnya 60 ribu orang dengan
pengeluaran rata-rata sebesar USD153 per kunjungan
per orang. Dengan memperhitungkan wisman transit
tersebut jumlah total wisman yang berkunjung ke
Indonesia pada triwulan IV mencapai 1,7 juta orang,
relatif tidak berbeda daripada triwulan sebelumnya.
Pelemahan ekonomi dunia diperkirakan belum
mempengaruhi arus masuk wisatawan asing untuk
berkunjung ke Indonesia. Sejalan dengan hal itu,
Badan Pariwisata Dunia (UN-WTO) memperkirakan
persentase laju pertumbuhan kunjungan wisatawan
dunia akhir tahun ini masih positif meskipun hanya
sebesar 2%-3% yang disebabkan krisis keuangan
global.
Tahun
Cadangan
Terbukti 91 91 97 94 106 113
Potensial 87 98 89 93 59 58
Total 178 188 186 187 165 170
2006 200820072003 2004 2005
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net
Juta USD
21
Negara asal wisman yang datang ke Indonesia
masih didominasi oleh Singapura (pangsa 19%),
Malaysia (14%), Jepang (8%), Australia (8%), dan Cina
(5%). Cina dan Australia termasuk negara utama asal
wisman yang tumbuh cukup tinggi, masing-masing
sekitar 51% dan 39% (y.o.y). Sementara itu, wisman
dari Arab Saudi, meskipun pangsanya masih relatif
rendah, tumbuh cukup signifikan sekitar 33% (y.o.y).
Tujuan utama wisman berkunjung ke Indonesia
adalah Bali dengan pangsa 39%, diikuti Jakarta (28%)
dan Batam (21%). Dengan adanya beberapa kegiatan
berskala internasional terkait Visit Indonesian Year 2008
seperti Asian Beach Games, pariwisata Bali sepanjang
triwulan keempat tumbuh sekitar 18% (y.o.y). Negara
asal wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali adalah
Australia (pangsa 16%), Jepang (15%), Malaysia (8%),
Korea Selatan (7%) dan Cina (7%). Cina dan Australia
kembali menjadi negara utama asal wisman ke Bali
yang pertumbuhannya meningkat cukup signifikan,
yaitu masing-masing sebesar 62% dan 46% (y.o.y).
Masih cukup tingginya pertumbuhan kunjungan
wisman asal Australia ditengarai terkait dengan
dibukanya penerbangan langsung Brisbane-Denpasar
mulai bulan Desember 2008 meskipun pemerintahnya
masih menetapkan travel warning pasca eksekusi mati
tiga terpidana kasus bom Bali. Sementara itu, Jepang
meskipun jumlah wismannya termasuk paling banyak
berkunjung ke Bali namun pertumbuhannya negatif.
Dampak krisis keuangan global nampaknya mulai
berpengaruh pada kunjungan wisman dari negara
tersebut.
Namun demikian, dampak krisis tersebut belum
terlihat pada kunjungan wisman asal Eropa karena
meskipun Komisi Uni Eropa belum mencabut larangan
penerbangan bagi maskapai penerbangan Indonesia ke
wilayahnya, jumlah wisman Eropa yang berkunjung ke
Bali masih cukup tinggi. Selama triwulan IV 2008
wisman Eropa yang berasal dari Jerman dan Belanda
tumbuh cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan
sekitar 40% (y.o.y). Dampak positif lain seperti windfall
profit kenaikan harga minyak pada negara-negara
Timur Tengah juga terlihat dari kenaikan kunjungan
wisman asal Bahrain dan Uni Emirat Arab ke Bali yang
meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan
periode triwulan III 2008.
Secara kumulatif tahun 2008, jumlah wisman
(termasuk wisman transit) telah mencapai 6,4 juta
orang atau meningkat 17% (y.o.y) dibanding jumlah
wisman pada periode yang sama tahun 2007 sebanyak
5,5 juta orang. Dengan pencapaian tersebut,
Pemerintah telah berhasil mendekati target realistis
kunjungan wisman sebesar 6,5 juta dari target semula
sebesar 7 juta orang sepanjang tahun 2008.
Grafik 15
Perkembangan jasa travel
Berbeda dengan kunjungan wisman yang relatif
tetap, selama triwulan IV jumlah WNI pergi ke luar
negeri relatif menurun menjadi 1.229 ribu orang, atau
tumbuh negatif sekitar 11% dari triwulan sebelumnya
(1.380 ribu orang). Namun dengan memasukan
perjalanan haji pada akhir tahun 2008, jumlah WNI
pergi ke luar negeri meningkat menjadi 1.447 ribu
orang. Meskipun jumlah WNI yang pergi ke luar negeri
menurun namun pengeluaran devisa terkait dengan
perjalanan WNI ke luar negeri tersebut mencapai
USD1,6 miliar, lebih tinggi dari USD1,4 miliar pada
triwulan sebelumnya. Hal ini terkait meningkatnya
pengeluaran per kunjungan. Negara tetangga di
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan
Feb
Mar Ap
r
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov De
c
Jan
Feb
Mar Ap
r
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov De
c
2007 2008
Jumlah Inbound (ribu orang) Jumlah Outbound (ribu orang) excl. HajjTravel Balance (ribu orang) Travel Balance (Juta USD) RHSDevisa Inflows (juta USD) RHS Devisa Outflows (juta USD) RHS
Ribu Orang Juta USD
22
ASEAN masih menjadi tujuan utama kunjungan
wisatawan nusantara (wisnus), yaitu Singapura (pangsa
44%), Malaysia (25%) dan Thailand (4%). Sedangkan
Australia (6%) dan Amerika (4%) adalah negara tujuan
utama kunjungan wisnus di luar ASEAN.
Jasa bisnis lainnya neto pada Tw. IV-2008 mencatat
defisit USD0,4 miliar, sedikit lebih tinggi dari defisit
USD0,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Jasa bisnis
lainnya terdiri dari jasa perdagangan (merchanting), jasa
sewa (operational leasing) dan berbagai jasa keahlian
(profesional) seperti jasa konsultan hukum, jasa
akuntansi, jasa arsitektur, rekayasa dan teknik, jasa riset
dan pengembangan, dan lainnya. Negara berkembang,
termasuk Indonesia, pada umumnya lebih banyak
menggunakan jasa tersebut dari bukan penduduk (non
resident) sehingga nilainya selalu defisit. Demikian juga
dengan jasa-jasa lain (konstruksi, asuransi, keuangan,
komputer & informasi, royalti & lisensi, serta personal,
budaya & rekreasi) semuanya mencatat defisit.
Sebagian besar jasa-jasa tersebut mencatat defisit yang
relatif menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
domestik yang mengalami perlambatan sehingga
mengurangi impor jasa selama triwulan IV.
Di antara jasa lainnya, hanya jasa komunikasi dan
jasa pemerintah yang mencatat surplus. Sampai saat ini
transaksi incoming jasa komunikasi yang mencakup jasa
telekomunikasi dan pos & kurir masih lebih besar
daripada transaksi outgoing. Selama periode laporan,
jasa komunikasi mencatat surplus neto sebesar USD2
juta, menurun dari pada triwulan sebelumnya (USD76
juta). Demikian juga, penerimaan devisa dari
pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara asing
berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan, dan
belanja perjalanan, masih lebih besar dibandingkan
pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar
negeri. Selama periode laporan jasa pemerintah
mencapai neto surplus USD58 juta, relatif sama dengan
angka pada triwulan sebelumnya (USD61 juta).
4. Neraca Pendapatan
Defisit neraca pendapatan (income) pada Tw. IV-
2008 mencatat USD2,9 miliar, lebih rendah dari defisit
USD4,8 miliar pada triwulan sebelumnya. Defisit neraca
pendapatan mencerminkan bahwa kewajiban
penduduk kepada bukan penduduk lebih besar
daripada tagihan/aset penduduk kepada bukan
penduduk. Penurunan defisit tersebut berasal dari
berkurangnya pendapatan investasi langsung (Direct
Investment) terutama profit transfer perusahaan migas
yang menurun dari USD2,4 miliar menjadi USD1,2
miliar. Turunnya harga minyak menjadi salah satu faktor
yang memperkecil pendapatan perusahaan migas
sehingga mengurangi bagian dari keuntungan
penjualan migas yang menjadi hak kontraktor asing.
Grafik 16
Perkembangan Neraca Pendapatan
Selain itu, penurunan defisit neraca pendapatan
pada Tw. IV 2008 disumbang oleh menurunnya tingkat
profitabilitas perusahaan PMA nonmigas yang
sahamnya dimiliki oleh asing. Profit transfer hasil
keuntungan perusahaan PMA ke luar negeri mencatat
penurunan dari USD0,8 miliar pada triwulan III menjadi
USD0,4 miliar pada periode laporan. Krisis keuangan
global ditengarai turut memberi dampak pada
penurunan kinerja perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi tingkat keuntungan yang menjadi bagian
pemegang saham asing.
‐5,000
‐4,000
‐3,000
‐2,000
‐1,000
0
1,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007 2008*
Neraca Pendapatan DI IncomePI Income OI Income
Juta USD
23
Secara keseluruhan, penurunan pendapatan
investasi langsung (Direct Investment) juga tercermin
dari profitabilitas perusahaan PMA di Indonesia (Foreign
Direct Investment) yang menurun menjadi 14,6% dari
18,1% pada triwulan sebelumnya.
Tabel 23 Implied Yield/Interest Rate
Di sisi lain, defisit pendapatan neto dari investasi
portofolio menurun menjadi USD0,2 miliar dari triwulan
sebelumnya (defisit USD1,0 miliar). Penurunan defisit
tersebut terkait dengan menurunnya pembayaran
deviden atas surat berharga saham yang dimiliki asing
menjadi USD0,3 miliar dari sebelumnya USD0,9 miliar.
Sementara itu, pendapatan investasi dari surat
berharga utang sebesar USD0,4 miliar relatif seimbang
dibanding pembayaran pendapatn investasi kepada
investor asing. Penurunan defisit pendapatan investasi
portofolio tersebut seiring dengan kenaikan persentase
imbal hasil investasi surat berharga penduduk milik
asing di dalam negeri dari 5,6% menjadi 5,3%, lebih
tinggi daripada kenaikan imbal hasil investasi surat
berharga asing milik penduduk di luar negeri dari 3,9%
menjadi 4,0%.
Sementara itu, pendapatan investasi lainnya
mencatat defisit USD0,9 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD0,4
miliar). Hal itu terutama akibat meningkatnya
pembayaran bunga utang luar negeri khususnya sektor
swasta akibat kenaikan posisi utang luar negeri
meskipun rata-rata bunga utang sedikit menurun
menjadi 2,9% dari 3,0% pada triwulan sebelumnya.
5. Transfer Berjalan
Transfer berjalan pada Tw. IV-2008 mencatat
surplus sebesar USD1,5 miliar, relatif tidak berbeda
daripada triwulan sebelumnya. Penerimaan terbesar
masih tetap disumbangkan oleh workers’ remittances
(WR)-TKI sebesar USD1,6 miliar, sedikit lebih rendah
daripada periode sebelumnya (USD1,7 miliar).
Meskipun tidak signifikan, melemahnya perekonomian
di negara-negara tujuan TKI, khususnya Malaysia,
mengakibatkan transfer pendapatan TKI ditengarai
menurun. Penurunan lebih besar dapat ditahan oleh
penempatan TKI baru ke Korea. Sementara itu,
outflows WR-TKA (Tenaga Kerja Asing) pada periode
laporan mencapai USD0,2 miliar, juga relatif sama
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penempatan TKI selama triwulan keempat
mencapai sekitar 258 ribu orang, meningkat 54%
dibandingkan 168 ribu orang pada triwulan ketiga.
Dengan penempatan sebesar itu, posisi (stok) TKI yang
bekerja di luar negeri sampai dengan akhir triwulan IV
mencapai sekitar 4,4 juta orang. Dari jumlah tersebut
sebagian besar, sekitar 2,1 juta orang bekerja di
Malaysia, 1,4 juta orang bekerja di Arab Saudi dan
sekitar 0,9 juta orang bekerja di beberapa negara
seperti Hongkong, Taiwan, Singapura serta Uni Emirat
Arab. TKI yang ditempatkan di Malaysia sebagian besar
TKI formal (72%) yang bekerja di sektor perkebunan
dan properti. Sebaliknya, penempatan TKI di Arab
Saudi hampir seluruhnya TKI informal (99%) yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Adapun negara penyumbang terbesar WR-TKI
selama triwulan laporan adalah Malaysia USD578juta
(pangsa 36%), Arab Saudi USD547 juta (34%),
Hongkong USD115 juta (7%), dan Taiwan USD95 juta
(6%). Meskipun Malaysia masih menjadi negara utama
penyumbang Workers’ Remittances (pengiriman uang
TKI), namun pada periode laporan WR dari Malaysia
mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya
ImpliedInterest Rate (%)* Q.1. Q.2. Q.3. Q.4.
Inflows: Direct Investment 15,1 9,0 6,0 6,7 Portfolio Investment 3,5 3,5 3,9 4,0 Other Investment 3,3 2,8 2,3 1,6
Outflows: Direct Investment 18,6 18,6 18,1 14,6 Portfolio Investment 5,6 5,1 5,6 5,3 Other Investment 3,0 3,1 3,0 2,9* rasio interest/dividend (annualized) thd posisi investasi
2008*
24
jumlah TKI yang bekerja di Malaysia (stok TKI) sampai
dengan bulan November 2008. Penurunan tersebut
ditengarai terkait dengan kepulangan TKI akibat
berkurangnya aktivitas perkebunan kelapa sawit di
Malaysia sebagai dampak pelemahan ekonomi dunia.
Ancaman pemulangan TKI juga terjadi pada TKI yang
bekerja di Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan
terutama di sektor manufaktur akibat berkurangnnya
permintaan dunia. Penurunan WR juga terjadi pada TKI
yang bekerja di Arab Saudi. Penurunan kiriman uang
tersebut sejalan dengan berkurangnya jumlah TKI yang
bekerja di sana akibat kepulangan TKI ke tanah air.
Grafik 17
Perkembangan Workers’ Remittances
Selain keempat negara utama penyumbang WR-
TKI, Korea Selatan merupakan negara penempatan TKI
baru. Meskipun pengiriman uang TKI yang bekerja di
sana baru pada triwulan IV mencapai USD20 juta
(pangsa 1,2%) namun memiliki potensi yang cukup
besar. Pemerintah Indonesia dan Korsel telah
menyepakati program penyelamatan sekitar 300 tenaga
kerja Indonesia (TKI) yang terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK) akibat dampak krisis keuangan
global yang difasilitasi oleh Human Resources
Development of Korea (HRDK). HDRK adalah badan
resmi di bawah Kementerian Tenaga Kerja Korsel untuk
merekrut sekaligus menempatkan tenaga kerja asing
sektor formal di berbagai perusahaan di Korsel. TKI di
Korsel yang terkena PHK diberi waktu dua bulan untuk
beralih pekerjaan ke tempat lain.
Komponen lain yang menyumbang surplus transfer
berjalan adalah penerimaan hibah non investasi,
bantuan berupa barang habis pakai seperti makanan,
pakaian, dan obat-obatan. Pada Tw. IV-2008
penerimaan hibah mencapai USD145 juta, lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya (USD62 juta). Penyaluran
hibah mulai didominasi oleh Pemerintah (sekitar 88%),
lebih tinggi dibandingkan yang diterima dan disalurkan
melalui NGO. Hibah yang disalurkan melalui Pemerintah
mencapai USD128 juta, meningkat dibandingkan
USD38 juta pada periode sebelumnya. Sedangkan
hibah yang disalurkan melalui NGO hanya USD17 juta,
lebih rendah dari USD24 juta pada triwulan
sebelumnya.
Pada triwulan IV 2008, beberapa program yang
didanai oleh hibah luar negeri antara lain bantuan dari
American Red Cross pada bulan Oktober untuk
pembangunan ekonomi di Aceh berupa program
rehabilitasi dan pengembangan perikanan dan akua
kultur pasca tsunami. Selain itu, bantuan dari Canadian
Red Cross pada bulan yang sama untuk pembangunan
ekonomi di Nias berupa program pemulihan
peternakan.
