32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerapatan dan bobot jenis merupakan hal yang penting dalam bidang Kimia Fisika. Perhitungan kerapatan dan bobot jenis ini termasuk dasar dalam praktikum Kimia Fisika karena nilainya sering digunakan. Sehingga dirasa sangat penting untuk mengetahui pengukuran dan perhitungannya. Metode yang dipakai ada beberapa. Namun perlu terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan dan bobot jenis merupakan dua hal yang berbeda. Kerapatan merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan bobot sejumlah larutan pada suhu T o C dengan bobot sejumlah air pada suhu 4 o C pada volume yang sama. Sedangkan bobot jenis adalah bilangan yang menyatakan perbandingan bobot sejumlah larutan dengan bobot sejumlah air pada suhu yang sama dan volume yang sama. Kedua hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang sederhana dalam Kimia Fisika, namun tetaplah penting karena merupakan

LAPORAN Nia Bobot Molekul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN Nia Bobot Molekul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerapatan dan bobot jenis merupakan hal yang penting dalam bidang Kimia

Fisika. Perhitungan kerapatan dan bobot jenis ini termasuk dasar dalam praktikum

Kimia Fisika karena nilainya sering digunakan. Sehingga dirasa sangat penting

untuk mengetahui pengukuran dan perhitungannya. Metode yang dipakai ada

beberapa. Namun perlu terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud

dengan kerapatan dan bobot jenis.

Kerapatan dan bobot jenis merupakan dua hal yang berbeda. Kerapatan

merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan bobot sejumlah larutan pada

suhu T oC dengan bobot sejumlah air pada suhu 4 oC pada volume yang sama.

Sedangkan bobot jenis adalah bilangan yang menyatakan perbandingan bobot

sejumlah larutan dengan bobot sejumlah air pada suhu yang sama dan volume yang

sama. Kedua hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang sederhana dalam Kimia Fisika,

namun tetaplah penting karena merupakan dasar yang dibutuhkan dalam praktikum

selanjutnya. Metode yang digunakan dalam pengukuran kerapatan dan bobot jenis

suatu zat ada banyak, di antaranya dengan menggunakan aerometer, neraca

Westphal, dan piknometer.

Penulis menyadari akan pentingnya pengukuran kerapatan dan bobot jenis

suatu larutan. Selain itu, penulis juga merasa memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai praktik pengukuran kerapatan dan bobot jenis dengan beberapa metode.

Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini, yakni tentang

penentuan kerapatan dan bobot jenis. Adapun alat pengukur bobot jenis yang kali ini

Page 2: LAPORAN Nia Bobot Molekul

digunakan adalah neraca Westphal dan piknometer dengan menggunakan zat yang

akan ditentukan kerapatan dan bobot jenisnya berupa akuades, metanol, dan

kloroform.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa

metode pengukuran.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis

beberapa zat yaitu akuades, metanol, dan kloroform dengan menggunakan neraca

Westphal dan piknometer.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot

jenis beberapa zat yaitu akuades, metanol, dan kloroform dengan menggunakan

Neraca Westphal dan piknometer kemudian membandingkannya dengan nilai

kerapatan dan bobot jenis secara teori.

Page 3: LAPORAN Nia Bobot Molekul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran

Dua sistem yang sering digunakan saat ini adalah sistem Inggris (dimana

jarak sering diukur dalam kaki dan berat dalam pon), dan sistem metrik (jarak diukur

dalam meter atau kilometer, dan benda ditimbang dalam gram atau kilogram) (Segal,

1985).

Ilmuwan telah lama menggunakan sistem metrik daripada daripada sistem

Inggris. Selama seperempat abad terakhir telah dilakukan upaya berkelanjutan untuk

dapat menerapkan satu set unit saja untuk pengukuran ilmiah. Pada tahun 1960,

satuan SI (Systeme Internationale d'Serikat) telah diterima oleh Organisasi

Internasional, Konferensi Umum tentang Berat dan Ukuran, dan kemajuan telah

dibuat dalam mencapai tujuan yaitu penggunaan satu unit untuk setiap jumlah yang

mendasar. Namun demikian, untuk alasan sejarah, untuk kenyamanan, dan karena

orang merasa sulit untuk melepaskan satuan yang dulunya mereka biasa gunakan,

sehingga digunakan lebih dari 1 jenis satuan (Segal, 1985).

