Upload
anpres22
View
5.426
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA
LAPORAN PRAKTIK DAN STUDI LAPANGAN
PROSEDUR PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL
UNTUK PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR NON BKC
DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA
Diajukan oleh:
Nopia Setia Putra
NPM: 111040500273
Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan
Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma 1 Keuangan
Tahun 2011/2012
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA
PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK DAN STUDI LAPANGAN
NAMA : Nopia Setia Putra
NOMOR POKOK MAHASISWA : 111040500273
DIPLOMA 1 KEUANGAN
SPESIALISASI : Kepabeanan dan Cukai
BIDANG LAPORAN : Teknis Cukai
JUDUL LAPORAN : Prosedur Pembebasan Cukai Etil
Alkohol Untuk Pembuatan Barang
Hasil Akhir Non BKC di KPPBC
Tipe Madya Pabean B Surakarta
Mengetahui
Kepala Balai Diklat Keuangan Yogyakarta
Ririn Mardiyani, S.E., M.Si.NIP. 196803041994032002.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Heru Djatmika SunindyaNIP. 196912181989121001
ii
KATA PENGANTAR
Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tahun akademik 2011/2012 yang khususnya berada
di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta III telah dinyatakan lulus ujian akhir semester
genap pada Selasa, 17 Juli 2012. Kemudian diikuti dengan tahap selanjutnya berupa
Praktik dan Studi Lapangan.
Praktik dan Studi Lapangan tersebut dilaksanakan dari 23 Juli-03 Agustus 2012.
Sebagai tugas akhirnya, mahasiswa harus membuat laporan hasil Praktik dan Studi
Lapangan berdasarkan bidang dan materi yang diteliti untuk memenuhi salah satu
syarat dinyatakan lulus.
Sebagai salah satu mahasiswa tersebut, penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik dan Studi Lapangan ini. Judul yang penulis ambil
adalah “Prosedur Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Pembuatan Barang Hasil
Akhir Non BKC di KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta”.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Kusmanadji, AK., MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program
Pendidikan.
2. Ibu Ririn Mardiyani, SE., M.Si. selaku Kepala Balai Diklat Keuangan Yogyakarta
III yang telah memberikan perhatian lebih kepada mahasiswa dalam mengikuti
Praktik dan Studi Lapangan.
iii
3. Bapak Gatot Hartono selaku Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktik dan Studi
Lapangan di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.
4. Bapak Heru Djatmika Sunindya selaku pembimbing laporan Praktik dan Studi
Lapangan.
5. Seluruh pembimbing lapangan di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik dan Studi
Lapangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Harapan penulis dengan adanya laporan dan Praktik dan Studi Lapangan ini dapat
meningkatkan pengetahuan di bidang cukai, khususnya tentang prosedur pembebasan
cukai etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil
akhir non BKC, baik untuk penulis sendiri maupun kepada pembaca.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari sisi laporan maupun
pelaksanaan Praktik dan Studi Lapangan ini. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 09 Agustus 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 01
B. Tujuan Penulisan................................................................................................ 02
C. Metode Pengumpulan Data................................................................................ 02
D. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................................. 03
E. Sistematika Penulisan......................................................................................... 03
BAB II PEMBAHASAN
A. CUKAI ETIL ALKOHOL
1. Dasar Hukum...................................................................................................... 05
2. Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol.......................................................... 05
3. Gambaran Umum Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk
Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC......................................................... 06
B. PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL UNTUK PEMBUATAN
BARANG HASIL AKHIR NON BKC DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN
B SURAKARTA
1. Gambaran Umum KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta............................. 09
v
2. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Barang Hasil Akhir Non BKC ........... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, menerapkan pungutan cukai
dalam rangka pembatasan dan pengawasan suatu produk dan sebagai salah satu
sumber penerimaan negara. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik tertentu yang
ditetapkan dalam Undang-Undang.
Menurut pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun 2007 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang cukai, ada beberapa barang kena cukai
(BKC) yang dapat diberikan fasilitas pembebasan dengan syarat tertentu. Salah
satunya adalah etil alkohol (EA) yang digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong
dalam pembuatan barang hasil akhir (BHA) non BKC. Barang tersebut dapat berupa
produk obat-obatan, kosmetika, parfum, pembersih lantai, dll.
