Upload
others
View
15
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Emergency Response Merapi 2010
Periode : 25 Oktober – 20 Desember 2010
Dibuat oleh :
POSKO BERSAMA FORUM PENGURANGAN RESIKO BENCANA EMPAT DESA (NGARGOMULYO, SENGI, SUMBER, DAN KRINJING)
Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang
1
2
I. Latar Belakang
I.1 Kronologis Kejadian Letusan Merapi
Secara administratif, Gunung Merapi terletak di wilayah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DIY. Gunung Merapi ini merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan rata‐rata letusan 2, 4 ‐ 7 tahun sekali. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 jam 17.15 WIB yang mengakibatkan korban meninggal tidak sedikit, hilangnya mata pencaharian masyarakat, rusaknya bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, dan sarana prasarana jalan, dll. Khusus di wilayah Kabupaten Sleman, data yang diperoleh menunjukkan bahwa sedikitnya 25 orang meninggal dunia akibat letusan merapi di desa Kinahrejo Kabupaten Sleman, Jogjakarta. Letusan Gunung Merapi tersebut diikuti dengan hujan kerikil dan abu vulkanik di wilayah KRB 3 ( Kawasan Rawan bencana ) Kabupaten Magelang yang meliputi Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung, dan sebagian di Kecamatan Sawangan. Sebagai langkah antisipasi untuk meminimalisir jatuhnya korban di wilayah Kecamatan Srumbung, Kecamatan Dukun dan sebagian Kecamatan Sawangan adalah melakukan kegiatan evakuasi bagi para warganya. Kegiatan evakuasi di kecamatan dukun meliputi 4 desa, yakni Ngargomulyo, Krinjing, Sumber dan Sengi. Di desa Sengi belum seluruh warganya dievakuasi dan hanya 2 dusun ( Gowok Pos dan Gowok Sabrang ) karena pada saat itu desa Sengi dianggap sebagai daerah yang masih aman dari ancaman merapi. Dalam upaya mengantisipasi dampak bencana merapi tersebut, Forum PRB di masing – masing desa melakukan kegiatan evakuasi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, dan pemerintah desa. Dalam kontek ini FPRB berberan sebagai pelaksana dan pengendali kegiatan penanganan bencana di masing – masing desa. Langkah awal yang dilakukan adalah memberikan infromasi kepada masyarakat tentang rencana evakuasi, pendataan pengungsi di masing – masing dusun, mengumpulkan warga di titik kumpul (di balai desa), dan selanjutnya mengantar (membawa) masyarakat ke titik pengungsian dengan menempatkan salah satu anggota forum/perwakilan masyarakat sebagai ketua rombongan barak. Situasi pasca bencana merapi, kesiapsiagaan pemerintah Kabupaten Magelang sangat terbatas dalam mengantisipasi dampak bencana seperti kegiatan evakuasi, kesediaan logistik bagi para pengungsi, dll. Hal ini menyebabkan selama kurang lebih 48 Jam pengungsi belum tertangani dengan baik, baik dari aspek ketersediaan fasilitas pengungsian, maupun makanan, obat‐obatan. Dampak lebih lanjut sebagian pengungsi terutama lansia dan anak‐ anak kondisinya cukup memprihatinkan.
Pada tanggal 5 November 2010 Merapi kembali meletus dengan daya eksplosif lebih besar ketimbang letusan tanggal 26 Oktober 2010, mengeluarkan awan panas dan abu vulkanik ke berbagai arah melalui sungai‐sungai yang berhulu pada Gunung Merapi. Merapi dinyatakan dalam status awas (kondisi krisis) sehingga pihak PVMBG mengeluarkan surat edaran kepada masyarakat agar di Radius 20 Km dari merapi harus dikosongkan. Dengan adanya status merapi tersebut ternyata menyebabkan kekacauan masyarakat di lokasi pengungsi, terutama mereka ingin mencari daerah titik aman dari bahaya letusan merapi. Selanjutnya dilakukan relokasi evakuasi untuk daerah pengungsian dari semula radius 10 Km menjadi lebih dari 20 Km yang dianggap aman untuk tempat pengungsian. Jumlah awal pengungsi 9.000 orang dan setelah dilakukan relokasi jumlah pengungsi melonjak 10 kali lipat. Perubahan status ini menyebabkan kesiapsiagaan pemerintah semakin tidak menentu, masyarakat mencari dan menyelamatkan diri ke tempat‐tempat yang lebih aman yang dilakukan secara swadaya. Setelah letusan besar tersebut, pada tanggal 6 ‐ 8 November 2010 terjadi letusan secara terus menerus, sehingga hampir 3 hari terjadi hujan pasir dan abu vulkanik di seluruh wilayah Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Sleman. I.2 Kronologis Pengungsian Tempat pengungsian • Pada saat letusan awal tanggal 26 Oktober 2010, ada beberapa titik
pengungsian: o Desa Sumber : 2 TPS ( Balai Desa Banyubiru dan Lapangan Garonan ).> Seluruh
Desa
3
I
h
seluruh
o Desa Ngargomulyo : 2 TPS ( lapanganGluduk/ Desa Dukun,KPRKecamatan Dukun ).> Selurudesa.
