34
ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik dan petunjuk-Nya yang tidak yang sungguh tiada terkira besarnya sehingga kami telah dapat menyelesaikan laporan praktikum ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam semoga tercurah selamanya kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya. Adapun maksud praktikum Pemetaan dan SIG ini adalah untuk mengetahui cara-cara pengukuran permukaan bumi di dalam pembuatan peta, mengenal dan menggunakan alat-alat yang dipakai dalam pengukuran, sekaligus untuk mengetahui fungsi dari bagian pada alat pengukuran tersebut. Sehubungan dengan telah dilaksanakan praktikum Pemetaan dan SIG sampai tersusunnya laporan ini, tidak terlepas bimbingan serta arahan dan tidak sedikit pula bantuan moril, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak … Selaku ketua laboratorium Geodesi Fakultas Teknik Uniersitas Syiah kuala yang telah menyediakan tempat untuk pelaksanaan praktikum, juga selaku dosen pembimbing mata kuliah Pemetaan dan SIG yang telah memeberi masukan-masukan untuk kelancaran praktikum dan pembuatan laporan. 2. Bapak ... dosen mata kuliah Pemetaan dan SIG yang telah memberi teori untuk kelancaran praktikum dan pembuatan laporan. 3. Bapak … selaku pengawas lapangan dalam praktikum Pemetaan dan SIG sekaligus sebagai pembimbing pada praktikum Pemetaan dan SIG dan pada pembuatan laporan ini. 4. Serta rekan-rekan mahasiswa yang turut berpartisipasi aktif selama pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan ini.

Laporan Pemetaan Dan SIG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Sipil

Citation preview

Page 1: Laporan Pemetaan Dan SIG

ii  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat, taufik dan petunjuk-Nya yang tidak yang sungguh tiada terkira besarnya

sehingga kami telah dapat menyelesaikan laporan praktikum ini sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam semoga tercurah selamanya kepada nabi

besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya.

Adapun maksud praktikum Pemetaan dan SIG ini adalah untuk mengetahui

cara-cara pengukuran permukaan bumi di dalam pembuatan peta, mengenal dan

menggunakan alat-alat yang dipakai dalam pengukuran, sekaligus untuk mengetahui

fungsi dari bagian pada alat pengukuran tersebut.

Sehubungan dengan telah dilaksanakan praktikum Pemetaan dan SIG sampai

tersusunnya laporan ini, tidak terlepas bimbingan serta arahan dan tidak sedikit pula

bantuan moril, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak … Selaku ketua laboratorium Geodesi Fakultas Teknik Uniersitas

Syiah kuala yang telah menyediakan tempat untuk pelaksanaan praktikum,

juga selaku dosen pembimbing mata kuliah Pemetaan dan SIG yang telah

memeberi masukan-masukan untuk kelancaran praktikum dan pembuatan

laporan.

2. Bapak ... dosen mata kuliah Pemetaan dan SIG yang telah memberi teori

untuk kelancaran praktikum dan pembuatan laporan.

3. Bapak … selaku pengawas lapangan dalam praktikum Pemetaan dan SIG

sekaligus sebagai pembimbing pada praktikum Pemetaan dan SIG dan pada

pembuatan laporan ini.

4. Serta rekan-rekan mahasiswa yang turut berpartisipasi aktif selama

pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan ini.

Page 2: Laporan Pemetaan Dan SIG

iii  

Penulis menyadari sepenuhnya dalam pelaksanaan praktikum dan dalam

penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon

maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang konstruktif atau

membangun demi terwujudnya hasil yang lebih baik di masa mendatang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberi tambahan ilmu,

khususnya bagi kelompok kami dan rekan-rekan sesama mahasiswa Teknik Sipil

serta bagi yang membaca laporan ini pada umumnya.