Telah diketahui beberapa Pabrik BHA pengguna pembebasan cukai etil alkohol di
daerah Surakarta di bawah pengawasan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai
(KPPBC) tipe Madya Pabean B Surakarta. Penulis ingin mengamati secara langsung
untuk lebih mengetahui dan memahami jalannya prosedur Perusahaan mendapatkan
pembebasan cukai etil alkohol tersebut.
1
2
B. Tujuan Penulisan
Laporan Praktik dan Studi Lapangan ini penulis susun dengan menggunakan
pendekatan positif, menyampaikan kenyataan di lapangan berdasarkan teori yang
telah dipelajari. Bagaimana kenyataan di lapangan akan prosedur mendapatkan
fasilitas pembebasan cukai etil alkohol yang digunakan sebagai bahan baku/bahan
penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC berdasarkan teori dan
peraturan yang telah ada, apakah sesuai atau tidak.
Tujuan dari laporan Praktik dan Studi Lapangan ini adalah:
1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat dinyatakan lulus dari Program
Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk lebih memahami dan mengetahui prosedur pembebasan cukai etil alkohol
yang digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang
hasil akhir yang bukan merupakan BKC.
3. Sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja.
C. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk mengumpulkan data atau
keterangan yang diperlukan, antara lain:
1. Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk memperoleh data/keterangan dengan membaca
teori pada Undang-Undang, peraturan pelaksanaan, peraturan Menteri, keputusan
Menteri, peraturan Dirjen, modul atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan
dengan pokok bahasan pada laporan Praktik dan Studi Lapangan.
3
2. Metode Penelitian Lapangan
Metode ini dilakukan melalui pengamatan dan mengumpulkan data secara
langsung di lapangan. Obyek penelitiannya berupa dokumen-dokumen, catatan-
catatan, laporan-laporan dan proses kerja/kegiatan. Metode ini dilakukan dengan
beberapa cara:
a. Wawancara
Dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang
terkait, berkompeten dan dapat memberikan informasi secara akurat yang terkait
dengan pokok bahasan.
b. Observasi
Dengan mengamati secara langsung di lapangan, yaitu di KPPBC tipe Madya
Pabean B Surakarta dan perusahaan terkait tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan pokok pembahasan pada laporan Praktik dan Studi Lapangan ini.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Penulis hanya akan membahas prosedur pembebasan cukai etil alkohol sebagai
bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan
merupakan BKC agar materi tidak melebar. Namun demikian, hal-hal umum yang
berkaitan akan tetap dijelaskan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, laporan Praktik dan Studi Lapangan ini
penulis susun dalam tiga bab. Bab pertama menguraikan secara singkat latar belakang
dan alasan tema yang dipilih, tujuan dan metode pengumpulan data dari penulisan
4
laporan Praktik dan Studi Lapangan itu sendiri. Kemudian memaparkan ruang lingkup
yang akan dibahas dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah bahasan utama laporan ini, penulis membaginya dalam dua
pokok bahasan. Bahasan pertama adalah tentang cukai etil alkohol yang meliputi
dasar hukum yang digunakan, berbagai fasilitas yang diberikan pada etil alkohol dan
gambaran umum prosedur pembebasan cukai etil alkohol yang digunakan sebagai
bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC.
Sedangkan bahasan kedua penulis menyampaikan prosedur pembebasan cukai etil
alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non
BKC baik melalui proses produksi terpadu maupun melalui proses produksi non
terpadu di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.
Bab ketiga merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari uraian yang telah
dibahas pada bab sebelumnya. Dalam hal ini penulis juga akan memberikan sedikit
masukan dan saran atas berbagai hal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cukai Etil Alkohol
1. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam pembahasan mengenai pembebasan cukai
etil alkohol adalah:
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.04/2009 tentang Penimbunan,
Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara
Pembebasan Cukai.
d. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata
Cara Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol.
e. Peraturan DJBC Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan
Perusakan Etil Alkohol Yang Mendapat Pembebasan Cukai.
2. Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Cukai, etil alkohol baik dari
pabrik, tempat penyimpanan atau impor dapat diberikan pembebasan cukai apabila:
5
6
a. Digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil
akhir non BKC.
b. Digunakan untuk keperluan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan atau
tujuan sosial.
c. Dirusak menjadi spiritus bakar sehingga tidak baik untuk diminum.
