Upload
dinhthuy
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN OBSERVASI KELAS
PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB
Disusun oleh :
Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa
1. PENDAHULUAN
Pembelajaran faktor persekutuan terbesar (FPB) di sebagian besar sekolah di
Indonesia selama ini terlalu berfokus dan dititik beratkan pada aspek kalkulasi
semata, yang mana cara pengelompokan faktor dari pasangan bilangan dalam
pangkat terbesar atau terkecil adalah lazim. Seperti yang kita ketahui bahwa
kemampuan kalkulasi yang baik dapat sangat memudahkan siswa dalam
mengerjakan soal-soal rutin, namun sayangnya mayoritas siswa kita yang
memiliki kemampuan kalkulasi yang baik tidak diimbangi dengan pemahaman
mendalam dari konsep Matematika yang membelakangi tiap kalkulasi yang
mereka tangani. Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa pakar pendidikan
Matematika di Indonesia mengadopsi suatu pendekatan pembelajaran yang
banyak digunakan dinegara-negara maju, yaitu Realistic Mathematics Education
(RME). Pendekatan ini dikembangkan di Belanda oleh Hans Freudental pada
tahun 1977 dan di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI).
PMRI adalah pendekatan yang menekankan pada penggunaan konteks dalam
proses pembelajaran untuk menanamkan pemahaman konsep matematika kepada
siswa. Dimana pendekatan ini memiliki beberapa karakteristik yaitu (de Lange
dalam Zulkardi, 2005:14);
1) Penggunaan masalah kontekstual
2) Penggunaan berbagai model
3) Kontribusi siswa
4) Interaktifitas
5) Keterkaitan
Kelima karakteristik ini dinilai sangat sesuai untuk menyampaikan konsep-
konsep Matematika khususnya pada anak usia sekolah dasar.
Konteks memainkan peran utama dalam RME, yang mana ia dipilih dengan hati-
hati dengan maksud membuat Matematika lebih mudah dipahami siswa. Konteks
juga berperan sebagai model yang dapat secara rutin digunakan siswa sampai
pada titik dimana mereka merasa mampu berkerja tanpa bantuan model . Konteks
yang dipilih berperan sebagai jembatan penghubung antara masalah dengan
kontribusi siswa, sehingga konteks yang tepat akan sangat menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran. Kelas yang menerapkan matematika realistik
merupakan kelas yang penuh dengan interaksi dan dinamis sehingga situasi
“gaduh” adalah normal, lebih jauh lagi Van den Heuvel-Panhuizen (2002)
menerangkan kenapa ini dipandang penting, “ By listening to what others find
out and discussing these findings, the students can get ideas for improving their
strategies. Moreover the interaction can evoke reflection, which is necessary to
reach a higher level of understanding”.
Kami telah menyusun suatu desain pembelajaran yang menekankan konteks pada
materi faktor persekutuan terbesar yang merupakan materi yang diajarkan kelas
4. Desain ini kami terapkan di kelas Ibu Astri pada tanggal 21 November 2012
pukul 12.15, tepatnya dikelas IVA SDN 21 Palembang, yang mana beliau telah
mempelajari desain kami dan setuju untuk menerapkannya dikelas.
2. KERANGKA UMUM DESAIN PEMBELAJARAN
Desain ini disusun dengan mengacu pada karakteristik-karakteristik utama dari
PMRI. Adapun kerangka pembelajaran yang kami rencanakan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Konteks yang digunakan dalam pembelajaran FPB ini yaitu masalah-masalah
situasional yang relatif nyata bagi siswa. Dalam hal ini konteks yang
digunakan yaitu mengenai pembagian kartu bergambar .
Model yang digunakan berupa strategi siswa membagikan kartu bergambar.
Mengingat rata-rata kemampuan bahasa anak kelas 4 sudah mencukupi untuk
memahami perintah sederhana dalam lembar kerjanya, kami berasumsi
mereka dapat memahami persoalan dan mampu memunculkan jawaban.
Kontribusi dari siswa yang diharapkan muncul dalam pembelajaran yaitu
siswa mencoba memecahkan masalah dengan cara dan gayanya sendiri untuk
memperoleh jawaban, namun dengan tetap mempertahankan keabsahan dari
logika yang mereka pilih.