o Desa Krinjing : 2 TPS ( Balai desa Sewukan dan Lapangan Klangon ).>desa
4
NU dan Balai Muslimat/BKIA Muhamadiyah ) > Hanya 2 dusun.
esa.
TPS ( Balai desa deyangan, SMP Muhamdiyah Mertoyudan, orwil,Dusun Keron,desa Jati, Hall kabupaten Magelang
).> eluruh desa.
esponse Merapi di desa dampingan di wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Secara singkat
sasaran program seperti dipaparkan di bawah ini.
rah rawan bencana merapi. esa ini juga paling parah terkena dampak merapi karena beberapa tanaman dan hutan
i terkena abu vulkanik sangat tebal.
ah yang lebih aman. Desa Sumber termasuk wilayah awan bencana merapi karena desa ini dilewati dua sungai yang berhulu di merapi, yaitu
n sungai lamat.
berhulu di gunung merapi, yaitu sungai APU /Pabelan dan Sungai Tlising. Jarak Desa Sengi
o Desa Sengi : 2 TPS ( Balain muslimin / Gedung
• Pada saat letusan tanggal 5 November 2010.
o Desa Sumber: 9 TPS (Gedung KPU, GKI, SMA Sanjaya, Vanlith, lapangan tembak salaman, SMP Marsudirini, dsb).> Seluruh d
o Desa Ngargomulyo: 4 TPS (SMA Vanlith,STM PL, Susteran dan SMP Marsudirini, SMKK Pius Magelang ).> Seluruh desa.
o Desa Krinjing : 7 STT mertoyudan,Bak
so Desa Sengi : 30 TPS
I.3 Intervensi Program Emergency Response Bina Swadaya
Bina Swadaya terlibat langsung dalam kegiatan Program Emergency R4profil keempat desa 1. Desa Krinjing Desa Krinjing merupakan desa paling rawan ketika terjadi letusan merapi karena berbatasan langsung dengan gunung merapi, berjarak sekitar 5,2 Km dari puncak merapi dan dilewati oleh sungai senowo yang berhulu di merapi. Ketika terjadi letusan besar pada tanggal 5 November, jarak luncuran lahar yang melewati kali senowo sejauh 4 Km. Hampir seluruh dusun di wilayah Krinjing merupakan daeDdi wilayah tersebut mat 2. Desa Sumber Desa Sumber merupakan desa rawan bencana merapi. Dari data yang diperoleh di Kabupaten Magelang, ada 5 dusun di Desa Sumber yang termasuk wilayah rawan bencana. Jarak Desa Sumber ke puncak merapi mencapai 9 Km. Letusan merapi yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 5 November 2010 seluruh warga masyarakat Desa Sumber mengungsi ke wilayrsungai Senowo da 3. Desa Sengi Desa Sengi merupakan desa paling Utara di wilayah Kecamatan Dukun, dan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sawangan. Desa Sengi diapit oleh dua sungai besar yang
5
meletus embali tanggal 5 November 2010, seluruh warga Desa Sengi dievakuasi.
aman pertanian maupun utan di atas desa mati terkena abu vulkanik dan hujan kerikil.
Berikut ini data pengungsi di masing – masing wilayah.
