29
PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI I. PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan Dalam percobaan ini akan ditunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida CH 3 COOC 2 H 5 + OH - CH 3 COO - + C 2 H 5 OH adalah orde kedua. Disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya. Penentuan ini dilakukan dengan cara titrasi. 1.2. Latar Belakang Teori Dalam kinetika kimia dijelaskan pengaruh laju reaksi terhadap konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu laju reaksi yang diperoleh berdasarkan eksperimen. Selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan akan terurai sedangkan molekul produk akan terbentuk sehingga dapat diamati proses suatu reaksi melalui penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan konsentrasi produk. Sehingga kecepatan reaksi dapat dimonitor dari perubahan konsentrasi reaktan dan produk. Untuk reaksi stokiometri sederhana seperti: A B Maka untuk mengungkapkan kecepatan reaksi dalam konteks perubahan konsentrasi antara reaktan atau produk adalah:

Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PRAKTIKUM KIMIA FISIK

Citation preview

Page 1: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

I. PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Dalam percobaan ini akan ditunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat

oleh ion hidroksida

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

adalah orde kedua. Disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya.

Penentuan ini dilakukan dengan cara titrasi.

1.2. Latar Belakang Teori

Dalam kinetika kimia dijelaskan pengaruh laju reaksi terhadap konsentrasi

reaktan dan mengetahui mekanisme suatu laju reaksi yang diperoleh berdasarkan

eksperimen. Selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan akan terurai

sedangkan molekul produk akan terbentuk sehingga dapat diamati proses suatu reaksi

melalui penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan konsentrasi produk.

Sehingga kecepatan reaksi dapat dimonitor dari perubahan konsentrasi reaktan dan

produk. Untuk reaksi stokiometri sederhana seperti:

A BMaka untuk mengungkapkan kecepatan reaksi dalam konteks perubahan konsentrasi

antara reaktan atau produk adalah:

Kecepatan pembentukan produk tidak memerlukan tanda minus (-) karena

bernilai positif. Untuk suatu reaksi umum yaitu:

aA + bB cC + dD

persamaan diatas merupakan persamaan perubahan laju konsentrasi setiap unsurnya

dibagi dengan koefisiennya dalam keadaan setimbang. Adapun laju reaksi dari

persamaan tersebut dapat dinyatakan dengan:

Sehingga, laju reaksi atau kecepatan reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan

konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi tiap satuan waktu.

Page 2: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

.

Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi

yang berlangsung sangat cepat misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida

dan natrium hidroksida, demikian pula reaksi pembentukan endapan perak klorida

antara larutan perak nitrat dan larutan natrium klorida. Dalam kehidupan sehari-hari

dapat dijumpai reaksi yang berlangsung lambat misalnya perkaratan besi. Penentuan

laju reaksi dapat diukur dengan menggunakan gelombang cahaya yang akan diserap

oleh salah satu reaktan atau produk sehingga panjang gelombang tertentu sebanding

dengan konsentrasinya. Dalam suatu reaksi kimia, hampir semua kecepatan reaksi

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:

1. Sifat Kimia dari Reaktan

Perbedaan reaktivitas kimia merupakan faktor utama yang menentukan kecepatan

reaksi. Beberapa reaksi kimia dapat berlangsungsecara cepat, namun reaksi yang

lain dapat berlangsung sangat lambat. Sebagai contoh, reaksi logam natrium

dengan air berlangsung sangat cepa tetapi reaksi logam besi dengan uap air

membentuk karat berlangsung cukup lambat.

Nilai konstanta kecepatan tergantung pada sifat reaktan. Jika konstanta kecepatan

(k) besar maka reaksi berlangsung cepat sehingga waktu yang diperlukan oleh

reaktan berubah menjadi produk berlangsung singkat. Reaksi-reaksi ionik

biasanya berlangsung cepat sedangkan reaksi yang melibatkan ikatan kovalen

biasanya lebih lambat.