Pengamatan adalah dasar untuk semua ilmu pengetahuan. Pengamatan

kuantitatif, atau pengukuran, selalu terdiri dari dua bagian yaitu jumlah dan skala

(disebut satuan). Kedua bagian tersebut penting untuk dicantumkan (Zumdahl, 1997).

Ilmuwan terdahulu telah menyatakan bahwa satuan standar harus

dicantumkan agar pengukuran tersebut berarti. Adanya perbedaan penggunaan satuan

oleh ilmuan akan timbul kesulitan karena adanya kesalahpahaman. Sayangnya,

sistem satuan yang digunakan oleh negara tertentu berbeda yaitu sistem metrik dan

Page 4: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Inggris. Hal ini menimbulkan kesulitan, contohnya yang paling sederhana adalah

harus dibuat mesin yang menggunakan kedua sistem tersebut (Zumdahl, 1997).

Salah satu besaran fisis yang sangat penting dalam kimia adalah volume,

yang bukan merupakan satuan SI tetapi penting, yang berasal dari besaran panjang

(Zumdahl, 1997).

2.2 Kerapatan dan Bobot Jenis

Salah satu hal yang digunakan oleh para kimiawan untuk megidentifikasi

suatu zat adalah densitas, yaitu massa zat dibagi volume zat tersebut.

Densitas=massavolume

Densitas suatu larutan dengan mudah dapat ditentukan dengan mengukur

berat sejumlah air dengan volume tertentu secara akurat (Zumdahl, 1997).

Semua zat yang memiliki volume yang sama selalu memiliki berat yang

berbeda. Hal ini diukur dengan densitas. Densitas adalah perbandingan antara massa

dengan volume zat. Kita ketahui bahwa ada zat yang beratnya lebih besar daripada

zat lain, meskipun volumenya sama (Seese dan Daub, 1977).

Satuan densitas yang sering digunakan untuk zat padat dan cairan adalah

(g/cm3), lb/ft3, dan lb/gal, sedangkan satuan yang sering digunakan untuk gas adalah

g/l dan lb/ft3. Dalam sistem SI, satuan yang digunakan untuk densitas baik padat.

cairan, maupun gas adalah kg/m3 (Seese dan Daub, 1977).

Kerapatan dan bobot jenis adalah dua istilah yang berbeda artinya. Yang

dimaksud dengan bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang

menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada

suhu 40C. Jadi bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan 1

dm3 air pada suhu 40C disebut juga bobot jenis (Taba dkk., 2012)

Page 5: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Dalam praktek, bobot jenis ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat pada

volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (t oC)

sehingga bobot jenis menurut definisi lama disebut kerapatan atau densitas (d) yang

didefenisikan sebagai :

d = bobot sejumlah volume zat pada suhu t °Cbobot sejumlah volume air pada suhu 4 °C

atau sering diberi lambang dt4 (Taba dkk., 2012).

Bobot jenis menurut definisi baru diberi nama gravitas spesifik (specific

gravity), Stg (Taba dkk,. 2012)

Sgt =

bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t °Cbobot sejumlah volume air pada suhu t °C

Gravitas spesifik dari suatu zat adalah densitas dari zat tersebut dibagi dengan

densitas larutan standar. Untuk menyatakan gravitas spesifik suatu larutan,

digunakan air pada suhu 4 oC sebagai larutan standar dengan densitas 1,00 g/mL

dalam sistem metrik (Seese dan Daub, 1977).

Dalam menghitung gravitas spesifik dari suatu zat, kita harus mencantumkan

kedua densitasnya pada satuan yang sama, sehingga gravitas spesifik tidak memiliki

satuan (Seese dan Daub, 1977).