No Desa p
( orang )
Jumlah
( KK )
Jumlah
(Balita)
) ( orang )
peng
( orang )
Keterangan
)
ke puncak merapi sekitar 6‐10 Km. Pada saat letusan tanggal 26 Oktober 2010, hanya dua dusun yang dilakukan kegiatan evakuasi namun ketika Gunung Merapik 4. Desa Ngargomulyo Desa Ngargomulyo letaknya paling Selatan di Wilayah Kecamatan Dukun dan berbatasan dengan Kecamatan Srumbung. Desa ini berbatasan langsung dengan Gunung Merapi dan berjarak dari puncak merapi sekitar 4‐7 Km. Ketika terjadi letusan pada tanggal 26 Oktober dan 5 November 2010, desa ini cukup signifikan terkena dampak abu vulkanik karena beberapa rumah penduduk roboh dan sebagian tanh
Jumlah enduduk
KK bayi
Jumlahanak‐anak
( Anak‐anak
Jumlah manula
Jumlah ungsi
Data per tanggal 26
Oktober 2010 ( pengungsi
1 Sumber 3,777 1,377 125 527 552 3,777 3,777
2 Sengi 4,260 1,252 345 221 190 4,260 495
3 Krinjing 2,091 597 52 348 154 2,091 2091
4 50 Ngargomulyo 2,450 780 135 381 507 2,450 24
TOTAL 12,578 06
7
77
03
578
4,0 65 1,4 1,4 12,
Kondisi Pengungsian
nya di 4 desa dampingan. Hal ini tercermin dari • Pemerintah Kabupaten Magelang nampaknya belum siap dalam menghadapi dan
menangani bencana merapi khususbeberapa kondisi sebagai berikut :
o Kondisi tempat pengungsian pada saat awal pasca letusan belum ditangani dengan baik seperti belum tersiapkannnya tenda, lokasi pengungsian, alas tidur bahkan logistik makanan. Banyak pengungsi masih tidur di tanah lapangan (Lapangan Gluduk /pengungsi Ngargomulyo ), logistik makanan belum disiapkan hampir diseluruh tempat pengungsian, selama kurang lebih
6
ak dan di
mereka
n dari pemerintah dan
i kurang memadahi (1 : 100), artinya 1 unit MCK untuk keperluan 100 orang.
II. KEGIATAN EMERGENCY RESPONSE
2.1
p letusan gunung merapi.
wilayah empat desa dalam menangani bencana
mpat koordinasi dan saling berbagi dalam kegiatan penanganan
lidaritas antar desa dalam melakukan kegiatan
lalui pendampingan dan
an advokasi terhadap pemerintah berkaitan dengan penanganan bencana.
12 jam para pengungsi belum menerima makanan dan minuman ( 18.00 ‐ 10.00 pagi). Sehingga dengan kondisi demikian Bina Swadaya mengambil inisiatif segera untuk memberikan logistik makanan bagi anak‐an
4 wilayah sasaran. o Kondisi dan
ketersediaan tempat
pengungsian terbatas dan tidak layak
dengan jumlah
pengungsi melebihi kapasitas, sehingga
manula seperti gula, teh, biskuit dan mie Instan
tidurnya berhimpitan. o Minimnya ketersediaan transportasi dari pemerintah terkait dengan
evakuasi. Di Desa Ngargomulyo dan Krinjing, evakuasi warga masyarakat ke tempat pengungsian menggunakan kendaraan masyarakat sendiri bahkan bensin dan solar nya pun beli sendiri tanpa dukungasebagian pembelian BBM ditanggung oleh FPRB desa.
o Ketersediaan air bersih yang masih minim di tempat pengungsian o Ketersediaan MCK dilokasi pengungsian dinila
Posko Bersama FPRB 4 Desa Pembentukan Posko FPRB 4 Desa merupakan bagian penting dalam upaya mendukung kegiatan emergency response terhadaAdapun tujuan pembentukan posko FPRB ini adalah : • Membantu masyarakat di
(pendataan dan evakuasi ) • Sebagai te
bencana. • Tumbuhnya rasa so
penanganan bencana. • Memberikan bantuan warga masyarakat baik me
membantu kebutuhan dasar bagi korban bencana. • Memberik
7
agaan
Posko FPRB 4 desa didirikan pada tanggal 25 Oktober 2010, sebagai bagian dari upaya kesiapsi terhadap ancaman letusan merapi. Pembentukan posko bersama ini dilatarbelakangi adanya status awas merapi dan kegiatannya diinsiasi oleh para ketua Forum PRB di empat desa. Sekretariat posko bersama berada di Balai Desa Sengi. Kemudian seiring dengan meningkatnya aktivitas merapi
pada tanggal 6 November 2010, Posko FPRB 4 Desa berpindah di wilayah Kecamatan Sawangan tepatnya di PKD Desa Gondowangi, dan akhirnya kembali lagi di Balai Desa Sengi. Saat ini jumlah relawan di posko bersama ada 101 orang yang terdiri dari : • Anggota Forum PRB di masing – masing desa. • Pemerintah desa di masing‐dimasing wilayah. • Masyarakat umum yang tergabung dalam relawan Posko FPRB ini.
