40
LAPORAN OBSERVASI PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP PERINTIS 29 SEMARANG Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Rombel 28 yang diampu oleh Dr. Awalya, M. Pd., Kons. dan Sigit Hariyadi, S. Pd., M. Pd. Oleh : Aulia Parahita 4301413050 i

Laporan Observasi Bk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendidikan

Citation preview

LAPORAN OBSERVASI

PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP PERINTIS 29 SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Rombel 28 yang diampu oleh Dr. Awalya, M. Pd., Kons. dan Sigit Hariyadi, S. Pd., M. Pd.

Oleh :Aulia Parahita4301413050

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

HALAMANPENGESAHAN

Laporan observasi yang berjudul Peran Guru Bidang Studi Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Perintis 29 Semarang yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Khusus Bimbingan dan Konseling, oleh :Nama: Aulia ParahitaNim: 4301413050Rombel: 028Program studi: Pendidikan Kimia, S1Fakultas: Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamLaporan ini telah disahkan olehdosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konselingpada :Hari:KamisTanggal:19 Juni 2014

Mengetahui :Dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dr. Awalya, M. Pd., Kons.NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Observasi dengan judul Peran Guru Bidang Studi Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Perintis 29 Semarang. Laporan Observasi ini disusun sebagai tugas akhir Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling.Dalam menyelesaikan Laporan Observasi ini penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Awalya dan Bapak Sigit Hariyadi selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing penulis dalam menyusun Laporan Observasi.2. Ibu Sri Hartati selaku Guru Bidang Studi IPS SMP Perintis 29 Semarang yang telah bersedia untuk diwawancarai penulis sebagai narasumber dalam Laporan Observasi.3. Teman-teman semua yang telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Observasi ini tepat pada waktunya.Dalam penyusunan Laporan Observasi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Namun saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dami menyempurnakan Laporan Observasi ini.Semoga Laporan Observasi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan yang berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka membangun bangsa dan negara.

Semarang,15 Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULiHALAMAN PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIivBAB I PENDAHULUAN1Latar Belakang1Rumusan Masalah1Tujuan Observasi2Manfaat Observasi2Sistematika Penulisan2BAB IILANDASAN TEORI4Masalah-masalah Siswa Sekolah Lanjutan4Peran Guru Bidang Studi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling 6Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan dan Konseling9BAB IIIMETODOLOGI OBSERVASI12Setting Observasi12Persiapan Observasi12Teknik Pengumpulan Data12Teknik Analisis Data13BAB IVHASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN14BAB V PENUTUP18Simpulan18Saran18DAFTAR PUSTAKA20LAMPIRAN21Lampiran 1. Pedoman Wawancara21Lampiran 2. Lembar Biodata Narasumber22Lampiran 3. Dokumentasi23

ii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangProses pendidikan di sekolah tentu terkait dengan berbagai pihak. Setiap pihak memiliki fungsi dan perannya. Masing-masing peran ini saling melengkapi dan berjalan bersama. Dari peran-peran yang ada, peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya menyampaikan materi pelajaran, hanya akan menimbulkan kebosanan pada siswa. Jika ditambah dengan tidak memberi bimbingan, hubungan antara guru dengan siswa akan kaku. Disini guru juga harus memahami setiap siswanya. Masalah-masalah yang dihadapi siswa terutama dalam mengenali dirinya. Ini dapat menggambarkan tugas guru tidak hanya menjelaskan materi. Tetapi guru memiliki peran dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa. Dimana guru bidang studi yang memiliki waktu lebih banyak bertatap muka dengan para siswa dibanding guru BK sendiri. Ini menjadi nilai tambah bagi guru bidang studi untuk dapat menjalani perannya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Diharapkan dengan peran guru bidang studi ini dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, baik dalam masalah belajar maupun di luar pembelajaran sekolah.Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru serta begitu pentingnya bimbingan dan konseling bagi para siswa di sekolah, maka penulis bermaksud untuk memaparkan sebuah laporan yang akan membahas tentang peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di SMP Perintis 29 Semarang.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Perintis 29 Semarang?2. Bagaimana peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Perintis 29 Semarang?

C. Tujuan ObservasiTujuan kegiatan observasi peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ini adalah :1. Untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling rombel 28 yang diampu oleh Ibu Awalya dan Bapak Sigit Hariyadi.2. Untuk mengetahui pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Perintis 29 Semarang.3. Untuk mengetahui peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Perintis 29 Semarang.