Untuk mencari harga dt4, harga St

g yang diperoleh dari hasil pengukuran

dikalikan dengan harga dtaq (kerapatan atau densitas air pada suhu kamar; t oC) yang

nilainya dapat dibaca pada tabel (Taba dkk., 2012).

daqt =

bobot sejumlah air pada t °Cbobot sejumlah air pada t °C

d4t =Sg

t × daqt

Untuk menentukan atau mengukur bobot jenis (Sg) suatu zat, beberapa alat

dapat digunakan yakni: (Taba dkk., 2012)

Page 6: LAPORAN Nia Bobot Molekul

1. Aerometer

2. Neraca Westphal

3. Piknometer

2. 3 Neraca Westphal

Neraca Wesphal adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur densitas

atau gravitas spesifik dari suatu larutan dengan menerapkan prinsip Archimedes.

Meskipun neraca Westphal tidak selamanya bersifat sangat akurat seperti

piknometer, neraca Westphal lebih mudah dan praktis untuk digunakan. Neraca

Westphal ini juga lebih akurat dibandingkan dengan hidrometer (Shoemaker dkk.,

1989).

2.4 Piknometer

Dalam penentuan kerapatan atau massa jenis cairan dapat digunakan botol

kecil yang disebut piknometer atau botol gravitasi spesifik yang ditimbang kosong,

kemudian diisi dengan cairan yang tidak diketahui, dan ditimbang untuk menentukan

massa cairan. Volume piknometer dapat diperoleh dengan menentukan massa air

yang akan diisi pada piknometer kemudian membagi massa ini dengan kerapatan air.

Untuk menghitung kerapatan, massa dari cairan yang tidak diketahui dibagi dengan

volume. Gravitasi spesifik diperoleh dengan membagi massa cairan yang tidak

diketahui oleh massa air yang akan diisi pada piknometer (Burns, 1992).

Piknometer terbuat dari logam alumuniun yang berfungsi untuk menahan

tekanan yang diperlukan untuk mengeluarkan udara dari material padat, sehingga hal

tersebut menyebabkan piknometer berisi udara. Cara menggunakan piknometer

sederhana, yakni piknometer diisi dengan sampel yang ingin ditimbang dan ditutup

wadahnya menggunakan penutup piknometer, ketika penutup atau penyumbat wadah

Page 7: LAPORAN Nia Bobot Molekul

ditekan ke bawah dengan keras, kelebihan sampel akan dipaksa

keluar melalui sebuah lubang berdiameter 3,2 mm pada penutupnya

(Fisher Scientific International, 1992).

Page 8: LAPORAN Nia Bobot Molekul

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, metanol,

kloroform, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca Westphal,

piknometer 25 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 600 mL,

termometer 38 oC, neraca analitik, gelas ukur, pinset, dan pipet tetes.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca Westphal

Pertama, alat neraca Westphal dirangkai sedemikian rupa. Kemudian gelas

ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai batas skala atas. Suhu akuades diukur

dengan termometer kemudian dicatat. Neraca Westphal kemudian diseimbangkan.

Setelah seimbang, penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi akuades.

Kemudian lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih

2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting tersebut diletakkan pada skala lengan

tunggal dimulai anting terbesar sampai anting terkecil, sehingga neraca Westphal

kembali setimbang. Skala yang ada di anting-anting dibaca mulai dari anting terbesar

sampai terkecil kemudian dicatat. Skala itu menunjukkan bobot jenis dari zat. Gelas

ukur dibersihkan dan dikeringkan kemudian percobaan diulang di mana akuades

diganti dengan larutan metanol kemudian kloroform untuk ditentukan kerapatan dan

Page 9: LAPORAN Nia Bobot Molekul

bobot jenisnya. Sebelumnya, penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan dikeringkan.

3.3.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer

Piknometer yang telah bersih dan kering ditimbang. Piknometer diisi dengan

akuades sampai penuh kemudian diimpitkan dan dicatat suhunya. Dinding luar

piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan dari akuades. Piknometer yang

berisi akuades kemudian ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat bobotnya.

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian percobaan diulang di mana

akuades diganti dengan larutan metanol, kemudian kloroform.

Page 10: LAPORAN Nia Bobot Molekul

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal

No

.