Tabel 24 Perkembangan Hibah Non Investasi
-500
0
500
1000
1500
2000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**TKI Inflow TKA Outflow worker remittance, net
juta USD
(juta USD)HIBAH NON INVEST.(Current Transfer) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
Total 159 69 111 187 86 41 62 145
Public (Govt.) 58 34 30 58 17 27 38 128Private (NGO) 101 35 81 129 69 14 24 17
sumber: BRR & UN
2007 2008*
26
Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak
September 2008 mengakibatkan transaksi modal dan
finansial pada triwulan IV 2008 mengalami defisit
sekitar USD3,8 miliar. Proses deleveraging dan repricing
di pasar keuangan internasional menyebabkan
terjadinya arus keluar modal asing dalam bentuk
penjualan surat utang negara, sertifikat Bank Indonesia,
dan saham, terutama selama Oktober hingga awal
November 2008. Arus keluar modal asing mulai
berhenti sejak pertengahan November 2008 setelah
pemerintah di negara-negara maju meningkatkan
komitmennya untuk membantu lembaga-lembaga
keuangan yang bermasalah dan mengatasi resesi
ekonomi melalui stimulus fiskal.
Kinerja transaksi modal dan finansial juga terbantu
oleh meningkatnya arus masuk modal dalam bentuk
investasi langsung dan pinjaman luar negeri, baik
pemerintah maupun swasta. Hal ini sejalan dengan
permintaan domestik, khususnya investasi, yang masih
tumbuh positif.
Grafik 18
Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis Investasi
1. Transaksi Modal
Transaksi modal pada triwulan IV 2008 mencatat
surplus sebesar USD29 juta, menurun dibanding
triwulan sebelumnya (USD200 juta). Surplus tersebut
terutama berasal dari bantuan hibah untuk investasi,
seperti pembangunan rumah tinggal, jembatan, jalan,
sekolah, dan lain-lain. Keseluruhan hibah tersebut
diberikan masih dalam rangka bantuan korban bencana
alam di beberapa tempat di tanah air. Dari total hibah
tersebut, sebagian besar (90%) merupakan hibah
investasi melalui sektor swasta (NGO) yakni sekitar
USD26 juta dan sisanya USD3 juta melalui sektor publik
(pemerintah).
Bentuk hibah investasi antara lain bantuan
pendidikan dari RANTF (Recovery of Aceh-Nias Trust
Fund) berupa pembangunan sekolah di Lamno
kabupaten Aceh Jaya pada bulan Oktober 2008. Selain
itu, bantuan dari Caritas Austria pada bulan yang sama
untuk pembangunan infrastruktur, rumah dan tanah
berupa proyek pembangunan akses jalan desa Tugala
Oyo di Aceh.
Tabel 25 Perkembangan Hibah Investasi
2. Transaksi Finansial
Ketatnya likuiditas di pasar keuangan internasional
menyebabkan kinerja transaksi finansial pada triwulan
IV 2008 mengalami defisit USD3,8 miliar, jauh lebih
-5000
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Direct Investment Portfolio InvestmentOther Investment Financial Account
Juta USD
(juta USD)HIBAH INVESTASI(Capital Transfer) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
Total 43 127 255 122 52 73 199 29
Public (Govt.) 4 3 29 45 4 6 7 3Private (NGO) 39 124 226 77 48 67 192 26
sumber: BRR & UN
2007 2008*
TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL
27
rendah dari surplus USD0,7 miliar pada triwulan
sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada transaksi
investasi portofolio. Arus keluar modal portofolio asing
banyak terjadi dalam bentuk pelepasan SBI dan SUN
oleh investor asing selama Oktober – November 2008.
Sejalan dengan itu, investasi portofolio (neto)
mengalami defisit USD4,3 miliar.
Sementara itu, transaksi investasi lainnya (other
investment) berupa simpanan bank-bank domestik di
perbankan luar negeri mengalami peningkatan yang
diperkirakan sebagai implikasi dari tutunnya GWM valas
dan masuknya dana asing dari hasil akuisisi dua bank
domestik yang kemudian di merger. Sebaliknya, neto
penarikan utang luar negeri sektor korporasi mengalami
penurunan terkait kenaikan pembayaran ULN swasta
yang lebih besar daripada kenaikan penarikan utangnya
sehingga transaksi investasi lainnya mencatat neto
defisit sekitar USD1,2 miliar. Adapun arus masuk
Investasi langsung neto (Direct Investment) pada
triwulan IV mencatat kenaikan surplus dibandingkan
triwulan III 2008, antara lain didukung oleh transaksi
merger Bank Lippo-Bank Niaga oleh CIMB Malaysia.
Grafik 19
Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor
2.1 Sektor Publik
Di sektor publik, selama periode triwulan IV 2008,
transaksi finansial mencatat defisit USD2,3 miliar, lebih
tinggi daripada defisit yang terjadi pada periode
sebelumnya (USD369 juta). Peningkatan defisit
terutama disebabkan oleh meningkatnya arus keluar
modal asing dalam bentuk investasi portofolio.
Transaksi investasi portofolio pada periode laporan
mencatat defisit USD2,9 miliar, lebih tinggi daripada
defisit yang terjadi pada periode sebelumnya (USD251
juta). Peningkatan defisit terjadi akibat pelepasan
kepemilikan asing baik atas SBI maupun SUN.
Selama periode Tw.IV-2008, terjadi neto defisit
pada transaksi SUN sebesar USD1,6 miliar akibat
pelepasan SUN oleh asing. Kondisi ini berbeda dengan
periode sebelumnya yang mencatat adanya pembelian
SUN oleh asing hingga USD1,1 miliar (neto). Hal yang
sama juga terjadi pada transaksi SBI oleh asing yang
mencatat neto defisit sebesar USD1,3 miliar, sedikit
lebih rendah daripada neto defisit pada periode
sebelumnya (USD1,4 miliar).
Grafik 20
Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik
Gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh
krisis pasar kredit di AS terus menekan dan
menimbulkan pesimisme pelaku pasar secara global.
Selain itu, krisis tersebut juga mengakibatkan
kebutuhan likuiditas di masing-masing negara investor
semakin meningkat dan memicu proses deleveraging.
Fenomena flight to quality akibat faktor risiko yang
meningkat juga masih terjadi terutama terhadap
negara-negara emerging markets. Kondisi tersebut
mendorong investor asing menarik dananya dari SBI
dan SUN.
-5,000
-4,000
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Sektor Publik Sektor Swasta Transaksi Modal & Finansial
Juta USD
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Portfolio Investment Other Investment Financial Account
Juta USD
28
Gejolak faktor eksternal tersebut pada gilirannya
memberikan tekanan terhadap harga SUN. Harga SUN
juga menghadapi tekanan lain seiring dengan
melemahnya nilai tukar rupiah secara tajam sejak awal
triwulan IV 2008. Penurunan harga ini menyebabkan
investor menuntut yield yang lebih tinggi.
Yield spread pada periode laporan mengalami
peningkatan dari 411 bps pada akhir triwulan III 2008
hingga mencapai 716 bps pada akhir triwulan IV 2008.
Bahkan yield SUN dengan tenor benchmark 10 tahun
sempat mencapai posisi tertingginya di 20,96%.
Peningkatan yield SUN yang cukup tinggi
menyebabkan pemerintah mengambil keputusan untuk
menghentikan penerbitan SUN sampai dengan akhir
triwulan IV 2008. Selain itu, pemerintah juga
membatalkan penerbitan sukuk global kepada Islamic
Development Bank (IDB) yang sebelumnya direncanakan
akan terbit pada akhir tahun 2008.
Grafik 21
Perkembangan BI Rate dan Fed Rate
Secara keseluruhan Tw.IV-2008, kebijakan moneter
Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah
penurunan suku bunga global, telah mengakibatkan
spread imbal hasil rupiah semakin lebar. Hal ini
diindikasikan dengan semakin besarnya selisih suku
bunga dalam negeri dengan luar negeri dan selisih yield
obligasi pemerintah dengan yield US T-Note. Akan
tetapi peningkatan risiko investasi di negara-negara
emerging markets menyebabkan pelebaran spread
tersebut terlihat tidak berpengaruh signifikan, sehingga
minat investor asing untuk menanamkan modalnya di
SBI dan SUN masih rendah.
Dalam perkembangannya di akhir periode laporan,
yield SUN kembali mengalami penurunan. Hal ini dipicu
oleh kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan BI rate
dari 9,5% menjadi 9,25% pada Desember 2008. Selain
itu, menurunnya perkiraan inflasi serta mulai
menguatnya nilai tukar rupiah turut menjadi faktor
pendorong.
Grafik 22
Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan US T-Note
Faktor pendorong lainnya dari sisi eksternal adalah
mulai membaiknya faktor risiko investasi dan
menurunnya imbal hasil US T-Bills. Kondisi ini ditambah
dengan semakin turunnya harga minyak dunia yang
diikuti dengan keputusan pemerintah untuk
menurunkan harga premium. Perkembangan tersebut
semakin menambah keyakinan investor asing untuk
menanamkan dananya melalui SBI dan SUN, sehingga
tekanan arus keluar modal asing pada SBI dan SUN
mulai mereda sejak pertengahan November. Hal ini
terlihat dari meningkatnya kepemilikan asing atas SBI
dan SUN pada akhir periode setelah mengalami
penurunan yang tajam pada awal periode laporan,
terutama selama Oktober hingga awal November 2008.
Dengan perkembangan tersebut, posisi kepemilikan
asing atas SUN dan SBI pada Tw.IV-2008 masih
mengalami penurunan menjadi USD8,0 miliar dan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Se
pO
ct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Se
p
Oct
Nov
Dec
2007 2008
%
BI Rate Fed rate
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Jan Fe Ma Ap Me Jun Jul Ag Se Ok No De
2008Yield Global Bond Indonesia Yield US T Note
%
29
USD772 juta dibandingkan periode sebelumnya
(USD11,1 miliar dan USD2,2 miliar).
Transaksi finansial sektor publik dalam bentuk
investasi lainnya pada Tw.IV-2008 mengalami surplus
sebesar USD549 juta, lebih tinggi dibanding periode
sebelumnya yang mencatat defisit sebesar USD118 juta.
Grafik 23
Perkembangan Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing
Pencapaian surplus tersebut disebabkan oleh
peningkatan penarikan pinjaman yang lebih besar
daripada peningkatan pembayaran. Penarikan pinjaman
pada periode laporan meningkat menjadi USD2,8 miliar
dibanding periode sebelumnya (USD913 juta). Di sisi
lain, pembayaran pinjaman juga meningkat menjadi
USD2,2 miliar daripada periode sebelumnya (USD1,0
miliar).
Grafik 24
Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Pemerintah
Peningkatan penarikan pinjaman terjadi baik pada
pinjaman program maupun pinjaman proyek. Penarikan
pinjaman program pada triwulan IV 2008 meningkat
menjadi USD2,0 miliar dibanding periode sebelumnya
(USD295 juta). Sementara itu, penarikan pinjaman
proyek meningkat menjadi USD771 juta dibanding
periode sebelumnya (USD618 juta). Perkembangan
penarikan utang pemerintah ini sesuai dengan pola
musiman selama ini.
Penarikan pinjaman program pada Tw.IV-2008
berasal dari ADB sebesar USD830 juta, IBRD sebesar
USD995 juta, dan Perancis (AFD) senilai USD200 juta.
Pinjaman program tersebut digunakan diantaranya
untuk program pengurangan dampak negatif
perubahan iklim yang meliputi sejumlah kebijakan.
Pertama, pengurangan emisi gas rumah kaca pada
sektor kehutanan, energi dan industri. Kedua, adaptasi
terhadap perubahan iklim (air dan pertanian). Ketiga,
aktivitas cross-cutting seperti perencanaan tata ruang,
pembangunan Clean Development Mechanism (CDM).
Sampai dengan akhir periode laporan, pinjaman
program untuk perubahan iklim yang ditarik
pemerintah akan mencapai total USD500 juta, lebih
tinggi USD100 juta dari target yang ditetapkan dalam
APBN-P 2008 sebesar USD400 juta. Di samping itu,
pinjaman program juga digunakan untuk program
Bantuan Operasional Sekolah, Development Policy Loan
V serta Infrastructure Development Policy Loan I dan II.
Grafik 25
Perkembangan Penarikan Pinjaman Program
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec
2007 2008
billion USD
Kepemilikan SUN Oleh Asing Kepemilikan SBI Oleh Asing
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007* 2008**
Juta USD
Drawing Repayment
0
200
400
600
800
1000
1200
Q12006
Q2 Q3 Q4 Q12007*
Q2 Q3 Q4 Q12008**
Q2 Q3 Q4
Juta USD
ADB IBRD Jepang (JBIC)
30
Di sisi pinjaman proyek, penarikan pinjaman
terutama dilakukan untuk pinjaman yang berasal dari
negara-negara yang pernah bergabung dalam CGI
sebesar USD671 juta. Pinjaman tersebut dilakukan
dengan menggunakan skema ODA yang sebagian besar
dilakukan secara bilateral (USD467 juta). Di samping itu,
pemerintah juga mendapatkan pinjaman di luar negara-
negara yang pernah bergabung dengan CGI sebesar
USD100 juta, lebih rendah daripada pinjaman yang
ditarik pada periode sebelumnya (USD164 juta).
Penarikan pinjaman proyek paling banyak digunakan
untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
Beberapa proyek yang sudah memperoleh pembiayaan
diantaranya adalah proyek pembangunan pembangkit
listrik 10.000 megawatt, revitalisasi sejumlah pabrik
gula, dan revitalisasi perkebunan kelapa sawit.
Grafik 26
Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek
Sementara itu, dari sisi penyerapan pinjaman,
realisasi penyerapan pinjaman program dari seluruh
kreditor sampai dengan akhir periode laporan telah
mencapai 100% dari pagu APBN-P 2008 dengan total
USD2,8 miliar atau setara dengan Rp26 triliun. Akan
tetapi realisasi penyerapan pinjaman proyek untuk
periode yang sama hanya mencapai Rp18,3 triliun atau
87% dari pagu APBN-P 2008 sebesar Rp21 triliun.
Realisasi penyerapan pinjaman proyek yang tidak
maksimal terjadi akibat keterlambatan pelaksanaan
proyek yang menyangkut masalah pengadaan barang
dan jasa, proses tender yang memakan waktu lama,
serta adanya tender ulang untuk seluruh atau sebagian
paket proyek. Proses penerbitan dokumen anggaran
yang cukup lama juga menjadi salah satu faktor
penyebabnya.
Di samping itu, masalah pembebasan lahan yang
membutuhkan waktu yang tidak sedikit juga menjadi
penyebab mundurnya pelaksanaan kegiatan dari jadwal
semula. Secara umum, masalah pengadaan atau
pembebasan lahan terjadi pada proyek-proyek
pembangunan jalan perkotaan dan proyek
penanggulangan banjir perkotaan di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum seperti proyek Urban
Sector Reform Development Program. Masalah
pembebasan lahan juga terjadi pada proyek
perkeretaapian di Departemen Perhubungan dan
proyek-proyek di lingkungan PT. PLN.
Kendala lain terkait dengan masih tidak
maksimalnya penyerapan pinjaman luar negeri dari
pagu pinjaman proyek adalah kekurangan dana
pendamping dari porsi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), seperti pada proyek Water
Resource and Irrigation Sector Management serta
proyek Second Eastern Indonesia Region Transport.