Kelas yang terdiri dari 37 siswa ini dibagi kedalam 9 kelompok kecil, hal ini
dimaksud agar tiap siswa dapat saling berinteraksi dengan teman dalam
kelompoknya, sehingga terjadi pertukaran informasi yang diharapkan
memancing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep dasar dari
faktor persekutuan terbesar.
Pembelajaran dikaitkan dengan materi yang telah siswa dipelajari, yaitu
faktor persekutuan dua bilangan.
Desain pembelajaran yang telah dibuat oleh tim observer diajukan kepada Guru,
kemudian Guru memberikan komentar terhadap langkah-langkah pembelajaran yang
tertulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru memperbaiki dari segi
penggunaan kalimat pada cerita yang disampaikan pada kegiatan inti. Kemudian
Guru setuju untuk melaksanakan desain pembelajaran tersebut bersama tim observer.
3. PENERAPAN DESAIN PEMBELAJARAN DI KELAS
Berikut laporan hasil kegiatan pembelajaran dikelas IVA SDN 21 Palembang,
pada materi FPB (Faktor Persekutuan Terbesar):
Ibu Astri membuka pelajaran dengan mengingatkan siswa mengenai materi yang
telah dipelajari sebelumnya faktor suatu bilangan. Selanjutnya Ibu Astri
menunjukkan setumpuk kartu bergambar kepada siswa, sambil mengajukan
beberapa pertanyaan.
Guru Menunjukkan Setumpuk Kartu Bergambar
Adapun interaksi antara guru (G) dan siswa (S) yang berupa diskusi ringan dapat
dilihat dalam cuplikan percakapan berikut:
G: “Ibu punya setumpuk kartu bergambar. Coba kalian tebak, kira-kira berapa
banyak lembar kartu bergambar yang Ibu pegang ini?”
(Semua siswa memberikan jawaban yang beragam.)
S1: “20 Bu”
S2: “25 Bu”
S3: “50 Bu”
G: “Nah sekarang seandainya Ibu mau membagikan kartu bergambar ini kepada
kalian semua secara adil, minimal berapa lembar kartu bergambar yang harus
Ibu punya?”
(Salah seorang siswa langsung bisa menjawab pertanyaan Guru dengan benar
yaitu 37 lembar, tetapi Guru masih memberi kesempatan kepada siswa lain
untuk menyampaikan jawabannya.)
S1: “37 Bu.”
S2: “60”
S3: “30”
G: “Yang tadi jawab 60, coba jelaskan alasannya!”
S2: “Masing-masing 2 lembar Bu, jadi harus 60 lembar.”
G: “Bagaimana yang lain, apakah cukup 60 lembar untuk kalian semua, dan
masing-masing mendapat 2 lembar kartu bergambar?”
S: “Tidak cukup, Bu. Masih kurang.”
G: “Lalu, berapa minimal kartu yang harus Ibu punya apabila ingin membagikan
kepada kalian semua?”
(Siswa berpikir sejenak, dan secara serentak menjawab.)
S: “37 Bu”
G: “Mengapa 37?”
S: “Karena jumlah semua siswa 37, jadi masing-masing 1 lembar kartu
bergambar.”
Setelah kegiatan apersepsi, siswa dibagi kedalam 9 kelompok kecil. Selanjutnya
Guru dan tim observer membagikan kartu bergambar dan LKS (Lembar Kegiatan
Siswa) kepada masing-masing kelompok.
Kegiatan inti diawali dengan penyampaian cerita mengenai pembagian kartu
bergambar oleh Guru. Ceritanya sebagai berikut:
“Saleh mempunyai 8 lembar kartu bergambar Hello Kity dan 12 lembar kartu
bergambar Naruto. Saleh mau membagikan kartu bergambar tersebut kepada
teman-temannya, dengan syarat kartu Naruto dibagi secara adil kepada tiap anak,
begitu juga kartu Hello Kitty, dimana tiap anak harus mendapatkan kedua jenis
kartu bergambar tersebut.”