Ketiga hal tersebut mempunyai ketentuan yang berbeda, baik dari subyek yang
dapat diberikan pembebasan, prosedur perizinan maupun tindak lanjut setelah
diberikan pembebasan cukai.
3. Gambaran Umum Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk
Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC
Subyek yang dapat diberikan pembebasan cukai tersebut adalah Pengusaha
Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus
Pencampuran, atau Importir etil alkohol. Etil alkohol yang digunakan sebagai bahan
baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC tersebut dapat
dibuat dengan:
a. Melalui proses produksi terpadu.
b. Melalui proses produksi non terpadu.
Proses produksi terpadu merupakan suatu rangkaian proses produksi yang
dilakukan di pabrik etil alkohol, mulai dari pembuatan etil alkohol sebagai bahan
baku sampai dengan pembuatan barang hasil akhir yang bukan BKC. Untuk
memperoleh pembebasan etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir non BKC secarat terpadu, Pengusaha Pabrik tersebut
dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
7
melalui Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan dengan menggunakan contoh
format PMCK–1 (surat permohonan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan
barang hasil akhir dengan produksi terpadu).
Sedangkan dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC untuk proses produksi
non terpadu, etil alkohol diperoleh dari perusahaan/tempat lain. Untuk memperoleh
pembebasannya Pengusaha Pabrik, Pengusaha tempat Penyimpanan, Pengusaha
Tempat Penyimpanan Khusus Pencampuran atau Importir etil alkohol dapat
mengajukan dengan menggunakan PMCK-2 (surat permohonan pembebasan cukai
etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir dengan cara produksi non terpadu).
Beberapa Pabrik BHA yang menggunakan etil alkohol sebagai bahan baku atau bahan
penolong diantaranya adalah pabrik farmasi, pabrik kosmetika, pabrik bioetanol,
pabrik cat dan bahan bangunan, dll.
Secara jelas, prosedur mendapatkan pembebasan cukai etil alkohol yang
digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir
non BKC dengan proses secara terpadu maupun non terpadu adalah:
a. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha tempat
Penyimpanan Khusus Pencampuran atau Importir etil alkohol mengajukan
permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal melalui Kepala
Kantor Pengawasan dan Pelayanan dengan menggunakan contoh format PMCK–
1/PMCK-2. Untuk pengajuan pertama kali harus dilampiri:
1) Kopi surat atau izin produsen barang hasil akhir yang ditandasahkan oleh pejabat
instansi terkait.
2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) produsen barang hasil akhir.
8
3) Kopi akte pendirian usaha apabila produsen barang hasil akhir merupakan badan
hukum.
4) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi pabrik barang hasil akhir dari KPPBC yang
mengawasi disertai gambar denah/lokasi pabrik.
5) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim.
6) Uraian tentang alur proses produksi dan penggunaan etil alkohol.
7) Contoh barang hasil akhir yang diproduksi.
b. Kepala KPPBC melakukan penelitian administrasi dan untuk permohonan
pertama kali wajib dilakukan pemeriksaan fisik lokasi tempat yang akan dipakai
menimbun etil alkohol di lokasi pabrik BHA.
c. Apabila permohonan telah lengkap dan layak diterima, Kepala Kantor membuat
rekomendasi mengenai permohonan yang diajukan.
d. Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri
Keuangan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari sejak permohonan diterima
secara lengkap dan benar, menetapkan keputusan atas permohonan yang diajukan
sebagaimana dimaksud diatas dan kepada pengusaha Barang Hasil Akhir
bersangkutan diberikan NPPP (Nomor Pokok Pengguna Pembebasan).
Produsen yang memperoleh pembebasan cukai etil alkohol untuk digunakan
sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan Barang Hasil Akhir
sebagaimana dimaksud diatas, wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Direktur
Jenderal melalui Kepala Kantor Pelayanan paling lama tanggal 10 pada bulan
berikutnya.
9
B. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Pembuatan Barang Hasil Akhir Non
BKC di KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta
1. Gambaran Umum KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean
B Surakarta beralamat di Jalan L.U. Adisucipto Nomor 36, Colomadu, Karanganyar,
Surakarta. KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta saat ini dipimpin oleh Bapak
Gatot Hartono sebagai Kepala Kantor, dengan dibantu oleh 96 Pegawai Bea Cukai.
KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta ini paling banyak menangani bidang
kepabeanan, dan sedikit tentang cukai. Meskipun kegiatan yang ditangani di bidang
kepabeanan lebih banyak, namun dari segi penerimaan, bidang cukai memberikan
sumbangan yang lebih tinggi dari pada bidang kepabeanan. Total penerimaan negara
sampai dengan bulan Juli tahun 2012 ini menghasilkan penerimaan sebesar Rp
528.664.893.978,-. Penerimaan negara yang diperoleh dari bidang kepabeanan
sebesar Rp 7.583.490.678,- dan Penerimaan negara yang diperoleh dari bidang cukai
sebesar Rp 512.596.982.940,-, sisanya adalah penerimaan lainnya seperti Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP), Sanksi Administrasi dan Lain-lain.
Dalam melaksanakan pengawasan dan pelayanannya KPPBC tipe Madya Pabean
B Surakarta mempunyai visi, misi, dan srategi sebagai berikut :
a. Visi: menuju Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai bertaraf
Internasional dalam kinerja dan citra.
b. Misi: menciptakan pelayanan prima dengan memberikan yang terbaik, sepenuh
hati, dan profesional.
c. Strategi: kenyamanan, kecepatan dan profesional.
10
Dalam pengawasan dan pelayanannnya KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta
juga memiliki semboyan, yaitu:
a. Best.
b. Terbaik untuk anda.
c. Leladi kanthi ati lan setiti.
d. Melayani dengan hati mengawasi dengan teliti.
Di samping ini adalah logo yang dibuat KPPBC tipe Madya
Pabean B Surakarta sebagai lambang dari semboyannya.
Dicantumkan kalimat “Leladi Kanthi Ati Lan Setiti” yang
ditulis dalam bahasa Jawa sebagai semangat pengawasan
dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta saat
ini.
Wilayah kerja KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta meliputi seluruh wilayah
eks-Karesidenan Surakarta dengan luas: ± 5.724 km2 meliputi Kabupaten/Kota:
a. Surakarta
b. Boyolali
c. Sukoharjo
d. Karanganyar
e. Wonogiri
f. Sragen
g. Klaten
Sedangkan pengawasan dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta
meliputi:
11
a. Kawasan Pabean:
1) Kantor Pos Lalu Bea
2) Bandara Internasional Adi Sumarmo
b. Tempat Penimbunan Sementara:
1) PT Angkasa Pura I
2) PT Solo Segara Murni (Lapangan Penimbunan/Bandara)
c. Tempat Penimbunan Berikat:
d. Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
e. Pengusaha Pengurus Jasa Kepabeanan
f. Pabrik Etil Alkohol
g. Pabrik Minuman Mengandung Etil Alkohol
h. Pabrik Hasil Tembakau
i. Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol
j. Tempat Penjualan Eceran Minuman Mengandung Etil Alkohol
k. Penyalur Minuman Mengandung Etil Alkohol
2. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Sebagai Bahan Baku/Bahan Penolong Untuk
Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC
Terdapat beberapa pihak yang mengajukan pembebasan cukai etil alkohol di
KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Pihak tersebut adalah Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan dan Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus
Pencampuran etil alkohol. Sedangkan untuk Importir etil alkohol, sampai saat ini
belum ada.
12
Untuk mempermudah pelaporan, prosedur pembebasan cukai etil alkohol tersebut
dibagi ke dalam 2 kelompok:
a. Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non
BKC melalui proses produksi terpadu
Pembebasan cukai ini hanya diberikan kepada Pengusaha Pabrik etil alkohol, yang
dalam pembuatannya dimulai dari pembuatan etil alkohol sebagai bahan baku itu
sendiri sampai menjadi barang jadi berupa barang yang bukan merupakan BKC. Di
daerah Surakarta hanya terdapat 1 pabrik etil alkohol.