Dari sisi posisi pinjaman, berdasarkan negara
pendonornya, Jepang masih tercatat sebagai negara
pemberi pinjaman terbesar untuk Indonesia (pangsa
38,1% dari total pinjaman pemerintah). Posisi pinjaman
yang diberikan oleh Jepang mengalami peningkatan
menjadi USD29,6 miliar dibanding periode sebelumnya
(USD25,8 miliar). Sementara itu, posisi pinjaman yang
diberikan oleh Amerika Serikat (pangsa 16,6%) dan
Jerman (pangsa 4,3%) mengalami penurunan menjadi
USD12,9 miliar dan USD3,3 miliar dibanding periode
sebelumnya (USD13,0 miliar dan USD3,6 miliar).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Q12006
Q2 Q3 Q4 Q12007*
Q2 Q3 Q4 Q12008**
Q2 Q3 Q4
Juta USD
Bilateral-CGI Multilateral-CGI Non CGI
31
Grafik 27
Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara Kreditor Utama
Berdasarkan jenis mata uangnya, pinjaman dalam
bentuk USD masih mendominasi keseluruhan pinjaman
luar negeri pemerintah (pangsa 44,5%). Sedangkan
posisi pinjaman bermata uang Yen dan Euro hanya
mencapai pangsa 37,6% dan 12,2%. Posisi pinjaman
berdenominasi dolar AS dan Yen mengalami
peningkatan menjadi USD34,7 miliar dan USD29,3
miliar dibanding periode sebelumnya (USD33,0 miliar
dan USD25,4 miliar). Sebaliknya, posisi pinjaman
berdenominasi Euro justru mengalami penurunan
menjadi USD9,5 miliar dari periode sebelumnya
(USD10,1 miliar).
Grafik 28
Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis Valuta Utama
Dengan perkembangan tersebut, posisi utang
luar negeri pemerintah (di luar SUN dan SBI yang
dimiliki asing) mengalami peningkatan menjadi
USD77,8 miliar dibanding periode sebelumnya
(USD73,2 miliar).
Grafik 29
Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah
2.2 Sektor Swasta
Meluasnya pengaruh krisis yang berujung pada
ketatnya likuiditas global berdampak pada transaksi
finansial sektor swasta selama Tw.IV-2008 yang
mengalami defisit USD1,4 miliar, jauh menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (surplus USD1,1
miliar). Defisit tersebut terutama akibat meningkatnya
pembayaran utang luar negeri sektor korporasi.
Grafik 30
Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta Di tengah ketatnya likuiditas global, aliran masuk
investasi langsung (PMA/direct investment in Indonesia)
pada Tw.IV-2008 mengalami kenaikan sebesar 24,3%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2006 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2007 2008
Juta USD
Jepang Amerika Jerman
3000
8000
13000
18000
23000
28000
33000
38000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007 2008
Juta USD
USD JPY EUR
50000
55000
60000
65000
70000
75000
80000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2006 2007 2008
Juta USD
Posisi ULN Pemerintah
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Direct Investment Portfolio Investment
Other Investment Financial Account
Juta USD
32
terutama terjadi pada arus modal masuk sektor non
migas yang mengalami pertumbuhan 57,0%,
sementara sektor migas mengalami penurunan 16,2%.
Dengan memperhitungkan arus keluar PMA, terutama
berupa cost recovery perusahaan migas dan
pembayaran ULN perusahaan PMA sektor nonmigas
kepada perusahaan induknya di luar negeri, aliran
modal PMA neto selama triwulan laporan menjadi
surplus USD2,9 miliar, meningkat dibanding triwulan
sebelumnya (USD1,9 miliar) Sementara itu, dengan
memperhitungkan faktor investasi langsung penduduk
di luar negeri (direct investment abroad) yang tercatat
sebesar USD1,2 miliar, secara keseluruhan transaksi
neto DI (direct investment) mencapai surplus USD1,7
miliar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya
(surplus USD0,4 miliar).
Grafik 31
Perkembangan Direct Investment di Indonesia
Arus masuk modal PMA di sektor migas turun
menjadi USD2,0 miliar dibanding triwulan sebelumnya
(USD2,4 miliar). Penurunan tersebut disebabkan oleh
menurunnya kegiatan operasional perusahaan migas di
Indonesia terkait mulai menurunnya harga minyak
dunia. Pada periode yang sama, arus keluar modal PMA
di sektor migas berupa pembayaran cost recovery pada
perusahaan induknya mencapai USD1,3 miliar,
menurun dari Tw.III-2008 sebesar USD1,7 miliar.
Grafik 32
Perkembangan Arus Masuk FDI Migas Menurunnya pembayaran tersebut dipengaruhi
oleh kinerja sektor migas di triwulan sebelumnya
dimana harga minyak mulai mengalami penurunan
secara signifikan. Secara neto, dengan
memperhitungkan arus keluar tersebut, PMA sektor
migas mencatat surplus menjadi sebesar USD0,7 miliar,
relatif sama dengan periode sebelumnya.
Sementara itu, di sektor nonmigas, arus masuk
PMA mengalami peningkatan menjadi sebesar USD4,6
miliar dari USD2,9 miliar pada triwulan sebelumnya.
Peningkatan ini mengindikasikan masih kuatnya
kegiatan investasi di dalam negeri yang tumbuh 12,5%
(y.o.y) dan berkontribusi sekitar 2,8% pada
pertumbuhan ekonomi (tumbuh 5,2%) pada triwulan
IV-2008. Arus masuk modal PMA nonmigas tersebut
berupa tambahan modal ekuitas sebesar USD2,3 miliar
terkait dengan transaksi merger Bank Lippo-Bank Niaga
oleh CIMB Malaysia, dan penarikan utang sebesar
USD2,3 miliar dari perusahaan induk di luar negeri.
Sementara itu, pada periode laporan, tidak tercatat
aliran modal masuk PMA melalui privatisasi yang
dilakukan dengan cara strategic sale dan restrukturisasi
perbankan.
Pada periode yang sama, arus keluar modal PMA di
sektor nonmigas sebesar USD2,4 miliar naik dibanding
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Inflows Oil & Gas Inflows Non Oil & Gas FDI, net
Juta USD
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Juta USD
33
triwulan sebelumnya sebesar USD1,7 miliar. Secara
neto, PMA sektor nonmigas mengalami kenaikan
surplus menjadi sebesar USD2,2 miliar dari USD1,2
miliar pada periode sebelumnya.
Pada Tw.IV-2008, sebagian besar net PMA berasal
dari negara-negara ASEAN (USD1,4 miliar) dan Jepang
(USD0,5 miliar) sehingga total PMA dari negara-negara
tersebut menjadi USD1,9 miliar atau 64,5% dari total
net PMA.
Grafik 33
Perkembangan FDI per Negara Asal
PMA berdasar sektor ekonomi pada Tw.IV-2008
masih didominasi oleh sektor keuangan dan
pertambangan. Kedua sektor tersebut memberikan
peranan sebesar 69,7% terhadap total net PMA.
Grafik 34
Perkembangan FDI per Sektor Investasi portofolio sektor swasta, sisi liabilities,
selama periode laporan mengalami defisit sebesar
USD1,0 miliar, lebih rendah dibanding surplus USD241
juta pada triwulan sebelumnya. Masih tingginya risiko
dan ketidakpastian di pasar keuangan global serta
masih lemahnya bursa AS dan regional berdampak
pada menurunnya kinerja pasar modal Indonesia. Proses
deleveraging dan repricing yang terjadi di pasar
keuangan global diperkirakan menjadi penyebab
tingginya arus keluar portfolio asing. Di sisi domestik,
aktivitas pelaku pasar di bursa pada akhir Tw.IV-2008
terlihat berkurang karena menjelang libur panjang akhir
tahun. Sementara itu, investasi portofolio penduduk di
luar negeri dalam bentuk surat berharga (sisi assets),
mencatat peningkatan sebesar USD434 juta, lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar
USD65juta.
Transaksi saham sepanjang Tw.IV-2008
mengalami net outflows sebesar USD110 juta, sedikit
lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya
(net outflows USD98 juta). Selain faktor-faktor yang
telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang
mempengaruhi kondisi pasar keuangan Indonesia
antara lain; masih memburuknya persepsi pelaku pasar
domestik karena kasus gagal bayar Danatama
(perusahaan afiliasi grup Bakrie), rumor negatif yang
tidak berdasar sehingga menekan pasar dan
membentuk mekanisme harga menjadi tidak wajar,
serta indikasi adanya transaksi short selling menjadi
bahan pertimbangan investor untuk mengurangi
investasi dalam bentuk penyertaan saham.
Kondisi likuiditas keuangan global yang ketat dan
pada waktu bersamaan persepsi risiko terhadap negara
emerging markets meningkat menyebabkan IHSG
terkoreksi di akhir triwulan empat yang menurun tajam
sebesar 26,04% menjadi 1.355,4 dibanding posisi IHSG
akhir Tw.III-2008. Walaupun demikian, beberapa saham
unggulan masih menarik minat investor asing yaitu
diantaranya saham sektor perbankan (BCA, BRI,
Mandiri), sektor pertambangan (PGN, Adaro Energy,
Bumi Resources), sektor telekomunikasi (Indosat,
-100
100
300
500
700
900
1.100
1.300
1.500
Japan USA Europe Emerging Markets of East
Asia (incl. China)
ASEAN Other Countries
Juta USD
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08
-200
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Agriculture, Fishery&Forestry
Mining & Quarriying Manufacturing Construction Financial Int.&Services (incl.
Insurance)
Others
Juta USD
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08
34
Telkom) dan sektor perkebunan (Astra Agro Lestari). Hal
ini didukung oleh peningkatan profitabilitas
perusahaan, khususnya Return On Equity (ROE), pada
periode laporan. Secara sektoral, perusahaan yang
bergerak dibidang pertanian serta pertambangan
mencatat kenaikan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya
Grafik 35
Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG
Dari sisi suplai, pada periode triwulan IV-2008
terdapat penawaran saham baru (IPO) oleh 1 emiten,
yaitu Sekawan Intipratama Tbk. Sedangkan 3 emiten
tercatat melakukan delisting dari bursa, yaitu Bank
Lippo Tbk, Texmaco Jaya dan Bank UOB Buana Tbk.
Sementara itu, transaksi investasi portofolio dalam
bentuk surat utang yang diterbitkan korporasi
domestik, baik di pasar dalam negeri maupun luar
negeri, mencatat net outflows sebesar USD0,9 miliar,
lebih rendah dibandingkan net inflows USD0,3 miliar
pada triwulan sebelumnya.
Transaksi investasi lainnya sektor swasta, sisi
liabilities mencatat surplus sebesar USD2,1 miliar, relatif
sama dengan triwulan sebelumnya. Surplus tersebut
terutama disebabkan oleh kenaikan penarikan utang
luar negeri terutama sektor korporasi dari USD3,3 miliar
menjadi USD3,6 miliar yang mengindikasikan masih
meningkatnya aktivitas ekonomi domestik selama
Tw.IV-2008.. Kenaikan penarikan tersebut lebih besar
daripada kenaikan pembayaran ULN sektor korporasi
dari USD2,0 miliar menjadi USD2,4 miliar. Hal ini sesuai
pola musiman yang biasanya meningkat pada triwulan
terakhir. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa sektor
korporasi masih mampu untuk memenuhi
kewajibannya.
Grafik 36
Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta
Secara keseluruhan penarikan pinjaman luar negeri
sektor swasta (perbankan dan korporasi) meningkat dari
USD3,9 miliar menjadi USD4,1 miliar. Perkembangan ini
sejalan dengan pertumbuhan investasi riil selama
triwulan keempat. Dengan perkembangan tersebut,
posisi utang luar negeri sektor swasta pada akhir
triwulan keempat menjadi USD62,6 miliar. Masing-
masing berupa utang lembaga keuangan (bank dan
non bank) sebesar USD9,6 miliar dan bukan lembaga
keuangan sebesar USD53,0 miliar.
Di sisi aset, terjadi peningkatan yang signifikan
pada penempatan investasi lainnya oleh penduduk ke
luar negeri menjadi sebesar USD3,8 miliar, lebih tinggi
dari kondisi triwulan sebelumnya yang bertambah
USD1,6 miliar. Meningkatnya aset penduduk tersebut
terutama akibat bertambahnya simpanan milik bank-
bank domestik di perbankan luar negeri berupa
Overseas Current Account (Nostro) dalam jumlah yang
cukup besar. Peningkatan simpanan tersebut
diperkirakan sebagai implikasi dari bertambahnya
pasokan valas terkait dengan kebijakan BI untuk
menurunkan rasio GWM Valas dan masuknya dana
800
1.200
1.600
2.000
2.400
2.800
3.200
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
Jan2007
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan2008
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec
IHSGJuta USD
Foreign Net IHSG (RHS)
-1,000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Diterbitkan di DN Diterbitkan di LN
Juta USD
35
asing dari hasil merger Bank Lippo dan Bank Niaga
pada bulan Oktober 2008.
Grafik 37
Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta
Dengan memperhitungkan perkembangan sisi
assets dan liabilities tersebut, secara neto investasi
lainnya sektor swasta mengalami penurunan dari
surplus USD0,5 miliar menjadi defisit USD1,7 miliar.
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2006 2007* 2008**
Juta USD
36
\
Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran
Indonesia yang secara keseluruhan mencatat defisit,
cadangan devisa pada akhir Tw. IV-2008 menurun
sekitar USD5,5 miliar (10%) menjadi USD51,6 miliar,
dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar
USD57,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup
untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah selama 4,0 bulan.
Komposisi cadangan devisa terdiri dari securities
(surat-surat berharga ) sebesar USD45,5 miliar (88%
dari total cadangan devisa), currency & deposits sebesar
USD3,7 miliar (7%) dan monetary gold sebesar USD2,0
miliar (4%). Posisi surat-surat berharga meningkat dari
akhir triwulan III tahun 2008 sebesar USD41,0 miliar.
Sementara itu, posisi currency & deposits dan monetary
gold mengalami penurunan, yaitu masing-masing dari
USD13,5 miliar dan USD2,1 miliar pada akhir triwulan
sebelumnya.
Grafik 38 Perkembangan Cadangan Devisa
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007* 2008**
Juta USDBulan Impor
Cadangan Devisa (RHS) Bulan Impor
CADANGAN DEVISA
38
Pada Tw. IV-2008 sektor eksternal masih
memberikan kontribusi negatif terhadap pembentukan
PDB. Namun demikian, kontribusi negatif tersebut
mengecil dibandingkan triwulan sebelumnya
sebagaimana tercermin pada penurunan rasio transaksi
berjalan terhadap PDB yang mencapai -0,2% dari
sebelumnya -0,6%. Perbaikan tersebut terutama akibat
menurunnya defisit neraca perdagangan minyak dan
neraca pendapatan. Adapun rasio ekspor plus impor
terhadap PDB yang mencerminkan derajat keterbukaan
ekonomi Indonesia mengalami peningkatan sebagai
akibat dari lebih rendahnya penurunan kinerja ekspor
dan permintaan impor relatif terhadap pelemahan
pertumbuhan PDB. Peningkatan derajat keterbukaan
ekonomi tersebut membawa konsekuensi pada
ekonomi domestik yang relatif semakin lebih sensitif
terhadap gejolak eksternal.
Sementara itu, beban pembayaran utang luar
negeri (ULN) yang tercermin pada Debt Service Ratio
(DSR) cenderung meningkat dibandingkan periode
triwulan sebelumnya. Lebih tingginya DSR tersebut
terkait dengan kenaikan beban pembayaran pokok dan
bunga ULN pemerintah dan swasta (debt service
payment) serta menurunnya kinerja ekspor barang dan
jasa pada periode laporan. Peningkatan outstanding
utang luar negeri yang disertai dengan pertumbuhan
ekonomi yang melemah telah meningkatkan beban
pembayaran ULN ke depan sebagaimana tercermin
pada rasio eksternal debt terhadap PDB yang sedikit
meningkat.
Secara umum indikator eksternal masih
menunjukkan relatif kuatnya ketahanan ekonomi
Indonesia terhadap resiko gejolak eksternal, yang
ditunjukkan oleh menurunnya rasio ULN jangka pendek
terhadap PDB. Namun di saat yang sama resiko
likuiditas eksternal mengalami peningkatan
sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan rasio ULN
jangka pendek terhadap cadangan devisa dibandingkan
periode triwulan sebelumnya.