Darussalam, 1 Desember 2015

Penyusun

(Kelompok X)

Page 3: Laporan Pemetaan Dan SIG

iv  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENILAIAN .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Teori ................................................................................................ 1 1.2 Pemetaan ......................................................................................... 2 1.3 Alat-alat yang digunakan ................................................................. 3

BAB II. THEODOLITE .................................................................................. 4

2.1 Pengenalan Instrument Theodolite dan Fungsinya .......................... 4

2.2 Penyetelan Instrument ...................................................................... 7

2.3 Pembacaan data ................................................................................ 10

2.4 Data yang diperoleh ......................................................................... 11

BAB III. WATERPASS .................................................................................... 14

3.1 Pengenalan Instrument dan Fungsinya ............................................. 14

3.2 Penyetelan Instrument sebelum digunakan di Lapangan ................. 16

3.3 Pembacaan Data ............................................................................... 16

3.4 Data yang Diperoleh ......................................................................... 16

BAB IV. PEKERJAAN DI LAPANGAN ....................................................... 18

4.1 Peninjauan Lokasi .......................................................................... 18

4.2 Pekerjaan Pendahuluan .................................................................. 18

4.3 Pengukuran dengan Menggunakan Theodolit ............................... 18

Page 4: Laporan Pemetaan Dan SIG

v  

4.4 Pengukuran dengan Menggunakan Waterpass .............................. 21

4.5 Pembacaan pada Instrument .......................................................... 23

4.6 Kesalahan-kesalahan pada Waktu Pengukuran ............................. 24

BAB V. PEKERJAAN DI LABORATORIUM .............................................. 25

5.1 Pengolahan Data ............................................................................ 25

5.2 Penggambaran Awal ...................................................................... 26

5.3 Penggambaran Akhir ..................................................................... 27

BAB VI. PENUTUP .......................................................................................... 28

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 28

6.2 Saran-saran ..................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30

LAMPIRAN

Page 5: Laporan Pemetaan Dan SIG

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Teori

Dalam melaksanakan suatu bangunan, baik bangunan besar, sedang, dan yang

kecil sekalipun, memerlukan suatu perencanaan yang matang terlebih dahulu. Tidak

mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa tersedia peta yang baik harus

didasarkan atas hasil pengukuran yang benar. Pengukuran-pengukuran yang

dimaksud adalah Pemetaan.

Pemetaan merupakan bagian pendahuluan dari ilmu geodesi, yang

memfokuskan pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk

dipindahkan ke bidang datar. Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari masalah kulit

bumi yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak dan

luas.

Ilmu geodesi memiliki dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud praktis.

Maksud ilmiah ialah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud praktis

membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil permukaan.

Mempelajari pemetaan bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk

permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang

diamati pada permukaan tanah dengan mengukur jarak, luas, ketinggian, dan sudut

sehingga kita dapat mengetahui keadaan beda tinggi titik pada permukaan tanah.

Pada pemetaan, sudut dan jarak menjadi unsur yang terpenting. Oleh sebab itu,

pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada pengukuran

keduanya. Dalam hal ini alat yang digunakan ialah theodolit dan waterpass dengan

merek Sokkia buatan jepang. Hasil pengukuran dengan kedua alat tersebut akan

mendapatkan data-data yang akan dipakai untuk menggambarkan situasi suatu lokasi

Page 6: Laporan Pemetaan Dan SIG

2  

 

pengukuran, seperti gedung, tanaman, saluran air, dan jalan. Unsur-unsur itu

lah yang disebut Topografi

Hasil Pemetaan dewasa ini dipakai untuk :

a. Menentukan bumi di atas dan di bawah permukaan laut.

b. Menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaan di udara, darat, dan laut.

c. Menetapkan batas-batas pemilikan tanah.

d. Mengembangkan Bank Data Informasi Tata Guna Tanah dan Sumber Daya Alam

yang membantu dalam pengelolaan lingkungan hidup kita.