Ada beberapa produk yang diajukan pembebasan cukainya melalui proses
produksi terpadu ini, diantaranya adalah asam asetat dan etil asetat. Asam asetat
dihasilkan dengan proses oksidasi, yaitu uap etil alkohol dioksidasi dengan udara di
dalam reactor Fixed Bed dengan menggunakan katalisator padatan. Produk
acetaldehyde yang dihasilkan mempunyai kemurnian 99,99% bW. Acetaldehyde fasa
cair dioksidasi dengan udara di dalam reaktor gelembung dengan katalisator cair.
Sedangkan etil asetat dihasilkan dengan proses esterifikasi, yaitu dari reaksi
esterifikasi antara asam asetat dengan etil alkohol. Reaksi ini berlangsung di dalam
reactor Fixed Bed dengan katalisator berbentuk butiran. Etil asetat yang dihasilkan
mempunyai kemurnian 99,9%.
Kedua barang tersebut pada hasil akhirnya tidak terdapat etil alkohol dalam
keadaan bebas, sehingga ethanol yang digunakan tidak wajib campur. Hal tersebut
berarti syarat pembebasan cukai etil alkoholnya terpenuhi, karena barang hasil akhir
yang dibuat sudah bukan lagi etil alkohol dan bukan merupakan BKC.
Untuk prosedur perizinan mendapatkan pembebasan cukai tersebut adalah:
13
Pengusaha Pabrik mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai tipe
Madya Pabean B Surakarta dengan menggunakan contoh format PMCK–1.
Pembebasan diajukan untuk 1 tahun ke depan, sehingga biasanya Pengusaha Pabrik
mengajukan PMCK-1 menjelang akhir tahun, antara bulan Oktober-Desember. Pada
bulan September 2010, Pengusaha Pabrik di Surakarta ini mengajukan pembebasan
cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non BKC melalui proses
produksi terpadu untuk pertama kalinya, sehingga harus melampirkan:
1) Kopi surat atau izin Pabrik yang ditandasahkan oleh pejabat instansi terkait.
2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi pabrik dari KPPBC tipe Madya Pabean B
Surakarta disertai gambar denah/lokasi pabrik. Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebagai Pabrik etil alkohol, sehingga hal tersebut harus dilakukan
pemeriksaan lokasi, syarat tersebut adalah:
a) Memiliki luas minimal 5000 m2.
b) Lokasi pabrik dikelilingi pagar permanen dengan tinggi minimal 2 m.
c) Pada pabrik hanya terdapat 1 pintu utama yang berhubungan langsung dan dapat
dimasuki dari jalan umum. Sedangkan pintu lain hanya untuk evakuasi atau
keperluan tertentu dengan ketentuan ukuran tertentu.
d) Lokasi pabrik tidak berhubungan langsung dengan tempat tinggal.
Pada kenyataanya syarat-syarat lokasi tersebut pada waktu pemeriksaan
biasanya melebihi ketentuan minimal, baik dari luas pabrik, tinggi pagar, lokasi
pabrik, dll.
14
4) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim (tahun 2011).
5) Uraian tentang alur proses produksi asam asetat dan etil asetat serta kebutuhan etil
alkoholnya.
6) Contoh asam asetat dan etil asetat.
Hal yang harus dilakukan selanjutnya oleh Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B
Surakarta adalah melakukan penelitian administrasi dari dokumen yang diajukan,
apakah sudah lengkap dan benar. Kemudian masih ada syarat fisik lagi yang harus
dipenuhi oleh pabrik tersebut, yaitu wajib melakukan pemisahan secara tegas dengan
batas-batas yang jelas wadah/tangki dan ruangan untuk menyimpan etil alkohol yang
telah dicampur dengan bahan pencampur. Selain itu Pabrik harus memiliki ruang
laboratorium berikut peralatan yang memadai. Atas persyaratan tersebut, untuk
pengajuan pertama kalinya juga harus diperiksa fisik lokasi tempat penimbunan etil
alkoholnya.
Apabila permohonan telah lengkap dan layak diterima, Kepala KPPBC tipe
Madya Pabean B Surakarta segera membuat rekomendasi mengenai permohonan
tersebut kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah
untuk diberikan keputusan pembebasan serta jumlah etil alkohol yang dibebaskan.
Keputusan tersebut ditetapkan dalam jangka waktu 10 hari sejak diterimanya surat
pengajuan secara lengkap dan benar di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.