Tabel 26 Indikator Sustainabilitas Eksternal
Tw. IV Tw.I Tw. II Tw. III Tw. IV*
PDB (harga berlaku) (juta USD) 113.940 121.573 133.556 145.749 112.845
Transaksi Berjalan/PDB (%) 3,0 2,3 -0,8 -0,6 -0,2 Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 5,7 3,7 1,5 1,7 1,1 Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 56,6 59,3 60,0 55,8 57,6
Ekspor Barang dan Jasa (juta USD) 38.334 41.259 43.746 44.732 35.725 Debt Service Payments (DSP), juta USD -8.124 -6.691 -7.789 -6.819 -8.737 - Pemerintah -3.433 -1.827 -3.377 -2.101 -3.308 - Swasta (termasuk BUMN) -4.691 -4.859 -4.880 -4.770 -5.749 Debt Service Ratio (DSR) (%) 21,2 16,2 17,8 15,2 24,5
Posisi ULN Total (juta USD) 136.640 145.519 146.226 147.339 149.141 Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 14.125 16.176 16.757 15.876 14.576 Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 PDB (annualized) (juta USD) 438.329 457.190 482.125 514.818 513.723
Posisi ULN Total/PDB (%) 31,2 31,8 30,3 28,6 29,0 Posisi ULN Jangka Pendek/PDB (%) 3,2 3,5 3,5 3,1 2,8 Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 240,1 246,7 246,0 258,0 288,8 Posisi ULN Jangka Pendek/Cadangan Devisa (%) 24,8 27,4 28,2 27,8 28,2
Ket. PDB annualized adalah penjumlahan PDB selama empat kuartal ke belakang
INDIKATOR2007 2008
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL
40
NPI 2008 diwarnai oleh kondisi ekonomi dan
keuangan internasional yang tidak sebaik tahun
sebelumnya dan permintaan domestik yang sedikit
melambat meski masih pada level tinggi. Pada semester
pertama permintaan dunia masih relatif tinggi meskipun
melemah dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan
dunia yang masih tinggi tersebut ditopang oleh harga
komoditas yang masih juga tinggi dipengaruhi oleh
harga minyak yang terus memuncak. Namun pada
semester kedua, khususnya triwulan empat,
permintaan dunia terus melemah yang diikuti oleh
turunnya harga komoditas internasional, khususnya
migas, sehingga mendorong kinerja transaksi berjalan
menurun.
Perekonomian dunia pada 2008 tumbuh 3,4%,
melambat dibandingkan 2007 (5,2%) meski masih
dalam level yang cukup tinggi. Pelemahan tersebut
merupakan dampak negatif kondisi di pasar keuangan
internasional, terkait dengan krisis subprime mortgage
di AS yang telah berdampak luas ke sektor industri,
tenaga kerja, dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi
negara maju diperkirakan mengalami perlambatan dari
2,7% di 2007 menjadi 1,0% pada 2008.
Perekonomian negara berkembang diperkirakan
tumbuh masih cukup tinggi di 2008 (6,3%), meskipun
turun dari tahun sebelumnya (8,3%), khususnya
didorong oleh pertumbuhan ekonomi Cina dan India.
Hal ini tidak terlepas dari masih kuatnya permintaan
domestik di kedua negara tersebut meskipun ekonomi
dunia cenderung berada dalam tekanan resesi. Selain
itu, perkembangan intratrade regional yang semakin
meningkat akibat diversifikasi tujuan ekspor,
mengakibatkan berkurangnya ketergantungan
perdagangan negara regional Asia terhadap negara
maju khususnya AS. Dampak perlambatan ekonomi
global diperkirakan sebagian dapat dikompensasi oleh
tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
Permintaan dunia yang masih kuat didorong oleh harga
komodiotas yang juga masih tinggi, ikut mempengaruhi
kinerja ekspor sampai dengan tiga triwulan pertama
2008 yang masih tumbuh cukup tinggi. Dengan
perkembangan tersebut, meskipun terjadi penurunan
pada triwulan IV, realisasi ekspor untuk keseluruhan
2008 masih tumbuh cukup tinggi.
Meskipun kondisi perekonomian dunia yang kurang
menggembirakan tersebut berdampak terhadap
perekonomian domestik, namun ekonomi Indonesia
pada 2008 masih tumbuh sekitar 6,1%, sedikit
menurun dari tahun sebelumnya (6,3%). Permintaan
domestik masih berperan cukup tinggi meskipun
melemah sejalan dengan realisasi PDB sampai dengan
triwulan III sebesar 6,3%. Permintaan domestik yang
masih tumbuh tinggi telah mendorong impor yang
tumbuh cukup signifikan pada tiga triwulan pertama
2008. Namun kondisi mulai menurun pada triwulan IV,
permintaan domestik melemah, disertai dengan nilai
tukar yang melemah dan sumber pembiayaan eksternal
yang berkurang, sedikit memperlambat laju
pertumbuhan impor pada Tw.IV dan keseluruhan 2008.
Krisis finansial yang berdampak besar pada
kontraksi ekonomi khususnya negara maju, merambat
pada penurunan permintaan atas ekspor negara
berkembang. Akibatnya, kinerja neraca berjalan negara
kawasan Asia menurun dan memicu melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi di kawasan. Pengaruh ekonomi
global pada kinerja sektor eksternal diperkirakan cukup
PERKEMBANGAN NPI 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
41
signifikan, tercermin dari perkiraan volume
perdagangan dunia 2008 yang mencapai 4,1%,
melambat dari 2007 sebesar 7,2%. Menurunnya
volume perdagangan dunia tersebut didorong oleh
rata-rata harga komoditas nonmigas di pasar
internasional yang diperkirakan mulai menurun
meskipun masih tumbuh positif sebesar 7,4%.
Melemahnya harga komoditas nonmigas internasional
tersebut terkait dengan turunnya harga minyak dunia
dan berkurangnya permintaan dunia. Perkembangan
harga komoditas tersebut memberi dampak negatif
terhadap kinerja ekspor Indonesia.
Harga minyak dunia diperkirakan akan menurun
meskipun masih akan berada pada level cukup tinggi.
Menurunnya harga minyak dunia tersebut didorong
oleh permintaan dunia yang menurun akibat
kekhawatiran krisis ekonomi global. Rata-rata harga
ekspor minyak mentah domestik berada pada level
USD93,5 per barel, masih lebih tinggi dibandingkan
angka APBN-P2008 USD80 per barel.
Produksi minyak rata-rata 2008 sekitar 0,977
mbpd, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya
sebesar 0,952 mbpd. Angka tersebut sama dengan
angka lifting asumsi produksi yang ditetapkan di APBN-
P 2008. Peningkatan produksi minyak tersebut
didukung oleh mulai berproduksinya lapangan Kerisi
(Conoco Philips, Natuna) pada awal Januari 2008 dan
lapangan Banyu Urip dan North Duri juga dapat mulai
berproduksi pada triwulan empat .
Sementara itu, perkembangan sektor gas di 2008
mengalami peningkatan, terutama disebabkan oleh
harga gas yang masih tetap tinggi meskipun ada
kecenderungan menurun pada Tw.IV mengikuti harga
minyak. Sedangkan ekspor LPG sejak Tw.II-2008.
Dihentikan sebagai dampak dari kebijakan pemerintah
untuk lebih memprioritaskan pemanfaatan gas bagi
kebutuhan domestik, terutama dalam rangka
mendukung program konversi minyak tanah dengan
LPG.
Pertumbuhan konsumsi BBM mengalami
penurunan dari sekitar 2,8% ditahun 2007 menjadi
sekitar -0,02% di 2008. Penurunan pertumbuhan
konsumsi BBM tersebut sejalan dengan kecenderungan
perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada
triwulan IV 2008. Konsumsi BBM masih tetap tumbuh
positif pada tiga triwulan pertama 2008, namun
pelemahan ekonomi dunia berdampak pada pelemahan
permintaan konsumsi energi khususnya sektor industri
di triwulan terakhir 2008.
Di sektor jasa khususnya transportasi, penurunan
harga minyak meskipun mulai terjadi sejak bulan
Agustus namun baru direspon oleh perusahaan
maskapai dengan menurunkan biaya bahan bakar (fuel
surcharge) pada akhir tahun 2008. Demikian juga
perusahaan pelayaran nasional baru menurunkan tarif
angkut (freight) pada akhir tahun sehubungan dengan
penurunan harga bahan bakar (bunker) kapal.
Kegiatan sektor pariwisata nasional 2008 terus
berjalan positif terkait dengan Visit Indonesian Year
(VIY) 2008. Meskipun target 7 juta wisman tidak
tercapai sampai dengan akhir 2008, namun dengan
strategi menjadikan event sebagai tujuan wisata
pemerintah telah banyak melakukan event MICE
(Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) khususnya
di Bali di triwulan akhir 2008.
Sementara itu penempatan TKI di LN pada 2008
mencatat peningkatan, khususnya dalam memenuhi
peluang pasar formal yang masih belum dapat
dipenuhi, seperti Jepang yang memerlukan tenaga
perawat dan pengasuh kaum jompo di negaranya.
Selain itu, kebutuhan TKI juga meningkat di beberapa
negara yang masih memerlukan tenaga kerja asing
seperti Australia, Eropa dan beberapa negara Timur
Tengah. Namun demikian dampak krisis global telah
menahan laju penambahan permintaan penempatan
TKI tersebut.
Di sektor finansial, dampak lanjutan pelemahan
ekonomi dunia terhadap likuiditas global berpengaruh
42
pada arus masuk modal, terutama jangka pendek. Iklim
investasi Indonesia didukung stabilitas ekonomi makro
dipandang masih kondusif sehingga dapat menarik
lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya
dalam bentuk investasi jangka panjang di Indonesia.
Survei Bank Dunia menunjukkan bahwa peringkat
kemudahan berusaha di Indonesia berpeluang naik dari
urutan ke-123 menjadi urutan ke-82 di 2008, dengan
syarat pemerintah memperbaiki mekanisme memulai
usaha, pendaftaran kepemilikan, dan mendapatkan
kredit. Meskipun dalam lingkup terbatas, perbaikan
iklim investasi diperkirakan akan didukung oleh
implementasi beberapa proyek infrastruktur yang telah
dimulai di tahun-tahun sebelumnya. Beberapa proyek
telah dimulai pada tahun 2008 antara lain pembangkit
listrik Paiton 3-4 dan beberapa PLTU seperti PLTU
Serang dan Tanjung Jati A; transmisi gas melalui pipa
jalur Kaltim-Jawa dan Duri-Dumai-Medan fase I dan II;
pembangunan bandara baru Kualanamu di Medan dan
Selaparang di Lombok, pengembangan kawasan berikat
industri dan pemrosesan kargo di Bandara Sukarno
Hatta; serta beberapa ruas jalan tol seperti jalan tol
Cikampek-Palimanan dan Cikarang-Tanjung Priok.
Sejalan dengan semakin kompetitifnya perusahaan
domestik di kancah internasional, penanaman modal
langsung oleh penduduk di luar negeri juga semakin
meningkat. Investasi penduduk tersebut antara lain
didukung oleh penemuan cadangan minyak di Libya
oleh anak perusahaan PT Medco Energi dan investasi PT
Bumi Resources pada tambang batubara di Australia.
Pada arus lalu lintas modal jangka pendek,
intensitas gejolak pasar keuangan dunia meningkat dan
menyebar ke berbagai kawasan termasuk Indonesia.
Memburuknya persepsi risiko investor terhadap aset-
aset beresiko tinggi mendorong terjadinya perilaku
flight to quality yang menimbulkan gejolak di pasar
keuangan. US T-bill yang terus diburu menyebabkan
imbal hasil (yield) surat berharga domestik menjadi terus
meningkat. Bursa saham negara maju yang mengalami
penurunan cukup tajam, memicu gejolak di pasar
keuangan khususnya di negara berkembang. Hal ini
tercermin dari terdepresiasinya nilai tukar, menurunnya
bursa saham serta ketatnya likuiditas di pasar
antarbank.
Gejolak pasar finansial global masih akan
mempengaruhi dinamika lalu lintas modal portofolio
asing akibat masih tingginya ketidakpastian pada
kondisi ekonomi dan sektor keuangan di AS. Proses
deleveraging dan repricing yang terjadi di pasar
keuangan global diperkirakan menjadi penyebab
meningkatnya arus keluar modal asing dalam bentuk
SUN, SBI, dan saham, terutama selama Oktober hingga
awal November 2008. Namun, defisit yang lebih besar
diperkirakan dapat dihindari karena tekanan arus keluar
modal portofolio mulai mereda sejak pertengahan
November 2008. Berbagai tekanan yang terjadi di pasar
keuangan regional, memicu persepsi tingginya default
obligasi negara berkembang meski cenderung mereda
pada akhir Oktober. Dalam jangka pendek, aliran modal
ke emerging market termasuk Indonesia relatif masih
minimal. Masih belum stabilnya pasar finansial dunia,
membuat investor asing secara umum cenderung
bersikap hati-hati terhadap aset negara berkembang.
Perilaku risk aversion terhadap aset berisiko tinggi serta
kawasan emerging market masih mewarnai dalam
beberapa waktu sampai akhir 2008.
Di sisi domestik, relatif tingginya imbal hasil
penempatan aset rupiah saat ini masih belum mampu
menahan arus keluar modal asing. Arus dana asing ke
SBI dan SUN pada 2008 menurun karena perubahan
persepsi investor kepada kualitas surat berharga
meskipun spread suku bunga dalam dan luar negeri
yang semakin melebar. Sementara itu, arus dana asing
ke pasar saham masih tetap terbatas sejalan dengan
ketatnya likuiditas finansial global.
Sejalan dengan perkembangan asumsi makro di
atas, kinerja NPI untuk keseluruhan 2008 menurun
43
dibandingkan 2007. Gambaran NPI untuk keseluruhan
2008 secara ringkas menjadi sebagai berikut:
1. Transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus,
meskipun sangat kecil, yaitu USD0,6 miliar.
Perkiraan surplus ini turun tajam dibandingkan
tahun 2007 (surplus USD10,5 miliar).
2. Transaksi modal dan finansial mencatat defisit
USD1,7 miliar. Defisit ini menurun dibanding tahun
2007 (surplus USD3,6 miliar).
3. Overall balance NPI diperkirakan defisit USD1,9
miliar, lebih buruk daripada tahun 2007 (surplus
USD12,7 miliar).
4. Cadangan devisa pada akhir 2008 mencapai posisi
USD51,6 miliar (4,0 bulan impor dan pembayaran
ULN pemerintah), menurun dibandingkan posisi
pada akhir 2007 (USD56,9 miliar).
Transaksi berjalan pada 2008 masih mengalami
sedikit surplus, namun hal tersebut didorong oleh
surplus yang cukup besar pada triwulan pertama
sehingga dapat menutupi akumulasi defisit pada tiga
triwulan berikutnya. Transaksi berjalan mencatat defisit
pada Tw. II dan berlanjut hingga Tw. IV dengan
kecenderungan mengecil. Faktor-faktor yang
diperkirakan memberikan pengaruh pada transaksi
berjalan pada 2008 antara lain:
a. Pertumbuhan impor nonmigas sepanjang tahun
2008 meningkat secara signifikan menjadi 39,4%
dibandingkan tahun sebelumnya (14,5%).
Tingginya angka pertumbuhan impor tersebut
disumbangkan oleh pertumbuhan pada tiga
triwulan pertama 2008 akibat permintaan
domestik yang cukup tinggi dan permintaan
bahan baku untuk ekspor, menguatnya nilai tukar
rupiah, serta tingginya harga komoditas impor di
pasar internasional. Kondisi ini berpengaruh pada
transaksi berjalan sehingga mengalami defisit
khususnya pada Tw. II dan Tw. III. Tingginya laju
pertumbuhan impor ini melebihi pertumbuhan
ekspor nonmigas yang juga cukup tinggi pada
2008 sekitar 15,5% sehingga neraca
perdagangan nonmigas mengalami penurunan.
