55
PEMASARAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH -MAR, 2014 KELOMPOK 1 ANALISIS LQ Metode Location Quotient Dirumuskan sebagai berikut : Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid Val, (1991:74, Kuncoro, 2002) yaitu bila LQ >1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama ditingkat nasional. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, dan bila LQ = 1 : berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional. Bila nilai LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan sub sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ < 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. ANALISIS SWOT 1 KABUPATEN BULUKUMBA - BONE - BARRU - BANTAENG

LAPORAN PEMASARAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Terms 3

Citation preview

ANALISIS LQMetode Location Quotient Dirumuskan sebagai berikut :

Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid Val, (1991:74, Kuncoro, 2002) yaitu bila LQ >1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama ditingkat nasional. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional, dan bila LQ = 1 : berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional.Bila nilai LQ > 1 berarti subsektor tersebut merupakan sub sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila LQ < 1 berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah.

ANALISIS SWOTUntuk merumuskan langkah-langkah strategi dalam mengelola dan mengembangkan sektor pertanian (khususnya subsektor peternakan)sebagai sektor basis yang utama di Kabupaten Bulukumba digunakan analisis SWOT. Untuk maksud tersebut, faktor-faktor internal yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sektor ini dirangkum ke dalam matriks faktor strategi internal (IFAS, internal strategic factor analysis summary); sementara itu faktor-faktor lingkungan yang mencerminkan peluang dan ancaman dituangkan ke dalam matriks faktor strategi eksternal (EFAS, external internal strategic factor analysis summary).

Perhitungan dan penilaian kontribusi masing-masing faktor tersebut terhadap kesimpulan akhir terkait dimaksud dibuat dengan ketentuan sebagai berikut: Masing-masing butir faktor di dalam IFAS dan EFAS diboboti sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan skala mulai dari 1 (tidak penting) sampai 9 (sangat penting). Nilai bobot masing-masing faktor tersebut dinormalkan sehingga jumlah nilai bobot keseluruhan adalah 1; Masing-masing faktor di dalam IFAS dan EFAS diberi nilai atau ratingdengan skala mulai dari 1 sampai dengan 5 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap komoditas. Skala 3 berada pada posisi seimbang atau netral. Masing-masing besaran bobot dan ratingmerupakan rata-rata dari penilaian yang diberikan oleh responden; Kalikan bobot dan rating masing-masing faktor untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor; Jumlahkan nilai faktor-faktor internal untuk mendapatkan total nilai faktor internal. Lakukan hal yang sama untuk faktor-faktor eksternalnya. Total nilai faktor internal dan total nilai faktor eksternal menjadi rujukan untuk menentukan tindakan strategis yang diambil menyangkut keberadaan dan pengembangan KUP dimaksud.PEMASARAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH -MAR, 2014KELOMPOK 1Dengan melakukan pembobotan, dapat ditentukan skala prioritas pengembangan yang dapat dilakukan dalam mengatasi kelemahan dan ancaman serta memperkuat potensi dan peluang. Berikut faktor internal dan eksternal dari pengembangan sektor pertanian subsektor peternakan di Kabupaten Bulukumba beserta pembobotannya.33KABUPATEN BULUKUMBA - BONE - BARRU - BANTAENG1. KABUPATEN BULUKUMBAANALISIS LQ KABUPATEN BULUKUMBATABEL 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN BULUKUMBA

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2007-2011 ( JUTAAN RUPIAH )

NoLapangan Usaha 20082009201020112012Vi/Vt

20082009201020112012

1Pertanian844836,85867461,4889583,48888415,43940197,420,4550,3940,3670,3300,307

Tanaman Bahan Makanan445305,52450143,73481121508035,22530456,340,2400,2040,1990,1890,173

Tanaman Perkebunan248455,58255716221878,45154720,79158059,070,1340,1160,0920,0580,052

Peternakan33040,7237785,3345445,9154062,264023,020,0180,0170,0190,0200,021

Kehutanan2177,672350,683225,674433,194747,530,0010,0010,0010,0020,002

Perikanan115857,36121466,67137912,45167164,03182911,560,0620,0550,0570,0620,060

2Pertambangan dan Penggalian6057,26778,967634,239870,0111018,820,0030,0030,0030,0040,004

3Industri Pengolahan102945,61107084,57114663,59122986,53128664,750,0550,0490,0470,0460,042

4Listrik, Gas dan Air Bersih6066,676638,087489,048653,310054,450,0030,0030,0030,0030,003

5Bangunan45497,8249336,0251811,9160474,5971146,570,0250,0220,0210,0220,023

6Perdagangan, Hotel dan Restoran200121,7238224,95275665,12327511,8388775,460,1080,1080,1140,1220,127

7Angkutan dan Komunikasi33145,1636978,9840809,148924,6555873,710,0180,0170,0170,0180,018

8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan69942,3876324,6194067,87115512,64134446,860,0380,0350,0390,0430,044

9Jasa- Jasa546484,34813645,12941836,681107744,341319756,280,2950,3690,3890,4120,431

Jumlah1855097,732202472,692423561,022690093,293059934,321,0001,0001,0001,0001,000

PDRB di Kab Bulukumba seperti dilihat pada tabel di atas yang paling menonjol adalah sektor Pertanian dan untuk sub sektornya adalah tanaman bahan pangan, sektor paling rendah adalah pertambangan dan penggalian. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian Kabupaten Bulukumba dikarenakan ketersediaan lahan untuk sektor pertanian masih besar. Namun sektor-sektor lainnya juga sangat potensial untuk dikembangkan.

TABEL 2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI SULAWESI SELATAN

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2010 ( MILIYARAN RUPIAH )

NoLapangan usaha 20082009201020112012Vi/Vt

20082009201020112012

1Pertanian 12923,4213528,6913809,814737,3515494,190,2900,2860,2700,2520,261

Tanaman Bahan Makanan6756,567116,42786,770,1320,1230,126

Tanaman Perkebunan2941,873107,33093,520,0570,0540,055

Peternakan615,52672,85742,410,0120,0110,012

Kehutanan57,8559,7460,670,0010,0010,001

Perikanan3472,893781,044110,810,0680,0630,067

2Pertambangan dan Galian4034,943852,794491,344152,674251,570,0910,0810,0880,0820,074

3Industri Pengolahan6241,446468,796869,437394,458083,480,1400,1370,1340,1250,131

4Listrik , Gas dan Air Bersih451490,45529,82575,41647,520,0100,0100,0100,0100,010

5Bangunan2328,422656,772900,273250,82368,70,0520,0560,0570,0530,058

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest7034,567792,18698,819361,8610605,640,1580,1650,1700,1590,166

7Angkutan dan Komunikasi3651,374023,684619,935179,875949,630,0820,0850,0900,0840,092

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan2881,073203,983742,094297,334979,140,0650,0680,0730,0680,076

9Jasa-Jasa5003,65308,835535,555879,586058,760,1120,1120,1080,1010,104

Jumlah44549,8247326,0851197,0454829,3456438,6311111

PDRB di Prov Sulawesi Selatan yang tertinggi adalah sektor pertanian dan untuk sub sektor tanaman bahan makanan dan yang paling rendah adalah listrik, gasa dan air bersih. Untuk provinsi sulawesi selatan sektor pertanian penyumbang terbanyak dikarenakan mayoritas daerah di provinsi ini bekerja sebagai petani juga peternak. Juga masih banyaknya lahan pertanian yang tersedia.