2. Kemampuan Reaktan Berinteraksi

Kebanyakan reaksi melibatkan dua reaktan atau lebih. Agar reaksi berlangsung,

reaktan-reaktan harus mampu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Umumnya

reaksi yang dilangsungkan dalam fase cair (larutan) dan fase gas berlangsung

lebih cepat terjadi. Hal ini dikarenakan dalam keadaan cair atau gas, partikel-

partikel reaktan dapat bertumbukan dengan mudah dengan yang lainnya.

3. Konsentrasi Reaktan

Kecepatan reaksi, baik reaksi homogen maupun reaksi heterogen dipengaruhi

oleh konsentrasi reaktan. Makin besar konsentrasi, makin cepat laju, meskipun

1

Page 3: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

tidak selalu demikian. Pereaksi yang berbeda, konsentrasinya dapat

mempengaruhi laju reaksi tertentu dengan cara yang berbeda.

4. Temperatur Sistem

Semua reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat pada temperatur sistem yang

lebih tinggi. Hal ini disebabkan semakin tinggi temperatur maka semakin cepat

gerakan partikel-partikel penyusun reaktan, maka semakin besar peluang partikel-

partikel tersebut bertumbukan.

5. Katalis

Katalis merupakan suatu zat yang dapat menambah kecepatan reaksi kimia

dengan cara menurunkan energi aktivasi. Katalis akan menambah kecepatan suatu

reaksi tanpa mengalami perubahan pada akhir reaksi Katalis dapat membentuk

senyawa intermediet tetapidia akan dibebaskan kembali pada akhir reaksi.

Dalam suatu reaksi kimia terdapat suatu Hukum Kecepatan Reaksi dimana

dalam hukum tersebut dinyatakan bahwa kecepatan suatu reaksi berhubungan dengan

konsentrasi zat-zat yang terlibat. Dalam reaksi:

aA + bB cC + dD

Untuk menghitung kecepatan reaksinya dapat digunakan rumus:

Dimana k merupakan konstanta kecepatan. Persamaan diatas dikenal dengan Hukum

Kecepatan Reaksi yang menghubungkan kecepatan suatu reaksi dengan konstanta

kecepatan dan konsentrasi reaktan. Jumlah semua pangkat yang ada pada semua

konsentrasi dalam Hukum Kecepatan Reaksi disebut Orde Reaksi. Orde reaksi ini

menggambarkan bentuk matematik dimana hasil percobaan dapat ditunjukkan dan

orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen. Jeni-jenis orde reaksi yaitu:

1. Reaksi Orde Satu

Suatu reaksi berorde satu dapat dinyatakan dengan:

A produk

Sehingga =

Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui bahwa untuk reaksi berorde satu:

2

Page 4: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

ln C – ln C = - k t

C = Co e-k t

2. Reaksi Orde Dua

Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:

a. Reaksi umum :

A produk

Maka:

= k

b. Reaksi umum:

A + B produk

Maka :

3. Reaksi Orde Nol

Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara matematis hukum kecepatan reaksi

berorde nol ini adalah:

V = k

Adapun penentuan orde reaksi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Metode Integral

Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari

data konsentrasi dan waktu. Misal untuk reaksi orde dua,

k orde dua =

b. Metode Grafik

3

Page 5: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data

eksperimen.

c. Metode Laju-Awal

Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang

berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang orde reaksi.

Untuk reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dengan cara titrasi

dapat dapat dibuat persamaan reaksinya yaitu:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

Meskipun reaksi diatas bukan reaksi sederhana, namun ternyata reaksi tersebut

merupakan reaksi orde kedua dengan hukum laju reaksinya yaitu:

- (1)

atau sebagai:

(2)

dimana:

a = konsentrasi awal ester (M)

b = konsentrasi awal ion OH- (M)

x = jumlah ester atau basa yang bereaksi (M)

k1 = tetapan laju reaksi

Persamaan (2) dapat diintergasi dengan memperhatikan konsentrasi awal yaitu:

1. Jika a = b

Bila konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi:

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

4

Page 6: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Persamaan mengungkapkan bahwa aluran

terhadap t merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1.