Pengaruh resesi ekonomi global baru terasa pada
Tw. IV seperti tercermin pada laju penurunan
ekspor yang lebih besar daripada laju penurunan
impor. Sejalan dengan turunnya pertumbuhan
ekonomi dan permintaan dunia serta harga
komoditas di pasar internasional, kinerja ekspor
dan impor nonmigas pada triwulan IV relatif
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
b. Defisit neraca perdagangan minyak meningkat
menjadi USD8,4 miliar dibandingkan tahun
sebelumnya (defisit USD6,7 miliar). Peningkatan
defisit tersebut akibat harga minyak yang
meskipun menurun tajam (dari USD113,4/bl pada
triwulan III menjadi USD48,0/bl pada triwulan IV)
akibat krisis ekonomi global, namun secara rata-
rata setahun mencapai USD93,5/bl, masih lebih
tinggi dari USD70,2/bl pada tahun 2007.
Sementara itu, volume konsumsi BBM yang
sedikit menurun akibat melambatnya
pertumbuhan ekonomi domestik pada Tw.IV,
namun secara keseluruhan 2008 mencapai 382,7
juta barel, relatif sama dengan tahun sebelumnya.
c. Peningkatan impor menyebabkan pembayaran
jasa transportasi barang impor ikut meningkat
secara signifikan. Akibatnya, defisit neraca jasa
ikut mengalami kenaikan menjadi USD13,0 miliar
dibandingkan tahun sebelumnya (defisit USD11,8
miliar).
d. Turunnya harga minyak terutama pada triwulan
IV telah mengurangi bagian dari keuntungan
ekspor migas yang menjadi hak kontraktor asing.
Selain itu, penurunan keuntungan perusahaan
PMA akibat turunnya ekonomi dunia telah
mengurangi profit transfer pendapatan
perusahaan ke luar negeri khususnya pada
44
triwulan terakhir 2008 menyebabkan defisit
transaksi pendapatan (income) pada 2008 sedikit
menurun menjadi defisit USD15,3 miliar daripada
tahun sebelumnya (defisit USD15,5 miliar).
e. Sementara itu, meningkatnya penempatan TKI ke
luar negeri dan kenaikan gaji TKI telah
meningkatkan penerimaan remitansi TKI-LN
sehingga tarnsfer berjalan pada 2008 mencapai
USD5,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya (USD5,1 miliar).
Akibat krisis keuangan global dan ketatnya
likuiditas di pasar internasional, transaksi modal dan
finansial pada 2008 mengalami defisit dari surplus pada
tahun 2007. Transaksi modal dan finansial sudah
terkena dampak negatif dari krisis keuangan global
sejak Tw. I. Dampak krisis tersebut sempat mereda pada
Tw. II, namun kembali memburuk pada Tw. III dan
mencapai puncaknya pada Tw. IV yang mencapai
USD3,8 miliar. Faktor-faktor penyebabnya antara lain:
a. Investasi portofolio mengalami penurunan surplus
menjadi USD1,8 miliar daripada tahun 2007
(USD5,6 miliar) akibat tingginya arus keluar modal
asing dalam bentuk SUN, SBI, dan saham, terutama
selama Oktober dan awal November 2008. Masih
surplusnya transaksi investasi portofolio didorong
oleh tingginya arus masuk modal asing jangka
pendek pada paruh pertama tahun 2008.
b. Investasi lainnya akan mengalami defisit yang lebih
besar menjadi USD6,3 miliar dibandingkan tahun
sebelumnya (defisit USD4,8 miliar), terutama
disebabkan oleh meningkatnya penempatan aset
berupa simpanan penduduk di bank luar negeri
sejalan dengan kinerja ekspor pada tiga triwulan
pertama 2008.
c. Meskipun investasi potofolio dan investasi lainnya
mengalami penurunan seiring dengan gejolak di
pasar global, namun investasi asing langsung
(Direct Investment) meningkat menjadi USD2,5
miliar dibandingkan tahun sebelumnya (USD2,3
miliar)
Berdasarkan perkiraan pada komponen utama di
atas, secara keseluruhan NPI pada 2008 mencatat
defisit sebesar USD1,9 miliar. Sejalan dengan defisit
NPI tersebut jumlah cadangan devisa menurun dari
USD56,9 miliar pada akhir 2007 menjadi USD51,6
miliar pada akhir 2008 (4,0 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah).
46
BOKS KRISIS KEUANGAN AS dan DAMPAKNYA
pada PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Kronologi Dunia finansial global kembali mendapatkan guncangan saat Lehman Brothers, bank investasi keempat terbesar di AS, menyatakan bangkrut pada pertengahan Oktober 2008. Hal ini menambah panjang rentetan lembaga keuangan terbesar lainnya yang ambruk setelah Bear and Sterns, Freddie Mac, Fannie Mae, Indy Mac, Northern Rock, Merrill Lynch hingga AIG. Dengan hutang sekitar USD613 billion, saham Lehman jatuh dari USD94 menjadi hanya USD29 cent. Sebagai upaya untuk menyelamatkan Negara, Federal Reserve dan Kementerian Keuangan Amerika sepakat menyuntik dana sebesar USD85 miliar kepada AIG. Sebelumnya, dua perusahaan pembiayaan rumah terbesar di AS, Fannie Mae dan Freddie Mac, juga diambil alih pemerintah (menyuntikkan dana USD200 miliar). Merrill Lynch diakuisisi melalui Bank of America. Jumlah dana (bail out) yang disediakan ke pasar untuk mengatasi masalah tersebut mencapai sekitar USD700 miliar. Pemerintah AS turun tangan karena jika dibiarkan, kerusakan di pasar keuangan akan kian parah dan bergulir ke sektor riil. Berbagai perusahaan (bank) dianggap terlalu besar untuk gagal (too big to fail). Dampak rentetannya adalah meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, berbagai problema sosial, mengganggu pembangunan nasional dan pada ujungnya mengancam kedaulatan negara. Rambatan krisis keuangan AS pada dasarnya adalah dampak dari gelembung pasar keuangan yang pecah. Implikasi yang paling menonjol adalah keketatan likuiditas (liquidity squeeze) yang disebabkan oleh kepercayaan yang anjlok dan sistem kredit yang macet. Dana di tarik dari emerging markets ke pusat-pusat keuangan di AS dan negara-negara industri lain (flight to quality). Keketatan likuiditas ini merembet dari episentrum-nya, Amerika Serikat, ke Eropa dan Asia. Contagion effects ini sedang berjalan dan pada akhirnya dapat membawa pada resesi dunia, dengan implikasi terhadap pertumbuhan dan ekspor negara-negara berkembang.
2. Implikasi pada Perekonomian Indonesia dan Langkah Antisipasi Sampai saat ini, pengaruh gejolak di lembaga keuangan internasional bagi perbankan nasional minimal. Pemilikan surat berharga lembaga keuangan internasional yang bermasalah oleh perbankan nasional sangat kecil. Keadaan industri perbankan kita sampai saat ini solid. Sebagai akibat keketatan likuiditas (liquidity squeeze) di pasar keuangan internasional, diperkirakan akan terjadi keketatan likuiditas devisa dan credit line devisa di pasar internasional dalam 6 bulan sampai 1 tahun yang akan datang, dan akan memengaruhi pasar domestik.
Grafik 1 Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2 Indeks Harga Saham Gabungan
9.500
10.000
10.500
11.000
11.500
12.000
12.500
Oktober 2008 November 2008 Desember 2008
Rp/USD
1.000
1.100
1.200
1.300
1.400
1.500
1.600
1.700
Oktober 2008 November 2008 Desember 2008
IHSG
47
Keketatan likuiditas dolar ini dirasakan oleh semua negara, termasuk Amerika Serikat sendiri, juga perbankan dan, dunia usaha. Kebijakan moneter perlu menyesuaikan terhadap realitas baru ini. Di samping itu, liquidity squeeze juga memengaruhi akses dan biaya bagi pembiayaan APBN. Krisis keuangan AS juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia yang akan mengalami perlambatan. Ekspor Indonesia akan terkendala dan juga investasi dari luar negeri. Krisis keuangan global dalam jangka panjang akan berimplikasi luas bagi peta keuangan dunia dan juga Indonesia. Kebersamaan dan koordinasi yang erat diperlukan untuk melewati badai dengan selamat dan menjadi lebih kuat dan diperlukan sikap penerimaan yang jernih atas realitas baru dan upaya-upaya penyesuaiannya, baik oleh pemerintah, dunia usaha dan para pelaku ekonomi lain secara sinkron dan terukur. Untuk mengantisipasi dampak krisis tersebut, BI terus berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memilih kebijakan moneter dan akan menempuh beberapa langkah, yaitu: a. Memperkuat likuiditas sektor perbankan. Bisnis yang memanfaatkan dana dari pembiayaan asing harus
menyesuaikan tingkat ekspansi usahanya.
b. Menjaga pertumbuhan kredit pada tingkat yang sesuai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, otoritas moneter akan memperkuat sektor perbankan nasional supaya pertumbuhan kredit berjalan pada level yang yang sesuai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi. Tahun 2009 dan 2010, akan menjadi tahun yang kritis untuk ekonomi nasional, tetapi pemerintah dan BI akan tetap menjaga suku bunga agar pertumbuhan kredit tetap sustainable.
c. Terkait neraca pembayaran, cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini aman. Namun demikian, BI akan terus menjaga volatilitas Rupiah agar gejolaknya tidak tajam serta akan tetap berada di pasar dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar.
3. Implikasi pada Neraca Pembayaran Indonesia Krisis ekonomi yang terjadi di USA akan berdampak pada dua hal, yakni pengeringan likuiditas dan pelambatan ekonomi global. Seretnya likuiditas global dan relatif lamanya pemulihan ekonomi global akan berpengaruh pada kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Sesuai dengan perkembangan, IMF/WEO telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 menjadi hanya 0,5%. Perubahan tersebut berdampak pada menurunnya asumsi pertumbuhan ekonomi domestik menjadi 4-5%. Hal ini akan memberi dampak pada perkiraan NPI 2009 sebagai berikut :
a. Ekspor non migas akan memburuk hingga tumbuh negatif akibat permintaan eksternal terhadap produk ekspor Indonesia menurun tajam.
b. Impor non migas akan tumbuh menjadi negatif akibat perlambatan ekonomi domestik.
c. Transaksi berjalan akan mencatat defisit karena permintaan eksternal turun lebih tajam daripada permintaan domestik.
d. Transaksi modal dan finansial juga akan mengalami defisit, akibat berkurangnya arus masuk modal asing. Namun adanya rencana emisi global bond dan sukuk valas serta penarikan contigency loan (standby loan) akan menopang transaksi modal dan finansial sehingga hanya mengalami defisit yang kecil dan cadangan devisa tetap berada pada level aman.
Sumber: DKM, DPSHM dan DSM, Bank Indonesia
48
Indonesia’s Balance of Payments
Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments Summary (millions of USD) ...................... 49
Table 1.2 Indonesia’s Balance Of Payments Current Account (millions of USD) ...................... 50
Table 1.3 Indonesia’s Balance Of Payments Capital and Financial Account (millions of USD) ...................... 51
Table 1.4 Indonesia’s Balance Of Payments Government and Monetary Authorities Sector Financial Account
(millions of USD) ...................... 52
Table 1.5 Indonesia’s Balance Of Payments Private Sector Financial Account (millions of USD) ...................... 53
Non Oil and Gas Exports and Imports
Table 2.1 Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD) ...................... 54
Table 2.2 Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands Tons) ...................... 55
Table 2.3 Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 56
Table 2.4 Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (thousands Tons) ...................... 57
Table 2.5 Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD) ...................... 58
Table 2.6 Non Oil and Gas Imports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 59
Travel
Table 3.1 Travel Inflows ...................... 60
Table 3.2 Travel Outflows ...................... 61
Securities
Table 4 Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD) ...................... 62
LAMPIRAN
50
Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments
Summary (millions of USD)
Feb-09
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total
I. Current Account 2,640 2,271 2,151 3,430 10,492 2,794 -1,022 -943 -223 606
A. Goods, net (Trade Balance) 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,772 4,558 23,309
1. Exports, fob 1) 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,081 29,452 139,291
2. Import, fob 2) -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,309 -24,894 -115,981
B. Services, net -3,163 -2,991 -2,764 -2,922 -11,841 -2,991 -3,374 -3,316 -3,331 -13,011
C. Income, net -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,123 -4,460 -4,823 -2,929 -15,334
D. Current Transfers, net 1,254 1,178 1,240 1,432 5,104 1,373 1,369 1,423 1,478 5,643
II. Capital & Financial Account 1,836 2,029 -935 660 3,591 -1,395 2,524 918 -3,752 -1,706
A. Capital Account 43 127 255 122 546 52 73 200 29 353
B. Financial Account 1,793 1,902 -1,190 539 3,045 -1,447 2,451 718 -3,781 -2,059
1. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,479a. Abroad, net -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861b. In Indonesia (FDI), net 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340
2. Portfolio investment, net 2,491 3,810 465 -1,200 5,566 1,984 4,188 -74 -4,345 1,753a. Assets, net -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262b. Liabilities, net 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,807 4,128 -9 -3,910 3,015
3. Other investment -452 -3,334 -2,419 1,430 -4,775 -3,160 -2,342 387 -1,176 -6,291a. Assets, net -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101b. Liabilities, net 3) -348 -1,051 -59 1,168 -289 -489 -367 1,998 2,669 3,810
III. Total (I + II) 4,476 4,300 1,217 4,091 14,083 1,400 1,502 -25 -3,976 -1,100
IV. Errors & Omissions -97 -663 -37 -570 -1,368 -367 -177 -63 -236 -845
V. Overall Balance (III + IV) 4,379 3,637 1,179 3,520 12,715 1,032 1,324 -89 -4,212 -1,945
VI. Reserves and Related Items 4) -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89 4,212 1,945
a. Reserve Asset Changes -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89 4,212 1,945b. Use of Fund Credit and Loans 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:Reserve Assets Position 5) 47,221 50,924 52,875 56,920 56,920 58,987 59,453 57,108 51,639 51,639(In Months of Imports & Official Debt Repayment) 4.8 5.2 5.4 5.8 5.8 4.6 4.6 4.4 4.0 4.0Current Account (% GDP) 2.4 0.1Debt Service Ratio (%) 6) 19.8 21.4 15.2 21.2 19.4 16.2 17.8 15.2 25.7 18.4
o/w. Government & Monetary Authority 5.6 9.4 5.1 9.0 7.3 4.4 7.7 4.7 9.3 6.4
1) Since May 2004 part of the reporting method of non oil & gas export han been changed into on-line-system
2) Since April 2004 part of the reporting method of non oil & gas import han been changed into on-line-system
3) Excluding the use of Fund credit and loans
4) Negative represents surplus and positive represents deficit. Since the first quarter of 2004, changes in reserve assets only cover data on changes due to transaction.
5) Based on Gross Foreign Asset concept replacing Official Reserve concept since 1998 and based on International Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) concept since 2000
6) Ratio of external debt service payments to export of goods and services.