Apabila pengajuan diterima, maka Pengusaha Pabrik diberikan NPP (Nomor
Pokok Pembebasan). Pengusaha Pabrik tersebut diperbolehkan membuat asam asetat
dan etil asetat dengan bahan baku/bahan penolong berupa etil alkohol yang telah
dibebaskan cukainya sesuai jumlah yang ditetapkan untuk 1 tahun takwim (2011).
15
Atas pembuatan barang tersebut, pencampuran etil alkoholnya harus diawasi oleh
Bea Cukai dan dibuatkan Berita Acara Pencampuran etil alkohol (BACK-7).
Sedangkan kewajiban Pengusaha Pabrik etil alkohol tersebut adalah harus membuat
laporan kepada Bea Cukai dengan LACK-3 (Laporan Penggunaan Etil Alkohol
Dengan Fasilitas Pembebasan Cukai Melalui Proses Produksi Terpadu) setiap bulan
dan diberitahukan kepada Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sedangkan untuk pengajuan yang selanjutnya sudah tidak dilakukan pemeriksaan
fisik lokasi lagi. Pengusaha Pabrik mengajukan PMCK-1 yang cukup dilampiri:
1) Rencana produksi selama 1 tahun ke depan.
2) LACK-3 1 tahun takwim sebelumnya.
3) Kopi Surat Keputusan Pembebasan dari Kementerian Keuangan pada tahun
sebelumnya yang telah diberikan.
b. Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non
BKC melalui proses produksi non terpadu
Pembebasan cukai etil alkohol ini dapat diberikan kepada Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus
Pencampuran atau Importir etil alkohol yang memasok/mengirim etil alkohol tersebut
kepada suatu Pabrik BHA sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan
barang hasil akhir non BKC Pabrik tersebut.
Di daerah Surakarta terdapat 5 Pabrik BHA yang mendapat pasokan/kiriman etil
alkohol dari beberapa Pengusaha Pabrik maupun Pengusaha Tempat Penyimpanan etil
alkohol dari berbagai daerah. Diantaranya dari Pengusaha Pabrik etil alkohol
16
Surakarta dan Lawang, Pengusaha Tempat Penyimpanan dan Pengusaha Tempat
Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol dari Bogor.
Beberapa produk yang dihasilkan diantaranya adalah:
1) Obat-obatan berupa pil, tablet, sirup botol, sirup sachet, kapsul, dll.
2) Ekstrak jamu seperti jahe emprit, temulawak/curcuma, kunir/kunyit, antioxidant,
sambiloto, dll.
3) Kosmetik yang diantaranya body & baby talk, bedak, minyak kembang, dll.
4) Permen dan kembang gula.
Barang tersebut membutuhkan etil alkohol dengan jumlah dan kadar tertentu
sebagai bahan campurannya. Oleh karena barang yang dihasilkan bukan merupakan
barang kena cukai, maka Kementerian Keuangan memberikan fasilitas pembebasan
cukai.
Sedangkan prosedur perizinannya adalah Pengusaha Pabrik BHA mengajukan
pemesanan etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong untuk pembuatan
produknya kepada Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan atau
Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol. Pengajuan
tersebut diteruskan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal melalui Kepala
KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta menggunakan PMCK-2 dengan dilampiri
selayaknya lampiran PMCK-1, yaitu:
1) Kopi surat atau izin Pabrik barang hasil akhir yang ditandasahkan oleh pejabat
instansi terkait.
2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
17
3) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi Pabrik, Tempat Penyimpanan atau Tempat
Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol dari KPPBC masing-masing
daerah.
4) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim.
5) Uraian tentang alur proses produksi barang hasil akhir non BKC serta kebutuhan
etil alkoholnya.
6) Contoh barang yang diproduksi.
Hal yang dilakukan selanjutnya sama seperti pengajuan pembebasan cukai etil
alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non BKC melalui proses terpadu, yaitu
Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta melakukan penelitian administratif
dan melakukan pemeriksaan fisik lokasi penimbunan etil alkohol terhadap Pabrik
BHA apabila pengajuan tersebut adalah yang pertama kali.