Menentukan fakta-fakta tentang ukuran, bentuk, gaya,berat, dan medan magnet

bumi.

1.2 Pemetaan

Peta adalah suatu gambaran sebagian dari seluruh permukaan bumi di atas

bidang datar dengan sistem proyeksi dalam skala tertentu. Dari peta tersebut kita

dapat mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat di lokasi pengukuran dan

sekitarnya, seperti gedung, jalan, saluran air dan sebagiannya, unsur-unsur inilah

yang disebut topografi.

Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang

berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan

satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi bertujuan untuk

menuangkan data ukuran yang diperoleh di lapangan ke atas bidang datar dengan

perbandingan skala tertentu, sehingga dapat memberikan informasi detail lokasi dan

bentuk permukaan tempat pengukuran dilakukan.

Peta topografi di Indonesia dibuat dengan skala 1 : 50000 dan 1 : 25000 seperti

yang telah digunakan di negara lain. Pembuatan peta topografi sangat penting

khususnya pada pekerjaan Teknik Sipil, karena semua proyek sipil memerlukan data-

Page 7: Laporan Pemetaan Dan SIG

3  

 

data yang detail tentang kondisi lapangan dan tempat proyek dilaksanakan untuk

memperlancar pelaksanaan pekerjaan.

1.3 Alat-Alat yang digunakan

Untuk memperoleh data-data lapangan baik jarak maupun sudut, dalam

praktikum ini digunakan alat-alat perantara sebagai berikut :

1. Instrumen theodolit

2. Instrumen waterpass

3. Statif (tiga kaki)

4. Bak meter

5. Patok kayu dan paku

6. Martil

7. Payung

8. Alat-alat tulis beserta alasnya

9. Meteran

Page 8: Laporan Pemetaan Dan SIG

4  

BAB II

THEODOLIT

Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut,

baik sudut vertikal maupun sudut horizontal. Yang dimaksud dengan sudut vertikal

adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal adalah

sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk oleh dua titik pada poligon,

sudut yang terbaca merupakan nilai dimana theodolit itu ditempatkan.

2.1 Pengenalan Instrument Theodolit dan Fungsinya

Berdasarkan bentuknya, theodolit dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

a. Bagian Bawah

Bagian bawah yang tidak dapat bergerak, memiliki plat yang dihubungkan atau

dipasang pada statif berkaki tiga dan dihorizontalkan dengan nivo kotak. Pada

bagian bawah ini juga dipasangkan lingkaran horizontal berskala.

Bagian bawah terdiri dari :

Tiga sekrup penyetel A, B, dan C

Fungsinya ialah untuk membuat bidang horizontal dengan menyetel sumbu

II atau garis tegak lurus dengan sumbu I sehingga theodolit tegak lurus dan

dapat diamati dengan melihat nivo kotak.

Nivo kotak

Fungsinya sebagai pedoman untuk melihat apakah theodolit dalam keadaan

datar atau tidak, yaitu dengan menyetel sumbu I tegak lurus sumbu II.

Page 9: Laporan Pemetaan Dan SIG

5  

 

Plat dasar

Fungsinya sebagai landasan instrument yang sifatnya selalu mendatar.

Kunci bawah instrument

Fungsinya sebagai pengunci instrument dengan statif.

Klem sumbu I bagian bawah

Fungsinya untuk mengunci theodolit dari gerakan mendatar.

Penggerak halus sumbu I bagian bawah

Fungsinya untuk menggerakkan teropong dalam gerakan mendatar pada

posisi tembak yang tepat.

b. Bagian Tengah

Bagian tengah digunakan untuk membidik teropong kearah sasaran secara

horizontal. Bagian tengah terdiri dari :

Penggerak halus mendatar

Fungsinya untuk menyetel sasaran bidikan secara sempurna dengan

membantu menempatkan sasaran secara perlahan-lahan dalam gerakan

horizontal.