Struktur Posko Bersama FPRB 4 Desa
Koordinator Posko Utama
Koordinator Lapangan untuk Masing‐ masing Forum PRB
1. Bag.Logistik 2. Bag. Evakuasi 3. Bag.Data dan
Informasi 4. Bagian
Pengembangan Jaringan dan Bantuan
Bagian Barang dan TPS
Bagian Barak dan TPS: Bagian Barang dan TPS
• Data pengungsi. • Kebutuhan Logsitik.
2.2 Pendistribusian Bantuan untuk Korban Bencana
Berdasarkan komitmen bersama seluruh anggota Forum PRB 4 Desa bahwa dalam pendistribusian bantuan dimulai dari Posko Utama FPRB terus ke masing – masing posko FPRB setiap desa melalui sistem analisa kebutuhan dan jumlah yang akan disalurkan dengan mempertimbangkan : Jumlah pengungsi dan titik pengungsiannya Kebutuhan yang paling mendesak untuk setiap wilayah pengungsian Jenis barang dan jumlah barang yang akan di salurkan
Teknik atau cara pendistribusian bantuan dapat dilakukan dengan mekanisme : • Tenaga relawan Posko mendatangi tempat pengungsian dan mencatat berapa
jumlah pengungsi dan kebutuhannnya • Melakukan analisa kebutuhan pengungsi dan jumlah barang yang diterima dari
Posko utama • Pendistribusian ke tempat pengungsian melalui koordinator barak atau melalui
posko utama yang menangani pengungsi
Alur Sistem Distribusi Logistik
Barak dan TPS Gudang Posko Utama Gudang Posko FPRB
8
p
• Analisa Kebutuhan Pengungsi
• Pengajuan logsitik Ke Posko Utama • Penerimaan
Bantuan • Distribusi ke Barak Pengungsian
• Distribusi ke Posko FPRB
Sasaran program emergency response adalah perempuan (ibu‐ibu rumah tangga), manula dan anak‐ anak yang berjumlah 2.000 orang serta jumah uang yang diterima menca ai Rp 301.000.000. Pembagian dana bagi para pengungsi ini dilakukan dengan kesepakatan di antara pengungsi, agar semua pengungsi pun bisa
9
menerima bantuan dana tersebut. Hal ini dipandang perlu dengan mempertimbangkan beberapa alasan: • Jumlah pengungsi cukup banyak sehingga pihak Forum juga memikirkan apakah
para pengungsi yang selama ini yang bukan menjadi intervensinya perlu diberikan bantuan dan kondisi demikian pentingnya dilakukan diskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
• Mengutamakan orang–orang yang paling rentan dalam pendistrbusian bantuan • Adanya kesepakatan/rasa solidaritas antar pengungsi, sehingga ketika melihat
orang lain berkekurangan kita pun wajib saling membantu mereka.