D. Manfaat ObservasiAdapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan observasi peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ini adalah :1. Menambah pengetahuan dan saran bagi penulis maupun pembaca sebagai calon guru bidang studi dalam melakukan perannya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.2. Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintahan, Dinas Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.3. Semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru bidang studi di lapangan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

E. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan laporan observasi Peran Guru Bidang Studi Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ini sebagai berikut :1. BAB I Pendahuluan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Observasi, Metode Observasi, dan Sistematika Penulisan.2. BAB II Landasan teori Masalah-masalah Siswa Sekolah Lanjutan Peran Guru Bidang Studi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan dan Konseling3. BAB III Metodologi Observasi Setting observasi, Persiapan observasi, Teknik pengumpulan data, dan Teknik analisis data.4. BAB IV Hasil Observasi dan Pembahasan 5. BAB V Penutup Kesimpulan Saran

BAB IILANDASAN TEORI

A. Masalah-Masalah Siswa Sekolah Lanjutan1. Pengertian MasalahMasalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Ciri-ciri MasalahSebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Pravitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah yaitu :a. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanyab. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lainc. Ingin (perlu) dihilangkan.Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri di atas. Suatu masalah juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun orang lain, dan ingin dihilangkan. Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk siswa sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.3. Jenis-jenis Masalah Siswa Sekolah LanjutanSikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja. Berikut beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain :1) Masalah emosiEmosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irrasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala seperti mudah marah dan dirangsang emosi meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagai lembaga formal bertanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju kedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui program layanan informasi, layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling kelompok.2) Masalah Penyesuaian DiriRemaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik sesama remaja maupun dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Yang menjadi masalah adalah apabila remaja salah bergaul, misalnya dalam kelompok pamakai obat terlarang, minuman keras dan perilaku negatif lainnya. Untuk itulah maka sekolah harus membantu dalam penyesuaian dirinya. Melalui penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan bakat dan minat baik lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan.3) Masalah Perilaku SeksualPada masa ini remaja mulau tertarik pada lawan jenis, bersikap romantis, yang diikuti keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian lawan jenis. Sebagai akibatnya remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi dan mengatasi masalah itu, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, yaitu memasukkan pendidikan seks ke dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya tentang reproduksi pada pelajaran biologi, seks yang baik dalam bidang agama, dan lain-lain. 4) Masalah Perilaku SosialTanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yang berbeda. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama dan tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan lainnya.5) Masalah MoralMasalah moral remaja ditandai dengan adanya ketidakmampuan remaja membedakan yang benar dan yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sekolah menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan pendidikan budi pekerti.6) Masalah KeluargaSebab umum pertentangan keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, dan sikap yang sangat kritis pada remaja. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar yang kuno harus mengikuti standar modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula.

B. Peranan Guru Bidang Studi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di SekolahImplementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua :a) Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di KelasGuru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaja dan moh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi bimbingan dalam proses mengajar itu merupakan salah satu kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan kompetensi ini tampak dalam kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa dan suasana belajarnya.Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, Rochman Natawidjaya dan Moh. Surya dalam Soetjipto dan Kosasi (2009 : 108) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu : a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mempu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenanagkan.d. Pemahaman siswa secara empatik.e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.f. Penampilan diri secara ahli (genuine) tidak berpura-pura di depan siswa.g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.h. Penerimaan siswa secara apa adanya.i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Abu ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningktakan motivasi belajar siswa, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri siswa.b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembanagn sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-temannya. d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan kemampuannya.e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya. Berhubung guru relatif lama dengan para siswanya, maka kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk memahami potensi siswa. Guru dapat menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usahakan bimbingan tersebut dapat dilaksanakan.

Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut: Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.

Tugas utama guru kelas dalam layanan BK adalah sebagai berikut:1. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.2. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling.3. Mengalihtangankan (merujuk) siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.4. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program perbaikan dan program pengayaan, atau remedial teaching).5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing6. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling7. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan siswa, seperti : bersikap respek kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan reward kepada siswa yang menampilkan perilaku/prestasi yang baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi sebagai uswah hasanah.8. Bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan pada siswa dengan perbandingan 1 : 150 orang

b) Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di luar KelasTugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:a) Memberikan pengajaran perbaikan (ramedial teaching)b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswac) Melakukan kunjungan rumah (home visit)d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk: Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain. Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara kelompok. Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pengajaran secara bersama-sama. Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas. Memupuk rasa kegotongroyongan.

C. Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan dan KonselingAda beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa: a) Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dituntut untuk memahami harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. b) Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih pekat terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menganggu kegiatan kelancaran kelas. Guru mempunyai kesempatan yang luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan mempunyai masalah. Dengan demikian masalah-masalah itu dapat diatasi sedini mungkin, sehingga para siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani oleh suatu permasalahan.c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata. Berhubung guru mempunyai kesempatan yang terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa, yang menyangkut masalah pribadi siswa, baik kelebihan dan kekurangannya. Dalam keadaan seperti itu peran guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Ada keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) dalam kerjasama untuk pelayanan bimbingan disekolah, yaitu :Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:1) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga konselor masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara intensif.2) Keterbatasan konselor keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya.Sedangkan, guru mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer Partowisastro (1982), keterbatasan-keterbatasan guru antara lain :a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu. b) Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa. Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna memberikan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Kegiatan semacam ini disebut sebagai referensi kasus (case conference). Bila guru menemui masalah yang sudah berada diluar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor.

BAB IIIMETODOLOGI OBSERVASI

Membahas atau membicarakan metode observasi dalam Peran Guru Bidang Studi Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang berarti membahas setting observasi, persiapan observasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam observasi ini.

A. Setting ObservasiSetting observasi Peran Guru Bidang Studi Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ini adalah sebagai berikut :1. Lokasi penelitian: SMP Perintis 29 Semarang2. Subyek penelitian (sample): Guru Bidang Studi IPS 3. Metode yang digunakan: Lembar biodata narasumber Wawancara4. Tahun Pelajaran/ Semester: 2013/2014 Semester Genap5. Lingkungan fisik sekolah: Pedesaan6. Nama Observer: Aulia Parahita7. Mitra Observer : Guru bidang studi IPS (Sri Hartati, S. Pd.)

B. Persiapan ObservasiObservasi ini merupakan observasi mengenai Peran Guru Bidang Studi Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Langkah-langkah persiapan observasi ini adalah :1. Meminta izin kepada Ibu Sri Hartati, guru bidang studi IPS SMP Perintis 29 Semarang.2. Membuat rencana tindakan, meliputi :a) Menyusun lembar biodata narasumber.b) Menyusun pedoman wawancara dengan guru bidang studi.

C. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dalam observasi ini diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada guru bidang studi SMP Perintis 29 Semarang yang dilakukan observer. Penentuan teknik tersebut didasarkan kemampuan yang dimiliki observer dan mekanisme yang ditugaskan dosen pengampu bimbingan dan konseling kepada observer.Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :a) Lembar Biodata NarasumberGuru Bidang Studi mengisi lembar biodata narasumber yang tertandatangani yang diberikan observer guna sebagai bukti telah melakukan observasi. Lembar biodata narasumber terlampir.b) WawancaraPedoman wawancara yang digunakan dalam melakukan wawancara kepada guru bidang studi IPS SMP perintis 29 Semarang terlampir. Hasil wawancara akan dibahas dalam BAB IV Hasil Observasi dan Pembahasan.

D. Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu suatu teknik atau metode pembahasan permasalahan yang sifanya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Penulis melakukan teknik analisis data dengan :1. Mengumpulkan dan mempelajari hasil observasi yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan salah satu guru bidang studi di SMP Perintis 29 Semarang.2. Menyimpulkan hasil observasi dari wawancara tersebut tentang peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.3. Memberikan saran.

