Upload
nia-marcelldarwin
View
632
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan setengah jadi
Citation preview
LAPORAN PANGAN LANJUT
PENGOLAHAN PANGAN SETENGAH JADI
“KRUPUK IKAN TENGGIRI”
OLEH :
KELOMPOK IV B
Puri Sri Rejeki (P07131012019)
Kurnia Philyanti (P07131012021)
A.A Winda Mirantini (P071310102023)
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2013
I. Judul : Pengolahan Pangan Setengah Jadi “Krupuk Ikan tenggiri”
II. Hari/Tanggal : Selasa, 30 April 2013
III. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan pangan setengah jadi dari
golongan Daging dan Ikan serta produk hasil olahannya.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengolahan pangan setengah jadi
“krupuk ikan tenggiri”.
- Mahasiswa dapat mengetahui rendemen bahan setengah jadi (krupuk ikan
tenggiri).
- Mahasiswa dapat mengetahui karateristik bahan setengah jadi (krupuk ikan
tenggiri)
.
IV. Prinsip :
Prinsip pada praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengolah bahan
setengah basah yaitu dari daging dan ikan. Salah satu pengolahannya adalah
membuat krupuk ikan tenggiri. krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari
adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk
dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di
bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.
V. Dasar Teori :
Pangan setengah jadi adalah pangan hasil pengolahan bahan pangan yang
belum siap untuk dikonsumsi dan perlu pengolahan lebih lanjut untuk dapat
dikonsumsi. Pengolahan produk setengah jadi merupakan salah satu cara
pengawetan, terutama untuk komoditas yang berkadar air tinggi, seperti daging
dan ikan. Pengolahan lanjutan aman untuk aman untuk di distribusi, serta
menghemat ruangan dan biaya penyimpanan. Salah satu pengolahannya adalah
dengan menjadikannya kerupuk.
Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal
oleh masyarakat. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau,
rasa, kerenyahan, ketebalan ataupun nilai gizinya (Purba dan Rusmarilin, 2006).
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang, ikan atau bahan perasa yang
lain. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis,
dikeringkan di bawah sinar matahari atau alat pengering lain dan digoreng dengan
minyak goreng yang banyak (Wikipedia, 2011).
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai
makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. Kerupuk udang dan
kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia.
Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci hanya dibuat dari adonan sagu
dicampur garam, bahan pewarna makanan. Kerupuk biasanya dijual di dalam
kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang
ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng (Warintek, 2011).
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai
makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. Kerupuk udang dan
kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia.
Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci hanya dibuat dari adonan sagu
dicampur garam, bahan pewarna makanan. Kerupuk biasanya dijual di dalam
kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang
ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng (Warintek, 2011).
Kerupuk terbuat dari adonan yang bahan utamanya adalah pati. Berbagai
bahan berpati dapat diolah menjadi kerupuk, diantaranya adalah ubi kayu, ubi
jalar, beras, sagu, terigu, tapioka dan talas. Pada umumnya pembuatan kerupuk
adalah sebagai berikut : bahan berpati dilumatkan bersama atau tanpa bumbu,
kemudian dimasak (direbus atau dikukus) dan dicetak berupa lempengan tipis lalu
dijemur yang disebut kerupuk kering. Sebelum dikonsumsi, kerupuk kering
digoreng atau dipanggang terlebih dahulu (Warintek, 2011).
Semakin banyak penambahan bahan baku bukan pati semakin kecil
pengembangan kerupuk pada saat penggorengan dan pengembangan menentukan
kerenyahannya. Granula pati yang tidak terglatinisasi secara sempurna akan
menghasilkan daya pengembang yang rendah selama penggorengan produk
akhirnya. Granulu-granula pati yang terglatinisasi sempurna akan akan
mengakibatkan pemecahan sel-sel pati lebih baik selama penggorengan (Siaw et
al., 1985).
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna
untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman
dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa produk (Winarno et al. 1980).
Dalam pembuatan krupuk melalui tahap pengukusan, pengeringan dan
penggorengan.
Pengukusan adalah proses pemanasan yang sering diterapkan pada
sistem jaringan sebelum pembekuan, pengeringan ataupun pengalengan.
Pengukusan berfungsi untuk menginaktifkan enzim yang akan menyebabkan
perubahan warna, cita rasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki selama
penyimpanan. Tujuan utama pengukusan adalah mengurangi kadar air dalam
bahan baku sehingga tekstur bahan menjadi kompak (Harris dan Karmas, 1989).
Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan
kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang.
Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim
menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup
(Estiasih dan Ahmadi, 1998). Pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas
dan uap air yang memerlukan uap panas untuk menguapkan kandungan air dalam
bahan yang dikeringkan. Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari
permukaannya akan semakin besar dengan meningkatnya suhu udara pengering
yang digunakan (Estiasih dan Ahmadi, 1998). Keuntungan pengeringan adalah
bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi kecil sehingga
mempermudah dan menghemat ruang pengepakan dan pengangkutan, dengan
demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah (Winarno, 1993).
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang dengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng
mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul
disebabkan karena reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi
Maillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula, aldehida dan
keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau
penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan berprotein. Mekanisme
reaksi pencoklatan ini diawali dengan adanya reaksi antara gugus karbonil dari
gula pereduksi dengan gugus amino bebas dari protein atau asam amino dengan
adanya pemanasan akan menghasilkanpigrnen-pigmen melanoidin yang berwarna
coklat (Harrell dan Carpenter, 1977).
VI. Alat dan Bahan
Alat :
o Baskom
o Gelas ukur
o Panci
o Pisau
o Nampan
o Piring
o Timbangan makanan
o Kompor
o sendok
Bahan :
o 150 gr daging ikan tenggiri
o 150 gr tepung tapioka
o 30 cc air matang
o 1 butir telur ayam
o Gula, terasi, dan garam secukupnya
o Daun pisang
VII. Prosedur kerja
1. Praktikan memasuki laboratorium dengan menggunakan jas laboratorium
lengkap.
2. Cucilah alat-alat yang akan digunakan untuk praktek (curve awal).
3. Kukus daging ikan sampai matang, kemudian tumbuk sampai halus
4. Campur tepung tapioka dengan air sedikit demi sedikit, kemudian
masukkan daging, telur, gula, terasi dan garam. Aduk sampai tercampur
rata.
5. Gillas adonan berulang-ulang kali hingga kalis.
6. Bentuk bulat panjang dan pipih, kemudian bungkus dengan menggunakan
daun pisang dan kukus sampai matang.
7. Angkat dari kukusan dan dinginkan.
8. Iris tipis adonan dan jemur dibawah terik matahari selama benar-benar
kering.
9. Kerupuk siap digoreng dan disajikan.
VIII. Hasil Pengamatan
a. Adonan mentah
Faktor pengamatan Hasil pengamatan
Berat 370 gram
Warna Kuning kecoklatan
Tekstur Lembek, kalis
Aroma Khas tenggiri
Rasa Khas tenggiri
b. krupuk setengah jadi (setelah dikukus)
Faktor pengamatan Hasil pengamatan
Berat 400 gram
Warna Coklat kekuningan
Tekstur Kenyal, kalis
Aroma Khas tenggiri
Rasa Khas tenggiri
c. krupuk setengah jadi (setelah di jemur)
Faktor pengamatan Hasil pengamatan
Berat 190 gram
Warna kuning kehijauan
Tekstur Keras
Aroma Khas tenggiri
Rasa -
d. krupuk jadi (Setelah Digoreng)
Faktor pengamatan Hasil pengamatan
Berat 250 gram
Warna Kuning keemasan
Tekstur Garing, renyah
Aroma Khas tenggiri
Rasa gurih, terasa bumbunya
e. Gambar
Adonan krupuk
Krupuk setelah di kukus
Krupuk setelah di jemur
Krupuk setelah di goreng
IX. Perhitungan
Rendemen I (dari adonan sampai sudah krupuk sudah digoreng)
Rendemen = Berat masak
Berat mentahbersih x 100%
= 25037 0
x 100%
= 67,567%
Rendemen II (dari bahan setelah dikukus sampai menjadi krupuk yang sudah
digoreng)
Rendemen = Berat masak
Berat mentahbersih x 100%
= 250400
x 100%
= 62,5%
Rendemen III (dari bahan setengah jadi sampai sudah krupuk sudah digoreng)
Rendemen = Berat masak
Berat mentahbersih x 100%
= 250190
x 100%
= 131,57 %
X. Pembahasan
Pembuatan kerupuk ikan tenggiri merupakan salah satu cara pengolahan
bahan pangan setengah jadi yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan
ikan tebggiri, meningkatkan cita rasa serta meningkatkan nilai ekonomis. Kerupuk
ikan tenggiri dibuat dari campuran tepung tapioka, ikan tenggiri, telur dan bumbu
bumbu lainnya.