* Provisional figures
** Very Provisional figures
2007* 2008**I T E M S
51
Table 1.2
Indonesia’s Balance Of Payments Current Account
(millions of USD)
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total
Current Account 2,640 2,271 2,151 3,430 10,492 2,794 -1,022 -943 -223 606
A. Goods, net (Trade Balance) 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,772 4,558 23,309- Non Oil and Gas 6,560 6,994 6,217 7,313 27,084 5,060 4,153 3,752 2,583 15,549- Oil and Gas 1,152 1,114 1,270 2,135 5,670 2,476 1,289 2,020 1,975 7,761
Exports, fob 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,081 29,452 139,291- Non Oil and Gas 1) 21,682 23,456 23,529 24,475 93,142 26,405 27,879 28,796 24,527 107,607- Oil and Gas 4,944 5,746 6,480 7,702 24,872 8,007 9,466 9,285 4,925 31,683
Imports, fob -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,309 -24,894 -115,981- Non Oil and Gas 2) -15,122 -16,463 -17,311 -17,161 -66,058 -21,345 -23,725 -25,044 -21,944 -92,059- Oil and Gas -3,792 -4,632 -5,210 -5,567 -19,202 -5,531 -8,177 -7,265 -2,950 -23,922
B. Services, net -3,163 -2,991 -2,764 -2,922 -11,841 -2,991 -3,374 -3,316 -3,331 -13,0111. Transportation, net -1,640 -1,791 -1,885 -1,978 -7,294 -2,560 -2,957 -2,973 -2,561 -11,051
a. Freight, net -1,359 -1,520 -1,618 -1,620 -6,118 -1,993 -2,364 -2,428 -1,845 -8,630b. Passenger and Other, net -281 -271 -266 -358 -1,177 -567 -593 -544 -716 -2,421
2. Travel, net -9 238 302 -89 442 394 438 616 321 1,768a. Inflow 1,180 1,344 1,432 1,390 5,346 1,663 1,770 1,974 1,968 7,374b. Outflow -1,188 -1,106 -1,130 -1,479 -4,904 -1,269 -1,332 -1,358 -1,647 -5,606
3. Other services, net -1,515 -1,438 -1,181 -855 -4,989 -825 -854 -959 -1,091 -3,728
C. Income, net -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,123 -4,460 -4,823 -2,929 -15,3341. Compensation of employees -75 -72 -84 -82 -313 -83 -86 -110 -156 -4352. Investment income -3,088 -3,951 -3,727 -4,445 -15,212 -3,040 -4,374 -4,713 -2,773 -14,900
a. Direct investment -2,003 -2,718 -2,769 -3,024 -10,514 -2,457 -3,085 -3,276 -1,596 -10,414b. Portfolio investment -142 -527 -658 -623 -1,952 -186 -322 -1,044 -245 -1,797c. Other investment -943 -706 -300 -798 -2,746 -397 -967 -393 -931 -2,688
o/w Government & Monetary Authority interest payments -429 -769 -363 -832 -2,393 -350 -822 -336 -730 -2,238
D. Current Transfers, net 1,254 1,178 1,240 1,432 5,104 1,373 1,369 1,423 1,478 5,6431. Government, net 58 34 30 58 180 17 27 38 128 2102. Other sectors, net 1,196 1,145 1,210 1,373 4,924 1,356 1,342 1,385 1,350 5,433
a. Workers' Remittances, net 1,191 1,166 1,181 1,295 4,833 1,354 1,353 1,381 1,376 5,464b. Other transfers, net 5 -21 29 78 91 2 -11 4 -26 -31
Memorandum:Non Oil and Gas Export Growth, fob (%) 15.6 15.5Non Oil and Gas Import Growth, c&f (%) 14.5 39.4Oil Unit Prices (USD/barrel) 55.7 67.3 71.9 85.6 70.1 93.4 119.3 113.4 48.0 93.5Oil Production (millions barrel per day) 0.966 0.942 0.948 0.951 0.952 0.977 0.981 0.982 0.967 0.977Tourist Inflows (thousand people) 1,215 1,384 1,475 1,432 5,506 1,451 1,537 1,728 1,713 6,429
1) Since May 2004 part of the method of reporting non oil & gas export han been changed into on-line-system
2) Since April 2004 part of the method of reporting non oil & gas import han been changed into on-line-system
* Provisional figures
** Very Provisional figures
ITEMS
Feb-09
2007* 2008**
52
Table 1.3
Indonesia’s Balance Of Payments Capital and Financial Account
(millions of USD)
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total
A. Capital Account 43 127 255 122 546 52 73 200 29 353
B. Financial Account 1,793 1,902 -1,190 539 3,045 -1,447 2,451 718 -3,781 -2,0591. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,479
a. Abroad -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861- Equity capital & Reinvested earnings -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -282 -234 -1,402- Other capital -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,125 -1,154 -1,235 -945 -4,459
b. In Indonesia (FDI) 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340- Equity capital & Reinvested earnings 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,627 1,649 1,885 2,965 8,127- Other capital -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37 -48 213
o/w. Loans: - Drawings 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750 2,312 7,779- Repayments -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713 -2,360 -7,565
2. Portfolio investment 2,491 3,810 465 -1,200 5,566 1,984 4,188 -74 -4,345 1,753a. Assets -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262
- Equity securities 66 17 34 -333 -217 -239 -72 54 39 -217- Debt securities -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045
Bonds and Notes -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Liabilities 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,807 4,128 -9 -3,910 3,015- Equity securities 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -98 -110 322- Debt securities 2,626 4,425 460 -1,089 6,422 2,795 3,608 89 -3,800 2,692
Bonds and Notes 2,456 2,312 172 250 5,190 2,467 3,283 1,457 -2,534 4,673Other 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980
3. Other Investment -452 -3,334 -2,419 1,430 -4,775 -3,160 -2,342 387 -1,176 -6,291a. Assets -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101
- Loans 43 217 62 27 349 -105 -89 -57 -154 -404
- Other 1) -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,567 -1,885 -1,554 -3,691 -9,697
b. Liabilities -348 -1,051 -59 1,168 -289 -489 -367 1,998 2,669 3,810
- Loans 2) -271 -1,481 -172 763 -1,161 -154 -501 1,509 1,967 2,822Drawings 2,778 2,598 2,523 5,313 13,212 3,028 3,573 4,789 6,936 18,325Repayments -3,050 -4,079 -2,694 -4,550 -14,373 -3,182 -4,073 -3,279 -4,969 -15,503
- Other 1) -76 430 113 405 872 -335 133 488 701 988
C. Total (A + B) 1,836 2,029 -935 660 3,591 -1,395 2,524 918 -3,752 -1,706
1) Including currency and deposits2) Excluding the use of Fund Credit and Loans* Provisional figures** Very Provisional figures
2008**
Feb-09
I T E M S2007*
53
Table 1.4
Indonesia’s Balance Of Payments Government and Monetary Authorities Sector Financial Account
(millions of USD)
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total
I. Government 1,888 507 -648 -28 1,719 1,853 2,117 1,034 -1,272 3,733 A. Portfolio investment 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298
1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0a. Debt securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298 b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. Debt securities 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298
B. Other investment -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,5651. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilites -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,565
a. Loans -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,565i. Drawings 573 524 567 2,340 4,004 599 635 913 2,596 4,743
- Program Aid 200 200 0 1,706 2,106 222 200 295 1,826 2,542ADB 0 0 0 900 900 0 0 0 830 830IBRD 0 0 0 600 600 0 200 0 995 1,195JBIC 200 0 0 206 406 222 0 295 0 517Others 0 200 0 0 200 0 0 0 0 0
- Project Aid 373 324 567 634 1,898 377 435 618 771 2,201CGI 307 240 334 446 1,327 290 331 454 671 1,745
ODA 307 240 334 446 1,327 290 331 454 671 1,745Bilateral 91 86 234 253 664 137 134 177 467 915Multilateral 216 154 100 193 663 153 197 277 204 831
Non ODA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Non CGI 66 84 233 188 571 88 105 164 100 456
- Reschedulling 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Principal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ii. Repayments -1,067 -2,057 -985 -2,213 -6,322 -984 -2,086 -996 -2,242 -6,308
2. Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
II. Monetary Authorities 156 2,111 261 -1,341 1,187 300 323 -1,404 -1,271 -2,051 A. Portfolio investment 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980
1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980
B. Other investment -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -711. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilites -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71a. Loans 1) -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71
i Drawings 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0ii. Repayments -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71
b. Other … … … … … … … … … …
III. Total (I + II) 2,045 2,618 -387 -1,369 2,907 2,153 2,441 -369 -2,543 1,681
1) Excluding the use of Fund Credit and Loans
* Provisional figures
** Very Provisional figures
… Data are not available yet
2008**
Feb-09
I T E M S2007*
54
Table 1.5
Indonesia’s Balance Of Payments Private Sector Financial Account
(millions of USD)
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total
A. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,4791. Abroad -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861
- Equity capital & Reinvested earnings -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -282 -234 -1,402- Other capital -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,125 -1,154 -1,235 -945 -4,459
2. In Indonesia (FDI) 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340- Equity capital & Reinvested earnings 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,627 1,649 1,885 2,965 8,127- Other capital -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37 -48 213
o/w. Loans : - Drawings 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750 2,312 7,779- Repayments -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713 -2,360 -7,565
B. Portfolio investment -61 -343 407 293 296 -582 294 176 -1,453 -1,5651. Assets -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262
- Equity securities 66 17 34 -333 -217 -239 -72 54 39 -217- Debt securities -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045
Bonds and Notes -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 436 1,554 1,664 1,057 4,711 241 234 241 -1,019 -303- Equity securities 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -98 -110 322- Debt securities 74 272 402 405 1,152 230 -286 340 -908 -625
Bonds and Notes 74 272 402 405 1,152 230 -286 340 -908 -625Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Others investment 55 -1,799 -1,973 1,306 -2,411 -2,747 -888 506 -1,725 -4,8551. Assets -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101
- Loans 43 217 62 27 349 -105 -89 -57 -154 -404- Other 1) -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,567 -1,885 -1,554 -3,691 -9,697
2. Liabilities 160 484 387 1,043 2,074 -76 1,086 2,116 2,120 5,246- Loans 236 54 274 639 1,202 259 953 1,628 1,418 4,259
- Drawings 2,205 2,074 1,956 2,973 9,208 2,429 2,938 3,876 4,139 13,382- Repayments -1,969 -2,020 -1,682 -2,334 -8,005 -2,169 -1,985 -2,248 -2,721 -9,123
- Other 1) -76 430 113 405 872 -335 133 488 701 988
D. Total (A+B+C) -251 -717 -803 1,908 138 -3,599 10 1,087 -1,439 -3,940
1) Including currency and deposits
* Provisional figures
** Very Provisional figures
Feb-09
2007* 2008**I T E M S
55
Table 2.1
Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD)
24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4 24,527 100 0.2
I. Agriculture 3,176 13.0 34.8 3,336 12.6 34.7 4,023 14.4 41.4 4,331 15.0 35.1 3,170 12.9 -0.21. Timber 130 0.5 0.0 142 0.5 0.3 144 0.5 -5.1 138 0.5 -0.9 113 0.5 -13.02. Rubber 1,253 5.1 43.2 1,456 5.5 41.1 1,650 5.9 29.2 1,877 6.5 42.0 1,035 4.2 -17.43. Coffee 225 0.9 61.0 201 0.8 86.2 263 0.9 126.4 369 1.3 58.7 246 1.0 9.54. Tea 33 0.1 12.9 38 0.1 21.7 43 0.2 31.8 44 0.2 37.6 39 0.2 19.55. Pepper 47 0.2 97.3 71 0.3 310.5 46 0.2 56.2 41 0.1 14.4 24 0.1 -49.46. Tobacco 103 0.4 39.5 112 0.4 -3.3 139 0.5 46.7 126 0.4 28.4 125 0.5 21.27. Manioc 24 0.1 187.5 28 0.1 549.8 1 0.0 448.2 4 0.0 82.3 9 0.0 -63.18. Animal & Husb Products 580 2.4 18.5 593 2.2 14.9 757 2.7 31.4 762 2.6 26.1 654 2.7 12.8