BAB IVHASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASANPada bab ini penulis akan mencoba menyajikan data hasil observasi dan hasil analisis data dari observasi yang telah dilakukan pada hari Sabtu, 14 Juni 2014 di SMP Perintis 29 Semarang mengenai Peran Guru Bidang Studi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dengan metode wawancara kepada guru bidang studi IPS, Ibu Sri Hartati. Penulis akan menjelaskan satu per satu jawaban dari pertanyaan yang diajukan saat wawancara tersebut. Berikut penjelasan dan analisisnya :Pertanyaan pertama yang diajukan mengenai pengertian Bimbingan dan Konseling menurut narasumber. Antara kata Bimbingan dan Konseling keduanya memiliki pengertian yang berbeda tetapi saling berhubungan. Bimbingan itu sendiri berarti suatu bantuan. Bantuan disini bukan dalam arti sempit. Misalnya, seorang kakak yang membantu adiknya mengerjakan tugas sekolah. Bantuan yang semacam ini bukan bantuan dalam arti bimbingan. Maksud dari bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah oleh orang dewasa (orang tua, guru, masyarakat) kepada seseorang atau beberapa individu (anak-anak, remaja maupun orang dewasa). Bimbingan dilakukan agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Sedangkan konseling maksudnya suatu kegiatan yang dilakukan orang ahli khususnya di sekolah yaitu guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi para siswa serta membantu siswa dalam merencanakan masa depan (akademik maupun karir). Kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan dengan wawancara oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah yang akhir tujuannya dengan terselesaikannya masalah tersebut.Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan. Karena perannya sangat membantu siswa dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Bimbingan dan konseling juga berperan menjadikan siswa mandiri dan lebih mengenali diri pribadinya. Ibu Sri Hartati sebagai guru bidang studi telah melakukan atau menerapkan bimbingan dan konseling kepada siswa saat beliau mengajar. Dengan predikat sebagi guru bidang studi, beliau memiliki nilai tambah untuk dapat melaksanakan bimbingan dan konseling kepada siswanya. Jam masuk pelajaran atau waktu tatap muka dengan siswa lebih sering dibandingkan dengan guru BK, Ibu Sri dapat mengenali dan memahami masalah-masalah yang sering dihadapi siswa. Ketika siswanya melakukan suatu kesalahan atau masalah dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, Ibu Sri mengingatkan siswa agar tidak mengganggu. Kemudian setelah jam pelajaran selesai, Ibu Sri memanggil siswa tersebut dan bertatap muka, seorang guru dengan siswanya. Disini yang dilakukan Ibu Sri adalah mengingatkan dan memberi saran serta motivasi agar siswanya bisa lebih berkembang dan tidak senang mengganggu proses belajar mengajar selanjutnya. Mengenai masalah yang sering ditimbulkan oleh anak didik salah satunya yaitu siswa berbicara jorok dan membolos. Berbicara jorok disini yeitu berbicara yang tidak sesuai aturan seperti nama binatang diucapkan dan mengejek teman dengan menyebutkan nama orang tua. Kebiasaan seperti ini dibawa siswa dari lingkungan tempat tinggal, dimana siswa tinggal di lingkungan yang rata-rata penduduknya dengan pendidikan rendah, sopan dan santunnya masih kurang. Selanjutnya, sering bolosnya siswa tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan. Faktor yang menyebabkan seringnya siswa membolos adalah faktor ekonomi dan rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Faktor ekonomi, disini siswa yang bersekolah di SMP Perintis 29 Semarang rata-rata dari keluarga dengan penghasilan rendah. Alasan siswa membolos yaitu ongkos untuk berangkat ke sekolah yang tidak ada.Sikap Ibu Sri dalam menanggapi siswa yang bermasalah tersebut, beliau selalu menasehati jika mendengar siswanya berbicara jorok untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut dan apabila siswa telah melewati batas sopan santun, beliau memberi hukuman terhadap siswa tersebut agar timbul efek jera dan tidak akan mengulangi kebiasaan berbicara jorok. Sedangkan untuk siswa yang sering membolos dengan alasan tidak ada ongkos untuk berangkat sekolah, beliau memberi uang saku, baik hanya sebesar Rp 5.000,-. Tujuan beliau memberikan uang saku agar siswa tersebut memiliki kesadaran dan semangat untuk berangkat ke sekolah.Ketika siswa tetap saja melakukan hal tersebut, Ibu Sri akan mengalihtangankan siswa tersebut kepada BK. Hal pertama yang dilakukan beliau yaitu mencoba menyelesaikan masalah siswanya sendiri. Ketika beliau tidak bisa menyelesaikan, beliau mengalihtangankan siswa tersebut kepada wali kelas, dimana wali kelas lebih dekat dengan siswa. Dan apabila wali kelas mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah siswa tersebut, selanjutnya wali kelas mengalihtangankan kepada BK untuk menindaklanjuti.Dalam menyelesaikan masalah yang dialami siswa, Ibu Sri sebagai guru bidang studi melakukan