Apabila dokumen yang diajukan telah lengkap dan benar, segera diteruskan
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan
memberikan pertimbangan dan pendapat tentang kelayakan permohonan tersebut
untuk diberikan pembebasan cukai. Keputusan atas jumlah cukai etil alkohol yang
dibebaskan ditetapkan dalam waktu 10 hari sejak pengajuan diterima secara lengkap
dan benar di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Permohonan pembebasan
pertama kali yang dikabulkan diberikan NPP (Nomor Pokok Pembebasan).
Atas pembuatan produk BHA, pencampuran etil alkoholnya harus diawasi oleh
Bea Cukai dan dibuatkan Berita Acara Pencampuran etil alkohol (BACK-7). Sebagai
pengawasannya Pengusaha Pabrik BHA tersebut harus membuat laporan kepada Bea
Cukai dengan LACK-4 (Laporan Penggunaan Etil Alkohol Dengan Fasilitas
18
Pembebasan Cukai Melalui Proses Produksi Non Terpadu) setiap bulan dan
diberitahukan kepada Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol yang selanjutnya oleh Pengusaha
Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, atau Pengusaha Tempat Penyimpanan
Khusus Pencampuran mengajukan PMCK-2 yang cukup dilampiri:
1) Surat Pemesanan dari Pabrik BHA beserta lampiran alur proses pembuatannya.
2) Rencana produksi selama 1 tahun ke depan dan penjelasan kebutuhan etil
alkholnya dari Pabrik BHA.
3) LACK-4 1 tahun takwim yang telah dilaksanakan Pabrik BHA.
4) Kopi Surat Keputusan Pembebasan dari Kementerian Keuangan pada tahun
sebelumnya yang telah diberikan kepada Pabrik BHA.
Pemakaian etil alkohol yang dibebaskan cukainya karena digunakan sebagai
bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC oleh
Pabrik BHA, baik dilaksanakan melalui proses produksi terpadu maupun non terpadu
selalu dipantau dan diawasi oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya LACK-3/4 dan BACK-7.
Selain itu, sebagai tindak pengawasan lebih lanjut, Bea Cukai KPPBC tipe Madya
Pabean B Surakarta selalu melakukan pencacahan setiap awal bulan. Pencacahan ini
dilakukan kepada Pabrik BHA untuk mengetahui secara fisik realisasi pencampuran
etil alkohol yang telah dilaksanakan oleh Pabrik tersebut. Hal ini merupakan
terobosan baru yang dilakukan oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta karena
19
dalam peraturan DJBC sendiri pun belum ada. Namun pencacahan tersebut mendapat
tanggapan baik dari Kantor Wilayah supaya tetap dilanjutkan.
Dokumen-dokumen yang berkaitan tersebut kemudian disimpan oleh KPPBC tipe
Madya Pabean B Surakarta selama minimal 10 tahun. Begitu juga oleh perusahaan
yang berkaitan. Kewajiban ini harus dipenuhi karena apabila dilaksanakan audit, yang
kemudian terjadi suatu permasalahan yang membutuhkan dokumen beberapa tahun
sebelumnya, dokumen tersebut masih ada. Sehingga pengawasan yang dilakukan oleh
KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta terhadap para pengguna jasa termasuk
kategori sangat baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai prosedur pembebasan cukai etil alkohol yang
digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir
non BKC di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta di atas dapat diambil 2
kesimpulan, yaitu:
1. Dalam hal melakukan pengawasan dan pelayanan, khususnya pembebasan cukai
etil alkohol oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta telah sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata
Cara Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol dan Peraturan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan
Perusakan Etil Alkohol Yang Mendapat Pembebasan Cukai.
2. KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta melakukan terobosan baru terhadap
pengawasan pembebasan cukai etil alkohol berupa pencacahan yang dilaksanakan
setiap awal bulan.
B. Saran
Meskipun pengawasan dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta
sudah menunjukan prestasi baik, namun hal tersebut harus tetap dipertahankan dan
ditingkatkan. Terlebih terhadap sisi pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan
terhadap pembebasan cukai etil alkohol.
20
DAFTAR PUSTAKA
Surono, S.SOS, M.Si. 2009. Diklat Teknik Substansif Dasar Kepabeanan dan Cukai. Teknis Cukai. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 235/PMK.04/2009 tentang Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pembebasan Cukai.
Peraturan DJBC Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata Cara Pemeberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol.
Peraturan DJBC Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol yang Mendapat Pembebasan Cukai.
21