TABEL 3. ANALISIS LQ KABUPATEN BULUKUMBANoLapangan usaha (Vi'/Vt')/ (Vi/Vt)Rata -Rata (Th 2008-2012)

20082009201020112012

1Pertanian 1,5701,3781,3611,3111,1771,283

Tanaman Bahan Makanan1,5041,5331,3751,471

Tanaman Perkebunan1,5931,0720,9381,201

Peternakan1,5601,7901,7551,702

Kehutanan1,1781,5621,4661,402

Perikanan0,8390,9810,8920,904

2Pertambangan dan Galian0,0360,0380,0360,0450,0490,043

3Industri Pengolahan0,3960,3560,3530,3650,3210,346

4Listrik , Gas dan Air Bersih0,3230,2910,2990,3330,3220,318

5Bangunan0,4690,3990,3770,4250,4040,402

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest0,6830,6570,6690,7670,7660,734

7Angkutan dan Komunikasi0,2180,1970,1870,2160,1990,200

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan0,5830,5120,5310,6290,5770,579

9Jasa-Jasa2,6233,2933,5944,0794,1403,938

Indeks LQ diatas menunjukan bahwa sektor yang menjadi basis atau surplus produksinya sehingga bisa di ekspor adalah Sektor Pertanian dan Jasa (yang diberi warna merah). Walaupun sektor jasa memiliki nilai LQ tertinggi, namun hampir semua wilayah administratif di Sulawesi Selatan memiliki basis sektor tersebut sehingga tidak bisa menjadi prioritas pengembangan bagi Kabupaten Bulukumba. Strategi pengembangan sektor diarahkan pada sektor pertanian dengan fokus subsektor peternakan. Subsektor peternakan memiliki nilai LQ tertinggi pada sektor pertanian, hal ini menandakan bahwa kinerja peternakan yang paling unggul. Hal ini menjadikan subsektor peternakan paling potensial untuk dikembangkan dan ditingkatkan pemasarannya mengingat kurangnya kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki basis sektor dibidang peternakan.ANALISIS SWOT KABUPATEN BULUKUMBA

Faktor InternalA.1 Kekuatan1. Ketersediaan Lahan. Pengembangan sektor peternakan tidak memerlukan lahan yang subur layaknya pertanian, akan tetapi lebih banyak memanfaatan lahan-lahan yang tidak produktif atau lahan tidur, sehingga untuk mengembang-biakan hewan ternak, tidak akan mengalami masalah keterbatasan lahan.2. Ketersediaan akses yang baik dari Bulukumba menuju Kabupaten lain.3. Distribusi populasi ternak yang merata diseluruh kecamatan, sehingga sentra-sentra produksi bisa dibangun diberbagai tempat.4. Ketersediaan pasar. Dalam melakukan proses jual-beli hasil peternakan, Kabupaten Bulukumba memiliki pasar-pasar sebagai pusat perputaran ekonomi.5. Ketersediaan tenaga kerja yang berpengalaman beternak6. Kelembagaan peternak yang kian membaik.A.2 Kelemahan1. Beternak belum menjadi mata pencaharian utama masyarakat. 2. Tingkat pendidikan peternak yang masih tergolong rendah.3. Kurang fasilitas dalam beternak serta rendahnya teknologi dan efisiensi nilai penggunaannya.4. Kurangnya sarana pengangkutan hasil ternakBerikut Tabel 4. Pembobotan Subkomponen Dalam Kekuatan dan Kelemahan:Faktor Faktor InternalBobotRateSkor

Kekuatan

Ketersediaan lahan0,1250,60

Ketersediaan akses0,1040,40

Distribusi populasi ternak yang merata0,0930,27

Ketersediaan pasar0,1340,52

Ketersediaan tenaga kerja0,0930,27

Kelembagaan peternak yang kian membaik0,0620,12

Subtotal0,59212,18

Kelemahan

Beternak belum menjadi mata pencaharian utama0,0520,10

Tingkat pendidikan peternak yang masih rendah0,1250,60

Kurangnya pabrik pengolahan hasil ternak0,0730,21

Rendahnya teknologi dalam beternak0,0940,36

Masih kurangnya sarana pengangkutan0,0830,24

Subtotal0,41171,51

Total121-17=43.69(S-W=0,67)

Tabel 1 menunjukkan skor nilai kekuatan (strengthness) sebesar 2,18 dan nilai kelemahan (weakness) sebesar 1,51 dengan total nilai internal 3.69 dan selisih kekuatan dan kelemahan sebesar 0,67. Dengan demikian maka dalam faktor internal kekuatan masih lebih besar dari kelemahan yang ada.Faktor EksternalB.1 Peluang1. Kurangnya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang meiliki basis sektor peternakan. Basis sektor Peternakan bisa menjadi ciri khas dari Kabupaten Bulukumba, hal ini sangat berpeluang bagi berkembang pesatnya kegiatan ekspor dan distribusi hasil peternakan yang pada akhirnya berimbas pada peningkatan perekonomian kabupaten sendiri.2. Permintaan akan hasil ternak yang akan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan perekonomian dan pendapatan masyarakat Kabupaten maupun secara wilayah dengan dibentuknya kota satelit mamminasata.3. Adanya dukungan program dan kebijakan pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten.4. Sistem informasi yang semakin berkembang. Adanya perkembangan ini mampu mendorong prosesn pemasaran dan promosi hasil peternakan Kabupaten Bulukumba ke skala wilayah maupun nasional. B.2 Ancaman1. Pengaruh iklim. Pada musim kemarau, pasokan pakan ternak menjadi berkurang khususnya pasokan pakan ternak untuk sapi potong. Hal ini akan mengancam proses pembiakan hewan ternak di kabupaten Bulukumba.2. Perkembangan ruang dan proses pengkotaan yang tidak terkendali dapat mengancam berkurangnya lahan untuk peternakan.Berikut Tabel 5. Pembobotan Subkomponen Dalam Peluang dan Ancaman:Faktor Faktor EksternalBobotRateSkor

Peluang

Permintaan hasil ternak yang semakin meningkat0,2541

Kurangnya Kab. yang memiliki basis sektor peternakan0,1530,45

Adanya dukungan program dan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi di bidang peternakan0,2040,80

Perkembangan sistem informasi0,1540,60

Subtotal0,70152,85

Ancaman

Pengaruh iklim0,1530,45

Perkembangan ruang dan proses pengkotaan yang tidak terkendali0,1540,60

Subtotal0,3071,05

Total112-7=5 3,75(S-W=1,85)

Keadaan faktor eksternal (Tabel 2) menunjukkan tingginya skor peluang, yakni sebesar 2,85 sedangkan nilai ancaman ada pada skor 1,05, sehingga nilai selisih yang diperoleh sebesar 1,85. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor pendukung eksternal yang potensial dalam mendukung upaya peningkatan dan pengembangan subsektor peternakan Kabupaten Bulukumba.Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan pada masing-masing komponen dalam matriks faktor internal dan eksternal, selanjutnya dapat diketahui posisi atau kondisi peternak pada saat ini dalam kuadran SWOT, yang selanjutnya akan mencerminkan arah pengembangan strategi yang akan disusun. Posisi atau kondisi peternak berdasarkan faktor internal digambarkan pada garis datar (x absis) sedangkan faktor eksternal digambarkan pada garis vertikal (y ordinat). Posisi Faktor internal = [(21/6) (17/5)] = 3,5 3,4 = 0,1; merupakan nilai positif atau berada pada sumbu positif pada garis absis. Sedangkan Posisi Faktor eksternal = [(15/4) (7/2)] = 3,75 3,5 = 0,25 yang berarti berada pada ordinat positif. Berdasarkan posisi dalam kuadran dikeahui bahwa posisi vektor bertemu pada kuadran ke pertama (x;y) 0,1;0,25 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Sesuai dengan hasil pada diagram SWOT, maka strategi pengembangan subsektor peternakan dibagi berdasar prioritas sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT Pengembangan Subsektor PeternakanBerdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa prioritas strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan subsektor peternakan di Kabupaten Bulukumba dibagi kedalam 4 prioritas. Prioritas pertama yakni aggressive strategy, strategi yang menggunakan semua kekuatan atau potensi untuk memanfaatkan atau mencapai peluang yang ada. Prioritas kedua adalah turnarround strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. Prioritas ketiga adalah diversification strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Prioritas keempat adalah defensive strategyyakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Untuk merumuskan langkah-langkah strategi pengembangan dan pemasaran subsektor peternakan yang terangkum ke dalam strategi S-O (strenght opportunity, kekuatan peluang), strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T, perlu dilakukan crossing dari masing-masing faktor dalam matriks sebagai berikut:

PRIORITAS 1PRIORITAS 2PRIORITAS 3PRIORITAS 4Tabel 6. Matriks Strategi Pengembangan Subsektor PeternakanKekuatan (strength): Ketersediaan lahan Ketersediaan akses Distribusi populasi ternak yang merata Ketersediaan pasar Ketersediaan tenaga kerja Kelembagaan peternak yang kian membaikKelemahan (weakness): Beternak belum menjadi mata pencaharian utama Tingkat pendidikan peternak yang masih rendah Kurangnya pabrik pengolahan hasil ternak Rendahnya teknologi dalam beternak Masih kurangnya sarana pengangkutan

Peluang (opportunity): Permintaan hasil ternak yang semakin meningkat Kurangnya Kab. yg memiliki basis sektor peternakan Adanya dukungan program dan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi di bidang peternakan Perkembangan sistem informasi

Strategi SO (Agressive Strategy) Meningkatkan produksi ternak dengan ekstensifikasi dan intensifikasi Memprioritaskan program pengembangan sosial budaya masyarakat ternak Memperkuat kegiatan distribusi hasil ternak melalui pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur Memperkuat manajemen pemasaran hasil ternak ke luar daerah sebagai bentuk peningkatan ekonomi lokal

Strategi WO (Turnarround/KonservativeStrategy) Melakukan penyuluhan terkait peternakan dan memberikan kredit usaha dibidang peternakan sebagai bentuk penciptaan lapangan kerja Membangun sentra-sentra produksi hasil ternak dengan teknologi mumpuni Mengadakan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang proses peternakan

Ancaman (threat): Pengaruh iklim Perkembangan ruang dan proses pengkotaan yang tidak terkendaliStrategi ST (Diversification Strategy) Mengembangkan adopsi teknologi pakan ternak Melakukan zonasi peruntukan kawasan-kawasan khusus pengembangan peternakan

Strategi TW (Defensive Strategy) Penyuluhan teknologi tepat guna Merencanakan jaringan distribusi hasil ternak yang sejalan dengan penyediaan prasarananya

KESIMPULAN

Berdasarkan matriks diatas, langkah-langkah strategis yang dapat diambil dalam mengembangkan Subsektor Peternakan berdasarkan prioritasnya adalah:PRIORITAS 1 Aggressive strategy adalah strategi yang menggunakan semua kekuatan atau potensi untuk memanfaatkan atau mencapai peluang yang ada. Adapun langkahnya adalah: Meningkatkan produksi ternak melalui ekstensifikasi dan intensifikasi dalam rangka memenuhi permintaan akan hasil ternak. Memprioritaskan program pengembangan sosial budaya masyarakat ternak. Dengan adanya komitmen dari pemerintah untuk membangun perekonomian nasional dan wilayah melalui sektor-sektor ekonomi, maka program pengembangan sosial budaya masyarakat ternak bisa mendapatkan dukungan penuh. Memperkuat kegiatan distribusi hasil ternak melalui pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Semakin kuat kegiatan distribusi, semakin tinggi pula capaian pemasaran produk atau hasil ternak. Hal tersebut tentu berdampak pada peningkatan ekonomi Kabupaten Bulukumba. Memperkuat manajemen pemasaran hasil ternak ke luar daerah sebagai bentuk peningkatan ekonomi lokal. Pemasaran dapat dimaksimalkan menggunakan sistem informasi yang semakin berkembang untuk mempromosikan hasil peternakan Bulukumba. Dan membangun citra Bulukumba sebagai kabupaten dengan basis peternakan.PRIORITAS 2Turnarround strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. Adapun langkahnya adalah: Melakukan penyuluhan terkait peternakan dan memberikan kredit usaha dibidang peternakan sebagai bentuk penciptaan lapangan kerja. Dengan banyaknya lapangan kerja dibidang peternakan yang tersedia, maka semakin banyak masyarakat yang terserap dan lambat laun beternak akan menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Membangun sentra-sentra produksi hasil ternak dengan teknologi mumpuni. Dengan adanya sentra produksi, produksi dan distribusi hasil ternak akan meningkat secara kuantitas dan kualitas. Mengadakan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang proses peternakan yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi.PRIORITAS 3Diversification strategyyakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Mengembangkan adopsi teknologi pakan ternak untuk menghadapi kesenjangan pakan ketika musim kemarau. Melakukan zonasi peruntukan kawasan-kawasan khusus pengembangan peternakan agar pembangunan bisa diarahkan.PRIORITAS 4Defensive strategyyakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Penyuluhan teknologi tepat guna kepada para peternak sebagai langkah membangun SDM Masyarakat ternak.Merencanakan jaringan distribusi hasil ternak yang sejalan dengan penyediaan prasarananya

2. KABUPATEN BONEANALISIS LQ KABUPATEN BONE TABEL 7. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN BONE ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2007-2011 ( JUTAAN RUPIAH )NoLapangan Usaha 20072008200920102011Vi/Vt

20072008200920102011

1Pertanian1.380.332,621.462.049,861.550.930,621.657.343,281.713.583,740,3480,3450,2010,3410,334

a. Tanaman Bahan Makanan620.612,86677.642,16730.458,32787.964,35779.176,000,1560,1600,0950,1620,152

b. Tanaman Perkebunan181.637,75186.400,90193.096,46201.646,44211.846,440,0460,0440,0250,0410,041

c. Peternakan40.949,3642.987,6845.987,6840.576,0354.237,050,0100,0100,0060,0080,011

d. Kehutanan1.998,482.037,362.054,712.117,072.351,660,0010,0000,0000,0000,000

e. Perikanan535.134,18552.981,75579.833,57616.039,39665.972,580,1350,1300,0750,1270,130

2Pertambangan dan Penggalian12.422,6515.092,6017.871,9119.172,6121.544,510,0030,0040,0020,0040,004

3Industri Pengolahan237.915,34246.286,32256.289,04270.616,47292.001,990,0600,0580,0330,0560,057

4Listrik, Gas dan Air Bersih18.765,3620.294,3422.194,9524.230,6726.598,860,0050,0050,0030,0050,005

5Bangunan144.718,18175.414,73208.482,45244.826,70275.971,970,0360,0410,0270,0500,054

6Perdagangan, Hotel dan Restoran216.803,06235.432,45251.041,22278.364,41308.597,600,0550,0560,0330,0570,060

7Angkutan dan Komunikasi142.097,34154.052,84163.989,91175.588,31190.886,360,0360,0360,0210,0360,037

8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan126.920,72141.595,06161.404,30183.022,52204.094,140,0320,0330,0210,0380,040

9Jasa- Jasa309.322,77326.441,883.535.718,00359.920,08378.043,370,0780,0770,4580,0740,074

JUMLAH3.969.630,674.238.709,937.719.353,144.861.428,335.124.906,2711111

PDRB di Kab Bone seperti dilihat pada tabel di atas yang paling menonjol adalah sektor Pertanian dan untuk sub sektornya adalah tanaman bahan pangan, sektor paling rendah adalah pertambangan dan penggalian. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian Kabupaten Bone dikarenakan ketersediaan lahan untuk sektor pertanian masih besar. Namun sektor-sektor lainnya juga sangat potensial untuk dikembangkan.