Sekrup penggerak halus sumbu II

Fungsinya untuk menyetel sasaran bidikan secara sempurna pada gerakan

vertikal.

Klem sumbu I

Fungsinya untuk mengunci sumbu bila sudah mendapatkan sasaran bidikan

secara horizontal.

Teropong sentring

Fungsinya untuk menempatkan instrument tepat berada di atas paku dengan

cara melihat lingkaran dalam teropong tepat pada paku.

Page 10: Laporan Pemetaan Dan SIG

6  

 

Nivo tabung

Fungsinya untuk mengamati apakah sumbu I sudah tegak lurus.

Alhidade

Fungsinya untuk mengunci sumbu I kesegala arah dalam membidik sasaran.

Mikrometer

Fungsinya sebagai alat penyetel pada saat pembacaan sudut

Klem sumbu II

Fungsinya untuk mengunci sumbu II bila telah mendapatkan sasaran bidikan

yang tepat pada bidang vertikal.

Cermin pemantul cahaya

Fungsinya untuk menerangkan pada saat pembacaan sudut.

c. Bagian Atas

Bagian atas hanya dapat bergerak secara vertikal ke atas dan ke bawah untuk

memastikan tempat sasaran. Bagian atas terdiri dari :

Pembidik kasar

Fungsinya untuk mendapatkan titik bidik secara kasar.

Lensa objektif

Fungsinya untuk mencari sasaran bidik dengan tepat melalui bantuan

benang silang.

Pengatur fokus

Fungsinya untuk memperjelas bayangan.

Pengatur lensa okuler

Fungsinya untuk memperjelas benang diafragma di dalam teropong.

Teropong sudut

Fungsinya untuk membaca sudut horizontal dan vertikal.

Page 11: Laporan Pemetaan Dan SIG

7  

 

2.2 Penyetelan Instrument

Penyetelan instrument dapat dibagi atas dua bagian, yaitu penyetelan instrument

sebelum digunakan di lapangan dan penyetelan di lapangan. Hal yang harus

diperhatikan dalam penyetelan instrument sebelum digunakan di lapangan adalah :

1. Sumbu I harus tegak lurus garis nivo

2. Sumbu II harus dalam posisi mendatar yaitu sejajar arah nivo

3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II

4. Kesalahan indek pada skala lingkaran vertikal harus sama dengan nol

Cara penyetelan sumbu I supaya tegak lurus garis arah nivo sebagai berikut :

a. Statif didirikan dan instrument ditempatkan diatasnya.

b. Nivo tabung ditempatkan kira-kira sejajar dengan sekrup penyetel AB, yang

disebut kedudukan I. dengan sekrup penyetel tersebut di atas seimbangkan

 gelembung pada nivo.

c. Putar theodolit sumbu I dengan putaran kira-kira 90o dari kedudukan I, disebut  

 kedudukan II. Dengan sekrup penyetel C, seimbangkan kembali gelembung

pada nivo.

d. Putar kembali theodolit 180o dari kedudukan I atau 90o dari kedudukan II,

apabila terjadi penyimpangan, setengah penyimpangan di stel dengan

pengoreksi nivo dan setengah penyimpangan lagi diseimbangkan dengan

sekrup penyetel AB.

e. Ulangi kembali pekerjaan di atas sebagaimana ketentuan dari kedudukan I

sampai kedudukan II sehingga gelembung nivo pada setiap posisi sudah

seimbang, jika sudah dalam keadaan demikian berarti sumbu I sudah vertikal.

Penyetelan sumbu II tegak lurus sumbu I, serta garis bidik tegak lurus sumbu II

sebagai berikut :

Usahakan sumbu I tegak lurus pada satu jurusan yang mendatar.

Theodolit dipasang 3-5 meter di depan sebuah dinding yang terang, gantung

unting-unting pada garis tersebut setinggi 2x tinggi instrument.

Page 12: Laporan Pemetaan Dan SIG

8  

 

Ukur tinggi titik T yang berimpit pada titik potongan dua garis diafragma.