2. Jika a ≠ b

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

atau

Menurut persamaan diatas, jika dialurkan terhadap t maka

akan diperoleh garis lurus dengan arah lereng k (a-b)

II. METODE PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan Kimia

2.1.1. Alat

5

Page 7: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Labu volumetris 250 mL

Pipet volume 1 mL ; 10 mL dan 20 mL

Labu erlenmeyer bertutup 250 mL dan 100 mL

Labu erlenmeyer 250 mL

Buret 10 mL

Botol semprot

Pipet tetes

Stopwatch

2.1.2. Bahan Kimia

Etil asetat p.a

Larutan NaOH 0,02 M

Larutan HCl 0,02 M

Indikator fenolftalein

Akuades

2.2. Cara Kerja

1. Sebanyak 0,5 mL larutan etil asetat 10,165 M dipipet ke dalam labu volumetris

250 mL lalu diencerkan sampai tanda batas untuk mendapatkan larutan etil asetat

dengan konsentrasi 0,02 M sebanyak 250 mL.

2. Larutan NaOH dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 200 mL dan

Larutan HCl dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 150 mL.

3. Dengan menggunakan pipet, sebanyak 100 mL larutan NaOH 0,02 M dan

100 mL etil asetat 0,02 M dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup.

Sementara itu sebanyak 20 mL larutan HCl 0,02 M dipipet ke dalam

masing-masing 5 buah labu erlenmeyer lainnya.

4. Selanjutnya larutan etil asetat ditambahkan dengan cepat ke dalam larutan NaOH

dan dikocok dengan baik. Pada saat kedua larutan tersebut bercampur, stopwatch

dijalankan.

5. Lima menit setelah reaksi dimulai, 10 mL dari campuran reaksi dipipet dan

dimasukkan ke dalam salah satu labu yang berisi 20 mL larutan HCl itu dan

6

Page 8: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

diaduk dengan baik. Kelebihan HCl segera dititrasi secepat mungkin dengan

larutan standar NaOH 0,02 M.

6. Pengerjaan pada no.5 dilakukan pada waktu 15, 30, dan 60 menit setelah waktu

reaksi.

7. Sisa campuran reaksi dalam erlenmeyer bertutup dipanaskan hingga mendidih

untuk mempercepat reaksi. Konsentrasi OH− kemudian ditentukan seperti pada

pengerjaan no. 5.

III. DATA PERCOBAAN

t (menit) Volume HCl (mL) Volume camp. (mL) Volume NaOH (mL)

5 10 10 10,00

15 10 10 10,55

30 10 10 11,00

60 10 10 11,05

10 10 11,10

Massa piknometer awal = 11,55 gram

Massa piknometer + etil asetat = 20,37 gram

Massa etil asetat = 8,82 gram

IV. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan Etilasetat 0,02 M

Diketahui : Mr etil asetat = 88,00 g/mol

Massa piknometer awal = 11,55 gram

Massa piknometer + etil asetat = 20,37 gram

Massa etil asetat = 8,82 gram

Ditanya : V1 = . . . . . . . . ?

Jawab :

Mol etil asetat =

7

Page 9: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

= 0,01 mol

M etilasetat dalam 1000 mL =

= 1M

V1 . M1 = V2 . M2

V1 =

= = 5 mL

Jadi, volume etil asetat yang harus dipipet untuk membuat larutan etil asetat 0,02

M sebanyak 250 mL adalah 5 mL.