TABEL 8. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI SULAWESI SELATAN

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2010 ( MILIYARAN RUPIAH )

NoLapangan usaha 20072008200920102011Vi/Vt

20072008200920102011

1Pertanian 12.181,8212.923,4213.528,6913.809,8014.737,350,2950,2900,2860,2120,212

a. Tanaman Bahan Makanan6.756,567.116,420,1040,102

b. Tanaman Perkebunan2.941,873.107,300,0450,045

c. Peternakan615,52672,850,0090,010

d. Kehutanan57,8559,740,0010,001

e. Perikanan3.472,893.781,040,0530,054

2Pertambangan dan Galian4.157,424.034,943.852,794.491,344.152,670,1010,0910,0810,0690,060

3Industri Pengolahan5.641,396.241,446.468,796.869,437.394,450,1370,1400,1370,1060,106

4Listrik , Gas dan Air Bersih400,88451,00490,45529,82575,410,0100,0100,0100,0080,008

5Bangunan1.942,092.328,422.656,772.900,273.250,820,0470,0520,0560,0450,047

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest6.322,437.034,567.792,108.698,819.361,860,1530,1580,1650,1340,135

7Angkutan dan Komunikasi3.244,613.651,374.023,684.619,935.179,870,0790,0820,0850,0710,074

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan2.610,482.881,073.203,983.742,094.297,330,0630,0650,0680,0580,062

9Jasa-Jasa4.731,585.003,605.308,835.535,555.879,580,1150,1120,1120,0850,085

JUMLAH41.232,7044.549,8247.326,0865.041,7369.566,6911111

PDRB di Prov Sulawesi Selatan yang tertinggi adalah sektor pertanian dan untuk sub sektor tanaman bahan makanan dan yang paling rendah adalah listrik, gasa dan air bersih. Untuk provinsi sulawesi selatan sektor pertanian penyumbang terbanyak dikarenakan mayoritas daerah di provinsi ini bekerja sebagai petani juga peternak. Juga masih banyaknya lahan pertanian yang tersedia.

TABEL 9. ANALISIS LQ KABUPATEN BONE PADA TAHUN 2007-2011 NoLapangan usaha (Vi'/Vt')/ (Vi/Vt)

20072008200920102011

1Pertanian 1,1771,1890,7031,6061,578

a. Tanaman Bahan Makanan1,5601,486

b. Tanaman Perkebunan0,9170,925

c. Peternakan0,8821,094

d. Kehutanan0,4900,534

e. Perikanan2,3732,391

2Pertambangan dan Galian0,0310,0390,0280,0570,070

3Industri Pengolahan0,4380,4150,2430,5270,536

4Listrik , Gas dan Air Bersih0,4860,4730,2770,6120,627

5Bangunan0,7740,7920,4811,1291,152

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest0,3560,3520,1980,4280,447

7Angkutan dan Komunikasi0,4550,4430,2500,5080,500

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan0,5050,5170,3090,6540,645

9Jasa-Jasa0,6790,6864,0830,8700,873

Indeks LQ diatas menunjukan bahwa sektor yang menjadi basis atau surplus produksinya sehingga bisa di ekspor adalah Sektor Pertanian dan Jasa (yang diberi warna merah). Walaupun sektor jasa memiliki nilai LQ tertinggi, namun hampir semua wilayah administratif di Sulawesi Selatan memiliki basis sektor tersebut sehingga tidak bisa menjadi prioritas pengembangan bagi Kabupaten Bone. Strategi pengembangan sektor diarahkan pada sektor pertanian dengan fokus subsektor perikanan. Subsektor peternakan memiliki nilai LQ tertinggi pada sektor pertanian, hal ini menandakan bahwa kinerja perikanan yang paling unggul. Hal ini menjadikan subsektor perikanan paling potensial untuk dikembangkan dan ditingkatkan pemasarannya.ANALISIS SWOT KABUPATEN BONE

Faktor InternalA.1 Kekuatan1. Potensi sumberdaya perikanan perikanan yang cukup besar. Potensi tersebut terdiri atas panjang pantai 130,45 km dengan produksi perikanan laut sebesar 67.8661,6 ton, potensi tambak seluas 11.475,9 ha dengan produksi sebesar 14.896,2 ton, potensi budidaya kolam seluas 1.818,5 ha dengan produksi sebesar 81,1 ton dan potensi periaran umum 766 ha dengan produksi sebesar 860,5 ton serta potensi Hutan Mangrove seluas 1.528, 40 ha2. Sumberdaya manusia di bidang perikanan relatif besar. Kabupaten Bone memiliki kelompok masyarakat kelautan dan perikanan sebanyak 625 kelompok yang terdiri dari kelompok nelayan sebanyak 179 Kelompok Usaha Bersama (KUB). Untuk pembudidaya ikan sebanyak 287 Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), pengolah dan pemasar sebanyak 77 Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar), pengawas sebanyak 59 Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokwasmas) serta pembenih ikan sebanyak 6 kelompok.3. Sektor perikanan sebagai sektor basis. (Bisa dilihat pada Tabel LQ Kabupaten Bone Tahun 2007-2011)4. Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan sektor perikanan 5. Mempunyai komoditas tambak udang dan kepiting bakau yang unggul, yaitu pengembangan Udang Sitto, Udang Galah dan kepiting Bakau di Kecamatan Cenrana Tellusiattinge, Awangpone, Tonra, Salomekko, Sibulue dan Kajuara.6. Kelembagaan kelompok nelayan yang kian membaik.A.2 Kelemahan1. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang belum merata, terutama budidaya Ikan Laut dan Rumput Laut.2. Keterbatasan modal nelayan/petani ikan3. Kurangnya Sarana dan Prasarana di lokasi pengembangan usaha perikanan4. Kemampuan memasarkan produk perikanan masih lemah5. Kemampuan ketrampilan dan penguasaan teknologi penangkapan & budidaya serta pengolahan hasil perikanan masih rendah6. Kesemrawutan pengelolaan rumput laut di Kelurahan Pallete yang dapat mengganggu perhubungan laut.

Berikut Tabel 10. Pembobotan Subkomponen Dalam Kekuatan dan Kelemahan:Faktor Faktor InternalBobotRateSkor

Kekuatan

Potensi sumber perikanan0,1250,6

Sumberdaya manusia di bidang perikanan0,140,4

Sektor perikanan merupakan basis0,0630,18

Kebijakan dan perhatian pemerintah0,0840,32

Komoditas tambak yang unggul0,1340,52

Kelembagaan kelompok nelayan yang kian membaik0,0920,18

Subtotal0,58222,2

Kelemahan

Pemanfaatan potensi Sumber Daya perikanan belum merata0,1340,52

Keterbatasan modal nelayan/petani ikan0,1130,33

Kurangnya sarana dan prasarana di lokasi pengembangan usaha perkanan0,0730,21

Lemahnya kemampuan memasarkan produk perikanan0,0940,36

Rendahnya penguasaan teknologi penangkapan dan pengolahan0,130,3

Kesemrawutan pengelolaan rumput laut0,0420,08

Subtotal0,54191,8

Total(S + W) = 1,1222-19 = 34(S - W = 0,4)

Tabel 10 menunjukkan skor nilai kekuatan (strengthness) sebesar 2,2 dan nilai kelemahan (weakness) sebesar 1,8 dengan total nilai internal 4 dan selisih kekuatan dan kelemahan sebesar 0,4. Dengan demikian maka dalam faktor internal kekuatan masih lebih besar dari kelemahan yang ada.Faktor EksternalB.1 Peluang1. Posisi wilayah yang strategis yang berdekatan dengan Teluk Bone2. Laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat3. Permintaan komoditi perikanan baik lokal maupun antar pulau4. Tersedianya aneka ragam komoditas perikanan yang memiliki prospek di dunia perdagangan ekspor dan antar pulau.5. Adanya kegiatan penangkapan dan budidaya sehingga membuka peluang bagi industri yang mendukung kegiatan tersebut.6. Kerjasama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Kabupaten Bone. BPSDMKP merupakan salah satu unit Eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bertanggung jawab dalam pengembangan SDM-KP melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kelautan dan perikanan..B.2 Ancaman1. Harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi2. Terjadinya pencemaran/kerusakan pada hutan mangrove dan terumbu karang3. Berikut Tabel 11. Pembobotan Subkomponen Dalam Peluang dan Ancaman:Faktor Faktor EksternalBobotRateSkor