- Shrimps and prawns 186 0.8 -11.0 192 0.7 8.0 239 0.9 11.3 224 0.8 6.0 151 0.6 -19.19. Hides 49 0.2 19.9 50 0.2 20.9 53 0.2 5.1 45 0.2 -3.2 32 0.1 -34.710. Others 733 3.0 34.2 646 2.4 37.6 927 3.3 79.2 925 3.2 33.4 894 3.6 21.9
II. Mineral 4,790 19.6 -15.4 5,471 20.7 1.5 5,545 19.9 -8.8 6,452 22.4 20.6 4,995 20.4 4.31. Tin 60 0.2 -63.1 698 2.6 288.5 355 1.3 158.8 791 2.7 67.2 168 0.7 178.52. Copper 1,457 6.0 -31.0 1,378 5.2 -27.2 1,407 5.0 -38.4 1,022 3.6 -39.3 836 3.4 -42.63. Nickel 663 2.7 -21.2 779 2.9 10.3 473 1.7 -60.6 620 2.2 -8.6 279 1.1 -57.94. Aluminium 191 0.8 -10.0 199 0.8 -7.8 210 0.8 -13.7 321 1.1 56.9 189 0.8 -1.15. Coal 1,809 7.4 8.1 1,812 6.9 -1.3 2,492 8.9 55.6 2,922 10.1 66.8 3,065 12.5 69.46. Others 611 2.5 -7.4 605 2.3 8.1 609 2.2 -1.0 775 2.7 39.7 458 1.9 -24.9
III. Manufactured 16,298 66.6 21.2 17,171 65.0 26.6 18,075 64.8 26.4 17,675 61.4 20.4 16,023 65.3 -1.71. Textile & Textile Products 2,400 9.8 3.6 2,588 9.8 5.2 2,671 9.6 6.8 2,858 9.9 7.1 2,308 9.4 -3.8
- Garments 1,378 5.6 1.9 1,506 5.7 4.2 1,584 5.7 8.7 1,754 6.1 12.1 1,440 5.9 4.52. Handicraft 24 0.1 30.2 22 0.1 9.6 27 0.1 23.8 26 0.1 12.4 21 0.1 -14.73. Wood Products 602 2.5 -20.4 620 2.3 -16.8 644 2.3 -6.0 671 2.3 6.1 498 2.0 -17.3 - Plywood 170 0.7 -16.1 181 0.7 -17.3 189 0.7 -8.0 186 0.6 -8.1 147 0.6 -13.64. Rattan Products 47 0.2 13.9 59 0.2 -15.1 45 0.2 -23.0 32 0.1 -25.7 29 0.1 -39.05. Palm Oils 2,987 12.2 92.5 3,447 13.1 188.7 3,306 11.9 87.0 2,248 7.8 36.8 2,851 11.6 -4.66. Copra Cake 7 0.0 105.0 8 0.0 65.0 13 0.0 163.0 6 0.0 -61.6 6 0.0 -19.67. Chemical Products 1,727 7.1 16.9 1,705 6.5 17.6 1,846 6.6 12.6 1,958 6.8 15.1 1,487 6.1 -13.88. Metal Products 304 1.2 43.9 253 1.0 3.7 282 1.0 1.4 344 1.2 30.3 289 1.2 -5.09. Electrical Appliances 2,244 9.2 -8.2 2,112 8.0 -7.9 2,315 8.3 13.6 2,475 8.6 14.9 2,557 10.4 14.010. Cement 65 0.3 -18.4 54 0.2 -21.5 57 0.2 -32.3 66 0.2 4.9 44 0.2 -32.611. Papers 1,214 5.0 25.7 1,277 4.8 27.5 1,398 5.0 27.6 1,502 5.2 40.3 1,068 4.4 -12.012. Rubber Products 283 1.2 17.0 310 1.2 11.8 328 1.2 12.6 344 1.2 12.5 309 1.3 9.113. Glass & Glassware 120 0.5 39.9 120 0.5 22.1 109 0.4 4.6 108 0.4 5.7 90 0.4 -24.914. Footwear 411 1.7 10.7 450 1.7 10.4 516 1.9 16.8 468 1.6 15.9 503 2.1 22.415. Plastic Products 123 0.5 20.4 123 0.5 21.6 127 0.5 24.1 143 0.5 20.4 126 0.5 2.616. Machinery & Mechanic 1,787 7.3 25.2 1,882 7.1 8.8 2,107 7.6 26.8 2,514 8.7 49.7 2,143 8.7 19.917. Others 1,953 8.0 44.2 2,141 8.1 53.6 2,284 8.2 49.4 1,911 6.6 6.9 1,695 6.9 -13.2
IV. Others (Non-Mon. Gold) 143 0.6 29.0 281 1.1 46.4 119 0.4 -23.6 230 0.8 9.6 222 0.9 54.8
V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers 68 0.3 -2.9 145 0.5 123.1 116 0.4 63.4 109 0.4 25.0 118 0.5 73.6
* Provisional figures
Growth (%)
Q4*
ValueShare (%)
Growth (%)
Value
Q2 Q3
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Share (%)
Growth (%)
2008Q1
Commodities
Total
Q4
ValueShare (%)
Growth(%)
2007
56
Table 2.2
Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands of Tons)
78,604 100 0.7 73,244 100 -7.3 83,408 100 11.8 75,394 100 -0.3 69,152 100 -12.0
I. Agriculture 2,277 2.9 9.7 2,017 2.8 3.7 2,294 2.7 12.7 2,333 3.1 6.8 2,139 3.1 -6.11. Timber 273 0.3 -19.7 196 0.3 -38.5 215 0.3 -38.4 191 0.3 -18.7 157 0.2 -42.62. Rubber 586 0.7 20.8 598 0.8 2.9 616 0.7 -1.1 623 0.8 1.4 444 0.6 -24.23. Coffee 109 0.1 32.5 90 0.1 78.7 114 0.1 113.3 171 0.2 42.8 115 0.2 5.34. Tea 23 0.0 23.3 25 0.0 27.1 26 0.0 25.6 25 0.0 15.5 21 0.0 -8.25. Pepper 14 0.0 63.5 20 0.0 270.2 13 0.0 40.6 11 0.0 16.5 7 0.0 -52.06. Tobacco 22 0.0 24.2 25 0.0 -7.4 30 0.0 31.0 29 0.0 37.3 25 0.0 13.17. Manioc 159 0.2 106.5 41 0.1 12.8 3 0.0 1797.4 20 0.0 38.3 65 0.1 -59.18. Animal & Husb Products 205 0.3 16.6 211 0.3 -12.1 284 0.3 15.2 231 0.3 -17.0 230 0.3 12.1
- Shrimps and prawns 26 0.0 -6.3 27 0.0 8.0 85 0.1 182.4 30 0.0 3.8 22 0.0 -17.49. Hides 3 0.0 1.4 3 0.0 12.3 3 0.0 -3.3 2 0.0 -12.8 2 0.0 -29.9
10. Others 883 1.1 1.8 809 1.1 21.5 990 1.2 39.9 1,030 1.4 18.8 1,073 1.6 21.6
II. Mineral 60,813 77.4 -1.3 57,228 78.1 -11.3 67,539 81.0 13.9 61,568 81.7 2.6 54,380 78.6 -10.61. Tin 14 0.0 -58.9 52 0.1 135.5 32 0.0 62.6 118 0.2 108.9 19 0.0 36.32. Copper 407 0.5 -51.8 428 0.6 -35.4 358 0.4 -40.0 226 0.3 -50.9 313 0.5 -23.13. Nickel 2,442 3.1 33.3 4,090 5.6 74.3 3,464 4.2 40.1 1,425 1.9 -29.5 1,247 1.8 -48.94. Aluminium 2,051 2.6 3.0 3,008 4.1 84.5 3,779 4.5 -17.1 5,920 7.9 65.1 3,057 4.4 49.15. Coal 51,177 65.1 -0.7 45,099 61.6 -19.5 54,131 64.9 11.2 49,589 65.8 -1.2 46,782 67.7 -8.66. Others 4,722 6.0 -12.0 4,551 6.2 17.1 5,775 6.9 94.2 4,289 5.7 15.3 2,963 4.3 -37.2
III. Manufactured 15,513 19.7 8.0 13,999 19.1 12.0 13,575 16.3 2.0 11,494 15.2 -14.4 12,523 18.1 -19.31. Textile & Textile Products 445 0.6 -3.4 474 0.6 -0.5 473 0.6 -2.0 487 0.6 -1.4 398 0.6 -10.5
- Garments 107 0.1 2.3 123 0.2 13.8 119 0.1 5.3 133 0.2 7.8 107 0.2 0.32. Handicraft 9 0.0 19.2 8 0.0 -8.7 10 0.0 7.1 9 0.0 -1.0 7 0.0 -26.33. Wood Products 618 0.8 -16.0 615 0.8 -14.3 620 0.7 -5.6 604 0.8 -2.3 445 0.6 -28.1 - Plywood 93 0.1 -37.3 89 0.1 -38.6 98 0.1 -14.8 89 0.1 -20.5 69 0.1 -25.94. Rattan Products 16 0.0 8.5 18 0.0 -21.8 15 0.0 -29.4 10 0.0 -35.8 9 0.0 -46.55. Palm Oils 3,785 4.8 5.6 3,634 5.0 54.2 3,154 3.8 7.3 2,261 3.0 -10.6 4,638 6.7 22.56. Copra Cake 64 0.1 38.5 68 0.1 60.2 96 0.1 121.3 37 0.0 -72.8 44 0.1 -32.07. Chemical Products 3,322 4.2 22.6 3,285 4.5 17.1 3,483 4.2 8.6 2,052 2.7 -45.1 1,569 2.3 -52.88. Metal Products 182 0.2 52.4 138 0.2 -35.0 121 0.1 -20.0 265 0.4 77.1 137 0.2 -24.69. Electrical Appliances 162 0.2 -11.7 161 0.2 -1.5 164 0.2 -2.9 174 0.2 -3.1 165 0.2 1.5
10. Cement 1,667 2.1 -30.5 1,175 1.6 -40.7 1,101 1.3 -33.5 1,302 1.7 -15.0 813 1.2 -51.211. Papers 1,711 2.2 9.9 1,689 2.3 3.7 1,604 1.9 -2.7 1,836 2.4 23.2 1,519 2.2 -11.312. Rubber Products 100 0.1 16.0 98 0.1 -0.1 101 0.1 -4.8 97 0.1 -6.0 86 0.1 -13.913. Glass & Glassware 338 0.4 84.8 202 0.3 8.4 192 0.2 -3.5 201 0.3 3.1 174 0.3 -48.414. Footwear 28 0.0 6.8 32 0.0 9.9 34 0.0 10.0 31 0.0 13.1 33 0.0 19.515. Plastic Products 60 0.1 11.8 52 0.1 5.0 50 0.1 1.6 50 0.1 -11.5 43 0.1 -27.516. Machinery & Mechanic 853 1.1 188.7 349 0.5 20.9 372 0.4 5.5 465 0.6 50.1 542 0.8 -36.517. Others 2,153 2.7 13.4 2,000 2.7 40.1 1,985 2.4 25.6 1,611 2.1 -12.4 1,902 2.8 -11.7
IV. Others (Non-monetary Gold) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00
V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers - - - - - - - - - - - - - - -
- Not available* Provisional figures
VolShare (%)
Q1Growth
(%)
2007
Commodities
Total
Vol
Q4Share (%)
Growth (%) Vol
Share (%)
Growth (%) Vol
Q2 Q3 Q4*
VolShare (%)
Growth (%)
2008
Share (%)
Growth (%)
57
Table 2.3
Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD)
TOTAL 24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4 24,527 100 0.2
AFRICA 745 3.0 18.5 771 2.9 42.7 871 3.1 59.8 859 3.0 35.3 758 3.1 1.7
AMERICA 3,421 14.0 10.1 3,630 13.7 13.4 4,118 14.8 21.2 4,336 15.1 18.3 3,541 14.4 3.5U S A 2,800 11.4 11.2 2,960 11.2 11.4 3,281 11.8 19.3 3,431 11.9 15.6 2,787 11.4 -0.5Western Hemesphere 379 1.5 3.4 382 1.4 20.6 540 1.9 40.5 531 1.8 22.5 474 1.9 25.1Canada 132 0.5 10.3 145 0.5 13.7 165 0.6 8.6 184 0.6 30.3 155 0.6 17.3Others 110 0.4 9.1 143 0.5 44.2 133 0.5 19.7 191 0.7 54.8 125 0.5 13.1
ASIA 15,756 64.4 15.0 17,397 65.9 26.8 17,738 63.6 15.9 18,560 64.5 23.2 15,557 63.4 -1.3ASEAN 5,325 21.8 29.4 6,036 22.9 35.0 6,123 22.0 27.1 6,769 23.5 24.9 5,146 21.0 -3.4 - Brunei Darussalam 8 0.0 0.7 14 0.1 28.6 14 0.1 22.2 15 0.1 37.4 15 0.1 74.2 - Malaysia 1,379 5.6 64.7 1,622 6.1 78.5 1,568 5.6 39.0 1,639 5.7 27.4 1,366 5.6 -1.0 - Philipina 491 2.0 23.6 422 1.6 -4.0 557 2.0 26.0 511 1.8 4.6 424 1.7 -13.7 - Singapore 2,169 8.9 8.3 2,636 10.0 22.8 2,577 9.2 23.0 3,068 10.7 22.6 2,236 9.1 3.0 - Thailand 727 3.0 43.5 790 3.0 31.4 847 3.0 18.0 968 3.4 35.2 663 2.7 -8.8 - Vietnam 425 1.7 50.0 445 1.7 67.3 445 1.6 38.3 457 1.6 33.7 354 1.4 -16.9 - Myanmar 94 0.4 87.5 66 0.2 -2.1 66 0.2 0.1 61 0.2 41.1 44 0.2 -53.1 - Cambodia 29 0.1 9.7 40 0.2 31.1 47 0.2 41.2 48 0.2 68.0 44 0.2 52.1 - Lao PDR 1 0.0 42.1 1 0.0 -56.7 2 0.0 179.0 1 0.0 50.7 1 0.0 22.8ASIA EXCL.ASEAN 10,431 42.6 8.8 11,361 43.0 22.8 11,615 41.7 10.8 11,791 40.9 22.2 10,411 42.4 -0.2 - Hongkong 465 1.9 14.3 485 1.8 16.0 463 1.7 7.0 455 1.6 5.0 420 1.7 -9.7 - India 1,571 6.4 27.5 1,569 5.9 51.9 1,715 6.2 29.3 1,726 6.0 78.4 1,782 7.3 13.4 - Iraq 10 0.0 268.8 28 0.1 16,743 84 0.3 27,122 69 0.2 4,146 81 0.3 721 - Japan 3,087 12.6 -12.8 3,238 12.3 -1.6 3,227 11.6 -13.2 3,708 12.9 13.4 3,245 13.2 5.1 - South Korea 857 3.5 -14.4 1,200 4.5 30.0 1,193 4.3 23.3 1,186 4.1 11.1 638 2.6 -25.5 - Pakistan 345 1.4 82.1 311 1.2 77.2 270 1.0 20.1 211 0.7 47.7 600 2.4 73.9 - China 1,840 7.5 24.6 2,283 8.6 52.8 2,071 7.4 13.3 1,889 6.6 14.7 1,101 4.5 -40.1 - Saudi Arabia 266 1.1 63.8 291 1.1 66.2 309 1.1 41.5 321 1.1 11.6 501 2.0 88.5 - Taiwan 564 2.3 -6.1 571 2.2 -7.2 733 2.6 19.8 801 2.8 33.9 752 3.1 33.4 - Others 1,427 5.8 46.1 1,386 5.2 23.3 1,549 5.6 33.7 1,424 4.9 15.4 1,289 5.3 -9.6
0 0.0 2.0 0 0.0 2.0 0 0.0 3.0 0 0.0 4.0 0 0.0 5.0AUSTRALIA & OCEANIA 585 2.4 -9.9 550 2.1 -20.7 587 2.1 -6.7 922 3.2 58.7 643 2.6 9.9
EUROPE 3,968 16.2 11.5 4,057 15.4 15.1 4,564 16.4 27.3 4,119 14.3 15.1 4,029 16.4 1.5EUROPEAN COMMUNITY 3,593 14.7 9.5 3,547 13.4 6.7 4,147 14.9 24.5 3,764 13.1 14.0 3,794 15.5 5.6 - Belgium 338 1.4 18.4 335 1.3 3.0 370 1.3 13.3 352 1.2 8.2 316 1.3 -6.4 - France 205 0.8 9.0 232 0.9 19.8 254 0.9 22.2 236 0.8 19.7 229 0.9 11.4 - Germany 576 2.4 0.7 606 2.3 6.8 662 2.4 13.4 659 2.3 10.4 558 2.3 -3.1 - Italy 385 1.6 33.4 443 1.7 21.1 521 1.9 58.8 490 1.7 52.4 445 1.8 15.5 - Netherlands 881 3.6 9.3 842 3.2 58.1 1,037 3.7 52.1 868 3.0 17.9 1,103 4.5 25.3 - United Kingdom 357 1.5 -2.0 362 1.4 2.1 396 1.4 5.9 430 1.5 13.4 381 1.6 6.7 - Others 851 3.5 9.6 726 2.7 -26.2 908 3.3 9.5 729 2.5 -2.3 762 3.1 -10.5Russia 78 0.3 -21.0 93 0.4 55.4 95 0.3 4.6 90 0.3 0.2 68 0.3 -12.2Others 297 1.2 66.5 416 1.6 192.6 323 1.2 97.7 265 0.9 40.9 167 0.7 -43.8
* Provisional figures
2007
COUNTRY Q4
Share (%)
ValueGrowth
(%)
Q1
ValueShare (%)
Growth (%)
Share (%)
Growth (%)
Q2 Q3 Q4*
ValueShare (%)
Growth (%)
2008
ValueShare (%)
Growth (%)
Value
58
Table 2.4
Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD)
Import Total 18,705 100 7.6 23,225 100 41.2 25,819 100 44.1 27,249 100 44.7 23,877 100 27.7
I. Consumption Goods 1,784 9.5 42.1 2,065 8.9 23.9 2,359 9.1 33.1 2,720 10.0 34.8 1,889 7.9 5.9112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 188 1.0 49.0 226 1.0 34.2 229 0.9 3.7 247 0.9 12.4 147 0.6 -21.7122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 479 2.6 41.6 474 2.0 0.4 533 2.1 -6.4 558 2.0 1.4 372 1.6 -22.3510 - Passenger Motor Cars 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3 82 0.3 -26.6522 - Transport Equipment, non-industrial 59 0.3 0.0 142 0.6 121.9 105 0.4 154.6 89 0.3 16.1 74 0.3 26.5610 - Durable Consumption Goods 230 1.2 20.6 264 1.1 -14.3 363 1.4 66.4 295 1.1 1.3 197 0.8 -14.5620 - Semi-durable Consumption Goods 431 2.3 108.2 450 1.9 55.2 608 2.4 84.5 1,024 3.8 130.1 662 2.8 53.6630 - Non-durable Consumption Goods 258 1.4 9.8 356 1.5 34.8 363 1.4 26.7 366 1.3 24.1 311 1.3 20.5700 - Goods Not Elsewhere Specified 27 0.1 51.3 34 0.1 34.0 11 0.0 -68.0 10 0.0 -82.8 44 0.2 60.6