2. Penentuan Konsentrasi Awal dari Larutan Etil Asetat

Diketahui : [NaOH] = 0,02 M

[HCl] = 0,02 M

V NaOH = 50 mL

V HCl = 10 mL

V NaOH titrasi = 20,80 mL

Ditanya : Konsentrasi etil asetat awal = . . . . . . .?

Jawab :

mol NaOH titrasi = [NaOH] x V NaOH titrasi

= 0,02 M x 20,80 mL

= 0,4160 mmol

mol HCl sisa = mol NaOH titrasi

= 0,4160 mmol

mol HCl total = [HCl] x V HCl

= 0,02 M x 10 mL

= 0,20 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol – 0,4160 mmol

= -0,2160 mmol

8

Page 10: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Reaksi penghentian dari reaksi etil asetat + NaOH :

OH-sisa + HCl bereaksi Cl- + H2O

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= - 0,2160 mmol

mol NaOH total = mol NaOH yang direaksikan dengan etil asetat

mol NaOH total = [NaOH] x V NaOH

= 0,02 M x 50 mL

= 1 mmol

mol NaOH bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa

= 1 mmol – (-0,2160) mmol mmol

= 1,2160 mmol

Reaksi : etil asetat (100 mL) + NaOH (100 mL) Na asetat + etil OH

Sehingga mol etil asetat mula-mula = mol NaOH bereaksi

= 1,2160 mmol

mol etil asetat mula-mula = 1,2160 mmol

Volume campuran = 100 mL

Konsentrasi etil asetat mula-mula =

=

= 0,0122 M (sebagai a)

Jadi, konsentrasi etil asetat mula-mula adalah 0,0122 M

3. Harga k dari Konsentrasi OH- yang Bereaksi pada Waktu (t)

Untuk t1 = 5 menit = 300 s

V NaOH titrasi= 10,00mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 10,00 mL x 0,02 M

= 0,2000 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2000 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,20 mmol

9

Page 11: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

= 0 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= 0 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – 0 mmol

= 1,00 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0100 M

k1 =

=

=

=

= 1,2419 mol -1 L s-1

Untuk t2 = 15 menit = 900 s

V NaOH titrasi= 10,55mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 10,55 mL x 0,02 M

= 0,2110 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2110 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2110 mmol

= -0,0110 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0110 mmol

10

Page 12: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0110) mmol

= 1,0110 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0101 M

K2 =

=

=

=

= 0,4329 mol -1 L s-

Untuk t3 = 30 menit = 1800 s

V NaOH titrasi= 11,00 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,00 mL x 0,02 M

= 0,2200 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2200 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2200 mmol

= -0,0200 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0200 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0200) mmol

= 1,0200 mmol

11

Page 13: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0102 M

K3 =

=

=

=

= 0,2278 mol -1 L s-

Untuk t4 = 45 menit = 2700 s

V NaOH titrasi = 11,05 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,05 mL x 0,02 M

= 0,2210 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2210 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2210 mmol

= -0,0210 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0210 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0210) mmol

= 1,0210 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

12

Page 14: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

= 0,0102 M

K4 =

=

=

=

= 0,1533 mol -1 L s-

Untuk t5 = 60 menit = 3600 s

V NaOH titrasi = 11,10 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,10 mL x 0,02 M

= 0,2220 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2220 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2220 mmol

= -0,0220 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0220 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0220) mmol

= 1,0220 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0102 M

K5 =

13

Page 15: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

=

=

=

= 0,1162 mol -1 L s-

4. Tabel yang berisi harga dengan waktu

Dimana : a = b = 0,01220

T

(menit)x

5 0,0100 M 372,5782

15 0,0101 M 394,2233

30 0,0102 M 98,0392

45 0,0102 M 98,0392

60 0,0102 M 98,0392

5. Menghitung harga k rata-rata (untuk HCL = 10 mL)

k rata-rata =

=

=

=

V. PEMBAHASAN

Percobaan penetapan orde reaksi dan tetapan laju reaksi ini bertujuan untuk

mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang terjadi pada reaksi penyabuan antara

etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

14

Page 16: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Dari reaksi diatas, dapat diketahui bahwa reaksi yang terlibat adalah reaksi orde 2.