Nama

Contoh

Pembacaan SkalaSuh

u

(ºC)

Bobot

jenisAntin

g I A

Antin

g I B

Antin

g III

A

Antin

g III

B

Antin

g III C

Antin

g

IV

1 Akuades 8 4 6 90

29O,819

0

2 Metanol 7 5 6 4 29,5 0,7114

3Klorofor

m 6 8 5

429,5

1,4054

Tabel 2. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

No.Nama

Contoh

Bobot (g)

Suhu (ºC)Piknometer

Kosong

Piknometer +

ContohContoh

1 Akuades 32,6092 54,6928 22,0836 30

2 Metanol 32,6092 50,6777 18,0685 24

3 Kloroform 32,6092 65,1146 32,5054 28

4.2 Perhitungan

4.2.1 Neraca Westphal

a. Akuades

Skala anting I : 8

Page 11: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Skala anting III A : 4

Skala anting III B : 6

Skala anting III C : 9

Skala anting IV : 0

Stg = 0,8190

dtaq (29 oC) = 0,9959 g/cm3

dt4 = St

g x dtaq (29 oC)

= 0,8190 x 0,9959 g/cm3

= 0,8156 g/cm3

b. Metanol

Skala anting I : 7

Skala anting III A : 5

Skala anting III B : 6

Skala anting IV : 4

Stg = 0,7114

dtaq (29,5 oC) = 0,9958 g/cm3

dt4 = St

g x dtaq (29,5 oC)

= 0,7114 x 0,9958 g/cm3

= 0,7084 g/cm3

c. Kloroform

Skala anting I A : 6

Skala anting I B : 8

Skala anting III : 5

Skala anting IV : 4

Stg = 1,4054

Page 12: LAPORAN Nia Bobot Molekul

dtaq (29,5 oC) = 0,9958 g/cm3

dt4 = St

g x dtaq (29,5 oC) = 1,4054 x 0,9958 g/cm3 = 1,3995 g/cm3

4.2.2 Piknometer

a. Akuades

Bobot piknometer + akuades = 54,6928 gram

Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram

-

Bobot akuades = 22,0836 gram

Sgt =bobot akuades

bobot akuades

¿22,0836 gram22,0836 gram =1,0000

daqt (30℃ )=0,9957 g/cm3

d4t =Sg

t x daqt (30℃ )

d4t =1,0000 x0,9957 g /cm3

= 0,9957 g/cm3

b. Metanol

Bobot piknometer + metanol = 50,6777 gram

Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram

Bobot metanol = 18,0685 gram

Sgt =bobot metanol

bobot akuades

¿18,0685 gram22,0836 gram = 0,8182

daqt (24℃ )=0,9973 g/cm3

Page 13: LAPORAN Nia Bobot Molekul

d4t =Sg

t x daqt (24℃ )

d4t =0,8182 x0,9973 g/cm3 = 0,8160 g/cm3

c. Kloroform

Bobot piknometer + kloroform = 65,1146 gram

Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram

Bobot kloroform = 32,5054 gram

Sgt =bobot kloroform

bobot akuades

¿32,5054 gram22,0836 gram

= 1,4719

daqt (28℃ )=0,9962 g/cm3

d4t =Sg

t x daqt (28℃ )

d4t =1,4719 x0,9962 g/cm3

= 1,4663 g/cm3

4.3 Pembahasan

Kerapatan dan bobot jenis merupakan sifat atau karakteristik yang dapat

membantu dalam mengidentifikasi suatu zat, karena setiap zat memiliki nilai

kerapatan dan bobot jenis yang berbeda. Kerapatan adalah perbandingan antara bobot

suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada suhu 4 oC. Sedangkan bobot jenis

adalah perbandingan antara bobot zat dengan bobot air pada suhu yang sama.

Kerapatan dapat pula diperoleh dengan cara mengalikan bobot jenis zat dengan

kerapatan air pada suhu tertentu.