Bantuan Yang Diberikan Kepada Pengungsi Berikut ini data informasi bantuan yang sudah diberikan kepada para pengungsi selama Program Emergency Response Merapi di 4 desa dampingan. Bantuan yang masuk di luar kegiatan Program Emergency Response :
Data Bantuan Masuk per 29 November 2010 Di Posko Bersama FPRB 4 Desa
Sekretariat: Balai Desa Sengi, Kecamatan Dukun
No Nama
Lembaga/ Perorangan
Barang yang diterima
Perkiraan dalam Rupiah Lokasi Sasaran Jumlah Penerima
Bantuan
1 Cordaid dan FPRB 4 Desa
alat‐alat perlengkapan mandi
110,000,000 Desa sengi KK : 3156 KK
susu anak‐anak Desa Sumber balita : 763 selimut bayi Desa Krinjing Anak‐anak : 3400
Kasur Balita Desa Ngargomulyo
2 Bina Swadaya Beras : 1 ton
10,000,000 Desa sengi KK : 1000 KK
minyak telon Desa sumber Masker Desa Krinjing
pakaian Pantas pakai
Desa Ngargomulyo
logistik Pangan Genset
3 Masyarakat Nelayan
desa Bendar Beras : 9 Ton
100,000,000 Desa sengi Krinjing : 578 KK
Ikan Asin : 10 dus/ Desa sumber sengi : 3 TPS ( 1600
10
50 Kg orang)
pakaian Pantas pakai Desa Krinjing
ngargomulyo : 300 orang
Mie Instant Desa Ngargomulyo
Pembalut wanita
4 Gudang Garam, TBK
Selimut : 1000 Paket
100,000,000 Desa Sengi Pengungsi : 200 KK
Beras : 10 Ton Desa Jati, Sawangan Masyarakat : 800 KK
Biskuit : 1000 Paket
tikar : 1000 Paket
Pakaian : 1000 Potong
5 Perhutani Semarang
Air mineral : 100 Paket
10,000,000 desa sengi Pengungsi : 100 KK
Mie Instant : 100 Paket
Pakaian Pantas Pakai
6
FRPJ ( Forum relawan Pekerja Jakarta
Mie Instant : 50 Paket
10,000,000 Desa Sengi Survival penjaga desa :
Kendaraan operasional evakuasi Desa Sumber 50 Paket
Desa Ngargomulyo
Desa Krinjing
7 Plan Indonesia dan KYPA
Hygene Kits : 500 Paket
200,000,000 Desa Sengi
Bumil dan Balita : 315 Paket
Desa Krinjing Bumil : 17 Paket
Desa Sumber Balita dan Bumil : 168 Paket
8 Insist dan Unicef
Hygene Kits : 182 Paket
30,000,000 Desa Sengi
Pengungsi gowok sabrang : 182 KK
9 Yayasan Lestari
Hygene kits : 1069 Paket
200,000,000
Desa Ngargmulyo KK : 783 KK
11
Indonesia dan Oxfam GB
Desa Sumber KK : 286 KK
10
Bina Swadaya dan Forum PRB 4 Desa Beras : 15 Ton
301,000,000
Desa Ngargomulyo
12.578 Pengungsi untuk 4 Desa
Lauk pauk : 2 ton desa Sumber Manula : 1000 orang
Pakaian Balita : 1000 Paket desa Krinjing
anak‐anak : 1000 orang
Pakaian anak‐anak : 1000 Paket Desa Sengi Balita : 1000 orang.
Handuk : 1000 Paket
Perlengkapan Manula : 700 Paket
Paket obat‐obatan : 500 Paket
Minyak goreng : 1.000 liter
Bumbu dapur : 500 kwintal
11 Oxfam GB Jerigen : 1.300 biji 20,000,000 Desa Sengi KK : 1300 KK
12 Donatur Pribadi Air mineral
200,000,000 Desa sengi 12.578 Pengungsi
Makanan Bayi Desa Krinjing
Perlengkapan Wanita
Desa Ngargomulyo
Pakaian Pantas Pakai Desa Sumber
obat‐obatan
Uang : Rp. 3.500.000
Beras Total 1,291,000,000
12
III. PEMBELAJARAN DAN PRAKTEK‐PRAKTEK TERBAIK DARI KEGIATAN EMERGENCY RESPONSE
3.1 Peran FPRB Dari sharing pengalaman dan keterlibatan langsung di lapangan dengan beberapa anggota Forum PRB dan pemerintah desa di masing–masing desa dalam menangani program Emergency Response, diperoleh pembelajaran cukup signifikan sebagai berikut : • Forum PRB di tiga desa (Sengi, Sumber, dan Krinjing ) merupakan Forum yang
baru terbentuk, namun demikian peran dan tanggungjawabnya dalam proses penanganan bencana patut untuk dicontoh. Pengembangan Protap yang mereka buat masih bersifat sederhana namun mereka bisa langsung mempratekannya dengan baik.