Sedangkan untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi penyabunan tersebut,

dilakukan percobaan dengan menggunakan metode analisis volumetri yaitu metode titrasi.

Percobaan ini dimulai dengan melakukan penimbangan, dimana massa piknometr

yang telah berisi etil asetat dikurangi dengan massa piknometer awal sehingga memperoleh

berat dari etil asetat sebesar 8,82 gram. Etil asetat kemudian diencerkan sampai volumenya

250 mL. Dalam percobaan ini, konsentrasi awal etil asetat dengan konsentrasi awal NaOH

sama (a = b). Volume NaOH dan Etil Asetat yang dipergunakan dalam praktikum ini juga

sama yaitu 50 mL berbanding 50 mL. Larutan etil asetat 0,02 M direaksikan dengan larutan

NaOH 0,02 M masing-masing sebanyak 50 mL. Larutan etil asetat dibiarkan bereaksi

dengan larutan NaOH, setelah 3 menit campuran larutan direaksikan dengan 20 mL HCL

hal itu dilakukan juga selama selang waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit, 45menit dan 60

menit. Selama selang waktu tersebut, etil asetat akan bereaksi dengan NaOH, dan

selanjutnya setelah selang waktu yang ditentukan, NaOH yang tersisa dalam campuran

direaksikan dengan larutan HCl 0,02 M. Setelah sisa NaOH dalam campuran dinetralkan

oleh larutan HCl, maka kelebihan HCl dititrasi dengan menngunakan basa kuat yaitu

larutan NaOH 0,02. Pada titrasi Larutan NaOH bertindak sebagai titran, sedangkan

campuran yang mengandung sisa HCl sebagai titrat. Dalam proses titrasi ditambahkan

indikator fenolftalein yang berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan

terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Proses titrasi dilakukan pada

selang waktu reaksi 5, 15, 30, 45, dan 60 menit serta setelah pemanasan (waktu tak

terhingga), tujuannya untuk megetahui jumlah HCl yang telah bereaksi dalam campuran

etil asetat-NaOH pada selang waktu tersebut. Apabila terlalu lama, maka etil asetat dalam

campuran dapat menguap, sehingga volume NaOH yang didapat dalam titrasi tidak tepat.

Pemanasan pada campuran etil asetat-NaOH setelah selang waktu 60 menit untuk

waktu tak terhingga bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga reaksi penyabunan cepat

selesai dan mengetahui konsentrasi awal etil asetat dalam campuran. Etil asetat memiliki

sifat yang mudah menguap, sehingga proses titrasi harus dilakukan secepat mungkin.

Demikian pula saat proses memipet maupun saat mereaksikan larutan tersebut harus

dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi penguapan yang dapat menurunkan volume

etil asetat. Pada proses pemanasan sebaiknya indikator PP ditambahkan setelah dilakukan

15

Page 17: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

proses pemanasan, hal ini bertujuan agar dapat menunjukkan titik akhir titrasi karena

apabila PP ditambahkan sebelum pemanasan maka PP akan menguap.

Adapun volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan sisa HCl selama

selang waktu reaksi 5, 15, 30, 45 dan 60 menit serta setelah pemanasan (waktu tak

terhingga) secara berturut-turut adalah 10,00 mL, 10,55 mL , 11,00 mL , 11,05 mL, 11,10

mL dan 20,80 mL. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin banyak sisa asam (HCl)

dalam campuran maka volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam tersebut

juga semakin banyak, demikian juga apabila semakin sedikit sisa asam (HCl) dalam

campuran makan volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam tersebut

semakin sedikit.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan data yang telah diperoleh, maka

diketahui bahwa konsentrasi etil asetat mula-mula yang akan bereaksi dengan NaOH

adalah sebesar 0,0122 M. Nilai ini merupakan nilai a yang akan digunakan dalam

perhitungan selanjutnya, dimana nilai a = b. Dari perhitungan selanjutnya, diperoleh nilai x

(konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu berturut-turut

sebesar 0,0100 M; 0,0101 M; 0,0102 M; 0,0102 M dan 0;0102 M. Dari nilai x ini dapat

dihitung tetapan laju reaksi (k) yang merupakan jumlah molar (M) konsentrasi ion OH−

yang bereaksi pada waktu t. Adapun nilai tetapan k ini dihitung dengan menggunakan

persamaan: k = ini diperoleh nilai tetapan k untuk waktu 5, 15, 30, 45 dan 60

menit secara berturut-turut adalah sebesar 1,2419; 0,4329; 0,2278; 0,1533 dan 0,1162 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar 0,4344 mol -1 L s-1 .

Dari perhitungan, juga diperoleh harga yang nantinya dipergunakan untuk

membuat grafik hubungan antara (sebagai ordinat) terhadap waktu (sebagai

absis) seperti yang terlihat dibawah ini.

16

Page 18: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Grafik sebagai ordinat dan t (waktu) sebagai absis

VI. KESIMPULAN

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan, konsentrasi,

temperatur, waktu dan teori tumbukan.

17

Page 19: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

2. Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia, dan dapat

ditentukan dengan mengukur laju berkurangnya salah satu pereaksi atau laju

terbentuknya suatu produk.

3. Reaksi penyabuan antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-)

merupakan reaksi orde reaksi dua.

4. Titrasi asam basa dilakukan bertujuan untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada

reaksi penyabunan tersebut.

5. Semakin banyak sisa asam (HCl) dalam campuran maka volume NaOH yang

diperlukan untuk menetralkan asam tersebut juga semakin banyak, demikian

pula sebaliknya.

6. Konsentrasi awal etil asetat yang digunakan sebesar 0,01220 M

7. Nilai x (konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu

berturut-turut sebesar 0,0121 M; 0,0121 M; 0,01275 M; 0,0129 M dan 0,01298

M

8. Nilai tetapan k untuk waktu 5; 15; 30; 45 dan 60 menit secara berturut-turut

adalah sebesar 1,2419; 0,4329; 0,2278; 0,1533 dan 0,1162 mol -1 L s-1. Sehingga

diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar 0,4344 mol -1 L s-1.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia ,2001 , Elektro Kimia dan Kinetika Kimia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

18

Page 20: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

Bird, Tony, 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, Gramedia, Jakarta.

Dogra, S.K dan S. Dogra, 1990, Kimia Fisika dan Soal-Soal, Cetakan Pertama, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Karlohadiprodjo, Irma, 1990, Kimia Fisik Jilid 1, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Keenan, CW.,1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1, edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tim Laboratorium Kimia Fisika, 2012, Penuntun Praktikum Kimia Fisika III, Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

LAMPIRAN

A. Jawaban Pertanyaan

1. Karena harga k konstan, maka reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida

adalah reaksi orde kedua

19

Page 21: Laporan Orde Dan Laju Reaksi

2. Cara penentuan orde dari suatu reaksi kimia antara lain:

a. Metode Integral

Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari

data konsentrasi dan waktu.

b. Metode Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data

eksperimen.

c. Metode Laju-Awal

Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang

berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang orde reaksi.

3. Energi pengaktifan merupakan energi minimum yang harus dimiliki

molekul-molekul pereaksi agar menghasilkan reaksi jika saling bertabrakan.

Penentuan energi pengaktifkan secara eksperimen umumnya hampir sama dengan

penentuan tetapan laju reaksi pada suhu tertentu. Dari data tetapan laju yang

diperoleh akan didapatkan nilai energi pengaktifannya dengan persamaan berikut.

B. Data Pengamatan

20