Peluang

Posisi wilayah yang strategis yang berdekatan dengan Teluk Bone0,1940,76

Laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat0,0730,21

Permintaan komoditi perikanan baik lokal maupun antar pulau0,2251,1

Tersedianya aneka ragam komoditas perikanan0,1030,3

Adanya kegiatan penangkapan dan budidaya sehingga membuka peluang bagi industri yang mendukung kegiatan tersebut.0,1530,45

Kerjasama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) 0,0820,16

Subtotal0,81202,98

Ancaman

Harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi0,1020,2

Terjadinya pencemaran/kerusakan pada hutan mangrove dan terumbu karang0,2040,8

Subtotal0,3061,00

Total112-7=14 3,98(S-W=4,91)

Keadaan faktor eksternal (Tabel 11) menunjukkan tingginya skor peluang, yakni sebesar 2,98 sedangkan nilai ancaman ada pada skor 1,00, sehingga nilai selisih yang diperoleh sebesar 4,91. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor pendukung eksternal yang potensial dalam mendukung upaya peningkatan dan pengembangan subsektor peternakan Kabupaten Bulukumba.Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan pada masing-masing komponen dalam matriks faktor internal dan eksternal, selanjutnya dapat diketahui posisi atau kondisi peternak pada saat ini dalam kuadran SWOT, yang selanjutnya akan mencerminkan arah pengembangan strategi yang akan disusun. Posisi atau kondisi peternak berdasarkan faktor internal digambarkan pada garis datar (x absis) sedangkan faktor eksternal digambarkan pada garis vertikal (y ordinat). Posisi Faktor internal = [(22/6) (19/6)] = 3,6 3,1 = 0,5; merupakan nilai positif atau berada pada sumbu positif pada garis absis. Sedangkan Posisi Faktor eksternal = [(20/6) (6/2)] = 3,3 3 = 0,3 yang berarti berada pada ordinat positif. Berdasarkan posisi dalam kuadran dikeahui bahwa posisi vektor bertemu pada kuadran ke pertama (x;y) 0,5;0,3 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Sesuai dengan hasil pada diagram SWOT, maka strategi pengembangan subsektor peternakan dibagi berdasar prioritas sebagai berikut:

2,98

2,20,31,8

0,5

1

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT Pengembangan Subsektor PerikananBerdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa prioritas strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan subsektor perikanan di Kabupaten Bone dibagi kedalam 4 prioritas. Prioritas pertama yakni Aggressive strategy, strategi yang menggunakan semua kekuatan atau potensi untuk memanfaatkan atau mencapai peluang yang ada. Prioritas kedua adalah turnarround strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. Prioritas ketiga adalah diversification strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Prioritas keempat adalah defensive strategyyakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Untuk merumuskan langkah-langkah strategi pengembangan dan pemasaran subsektor peternakan yang terangkum ke dalam strategi S-O (strenght opportunity, kekuatan peluang), strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T, perlu dilakukan crossing dari masing-masing faktor dalam matriks sebagai berikut:

FAKTOR INTERNAL INTERNAL FAKTOR INTERNALFAKTOR EKSTERNAL FAKTOR EKSTERNALTabel 12. Matriks Strategi Pengembangan Subsektor PerikananKekuatan (strength): Potensi sumberdaya perikanan perikanan yang cukup besar. Sumberdaya manusia di bidang perikanan relatif besar Sektor perikanan sebagai sektor basis. Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan sektor perikanan Mempunyai komoditas tambak udang dan kepiting bakau yang unggul Kelembagaan kelompok nelayan yang kian membaik.

Kelemahan (weakness): Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang belum merata Keterbatasan modal nelayan/petani ikan Kurangnya Sarana dan Prasarana di lokasi pengembangan usaha perikanan Kemampuan memasarkan produk perikanan masih lemah Penguasaan teknologi penangkapan & budidaya serta pengolahan hasil perikanan masih rendah Kesemrawutan pengelolaan rumput laut

Peluang (opportunity): Posisi wilayah yang strategis yang berdekatan dengan Teluk Bone Laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat Permintaan komoditi perikanan baik lokal maupun antar pulau Tersedianya aneka ragam komoditas perikanan Adanya kegiatan penangkapan dan budidaya Kerjasama Kementrian dan Pemda dalam Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Strategi SO (Agressive Strategy)SO1. Mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan dan manajemen pemasaran untuk memenuhi permintaan komoditi perikanan baik lokal, antar pulau, maupun eksporSO2. Memaksimalkan produksi sumberdaya perikanan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan memunculkan peluang industri olahan hasil produksi perikananSO3. Memprioritaskan program pengembangan masyarakat dan kelompok usaha nelayan

PRIORITAS 1

Strategi WO (Turnarround/Konservative Strategy)WO1. Profit (peningkatan pendapatan daerah) dapat disumbangkan untuk memenuhi fasilitas pendukungWO2. Pemenuhan permintaan komoditi perikanan terus dipacu agar PAD dan pendapatan nelayan meningkat dan otomatis perikanan akan menyumbang profit ke dalam PDRBWO3. Peningkatan SDM dan keterampilan usaha, pengelolaan bisnis skala kecil, dan penguasaan teknologi dengan melibatkan pemerintah, pengusaha, akademisi, dan nelayan/petani ikan.WO4. Pengendalian dan peraturan zonasi pengelolaan rumput laut di sepanan garis pantai

PRIORITAS 2

Ancaman (threat): Harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi Terjadinya pencemaran/kerusakan pada hutan mangrove dan terumbu karang

Strategi ST (Diversification Strategy)ST1. Menciptakan teknologi ramah lingkungan dan tepat guna dalam berbagai usaha budidaya perikanan dan rumput laut dan melakukan pemeliharaan kawasan yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan swasta/pengusahaST2. Membangun infrastruktur pendukung produksi perikanan yang melengkapi kebutuhan nelayan/petani ikan dalam proses penangkapan/bertani ikanST3. Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya.

PRIORITAS 3PRIORITAS 4

Strategi WT (Defensive Strategy)WT1. Menignkatkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumbedaya perikanan serta menetapkan kebijakan sebagai ketentuan yang ditetapkan (zonasi ruang khusus potensi budidaya perikanan)

3. KABUPATEN BARRUANALISIS LQ KABUPATEN BARRUTABEL 13. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN BARRU

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2009 - 2011 ( JUTAAN RUPIAH )

NOLapangan UsahaPDRB Prov. Sulawesi SelatanPDRB Kab. Barru

200920102011200920102011

1Pertanian13528,6913844,6914737,35306.336,57319.150,43337.977,92

2Pertambangan Dan Penggalian3852,794459,324170,858.108,779.111,9411.042,62

3Industri Pengolahan6468,796869,437394,4525.534,9326.913,1828.821,00

4Listrik, Gas Dan Air Bersih490,45529,82575,414.457,544.891,315.468,15

5Bangunan2656,772900,273250,8260.517,9868.323,1880.282,49

6Perdagangan, Hotel, Restoran7792,18698,819631,8678.209,9882.568,2690.282,17

7Pengangkutan Dan Telekomunikasi4023,684619,935179,2727.782,2329.348,7132.075,38

8Keuangan Persewaan Dan Jasa3203,983742,094297,3344.008,4448583,9554029,56

9Jasa-Jasa5308,835535,555879,58130.069,87137.319,95143.947,03

Jumlah47326,0851199,9155116,92685026,31726210,91783926,32

PDRB di Kab Barru seperti dilihat pada tabel di atas yang paling menonjol adalah sektor Pertanian dan untuk sub sektornya adalah tanaman bahan pangan, sektor paling rendah adalah listrik, gas, dan air bersih. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian Kabupaten Barru dikarenakan ketersediaan lahan untuk sektor pertanian masih besar. Namun sektor-sektor lainnya juga sangat potensial untuk dikembangkan