• Tanggapan pemerintah desa terhadap Forum PRB. Kehadiran Forum PRB menjadi bagian penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat paska letusan. FPRB melakukan tindakan‐tindakan cukup signifikan dalam penanganan bencana seperti melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, proses evakuasi, pendataan pengungsi, dan bertanggungjawab dalam pendampingan para pengungsi.
• Beberapa desa di wilayah lain yang merasa tertarik dengan hasil kinerja yang dilakukan oleh FPRB di 4 desa sasaran. Hal ini terlihat dengan keinginan mereka untuk membentuk forum‐forum PRB di wilayah mereka (seperti Desa Paten dan Kalibening)
• Adanya jaringan yang dilakukan oleh FPRB dalam menjaring donator untuk bantuan warga menyebabkan warga masyarakat semakin mengenal peran dan fungsi FPRB.
• Rasa solidaritas antar Forum PRB mulai terbangun. Hal ini terlihat ketika salah satu masyarakat di Forum PRB Desa Sengi pada tanggal 5 November 2010 akan melakukan evakuasi seluruh warga desa akan tetapi ketersediaan logistiknya terbatas, dan akhirnya 3 Forum PRB lainnya memberikan sebagian logistiknya untuk membantu masyarakat Desa Sengi. Disamping itu, FPRB juga melakukan upaya Emergency Response di wilayah lain seperti di daerah Kali Code, Jogjakarta.
• Saat ini Forum PRB di empat desa bersama dengan lembaga‐lembaga non pemerintah lain sedang merancang dan mempersiapkan terbentuknya Forum PRB di tingkat Kabupaten Magelang.
• Forum PRB juga melakukan advokasi kepada Pemerintah Kabupaten Magelang terutama terkait dengan permasalahan–permasalahan kegiatan pengungsian.
3.2 Hubungan ER dengan DRR Dalam Program ini
Program ER ini memiliki hubungan erat dengan DRR. Seperti kita ketahui bahwa DRR menjadi bagian penting dalam manajemen bencana karena dalam proses penanggulangan bencana, kegiatan DRR berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan ER. Beberapa contoh kegiatannya antara lain pembutan Protap (prosedur ketetapan), penyiapan jalur evakuasi, ketersediaan dan keterlibatan personel dalam membantu proses ER, dll. Hal ini cukup jelas hubungannya bahwa Forum PRB dibentuk dan diperlukan ketika proses kegiatan DRR sedang berlangsung. Kegiatan DRR cenderung dilakukan pada kondisi pra‐bencana dalam rangka meningkatkan kapasitas, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Ketika terjadi bencana, peranan kegiatan DRR menjadi penting dalam mendukung proses emergency response untuk meminimalisir jatuhnya korban.
3.4 Kondisi 4 Desa Dampingan Saat ini
Secara umum kondisi 4 wilayah desa yang menjadi intervensi program kegiatan ER adalah sebagai berikut :
• Saat ini masyarakat sudah kembali dari
tempat pengungsian.
Masyarakat sudah mulai melakukan
berbagai aktivitas seperti bersih‐bersih rumah dan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar mereka.
• Geliat aktivitas perekonomian memang belum pulih, kegiatan pertanian hanya sebatas membersihkan tanaman yang masih hidup dari abu vulkanik
• Kerusakan lingkungan akibat debu vulkanik adalah : hampir 100% lahan pertanian dan perkebunan masyarakat rusak parah dan mengalami gagal panen. Dari sektor perikanan, tercemarnya air kolam ikan milik masyarakat menyebabkan banyak ikan yang mati dan gagal panen.
• Akibat hujan kerikil dan pasir menyebabkan beberapa rumah penduduk rusak berat, dan hampir 50 % kandang ternak milik masyarakat roboh.
• Matinya beberapa hewan ternak akibat kurangnya asupan makanan ternak yang terkena dampak abu vulkanik.
• Akibat banjir lahar dingin, menyebabkan beberapa areal persawahan hilang, saluran irigasi rusak parah, bak penampung air, mata air dan pipa untuk air bersih di masing–masing desa rusak parah dan kondisinya cukup memprihatinkan, sehingga keempat desa dampingan tersebut mengalami kekurangan air bersih.
• Ketersediaan air bersih di empat wilayah dampingan juga masih memprihatinkan kondisinya.
13