Beri tanda pada ujung tali unting-unting dengan titik P yang tingginya 2h

dari lantai dan titik Q tegak lurus di bawah titik T.

Teropong diarahkan ke titik T dan atur penggerak halus sumbu I agar titik T

terletak pada benang diafragma.

Klem sumbu I dikunci, klem sumbu II dibuka sambil melihat ke dalam

teropong. Angkat teropong pelan-pelan sampai ke titik P, kemudian turun

pelan-pelan sampai ketitik Q. Lihat kemungkinan yang akan terjadi sebagai

berikut :

( Gambar 2.1 : Sistim sumbu / poros pada theodolite )

Page 13: Laporan Pemetaan Dan SIG

9  

 

Keterangan gambar :

1. Keadaan yang sempurna; sumbu I tegak lurus, sumbu II mendatar, garis

bidik tegak lurus sumbu II.

2. Keadaan sumbu II salah; sumbu I sudah tegak lurus, sumbu II belum

mendatar, garis bidik tegak lurus sumbu II.

3. Keadaan garis bidik salah; sumbu I sudah tegak lurus, sumbu II sudah

mendatar, garis bidik belum tegak lurus sumbu II.

4. Keadaan sumbu II dan garis bidik salah; sumbu I tegak lurus, sumbu II

belum mendatar, garis bidik belum tegak lurus sumbu II.

Penyetelan kesalahan indeks pada skala lingkaran vertikal harus sama dengan

nol (0), dengan cara sebagai berikut :

a. Dirikan statif, letakkan instrumen diatasnya.

b. Stel nivo tabung dan nivo kotak sehingga berada dalam keadaan seimbang.

c. Arahkan teropong pada titik P kira-kira 45o untuk pembacaan biasa dan luar

biasa.

d. Andaikan B = pembacaan biasa (alpha=α), LB = pembacaan luar biasa

(beta=β).

e. Hitung C = 360o – β = α

Jika C = α, berarti kesalahan indeks sudah sama dengan nol (0).

Jika C ≠ α, berarti dikoreksi dengan cara sebagai berikut :

C – α = C/2 + pada β = β ◌ٰ

Dengan peil kesalahan indeks putar sekrup sehingga kesalahan indeks terbaca

β ◌ٰ. Ulangi pekerjaan di atas secara berulang-ulang pembacaan biasa dan luar biasa

sehingga C = α.

Page 14: Laporan Pemetaan Dan SIG

10  

 

2.3 Pembacaan Data

Pembacaan skala baak (skala) sama dengan pembacaan skala pengggaris, yaitu

benang atas, benang tengah, benang bawah, yang harus memenuhi persamaan

berikut:

2BT = BA + BB

Sedangkan jarak instrument baak meter adalah :

D = (BA - BB) x 100

Besaran sudut dibaca pada teropong sudut, dimana didalamnya terdapat skala

vertikal dan horizontal. Untuk pembacaan sudut vertikal maka skala garis diusahakan

berada di tengah garis dalam teropong, untuk mendapatkan garis skala tepat berada

di tengah garis dalam teropong maka digunakan mikrometer sekrup.

2.4 Data yang Diperoleh

Dari pengukuran yang telah dilakukan dengan alat theodolit diperoleh data

sebagai berikut :

a. Sudut zenith

b. Azimuth dari patok

c. Jarak optis/datar

d. Beda tinggi

Page 15: Laporan Pemetaan Dan SIG

11  

 

 

 

( Gambar 2.2 : Alat ukur Theodolite ) 

 

Page 16: Laporan Pemetaan Dan SIG

12  

 