TABEL 14. ANALISIS LQ KABUPATEN BARRU PADA TAHUN 2009 - 2011NoLapangan Usahavi/vtVi/VtLQ)Rata-RataTanda

200920102011200920102011200920102011

1Pertanian0,4470,4390,4310,2860,2700,2671,5641,6251,6121,601+

2Pertambangan Dan Penggalian0,0120,0130,0140,0810,0870,0760,0410,0460,0530,047-

3Industri Pengolahan0,0370,0370,0370,1370,1340,1340,1300,1370,1370,135-

4Listrik, Gas Dan Air Bersih0,0070,0070,0070,0100,0100,0100,0230,0250,0260,025-

5Bangunan0,0880,0940,1020,0560,0570,0590,3090,3480,3830,347-

6Perdagangan, Hotel, Restoran0,1140,1140,1150,1650,1700,1750,3990,4200,4310,417-

7Pengangkutan Dan Telekomunikasi0,0410,0400,0410,0850,0900,0940,1420,1490,1530,148-

8Keuangan Persewaan Dan Jasa0,0640,0670,0690,0680,0730,0780,2250,2470,2580,243-

9Jasa-Jasa0,1900,1890,1840,1120,1080,1070,6640,6990,6870,683-

Jumlah1111113,4983,6983,7403,645

Indeks LQ diatas menunjukan bahwa sektor yang menjadi basis atau surplus produksinya sehingga bisa di ekspor adalah Sektor Pertanian.. Sektor pertanian memiliki nilai LQ tertinggi pada sektor-sektor lainnya, hal ini menandakan bahwa kinerja pertanian yang paling unggul. Bahan pangan yang memiliki lahan luas dapat dijadikan sebagai pemasaran ke daerah-daerah di kabupaten Barru. Dengan demikian perkembangan perekonomian kabupaten ini berkembang pesat.ANALISIS SWOT KABUPATEN BARRUFaktor Internal A.1 Kekuatan1. Ketersediaan Lahan. Dalam hal ini untuk potensi investasi sektoral sektor pertanian merupakan Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura cukup besar yang ditandai oleh tersedianya lahan cukup luas untuk ekstensifikasi komoditi pertanian.2. Adanya keaneka ragaman komoditas pertanian. Dalam hal ini lahan pertanian kabupaten barru memiliki keanekaragaman komoditas Antara lain: jagung, kacangtanah, kedele dan lain-lain3. Ketersediaan Akses yang baik dari daerah lain menuju barru4. Adanya potensi ternak plasma nutfah seperti sapi Bali, Kambing, Ayam, Itik, yang dapat dikembangkan kualitasnya menjadi produk unggulan.5. Adanya beberapa jenis komuditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi tetap dikembangkan diantaranya: Bandeng, Cakalang, Kerapu, Tuna danUdangWindu.6. Adanya Prospek permintaan pasar komoditas perikanan dan kelautan yang cukup cerahA.2 Kelemahan1. Tekhnologi yang digunakan dalam bertani masih sangat rendah2. Kurangnya prasarana untuk bertani3. Pendidikan para petani dalam bertani masih sangat kurang

Berikut Tabel 15. Pembobotan Subkomponen Dalam Kekuatan dan Kelemahan:Faktor Faktor InternalBobotRateSkor

Kekuatan

Ketersediaan lahan0,1550,75

Keanekaragaman komoditas pertanian0,1340,52

Ketersediaan Akses0,1030,3

Ketersediaan potensi ternak0,0620,12

Ketersediaan jenis komuditi yang dikembangkan0,0930,27

Ketersediaan prospek permintaan pasar0,0620,12

Subtotal0,59192,08

Kelemahan

Tekhnologi yang masih kurang0,1440,56

Kurangnya prasarana untuk bertani0,1330,39

Pendidikan bertani masih kurang0,1440,56

Subtotal0,41111,51

Total119-11=83.59(S-W=0,57)

Tabel 15 menunjukkan skor nilai kekuatan (strengthness) sebesar 2,08 dan nilai kelemahan (weakness) sebesar 1,51 dengan total nilai internal 3.59 dan selisih kekuatan dan kelemahan sebesar 0,57. Dengan demikian maka dalam faktor internal kekuatan masih lebih besar dari kelemahan yang ada.Faktor EksternalB.1 Peluang1. Adanya dukungan program pemerintah provinsi maupun kabupaten dalam hal pengembangan pertanian2. Perkembangan system informasi yang dapat membantu dalam proses pemasaran di kabupaten barru3. Besarnya peluang investasi pada bidang pertanianB.2 Ancaman1. Pengaruh perubahan iklim terhadap kegiatan bercocok tanam2. Peralihan tata guna lahan dari lahan pertanian ke lahan terbangun

Berikut Tabel 16. Pembobotan Subkomponen Dalam Peluang dan Ancaman:Faktor Faktor EksternalBobotRateSkor

Peluang

Adanya dukungan program pemerintah provinsi dalam hal pengembangan pertanian0,2040.8

Perkembangan system informasi0,1630,48

Besarnya peluang investasi pada bidan gpertanian0,2651,3

Subtotal0,62122,58

Ancaman

Pengaruh iklim0,1940,76

Peralihan tata guna lahan0,1940,76

Subtotal0,3881,52

Total112-8=43,75(S-W=1,06)

Keadaan faktor eksternal (Tabel 16) menunjukkan tingginya skor peluang, yakni sebesar 2,58 sedangkan nilai ancaman ada pada skor 1,52, sehingga nilai selisih yang diperoleh sebesar 1,06. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor pendukung eksternal yang potensial dalam mendukung upaya peningkatan dan pengembangan subsektor pertanianKabupaten Barru.Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan pada masing-masing komponen dalam matriks faktor internal dan eksternal, selanjutnya dapat diketahui posisi atau kondisi pertanian pada saat ini dalam kuadran SWOT, yang selanjutnya akan mencerminkan arah pengembangan strategi yang akan disusun. Posisi atau kondisi pertanian berdasarkan faktor internal digambarkan pada garis datar (x absis) sedangkan faktor eksternal digambarkan pada garis vertikal (y ordinat). Posisi Faktor internal = [(19/6) (17/3)] = 3,16 5,6 = -2,44 ; merupakan nilai negatif atau berada pada sumbu negatif pada garis absis. Sedangkan Posisi Faktor eksternal = [(12/4) (8/2)] = 3 4 = -1 yang berarti berada pada ordinat negatif. Berdasarkan posisi dalam kuadran diketahui bahwa posisi vektor bertemu pada kuadran ke pertama (-x;-y) -2,44 ; -1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Sesuai dengan hasil pada diagram SWOT, maka strategi pengembangan subsektor pertanian dibagi berdasar prioritas sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Analisis SWOT Pengembangan Subsektor Pertanian

Berdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa prioritas strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan subsektor pertanian di Kabupaten Barru dibagi kedalam 4 prioritas. Prioritas pertama yakni aggressive strategy, strategi yang menggunakan semua kekuatan atau potensi untuk memanfaatkan atau mencapai peluang yang ada. Prioritas kedua adalah turnarround strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. Prioritas ketiga adalah diversification strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Prioritas keempat adalah defensive strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Untuk merumuskan langkah-langkah strategi pengembangan dan pemasaran subsektor peternakan yang terangkum ke dalam strategi S-O (strenght opportunity, kekuatan peluang), strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T, perlu dilakukan crossing dari masing-masing faktor dalam matriks sebagai berikut:

TABEL. 17. MATRIKS STRATEGI SEKTOR PERTANIAN FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNALKekuatan (strength): Ketersediaan lahan Keanekaragaman komoditas pertanian Ketersediaan akses Ketersediaan potensi ternak Ketersediaan jenis komuditi yang dikembangkan Ketersediaan prospek permintaan pasarKelemahan (weakness): Tekhnologi yang masih kutrang Kurangnya prasarana untuk bertani Pendidikan bertani masih kurang

Peluang (opportunity): Adanya dukungan program pemerintah provinsi dalam hal pengembangan pertanian Perkembangan system informasi Besarnya peluang investasi pada bidang pertanian

Strategi SO (Agressive Strategy) Mengembangkan jenis komoditas pertanian Mengembangkan olahan hasil ternak dari potensi ternak yang ada Meningkatkan jalur/akses distribusi dari hasil produksi ketempat pemasaran

PRIORITAS 1Strategi WO (Turnarround/Konservative Strategy) Mengadakan penyuluhan terkait pengembangan tekhnologi dalam bertani Membekali para petani dengan skill serta keterampilan dalam mengolah hasil pertanian Menambah ketersediaan prasarana bertani melalui innvestasi dari investor PRIORITAS 2

Ancaman (threat): Ancaman pengaruh iklim Peralihan tata guna lahan

Strategi ST (Diversification Strategy) Melakukan penyuluhan mengenai cara meminimalisir kerugian akibat terjadinya perubahan iklim Menetapkan zoning regulation terkait penggunaan lahan pertanian.

PRIORITAS 3

Strategi TW (Defensive Strategy) Penyuluhan teknologi tepat guna Memprioritaskan program penyuluhan bertani kepada masyarakat Mengoptimalkan prasarana bertani dalam mengelolalahan pertanian secaramaksimal

PRIORITAS 4

4. KABUPATEN BANTAENGANALISIS LQ KABUPATEN BANTAENG

TABEL 18. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN BANTAENG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2007-2011 (JUTAAN RUPIAH)NoLapangan Usaha 20072008200920102011Vi/Vt

20082009201020112012

1Pertanian348234,45368342,42393421,09423519,7453912,190,580,570,570,570,56

2Pertambangan dan Penggalian3871,984105,384856,45808,576709,90,010,010,010,010,01

3Industri Pengolahan20807,5122199,3223810,9925093,3227648,880,030,030,030,030,03

4Listrik, Gas dan Air Bersih3360,443637,113755,644054,574336,240,010,010,010,010,01

5Bangunan33982,2636624,3640338,4145245,4749165,650,060,060,060,060,06

6Perdagangan, Hotel dan Restoran65307,5869599,2874214,1380361,0188990,850,110,110,110,110,11

7Angkutan dan Komunikasi16420,0419478,0422365,6424478,7427538,80,030,030,030,030,03

8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan35361,9639360,5742793,7347790,9754005,210,060,060,060,060,07

9Jasa- Jasa75391,879961,7686681,3290556,4197555,660,130,120,130,120,12

Jumlah602738,02643308,24692237,35746908,7809863,3811111

Melihat data tabel PDRB kabupaten Bantaeng sektor yang paling banyak berperan pada kabupaten ini adalah sektor Pertanian yaitu tahapan 5 tahun berkembang yang jumlah tertinggi adalah sektor tersebut. Ini dapat dinyatakan bahwa sektor Pertanian sangat berkembang pesat. Namun bukan hanya sektor ini, melainkan adanya sektor pendukung juga yang berekembang pesat dengan sektor unggulan ini.

TABEL 19. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2008-2012 (JUTAAN RUPIAH)NoLapangan usaha 20072008200920102011Vi/Vt

20072008200920102011

1Pertanian 12181,8212923,4213528,6913809,814737,350,30,290,290,270,27

2Pertambangan dan Galian4157,424034,943852,794491,344152,670,10,080,080,090,08

3Industri Pengolahan5641,396241,446468,796869,437394,450,140,140,140,130,13

4Listrik , Gas dan Air Bersih400,88451490,45529,82575,410,010,010,010,010,01

5Bangunan1942,092328,422656,772900,273250,820,050,060,060,060,06

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest6322,437034,567792,18698,819361,860,150,160,160,170,17

7Angkutan dan Komunikasi3244,613651,374023,684619,935179,870,080,090,090,090,09

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan2610,482881,073203,983742,094297,330,060,070,070,070,08

9Jasa-Jasa4731,585003,65308,835535,555879,580,110,110,110,110,11

Jumlah41232,744549,8247326,085119754829,3411111

Pada PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berwarna biru yaitu sektor pertanian sangat berkembang, dengan begitu banyaknya lahan sehingga dapat diketahui bahwa Provinsi Sulawesi Selatan dijadikan sebagai ekspor bahan pertanian dikarenakan banyaknya lahan tersedia dan perekembangan yang sangat pesat. Sehingga dijadikan sebagai sektor unggulan.

TABEL 20. ANALISIS INDEKS LQNoLapangan usaha (Vi'/Vt')/ (Vi/Vt)

20072008200920102011

1Pertanian 1,9555671882,0029836811,9881419882,102149112,085228753

2Pertambangan dan Galian0,0637121690,078389780,086175660,088648340,109393088

3Industri Pengolahan0,2523173850,2524631740,2516517210,25038870,253147081

4Listrik , Gas dan Air Bersih0,5734491890,5455607480,5235217420,52455830,510196133

5Bangunan1,1970053551,0141390481,0380309981,06933551,023929649

6Perdagangan ,Hotel, dan Rest0,7066311020,6571002750,6511448180,6332320,643553222

7Angkutan dan Komunikasi0,3461982720,3561256360,3800173290,363187570,359937759

8Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan0,9266786250,9037597630,9131368120,875404810,850821019

9Jasa-Jasa1,0900115811,1080642551,1162775821,121335911,123330172

Jika dilihat dari Tabel Indeks LQ Kabupaten Bantaeng, maka dapat dilihat sektor yang menjadi pendukung besar terhadap perkembangan perekonomian kabupaten Bantaeng adalah sektor berwarna hijau yaitu pertanian, dan berwarna orange dan biru yaitu bangunan dan Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan yang menjadi sektor tertiggi. Namun jika melihat potensi yang sangat besar yaitu terdapat pada sektor pertanian. Sektor pertanian dapat diekspor dengan cepat, sehingga dampak terhadap perekonomian kabupaten Bantaeng meningkat. Potensi yang ada pada sektor pertanian ini sangat mempengaruhi bukan hanya perkembangan kabupaten Bantaeng namun juga Provinsi Sulawesi Selatan.