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,559 67.1 1.2 16,652 71.7 41.5 18,557 71.9 44.4 18,697 68.6 40.4 15,909 66.6 26.7111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 467 2.5 47.7 798 3.4 73.0 955 3.7 78.6 763 2.8 39.5 743 3.1 59.0121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 224 1.2 0.7 258 1.1 10.7 277 1.1 14.0 286 1.0 -1.4 223 0.9 -0.3210 - Raw Materials (Primary), for Industry 788 4.2 11.0 1,054 4.5 32.6 1,344 5.2 70.8 1,358 5.0 72.8 1,093 4.6 38.7220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,164 38.3 3.3 9,681 41.7 47.8 10,773 41.7 46.2 11,037 40.5 47.0 8,904 37.3 24.3310 - Fuels & Lubricants (Primary) 2 0.0 -91.1 5 0.0 145.2 6 0.0 317.0 9 0.0 114.0 14 0.1 706.1322 - Fuels & Lubricants (Processed) 30 0.2 5.9 47 0.2 1.2 56 0.2 22.8 71 0.3 42.8 43 0.2 42.9420 - Parts & Accessories for Capital Goods 2,835 15.2 -9.0 3,271 14.1 22.7 3,538 13.7 28.3 3,617 13.3 17.7 3,152 13.2 11.2530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 1,048 5.6 -1.5 1,538 6.6 52.0 1,609 6.2 44.0 1,555 5.7 46.8 1,737 7.3 65.7
III. Capital Goods 4,131 22.1 15.4 4,357 18.8 52.1 4,742 18.4 51.3 5,622 20.6 66.8 5,902 24.7 42.9410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 3,081 16.5 7.9 3,375 14.5 39.7 3,827 14.8 53.5 4,167 15.3 55.3 4,202 17.6 36.4510 - Passenger Motor Cars 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3 82 0.3 -26.6521 - Transport Equipment for Industry 937 5.0 45.9 863 3.7 131.1 770 3.0 35.0 1,324 4.9 118.0 1,618 6.8 72.6
IV. Others 231 1.2 60.4 151 0.7 -1.9 161 0.6 6.6 210 0.8 61.7 176 0.7 -23.8* Provisional figures
2008
Commodities
2007
ValueShare (%)
Growth(%)
Q4 Q1
ValueShare (%)
Growth (%)
Q2 Q3
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
Q4*
ValueShare (%)
Growth (%)
59
Table 2.5
Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (thousands of Tons)
Import Total 14,072 100 2.9 19,148 100 30.1 17,563 100 13.6 16,692 100 10.2 13,493 100 3,751
I. Consumption Goods 1,141 8.1 29.3 1,115 5.8 -11.6 1,064 6.1 -30.1 1,082 6.5 -18.6 694 5.1 212112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 252 1.8 33.5 375 2.0 44.2 328 1.9 -5.6 375 2.2 19.2 203 1.5 85122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 676 4.8 43.7 495 2.6 -37.1 454 2.6 -51.0 423 2.5 -43.3 276 2.0 76510 - Passenger Motor Cars 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 9 0.1 1522 - Transport Equipment, non-industrial 13 0.1 5.5 21 0.1 101.7 21 0.1 93.7 19 0.1 -0.5 12 0.1 2610 - Durable Consumption Goods 47 0.3 16.2 50 0.3 -2.8 74 0.4 31.6 64 0.4 -18.0 41 0.3 12620 - Semi-durable Consumption Goods 79 0.6 4.5 89 0.5 8.7 101 0.6 -0.4 119 0.7 28.0 92 0.7 19630 - Non-durable Consumption Goods 61 0.4 -28.2 71 0.4 20.1 72 0.4 4.0 68 0.4 0.7 57 0.4 16700 - Goods Not Elsewhere Specified 0 0.0 1.1 1 0.0 36.1 1 0.0 -63.9 0 0.0 -60.3 5 0.0 0
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,405 88.2 1.8 17,368 90.7 34.1 15,844 90.2 17.2 14,912 89.3 11.9 12,176 90.2 3,330111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 1,314 9.3 -3.9 3,220 16.8 108.6 1,738 9.9 2.4 1,351 8.1 -20.8 1,373 10.2 413121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 276 2.0 -40.6 343 1.8 -31.0 314 1.8 -23.2 377 2.3 -9.8 285 2.1 110210 - Raw Materials (Primary), for Industry 3,087 21.9 -2.0 3,788 19.8 17.6 3,682 21.0 7.1 3,595 21.5 15.0 3,064 22.7 850220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,172 51.0 7.1 9,387 49.0 30.3 9,424 53.7 26.3 8,930 53.5 19.4 6,822 50.6 1,830310 - Fuels & Lubricants (Primary) 14 0.1 -75.1 38 0.2 95.3 24 0.1 113.0 39 0.2 38.7 36 0.3 2322 - Fuels & Lubricants (Processed) 25 0.2 -2.8 39 0.2 15.3 44 0.3 -5.9 46 0.3 -24.3 29 0.2 11420 - Parts & Accessories for Capital Goods 288 2.0 32.2 331 1.7 24.6 393 2.2 34.6 318 1.9 -7.3 368 2.7 72530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 228 1.6 10.9 223 1.2 34.9 225 1.3 37.8 257 1.5 54.2 199 1.5 41
III. Capital Goods 526 3.7 -13.3 665 3.5 32.0 654 3.7 56.3 698 4.2 42.4 623 4.6 209410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 437 3.1 31.2 469 2.4 32.5 467 2.7 27.7 487 2.9 20.1 487 3.6 157510 - Passenger Motor Cars 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 9 0.1 1521 - Transport Equipment for Industry 77 0.5 -71.0 184 1.0 31.9 173 1.0 306.9 198 1.2 160.8 128 0.9 50
IV. Others 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0* Provisional figures
Q1
Vol Share (%)
Share (%)
2007
Growth(%)
2008
CommoditiesQ4
Vol Growth (%)
Q2 Q3
Vol Share (%)
Growth (%)
Vol Share (%)
Growth (%)
Q4*
Vol Share (%)
Growth (%)
60
Table 2.6
Non Oil and Gas Imports Value by Country of Origin (millions of USD)
TOTAL 18,705 100 13.7 23,225 100 29.7 25,819 100 37.1 27,249 100 45.7 23,877 100 2.8
AFRICA 146 0.8 -3.5 166 0.7 1.2 281 1.1 40.7 360 1.3 146.2 736 3.1 343.6
AMERICA 2,347 12.5 36.0 2,757 11.9 43.0 3,284 12.7 53.2 3,372 12.4 43.7 3,444 14.4 24.9U S A 1,579 8.4 33.0 1,721 7.4 27.1 2,127 8.2 57.7 2,243 8.2 42.0 2,708 11.3 57.3Western Hemesphere 444 2.4 53.9 584 2.5 88.2 545 2.1 12.1 577 2.1 29.9 464 1.9 -20.5Canada 306 1.6 33.2 424 1.8 72.0 571 2.2 97.5 507 1.9 65.6 151 0.6 -64.5Others 17 0.1 -12.2 28 0.1 59.3 42 0.2 110.0 45 0.2 161.7 121 0.5 324.3
ASIA 12,455 66.6 11.4 16,092 69.3 31.6 17,435 67.5 38.0 18,463 67.8 48.2 15,142 63.4 -5.9ASEAN 4,991 26.7 9.9 5,699 24.5 20.2 6,007 23.3 23.5 6,451 23.7 29.3 4,997 20.9 -12.3 - Brunei Darussalam 1 0.0 853.7 3 0.0 4.3 6 0.0 15,902 0 0.0 -83.7 14 0.1 455.0 - Malaysia 745 4.0 6.2 952 4.1 37.2 1,024 4.0 34.2 1,125 4.1 51.0 1,330 5.6 39.6 - Philipina 139 0.7 13.0 182 0.8 43.1 214 0.8 49.6 169 0.6 21.2 413 1.7 126.6 - Singapore 2,757 14.7 10.4 2,893 12.5 10.9 3,011 11.7 13.8 3,215 11.8 16.6 2,163 9.1 -25.2 - Thailand 1,175 6.3 12.8 1,525 6.6 37.5 1,591 6.2 37.4 1,750 6.4 48.9 646 2.7 -57.7 - Vietnam 156 0.8 -4.9 118 0.5 -37.1 134 0.5 -10.5 174 0.6 12.1 344 1.4 190.7 - Myanmar 5 0.0 -56.6 7 0.0 -33.9 12 0.0 186.8 9 0.0 63.1 44 0.2 509.8 - Cambodia 0 0.0 -62.8 0 0.0 34.4 1 0.0 28.5 1 0.0 68.8 43 0.2 8,826.5ASIA EXCL.ASEAN 7,464 39.9 12.4 10,393 44.7 38.8 11,428 44.3 47.1 12,012 44.1 60.9 10,146 42.5 -2.4 - Hongkong 524 2.8 17.2 643 2.8 30.4 637 2.5 40.5 609 2.2 16.1 408 1.7 -36.6 - India 462 2.5 8.0 655 2.8 33.4 712 2.8 95.6 712 2.6 54.2 1,751 7.3 167.2 - Iraq 0 0.0 1,734 0 0.0 -38 0 0.0 -38 0 0.0 -99 78 0.3 246,615 - Japan 2,420 12.9 6.7 3,538 15.2 55.5 3,578 13.9 48.3 3,532 13.0 45.9 3,156 13.2 -10.8 - South Korea 823 4.4 -0.1 1,121 4.8 8.0 1,354 5.2 25.6 1,320 4.8 60.3 634 2.7 -43.4 - Pakistan 12 0.1 -27.0 13 0.1 -46.1 24 0.1 81.3 13 0.0 2.3 558 2.3 4,347.0 - China 2,412 12.9 21.8 3,263 14.1 38.3 3,800 14.7 46.5 4,504 16.5 86.7 1,093 4.6 -66.5 - Saudi Arabia 99 0.5 29.5 139 0.6 117.5 160 0.6 41.2 172 0.6 74.0 476 2.0 241.7 - Taiwan 547 2.9 20.0 670 2.9 16.8 754 2.9 26.8 706 2.6 29.1 734 3.1 9.6 - Others 165 0.9 14.5 351 1.5 106.4 409 1.6 174.0 445 1.6 170.0 1,259 5.3 259.0
AUSTRALIA & OCEANIA 876 4.7 5.3 1,117 4.8 18.3 1,277 4.9 36.0 1,419 5.2 62.0 624 2.6 -44.1
EUROPE 2,880 15.4 12.5 3,093 13.3 16.9 3,542 13.7 21.2 3,635 13.3 26.2 3,930 16.5 27.1EUROPEAN COMMUNITY 2,453 13.1 11.9 2,376 10.2 7.7 2,651 10.3 6.3 2,818 10.3 14.8 3,700 15.5 55.7 - Belgium 95 0.5 28.3 115 0.5 12.7 156 0.6 39.7 200 0.7 110.0 307 1.3 167.0 - France 519 2.8 134.7 364 1.6 -16.7 246 1.0 -46.0 303 1.1 -41.6 223 0.9 -38.7 - Germany 641 3.4 -7.6 753 3.2 23.8 814 3.2 18.5 925 3.4 44.4 544 2.3 -27.8 - Italy 224 1.2 51.1 238 1.0 31.6 296 1.1 45.8 265 1.0 18.6 435 1.8 82.6 - Netherlands 189 1.0 53.3 156 0.7 -6.2 160 0.6 13.2 174 0.6 -7.5 1,081 4.5 593.1 - United Kingdom 220 1.2 6.8 217 0.9 19.7 232 0.9 29.7 280 1.0 27.2 370 1.5 70.6 - Others 566 3.0 -22.1 534 2.3 0.5 747 2.9 4.2 669 2.5 18.3 741 3.1 38.8Russia 77 0.4 -27.0 243 1.0 62.1 383 1.5 248.8 283 1.0 265.8 67 0.3 -72.6Others 349 1.9 33.5 473 2.0 63.5 507 2.0 60.3 535 2.0 52.9 163 0.7 -65.5
* Provisional figures
ValueValue Share (%)
Growth (%)
Q4
Value Share (%)
Growth (%)
Share (%)
2008Q1
Growth (%)
2007
COUNTRY Share (%)
Growth (%)
Value Share (%)
Growth (%)
Q4*Q2 Q3
Value
61
Table 3.1
Travel Inflows
Growth GrowthPeriod Main Gates Other Gates (y.o.y) (y.t.d)
(number of people) (number of people) (%) (%)(1) (2) (3) (4) (4) (5) (6)
2004 4,541,165 779,941 5,321,106 4,798 18.8 18.8Q1 1,034,236 177,990 1,212,226 1,093 15.2 15.2Q2 1,099,096 188,656 1,287,752 1,161 44.3 28.6Q3 1,278,022 219,368 1,497,390 1,350 16.3 23.7Q4 1,129,811 193,928 1,323,739 1,194 6.3 18.9
2005 4,074,354 927,747 5,002,101 4,522 -5.8 -5.8Q1 1,003,616 215,625 1,219,241 1,102 0.8 0.8Q2 1,045,871 228,421 1,274,292 1,152 -0.8 0.0Q3 1,183,757 239,116 1,422,873 1,286 -4.7 -1.8Q4 841,110 244,585 1,085,695 981 -17.8 -5.8
2006 3,977,482 893,869 4,871,351 4,448 -1.6 -1.6Q1 871,817 204,589 1,076,406 983 -10.8 -10.8Q2 1,023,099 227,472 1,250,571 1,142 -0.9 -5.7Q3 1,038,857 233,972 1,272,829 1,162 -9.6 -7.2Q4 1,043,709 227,836 1,271,545 1,161 18.3 -1.6
2007 4,541,458 964,301 5,505,759 5,346 20.2 20.2Q1 1,001,697 213,289 1,214,986 1,180 20.0 20.0Q2 1,142,077 242,394 1,384,471 1,344 17.7 18.8Q3 1,215,723 258,803 1,474,526 1,432 23.2 20.3Q4 1,181,961 249,815 1,431,776 1,390 19.7 20.2
2008* 5,237,470 1,191,556 6,429,026 7,374 37.9 37.9Q1 1,190,102 260,861 1,450,963 1,663 40.9 40.9Q2 1,264,023 273,231 1,537,254 1,770 31.6 36.0Q3 1,397,827 329,773 1,727,600 1,974 37.9 36.7Q4 1,385,519 327,691 1,713,210 1,968 41.5 37.9
* Provisional figures
(number of people) (In millions of USD)
BOP BOP(2+3) Value
62
Table 3.2
Travel Outflows
Hajj BOP Hajj BOP Growth GrowthPeriod Main Gates Other Gates Pilgrimage (2+3-4) Pilgrimage Value (y.o.y) (y.t.d)
(number of people) (number of people) (number of people) (number of people) (In millions of USD) (In millions of USD) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2004 3,941,381 101,061 204,945 3,837,497 452 3,507 13.8 13.8Q1 942,948 24,178 204,945 762,181 452 1,059 -6.0 -175.1Q2 847,679 21,735 0 869,414 0 692 52.8 10.8Q3 1,022,310 26,213 0 1,048,523 0 835 40.1 18.8Q4 1,128,444 28,934 0 1,157,378 0 922 1.6 13.8
2005 4,106,225 105,288 267,501 3,944,012 511 3,584 2.2 2.2Q1 948,509 24,321 205,382 767,448 394 992 -6.3 -6.3Q2 991,334 25,419 0 1,016,753 0 792 14.5 1.9Q3 1,024,447 26,268 0 1,050,715 0 819 -1.9 0.7Q4 1,141,935 29,280 62,119 1,109,096 117 981 6.5 2.2
2006 4,322,464 705,405 144,945 4,882,924 466 4,030 12.4 12.4Q1 941,626 198,417 144,945 995,098 272 1,026 3.4 3.4Q2 1,081,620 192,710 0 1,274,330 0 954 20.4 11.0Q3 1,082,682 162,702 0 1,245,384 0 932 13.8 11.9Q4 1,216,536 151,576 0 1,368,112 194 1,118 14.0 12.4
2007 4,593,183 563,859 104,660 16,628,620 515 4,903 21.7 21.7Q1 1,055,961 169,520 104,660 1,225,481 195 1,188 15.8 15.8Q2 1,103,889 142,136 0 1,246,025 0 1,106 15.9 15.9Q3 1,146,177 127,774 0 1,273,951 0 1,130 21.2 17.6Q4 1,287,156 124,429 0 12,883,163 320 1,479 32.3 21.7
2008* 4,694,388 735,169 259,564 5,169,993 516 5,606 14.3 14.3Q1 1,077,171 172,347 41,864 1,207,655 80 1,269 6.8 6.8Q2 1,167,747 185,299 0 1,353,046 0 1,332 20.4 13.4Q3 1,193,452 186,385 0 1,379,837 0 1,358 20.2 15.6Q4 1,256,018 191,138 217,700 1,229,456 436 1,647 11.3 14.3
* Provisional figures
63
Table 4
Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
A. Private Sector 1
1 Bonds 192 270 225 351 361 200 185 250
2 Medium Term Notes 285 289 293 267 300 367 361 231
3 Floating Rate Notes - - - - - - - -
4 Commercial Papers 16 16 16 14 15 19 15 19
5 Promissory Notes 1,474 1,445 1,538 1,490 1,524 1,488 1,618 1,410
Total 1,966 2,020 2,071 2,123 2,200 2,075 2,180 1,910
B. Public Sector
1 Govt. Bond (Rp. Denomination)/SUN 6,978 9,033 8,711 8,298 8,760 10,200 11,037 10,450
2 Govt. Bond (USD Denomination) 6,370 6,370 6,370 6,370 8,322 10,450 10,450 7,983
3 SBI 2,127 4,201 4,436 4,436 3,330 3,643 2,157 772
Total 15,475 19,604 19,517 19,517 20,412 24,293 23,644 19,2041 Source : Custodian Bank
* Provisional figures* * Very Provisional figures
2007* 2008**No Securities