1. Skrup penyetel nivo tabung

2. Nivo tabung

3. Mikrometer

4. Pengunci sumbu vertikal

5. Skrup penerang pembidik kasar

6. Pembidik kasar

7. Penggerak halus sumbu vertikal

8. Pengunci sumbu vertikal

9. Penggerak halus sumbu horizontal

10. Klem penggeser

11. Plat dasar

12. Skrup A, B, dan C

13. Pengunci busur

14. Penggerak halus lensa okuler

15. Busur

16. Nivo tabung

17. Skrup pengoreksi nivo tabung

18. Teropong sudut

19. Teropong lensa okuler

20. Penyetel fokus

21. Pengatur lensa okuler

22. Katup

23. Cincin fokus lensa okuler

24. Lensa objektif

25. Standar

26. Tanda ketinggian instrumen

27. Alur pengapit

28. Cermin pemantul cahaya

29. Nivo kotak

30. Skrup penyeimbang nivo kotak

31. Teropong sentris

32. Skrup penyesuaian sentris

33. Cincin fokus pemusat

34. Statif berkaki tiga

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: Laporan Pemetaan Dan SIG

14  

BAB III

WATERPASS

Hampir sama halnya dengan theodolit, waterpass juga mempunyai prinsip

yang tidak jauh berbeda yang memiliki dua bagian yaitu bagian atas dan bagian

bawah, kegunaan alat ini ialah untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau

lebih yang berbeda letaknya yang dapat ditentukan dengan pembacaan benang

atas, benang tengah, dan benang bawah.

Alat ini terdiri dari sumbu putar dilengkapi dengan peralatan lain sesuai

dengan keluaran pabrik masing-masing. Sebelum waterpass digunakan di

lapangan, terlebih dahulu harus dicek dan distel terhadap adanya penyimpangan

yang akan membawa pengaruh dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan.

Syarat utama yang harus dipenuhi oleh segala macam alat pengukuran

penyipat datar adalah :

1. Garis bidik nivo dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

2. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu I

3. Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu II

3.1 Pengenalan Instrument dan Fungsinya

Adapun bagian-bagian dari alat ukur waterpass adalah :

1. Bagian bawah, terdiri dari :

a. Plat dasar

Fungsinya sebagai landasan instrument waterpass yang sifatnya selalu

mendatar, merupakan bidang peletakkan di atas statif, tempat

mengikatnya baut kunci dan penguat statif.

b. Sekrup

Fungsinya sebagai penyetel instrument waterpass agar sejajar dengan

permukaan bumi atau menyeimbangkan nivo kotak.

Page 18: Laporan Pemetaan Dan SIG

15 

 

2. Bagian atas, terdiri dari :

a. Plat skala horizontal

Fungsinya sebagai tempat terdapatnya sumbu horizontal dan skalanya

merupakan pembacaan sumbu horizontal dari titik bidikan.

b. Klem sumbu horizontal beserta penggerak halusnya

Fungsinya untuk mengunci dan membebaskan sumbu horizontal dari

bagian atas sehingga dapat menyetel besar sudut horizontal titik bidikan.

c. Nivo kotak

Fungsinya sebagai pedoman pembuat bidang horizontal.

d. Sekrup penyetel nivo

Fungsinya untuk menyeimbangkan nivo kotak

e. Teropong sudut

Fungsinya untuk melihat bacaan sudut.

f. Pengatur fokus

Fungsinya untuk menempatkan bayangan agar jatuh pada diafragma

sehingga bayangan terlihat jelas.

g. Pengatur lensa okuler

Fungsinya untuk memperjelas benang diafragma di dalam teropong pada

saat pembacaan.

h. Teropong

Fungsinya untuk melihat dan menetapkan benda atau titik sasaran bidik.

i. Pembidik kasar

Fungsinya untuk memperoleh titik bidikan secara kasar.

j. Nivo tabung koinsidensi

Fungsinya untuk menyeimbangkan teropong sehingga teropong berada

sejajar dengan permukaan bumi.

k. Pemantau cahaya

Fungsinya sebagai alat pemberi penerangan sehingga tabung koinsidensi

mudah terlihat melalui teropong nivo.