Kerupuk terbuat dari adonan yang bahan utamanya adalah pati. Pada
umumnya pembuatan kerupuk adalah sebagai berikut : bahan berpati dilumatkan
bersama atau tanpa bumbu, kemudian dimasak (direbus atau dikukus) dan dicetak
berupa lempengan tipis lalu dijemur yang disebut kerupuk kering. Sebelum
dikonsumsi, kerupuk kering digoreng atau dipanggang terlebih dahulu. Untuk
merekatkan ikan dengan tepung ditambahkan 1 butir telur ayam sehingga bahan
menjadi adonan yang kalis.
Dalam pembuatan kerupuk ikan tenggiri juga tidak terlepas dari penambahan
bumbu – bumbu. Dalam pembuatan kerupuk ikan tenggiri ini kami menambahkan
bumbu berupa bawangputih, lada, gula, penyedap rasa dan garam. Gula digunakan
pada berbagai produk makanan. Selain pemberi rasa manis gula dalam konsentrasi
tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula yang tinggi (70%) sudah
dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan. Penambahan gula
bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting.
Gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa dan juga kekentalan.
Daya larut yang tinggi dari gula memiliki kemampuan mengurangi kelembaban
relatif, dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai
dalam pengawetan pangan.
Garam khususnya garam dapur (NaCl) akan dapat menghasilkan berbagai
pengaruh terhadap bahan pangan, terutama dapat menghambat mikrobia-mikrobia
pembusuk yang mengkontaminasi bahan juga dapat mempengaruhi Aw dari bahan
makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia yang tidak
dikehendaki. Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu
untuk menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan rasa selera dan
mempertajam rasa manis.
Setelah semua adonan tercampur rata dan dikukus dengan daun pisang
beratnya menjadi 400 gr lalu melalui tahap pengeringan dibawah sinar terik
matahari selama 4 hari. Tujuan pengeringan untuk menguapkan kandungan air
dalam bahan dan bahan tersebut menyusut menjadi 190 gram saja. Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi kecil
sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengepakan dan pengangkutan,
dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah.
Tahap berikutnya adalah penggorenga. Setelah digoreng krupuk ikan tenggiri
juga mengalami perubahan warna menjadi coklat keemasan, teksturnya
padat,renyah, aromanya khas ikan tenggiri dan rasanya enak dan gurih. Setelah
proses ini juga terjadi kenaikan berat nugget menjadi 250 gr Disini dalam
penggorengan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas,
penambah rasa gurih, dan penambah nilai gizi dan kalori bahan pangan.
Acuan utama yang digunakan dalam penyusunan standar adalah SNI 01-
2713-1992, kerupuk ikan. Adapun syarat mutu kerupuk ikan.
XI. Kesimpulan
a. Pembuatan kerupuk ikan tenggiri melalui beberapa tahap yaitu,
pencampuran bahan dengan bumbu-bumbu, pengukusan, pengirisan
tipis adonan, penjemuran serta penggorengan.
b. Semakin banyak penambahan bahan baku bukan pati semakin kecil
pengembangan kerupuk pada saat penggorengan dan pengembangan
menentukan kerenyahannya
c. Rendemen dari adonan hingga kerupuk digoreng adalah 67,567%,
adapun rendemen dari adonan setelah dikukus hingga menjadi
kerupuk adalah 62,5% dan rendemen dari bahan setengah jadi menjadi
kerupuk yang telah digoreng adalah 131,57%
Daftar isi
Wikipedia, 2013, Kerupuk. Tersedia online : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk
(diakses 5 Mei 2013)
Indah, dkk. 2010 Observasi Pembuatan Kerupuk. Tersedia online : http://indah-
indahdwi.blogspot.com/2010/12/makalah-tentang-pembuatan-kerupuk.html
(diakses 5 Mei 2013)
Anonim, 2010. Pembuatan Kerupuk. Tersedia online :
http://www.scribd.com/doc/79190364/laporan-pembuatan-kerupuk (diakses 5 Mei
2013)
Denpasar, 5 Mei 2013
Penanggungjawab,
Kurnia Philyanti
P07131012021