Page 14: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Dalam percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan dengan

menggunakan neraca Westphal dan piknometer. Pada neraca Westphal, pengukuran

dilakukan dengan memasukkan penyelam ke dalam contoh kemudian menambahkan

anting pada lengan neraca sampai seimbang. Saat anting diletakkan di lengan neraca,

digunakan pinset untuk memegang anting. Hal ini dilakukan untuk menghindari

materi lain yang ada pada tangan yang akan berpengaruh pada hasil pengukuran.

Skala anting dihitung untuk mendapatkan nilai bobot jenisnya (Stg).

Sedangkan pada piknometer, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan

dengan cara mengukur bobot piknometer yang kosong, kemudian mengukur bobot

piknometer yang telah berisi contoh. Selisih antara keduanya merupakan bobot

contoh. Nilai perbandingan bobot contoh dengan bobot aquades merupakan nilai

bobot jenis (Stg). Sebelum menimbang piknometer, baik yang kosong maupun yang

berisi contoh, terlebih dahulu piknometer dibersihkan sampai terlihat tidak ada

kotoran. Karena adanya kotoran atau materi lain tentunya akan mempengaruhi hasil

pengukuran. Tidak lupa pada kedua metode, setiap contoh dihitung suhunya untuk

menentukan nilai dtaq yang dibutuhkan dalam perhitungan.

Dari percobaan yang dilakukan dengan menggunakan neraca Westphal,

diperoleh bobot jenis akuades 0,8190 dengan kerapatan 0,8156 g/cm3 pada suhu 29

oC, bobot jenis metanol 0,7114 dengan kerapatan 0,7084 g/cm3 pada suhu 29,5

oC, dan bobot jenis kloroform 1,4054 dengan kerapatan 1,3995 g/cm3 pada suhu 29,5

oC. Sedangkan untuk metode yang menggunakan piknometer, diperoleh bobot jenis

akuades 1,0000 dengan kerapatan 0,9957 g/cm3 pada suhu 30 oC, bobot jenis metanol

0,8182 dengan kerapatan 0,8160 g/cm3 pada suhu 24 oC, dan bobot jenis kloroform

1,4719 dengan kerapatan 1,4663 g/cm3 pada suhu 28 oC. Adapun secara teori,

Page 15: LAPORAN Nia Bobot Molekul

nilai kerapatan ketiganya pada suhu 20 oC adalah akuades: 0,997 g/cm3, metanol:

0,791 g/cm3, dan kloroform: 1,499 g/cm3 (Atkins, 1986).

Seharusnya, data yang diperoleh pada percobaan sama dengan data secara

teori. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Hal ini dapat saja terjadi karena

kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan, atau adanya kesalahan dalam

pembacaan skala. Selain itu, kedua alat yang digunakan juga memiliki kekurangan,

serta ada pula faktor eksternal yang mempengaruhi hal ini, contohnya suhu. Sehingga

didapatkan data hasil percobaan yang sedikit berbeda dengan teorinya.

Page 16: LAPORAN Nia Bobot Molekul

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal,

diperoleh bobot jenis akuades 0,8190 dengan kerapatan 0,8156 g/cm3 pada suhu 29

oC, bobot jenis metanol 0,7114 dengan kerapatan 0,7084 g/cm3 pada suhu 29,5

oC, dan bobot jenis kloroform 1,4054 dengan kerapatan 1,3995 g/cm3 pada suhu 29,5

oC. Sedangkan untuk metode yang menggunakan piknometer, diperoleh bobot jenis

akuades 1,0000 dengan kerapatan 0,9957 g/cm3 pada suhu 30 oC, bobot jenis metanol

0,8182 dengan kerapatan 0,8160 g/cm3 pada suhu 24 oC, dan bobot jenis kloroform

1,4719 dengan kerapatan 1,4663 g/cm3 pada suhu 28 oC.

5.2 Saran

Saya memberi saran untuk percobaan agar penentuan kerapatan dan bobot

jenis dengan menggunakan aerometer juga dilakukan pada percobaan ini, agar lebih

banyak lagi metode yang dapat dipelajari oleh praktikan. Sekaligus juga untuk

menambah keterampilan praktikan dalam melakukan percobaan di laboratorium

Kimia Fisika.