kerja sama dengan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang membutuhkan layanan BK. Beliau selalu memperhatikan tingkah laku dan masalah-masalah yang dirasakan siswa. Beliau juga melaporkan kepada guru BK, saling berbagi cara dalam mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan masalah. Ibu Sri memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK. Beliau memberikan izin dan waktu untuk siswa curhat atau mengatakan keluh kesahnya dan masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik pada saat jam istirahat maupun saat jam pelajaran berlangsung. Memang benar dengan julukan BK adalah polisi sekolah. BK dianggap sebagai tempat yang menyeramkan. Hal ini menjadikan siswa merasa takut untuk datang ke ruangan BK. Sehingga peran BK yang selama ini tidak berjalan semestinya. Siswa takut dikarenakan di SMP Perintis 29 Semarang ini menerapkan sistem point kesalahan. Dimana ketika siswa melakukan kesalahan seperti melanggar tata tertib sekolah, maka point kesalahan siswa akan dicatat yang nantinya akan dilaporkan kepada orang tua siswa. Sebagai mitra guru BK, Ibu Sri sebagai guru bidang studi juga melakukan berbagai jenis pelayanan orientasi informasi. Misalnya, beliau memberikan informasi kepada siswa kelas akhir yang beliau ajar mengenai sekolah-sekolah lanjutan yang ada di Semarang dan sekitarnya dengan kualitas yang terbaik untuk siswanya dan saat akan diselenggarakan perlombaan beliau memberikan informasi kepada siswanya terutama yang berprestasi di kelas untuk ikut berpartisipasi.Sebelum memulai pelajaran, Ibu Sri selalu memberikan motivasi kepada siswanya di kelas. Ini dilakukan agar siswa semangat dalam mengikuti pelajaran dan mampu memahami apa yang disampaikan. Usaha yang dilakukan Ibu Sri dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, salah satunya yaitu setelah menerangkan materi beliau selalu menanyakan kepada siswa Apakah ada pertanyaan ? atau Apa ada kesulitan?. Begitu juga ketika beliau memberikan tugas, beliau selalu mempersilakan siswanya untuk bertanya.Kesan dan pesan yang dirasakan Ibu Sri dalam keterlibatannya menjalani peran BK di sekolah. Kesannya, beliau merasakan lebih mensyukuri dengan apa yang telah beliau miliki. Dengan siswanya yang memang berasal dari keluarga yang tidak berada. Merasa puas dengan yang dilakukan karena dapat membantu siswanya dalam mengatasi masalah yang dialami dan bisa lebih dekat dengan siswa. Sedangkan pesannya, berbanggalah menjadi seorang pengajar (guru) karena telah ikut mencerdaskan bangsa.Pertanyaan terakhir yang penulis ajukan kepada Ibu Sri, saran untuk penulis sebagai calon guru, dimana guru bidang studi berperan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sarannya yaitu ketika menjadi guru nantinya, jangan menjadi guru galak karena siswa akan merasa takut dan kegiatan belajar mengajar akan berlangsung kaku dan membosankan. Sabar, guru harus sabar dalam menerangkan materi kepada siswa karena kemampuan setiap siswa berbeda-beda serta jika tidak sabar maka yang ada hanya marah-marah yang akhirnya tidak jadi mengajar. Semangat dalam mengabdi !. Simpulan sementara yang dapat diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah bahwa :1. Dilihat dari peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Perintis 29 Semarang menunjukkan bahwa guru bidang studi telah melakukan perannya dalam membantu siswa dalam mengatasi masalah. 2. Dilihat dari kemampuan guru dalam membantu mengatasi masalah siswa, guru mengalihtangankan masalah siswa kepada wali kelas dan selanjutnya ditangani oleh BK apabila memang tidak bisa mengatasi sendiri.3. Guru bidang studi sebagai mitra guru BK melakukan kerja sama dalam pengidentifikasian siswa yang membtuhkan layanan BK.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil observasi peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pada guru bidang studi IPS SMP Perintis 29 Semarang, Ibu Sri Hartati dapat disimpulkan :1. Program Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan sekali dalam dunia pendidikan karena sebagai sumber/acuan untuk melakukan kegiatan bimbingan dan konseling yang tertata dan tidak dilakukan seingat guru yang melaksanakannya. 2. Program Bimbingan dan Konseling dibuat agar dapat mencegah masalah-masalah yang akan terjadi kepada siswa dan supaya siswa di berikan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan perkembangan usianya.3. Ibu Sri sebagai guru bidang studi IPS telah melakukan perannya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di tempat beliau mengajar SMP Perintis 29 Semarang.4. Guru bidang studi dan guru BK melakukan kerja sama dalam mengidentifikasi siswa yang membutuhkan layanan BK.5. Sesuai dengan kemampuan menyelesaikan masalah, guru bidang studi akan mengalihtangankan masalah siswa kepada BK yang sebelumnya kepada wali kelas terlebih dahulu apabila memang guru bidang studi sudah tidak bisa membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.