Siswa Dibagi Menjadi 9 Kelompok Kecil
Selanjutnya Ibu Astri memberikan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan:
a. Berapa orang teman paling banyak yang dapat Saleh berikan kartu bergambar?
b. Berapa lembar kartu bergambar Naruto dan Hello Kity yang didapat tiap
anak?
Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjawab dengan strategi
mereka sendiri. Petunjuk yang diberikan hanyalah berupa tabel yang ada di LKS.
Siswa diberikan waktu 15 menit untuk menyelesaikan soal tersebut bersama-sama
dengan anggota kelompoknya.
Siswa Menyelesaikan Masalah dengan Strategi Informal
Guru dan tim observer berkeliling untuk mengamati pekerjaan siswa. Terdapat
kelompok yang belum memahami maksud dari soal, sehingga Guru harus
menjelaskan ulang kepada kelompok tersebut. Tetapi ada beberapa kelompok
yang terlihat langsung menyelesaikan soal. Setelah itu, setiap kelompok mencoba
menyelesaikan masalah tersebut dengan membagikan setiap jenis kartu ( Naruto
dan Hello Kity ) kepada 1 orang, 2 orang dan seterusnya sesuai yang tertera pada
LKS hingga mereka mendapatkan kepada berapa orang saja jumlah kartu tersebut
habis dibagi. Beberapa kelompok harus mencoba beberapa kali dalam
membagikan tiap jenis kartu dengan jumlahnya masing – masing, hal ini
dikarenakan masih ada siswa yang belum menguasai perkalian, sehingga guru dan
tim observer harus memberi bimbingan bagaiman caranya membagi kartu – kartu
tersebut kepada sejumlah anak yang diinginkan. Sedangkan kelompok yang lain
langsung menentukan kepada berapa anak saja setiap jenis kartu tersebut habis
dibagi.
Siswa membagikan tiap jenis kartu kepada Siswa langsung menuliskan berapa banyak
sejumlah orang yang diinginkan. kartu jika dibagikan kepada sejumlah
orang yang diinginkan.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, Guru meminta dua siswa
perwakilan dari dua kelompok yang telah dipilih untuk menampilkan jawaban
yang telah mereka kerjakan di depan kelas.
Siswa Menuliskan Jawaban di Papan Tulis
Guru mengajak siswa untuk menganalisa jawaban yang tertulis di papan. Terlihat
perbedaan dari jawaban tersebut. Kelompok pertama menuliskan dengan tepat
banyaknya orang yang bisa sama-sama dibagikan 12 kartu Naruto dan 8 kartu
Hello Kitty dimana dengan tepat jumlah setiap jenis kartu tersebut habis dibagikan
kepada jumlah orang tersebut . Mereka pun hanya mengisi kolom pada tabel yaitu
kolom 1 orang, 2 orang, dan 4 orang dengan jumlah kartu yang dibagikan berturut
– turut adalah 12 kartu Naruto dan 8 Kartu Hello kity untuk 1 orang, 6 kartu
Naruto dan 4 kartu Hello Kitty untuk 2 orang dan 3 kartu naruti dan 2 kartu Hello
Kitty untuk 4 orang. Sedangkan kelompok kedua menuliskan semua kemungkinan
jumlah orang yang bisa dibagikan 12 kartu Naruto dan 8 kartu Hello Kitty.
Sehingga mereka mengisi kolom pada tabel mulai dari kolom untuk 1 orang
sampai 12 orang. Kemudian kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan
atau saran dari jawaban tersebut. Dari diskusi singkat mengenai jawaban yang
ditampilkan, Guru menjelaskan bahwa semua jawaban dari tiap kelompok benar.
Hanya saja strategi yang mereka gunakan berbeda-beda.
Dari penyelesaian informal yang telah dilakukan siswa, Guru membimbing siswa
untuk mencapai penyelesaian formal mengenai menentukan FPB dari 8 dan 12.