Page 17: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Saya juga memberi saran untuk laboratorium agar semua westafel diperbaiki

agar praktikan lebih mudah mencuci alat-alat, tidak antri, dan cepat. Selain itu, udara

di laboratorium agak panas. Mungkin hal ini dapat ditanggulangi, minimal dengan

kipas angin.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P., dan Paula, J.D., 1986, Physical Chemistry, edisi kedelapan, Oxford University Press, New York.

Burns, R.A., 1992, Fundamentals of Chemistry, edisi kedua, Prentice Hall, New Jersey.

Fisher Scientific International, 1992, The Fisher Catalog (1510-1511), Fisher Scientific Company, New York.

Seese, W.S., dan Daub, G.H., 1977, Basic Chemistry, edisi kedua, Prentice Hall, New Jersey.

Segal, B.G., 1985, Chemistry Experiment and Theory, John Wiley & Sons, New York.

Shoemaker, D.P., Garland, C.W., dan Nibler, J.W., 1989, Experiments in Physical Chemistry, edisi kelima, Tennessee University Press, New York.

Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., Fauziah, S., 2012, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Zumdahl, S.S., 1997, Chemistry, edisi keempat, Illinois University Press, New York.

Page 18: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Lampiran 1. Bagan kerja

A. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca Westphal

- Diisi ke dalam gelas ukur secukupnya sampai batas skala atas.

- Diukur dan dicatat suhunya.

- Penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur tersebut.

- Lengan neraca diatur sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari

permukaan cairan.

- Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal sampai neraca

Westphal kembali setimbang.

- Skala dibaca mulai dari anting yang terbesar sampai terkecil, kemudian

dicatat hasil pengamatan.

- Akuades diganti dengan contoh lain yaitu metanol dan kloroform

setelah sebelumnya penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan

dikeringkan.

Akuades

Data

Page 19: LAPORAN Nia Bobot Molekul

B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer

- Diisi ke dalam piknometer (sebelumnya piknometer yang kosong sudah

ditimbang).

- Ditutup dan dicatat suhunya.

- Dinding luar piknometer dibersihkan dan dikeringkan dengan

menggunakan kertas tissue.

- Piknometer yang berisi akuades ditimbang dengan menggunakan neraca

analitik dan dicatat bobotnya.

- Akuades diganti dengan contoh lain setelah sebelumnya piknometer

dibersihkan dan dikeringkan.

Data

Akuades

Page 20: LAPORAN Nia Bobot Molekul

C

E

B

A

D

F

Lampiran 2. Gambar neraca Westphal dan piknometer

G

Gambar 1. Neraca Westphal

Keterangan

A : Dasar statif, berfungsi sebagai dasar neraca.

B : Tiang statif, berfungsi untuk menyesuaikan tinggi neraca terhadap wadah zat

yang diukur bobot jenisnya.

C : Lengan neraca, berfungsi sebagai tempat anting sehingga neraca menjadi

setimbang.

D : Gelas ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot jenisnya.

Page 21: LAPORAN Nia Bobot Molekul

A

B

C

E : Penyelam, berfungsi sebagai alat pengukur bobot jenis yang dibaca berdasarkan

kesetimbangan lengan neraca.

F : Anting, berfungsi sebagai penentu nilai bobot jenis pada skala.

G : Sekrup, berfungsi untuk menyesuaikan keseimbangan.

Gambar 2. Piknometer

Keterangan

A : Tutup piknometer yang disertai dengan termometer, berfungsi untuk menutup

piknometer dan mengukur suhu cairan dalam piknometer.

B : Tabung ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot

jenisnya sekaligus untuk menentukan volume pas dari sejumlah massa cairan.

C : Pipa kapiler, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan mencegah

terbentuknya gelembung udara dalam tabung ukur.

Page 22: LAPORAN Nia Bobot Molekul

LEMBAR PENGESAHAN

Page 23: LAPORAN Nia Bobot Molekul

Makassar, 4 Mei 2012

Asisten Praktikan

SUHENDRA ISKANDAR ARNIATI LABANNI’NIM. H311 09 NIM. H311 10 006