B. SaranAdapun saran yang dapat penulis sampaikan :1. Program Bimbingan konseling sangat penting sekali. Untuk itu pihak-pihak yang terkait didalam dunia pendidikan harus saling mendukung terhadap adanya program ini. 2. Dinas pendidikan alangkah baiknya memberikan acuan program bimbingan konseling kepada setiap sekolah sebagai sumber untuk menjalakan Bimbingan dan Konseling di sekolahnya masing-masing.3. Memang seharusnya guru lah yang membuat program Bimbingan dan Konseling tetapi nyatanya di lapangan guru sering mengabaikan tentang program bimbingan dan Konseling ini. Ketika siswa mendapatkan masalah baru Bimbingan dan Konseling berjalan, padahal Bimbingan dan Konseling ini di peruntukan bukan hanya pada siswa yang mempunyai masalah, tetapi juga siswa yang mempunyai kecerdasan atau bahkan yang mempunyai bakat dan potensi yang menonjol.

DAFTAR PUSTAKASoetjipto, Kosasi, Raflis. 2009. Profesi keguruan. Jakarta : Rineka cipta.Awalya, dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UNNES Press.Wiriaatmadja, Rochiati, Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PPS UPI dan Remaja Rosdakarya.

LAMPIRANLampiran 1. Pedoman Wawancara1. Assalamualaikum Ibu, sebelumnya terimakasih atas waktu yang sudah bapak berikan kepada saya.2. Langsung saja Ibu, terlebih dahulu saya akan menanyakan biodata mengenai Ibu yang meliputi nama lengkap, alamat rumah, nomor telepon, mengajar bidang studi apa, pendidikan terakhir, dan pengalaman mengajar ?3. Baik saya rasa cukup Ibu untuk biodatanya, saya langsung ke pertanyaan pertama Ibu, menurut anda apa pengertian dari BK?4. Menurut Ibu, pentingkah BK dalam kegiatan persekolahan?5. Apakah Ibu menerapkan bimbingan konseling kepada siswa? Metode seperti apa yang Ibu gunakan?6. Biasanya masalah apa saja yang sering ditimbulkan oleh anak didik Ibu?7. Bagaimanakah sikap Ibu dalam menanggapi siswa yang bermasalah tersebut?8. Ketika anak tersebut tetap saja melakukan hal tersebut, apakah Ibu akan mengalihtangankan si anak kepada BK?9. Apakah ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang membutuhkan layanan BK?10. Apakah guru mapel juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan layanan BK? (Misalnya saja, ketika pelajaran si anak membutuhkan pelayanan BK dengan beberapa alasan logis dan harus meninggalkan kelas)11. Banyak siswa mengatakan bahwa BK itu polisi sekolah, dan siswa menjadi takut jika berurusan dengan BK, bagaimana menurut Ibu?12. Sebagai mitra seprofesi, apakah Ibu juga melakukan berbagai jenis pelayanan orientasi informasi, misalnya apa Bu?13. Apakah Ibu sering memberikan motivasi di kelas terhadap para siswa?14. Adakah usaha Ibu dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa?15. Kesan dan pesan Ibu dalam keterlibatannya menjalani peran BK di sekolah ?16. Untuk pesannya sendiri Bu?17. Pertanyaan yang terakhir Ibu, saran Ibu buat saya sebagai calon guru, bagaimana baiknya mendukung kegiatan BK di sekolah?18. Baik Ibu terimakasih atas waktu dan kesediaan Ibu untuk saya wawancara, saya mengucapkan terimakasih banyak.

Lampiran 2. Lembar Biodata Narasumber BIODATA NARASUMBER

Nama Lengkap:NIP:Alamat Rumah:

Nomor Telepon:

Guru Bidang Studi:Pendidikan Terakhir:Pengalaman Mengajar:

Semarang, ..... Juni 2014Guru Bidang Studi .......................

()NIP.

Lampiran 3. Dokumentasi

Guru Bidang Studi IPS SMP Perintis 29 Semarang, Ibu Sri Hartati sedang mengisi Lembar Biodata Narasumber yang disediakan observer.

Observer sedang melakukan wawancara kepada Ibu Sri Hartati mengenai peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Observer dan narasumber foto bersama setelah melakukan wawancara.