Berdasarkan data pada tabel yang diisi siswa pada LKS, Guru memberikan
pemahaman kepada siswa bahwa angka-angka yang mereka tuliskan sebagai
banyaknya orang yang tepat dibagikan untuk setiap jenis kartu merupakan faktor
dari masing – masing jumlah dari dua jenis kartu tersebut dengan kata lain faktor
dari 8 dan 12. Sehingga siswapun dapat melihat bahwa faktor dari 12 adalah, 1, 2,
3, 4, 6, dan 12. Sedangkan faktor dari 8 adalah 1, 2, 4 dan 8. Gurupun menggiring
siswa kepada bentuk perkalian dimana banyaknya orang dikalikan dengan jumlah
kartu yang mereka terima hasilnya sama dengan jumlah kartu pada tiap jenis. Dari
bentuk perkalian, siswa diingatkan lagi bahwa setiap angka yang muncul dari
perkalian tersebut adalah faktor dari 12 dan 8.
12 = 1 x 12 8 = 1 x 8
2 x 6 2 x 4
3 x 4 4 x 2
4 x 3 8 x 1
6 x 2
12 x 1
Kemudian untuk dapat menentukan faktor persekutuan dari dua bilangan tersebut,
Guru menuntun dengan memberi pertanyaan bilangan – bilangan mana saja yang
muncul sebagai faktor dari 12 dan juga sebagai faktor dari 8. Akhirnya untuk
menentukan FPB dari 8 dan 12 Guru meminta siswa untuk melihat dari faktor –
faktor yang sama tersebut manakah yang terbesar.
Guru Membimbing Siswa untuk Memahami Strategi Formal
Selanjutnya siswa diberikan bentuk soal yang sama, hanya angkanya saja yang
berbeda yaitu 10 dan 20. Dalam menyelesaikan soal ini, siswa masih
menggunakan kartu bergambar untuk memudahkan mereka dalam mencari faktor
dari 10 dan 20. Tetapi setelah mereka menemukan jawaban dengan bantuan kartu
bergambar, mereka diharuskan untuk menuliskan bentuk perkalian dari angka-
angka yang mereka anggap sebagai faktor dari 10 dan 20 seperti yang telah
dijelaskan Guru sebelumnya.
Setelah menyelesaikan soal nomor dua, perwakilan dari dua kelompok diminta
untuk menuliskan jawaban di papan. Semua kelompok sepakat dengan jawaban
yang ditampilkan. Ini mengindikasikan siswa telah memahami konsep FPB
dengan baik. Oleh karena itu, Guru memberikan satu soal untuk mengevaluasi
pemahaman siswa. Sebelumnya tim observer telah meminta siswa untuk
mengumpulkan LKS dan media kartu bergambar yang digunakan. Sehingga pada
saat menyelesaikan soal evaluasi, siswa sudah menggunakan penyelesaian formal,
dan tidak lagi tergantung pada media kartu bergambar.
Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Secara Individual
Setelah 15 menit berlalu, siswa diminta mengumpulkan kertas jawaban mereka.
Selanjutnya Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.
Hal ini dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dan
mengingatkan siswa kembali mengenai konsep FPB. Pelajaran ditutup Guru
dengan memberikan tugas untuk dikerjakan siswa secara individu di rumah.
4. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kegiatan observasi kelas ini adalah:
Siswa cenderung tertarik untuk menjawab persoalan matematika apabila
mereka memahami konteks dari persoalan tersebut.
Penggunaan dan pemilihan model dinilai sudah tepat, karena sebagian besar
siswa mengandalkannya untuk menjawab masalah yang diajukan.
Sebagian besar siswa dinilai telah memahami konsep FPB dengan baik
dilihat dari hasil evaluasi. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan dalam menentukan FPB. Hal ini disebabkan siswa
tersebut belum menguasai materi perkalian dan pembagian.
Interaksi antar siswa dalam kelompok memancing perdebatan antar mereka
terkait alasan dari jawaban mereka.
Berikut adalah iceberg dari aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran FPB
(Faktor Persekutuan Terbesar).
FPB Pemahaman formal tentang
8 dan 12 FPB
adalah 4
Siswa menuliskan faktor-faktor
dari 8 dan 12
Menentukan FPB dengan
kartu bergambar
Cerita tentang pembagian
kartu bergambar
Gambar 5. Iceberg