ANALISIS SWOT KABUPUPATEN BANTAENG

Faktor InternalA.1 Kekuatan7. Kondisi sumber daya alam (tanah dan iklim yang mendukung.8. Tersedianya industri pengolahan skala rumah tangga.9. Memiliki komoditas unggulan hortikultura spesifik yaitu apel dan stroberry.10. Kuatnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan 11. Agropolitan, tersusunya rencana tata ruang wilayah sebagai pengembangan kawasan agropolitanA.2 Kelemahan1. Kualitas sumber daya manusia yang rendah2. Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga keuangan dan sekolah.3. Belum adanya sistem pascapanen yang memadai yang meliputi packing dan pergudangan termasuk hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat4. Sistem pemasaran yang masih tradisional5. Produktifitas komoditihortikultura masih rendahBerikut Tabel 21. Pembobotan Subkomponen Dalam Kekuatan dan Kelemahan:Faktor Faktor InternalBobotRateSkor

Kekuatan

Kualitas sumber daya manusia0,1240,48

Tersedianya industri pengolahan skala rumah tangga0,0920,18

Memiliki komoditas unggulan hortikultura spesifik0,1130,33

Kuatnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan0,1030,30

Agropolitan0,0710,07

Subtotal0,49131,36

Kelemahan

Kualitas sumber daya manusia yang rendah0,0940,36

Fasilitas sosial dan umum yang masih minim0,1210,12

Belum adanya sistem pascapanen yang memadai0,1210,12

Sistem pemasaran yang masih tradisional0,1030,30

Produktifitas komoditihortikultura masih rendah0,0820,16

Subtotal0,51111,06

Total113-11=2(S-W=0,30)

Tabel 21 menunjukkan skor nilai kekuatan (strengthness) sebesar 1,36 dan nilai kelemahan (weakness) sebesar 1,06dengan total nilai internal 2,42 dan selisih kekuatan dan kelemahan sebesar 0,30. Dengan demikian maka dalam faktor internal kekuatan masih lebih besar dari kelemahan yang ada.

Faktor EksternalB.1 Peluang5. Mempunyai daya tarik sektor pariwisata yang tinggi6. Terbangunnya pelabuhan laut yang merupakan akses pemasaran komoditi hortikultura ke luar daerah.7. Infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah akses transportasi. 8. Meningkatnya investor yang ingin menamkan modal atau berinvestasi di Kabupaten Bantaeng9. Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan JenepontoB.2 Ancaman3. Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor pengembangan kawasan agropolitan.4. Status kepemilikan lahan tidak jelas.5. Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat menghilangkan budaya lokal masyarakat setempat.6. Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu.7. Perubahan pola penggunaan lahan.Berikut Tabel 22. Pembobotan Subkomponen Dalam Peluang dan Ancaman:Faktor Faktor EksternalBobotRateSkor

Peluang

Mempunyai daya tarik sektor pariwisata yang tinggi0,1240,48

Terbangunnya pelabuhan laut0,0820,16

Infrastruktur jalan yang baik0,1230,36

Meningkatnya investor0,0810,08

Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Jeneponto0,0810,08

Subtotal0,48111,16

Ancaman

Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat0,1020,20

Status kepemilikan lahan tidak jelas0,1010,10

Masuknya budaya luar0,1230,36

Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu0,1210,12

Perubahan pola penggunaan lahan0,840,32

Subtotal0,52111,10

Total111-11=02,26(S-W=0,06)

Keadaan faktor eksternal (Tabel 22) menunjukkan tingginya skor peluang, yakni sebesar 1,96 sedangkan nilai ancaman ada pada skor 1,10, sehingga nilai selisih yang diperoleh sebesar 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor pendukung eksternal yang potensial dalam mendukung upaya peningkatan dan pengembangan subsektor peternakan Kabupaten Bantaeng.Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan pada masing-masing komponen dalam matriks faktor internal dan eksternal, selanjutnya dapat diketahui posisi atau kondisi pertanian pada saat ini dalam kuadran SWOT, yang selanjutnya akan mencerminkan arah pengembangan strategi yang akan disusun. Posisi atau kondisi peertanian berdasarkan faktor internal digambarkan pada garis datar (x absis) sedangkan faktor eksternal digambarkan pada garis vertikal (y ordinat). Posisi Faktor internal = [(13/5) (11/5)] = 2,6 2,2 = 0,4; merupakan nilai positif atau berada pada sumbu positif pada garis absis. Sedangkan Posisi Faktor eksternal = [(11/5) (11/5)] = 2,2 2,2 = 0,0 yang berarti berada pada ordinat positif. Berdasarkan posisi dalam kuadran dikeahui bahwa posisi vektor bertemu pada kuadran ke pertama (x;y) 0,4;0,0 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Sesuai dengan hasil pada diagram SWOT, maka strategi pengembangan subsektor pertanian dibagi berdasar prioritas sebagai berikut:Gambar 4. Diagram Analisis SWOT Pengembangan Sektor Pertanian

Berdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa prioritas strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan subsektor pertanian di Kabupaten Bantaeng dibagi kedalam 4 prioritas. Prioritas pertama yakni aggressive strategy, strategi yang menggunakan semua kekuatan atau potensi untuk memanfaatkan atau mencapai peluang yang ada. Prioritas kedua adalah turnarround strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. Prioritas ketiga adalah diversification strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Prioritas keempat adalah defensive strategy yakni strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Untuk merumuskan langkah-langkah strategi pengembangan dan pemasaran subsektor pertanian yang terangkum ke dalam strategi S-O (strenght opportunity, kekuatan peluang), strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T, perlu dilakukan crossing dari masing-masing faktor dalam matriks sebagai berikut:

TABEL 23. Matriks Analisis SWOT Pengembangan Sektor PertanianStrenghts (S)Weaknesses (W)

Faktor internal Strenghts (S) Kondisi sumber daya alam (tanah dan iklim) yang mendukung. Tersedianya industri pengolahan skala rumah tangga Memilki komoditas unggulan hortikultura spesifik yaitu apel danm strowberry. Kuatnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan Tersusunnya rencana tata ruang wilayah sebagai pengembangan kawasan agropolitan. Kualitas sumber daya manusia yang rendah Fasilitas sosial dan umum yang masih minim seperti pasar, lembaga keuangan dan sekolah. Belum adanya sistem pascapanen yang memadai yang meliputi packing dan pergudangan termasuk hasil pertanian yang rawan rusak dalam tolerasi waktu dan tempat Sistem pemasaran yang masih tradisional. Produktifitas komoditihortikultura masih rendah.

Faktor eksternal Opportunities (o) Mempunyai daya tariksektor pariwisata yang tinggi Terbangunnya pelabuhan laut yang merupakan akses pemasaran komoditi hortikultura ke luar daerah. Infrastruktur jalan yang baik mempermudah akses transportasi. Meningkatnya investor yang ingin menamkan modal atau berinvestasi di Kabupaten Bantaeng Berbatasan dengan Kabupaten Gowa danJeneponto.Strategi S Vs O Peningkatan dan perluasan areal tanam komoditi hortikultura di khususnya di Desa Bontolojong. Mengembangkan pasar Loka di Desa Bontomarannu sebagai pasar komoditi yang mengarah pada pembangunan terminal agribisnis. . Menjadikan Desa Bontolojong sebagai kawasata agrowisata hortikultura. Mendorong investor untuk berinvestasi wisata di Desa Bontolojong.

PRIORITAS 1

Strategi W Vs O Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan serta pemberian bantuan modal usaha. Membangun fasilitas sekolah, bank, dan menata kembali efektifitas gudang serta merelokasi cold storage ke Desa Bontomarannu. Penataan kembali kepemilikan lahan oleh BPN bekerjasama dengan pemerintah setempat.

PRIORITAS 2

Threats ( T ) Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat yang dapat menjadi kompetitor pengembangan kawasan agropolitan Status kepemilikan lahan tidak jelas. Masuknya budaya luar yang akan mempengaruhi bahkan dapat menghilangkan budaya lokal masyarakat setempat. Kerusakan hutan lindung yang mengakibatkan erosi pada daerah hulu. Perubahan pola penggunaan lahanStrategi S Vs T Menjadikan komoditi unggulan strowbery dan apel sebagai komoditi spesifik melalui promosi keluar daerah. Membuat regulasi yang menjaga kelestraian budaya lokal Kecamatan Uluere. Membuat papan informasi penggunaan lahan disetiap Desa dan kawasan hutan lindung berdasarkan RTRW Kabupaten sertamelakukan konservasi dan reboisasi bagi kawasan yang telah rusak.

PRIORITAS 3

Strategi W Vs T Penegakan hukum dan kebijakan pemerintah dengan konsisten, baik secara individu maupun kelembagaan. PRIORITAS 4Pengembangan hutan kemasyarakatan.