Page 19: Laporan Pemetaan Dan SIG

16 

 

3.2 Penyetelan Instrument Sebelum Digunakan Di Lapangan

Setelah kita mengenal secara keseluruhan bagian-bagian dan fungsi dari

instrument waterpass, maka langkah berikutnya kita mulai melakukan penyetelan

instrument, melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Dirikan statif pada tempat yang kokoh, usahakan bagian atas statif seimbang

dalam pandangan mata.

2. Tempatkan instrument di atas statif.

3. Tentukan sekrup A, B, dan C sehingga nivo kotak benar-benar stabil.

Langkah penyetelan nivo disini sama seperti penyetelan instrument theodolit.

4. Jika kedudukan nivo kotak telah seimbang, arahkan teropong ke objek yang

akan dibidik, gunakan pembidik kasar untuk langkah pertama.

5. Gunakan pengatur fokus untuk mendapatkan gambar yang tajam dan jelas.

6. Putar penggerak halus sumbu horizontal untuk menempatkan benang silang

pada tengah-tengah baak meter.

3.3 Pembacaan Data

Membaca skala benang pada instrument waterpass sama halnya dengan

membaca pada theodolit. Satu hal yang sangat ditekankan disini, dan perlu

diperhatikan sebelum pembacaan benang, nivo harus benar-benar berada dalam

keadaan setimbang untuk tercapainya ketelitian pembacaan.

3.4 Data yang Diperoleh

Dari pengukuran dengan waterpass, data yang diperoleh berupa :

1. Pembacaan benang silang

2. Jarak dan beda tinggi

Page 20: Laporan Pemetaan Dan SIG

17 

 

( Gambar 3.1 : Alat ukur Waterpass beserta bagian-nya )

Keterangan gambar waterpass:

1. Cermin untuk mengamati nivo kotak

2. Pembidik kasar

3. Nivo kotak

4. Skrup pengoreksi nivo kotak

5. Skrup A, B, dan C

6. Plat dasar

7. Penggerak halus

8. Lensa objektif

9. Pengatur fokus

10. Pengatur skala lingkaran

horizontal

11. Layar sudut

12. Katup penyetel lensa okuler

benang diafragma

13. Lensa Okuler

Page 21: Laporan Pemetaan Dan SIG

18 

  

 

Page 22: Laporan Pemetaan Dan SIG

18  

BAB IV

PEKERJAAN DI LAPANGAN

4.1 Peninjauan Lokasi

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai pengukuran adalah

mengadakan peninjauan lokasi yang akan diukur. Peninjauan ini bertujuan untuk

lebih mengenal daerah yang akan diukur, agar mempermudahkan pada saat

pengukuran. Selain itu juga untuk menentukan titik yang akan dibidik dengan cara

menempatkan patok-patok sedemikian rupa sehingga membentuk poligon tertutup.

4.2 Pekerjaan Pendahuluan

Sebelum melakukan pengukuran dengan instrument theodolit dan waterpass,

terlebih dahulu harus diadakan persiapan-persiapan yang mrupakan pekerjaan

pendahuluan, antara lain:

Menempatkan patok-patok membentuk poligon tertutup.

Menentukan arah utara sebagai titik ikat.

Penempatan paku diatas setiap patok sebagai sasaran bidikan.

Mengukur jarak setiap titik sisi poligon dengan menggunakan meteran.

Mengukur tinggi patok dengan menggunakan meteran.

Membuat sketsa poligon yang akan dibuat.

4.3 Pengukuran dengan Menggunakan Theodolit

4.3.1 Pengukuran sudut poligon

Langkah-langkah pengukurannya :

a. Didirikan statif pada patok pertama (patok A) pada poligon yang telah

ditentukan.

b. Letakkan instrument pada statif, lakukan penyetelan theodolit sesuai

dengan urutan kerja yang telah diuraikan pada Bab II

Page 23: Laporan Pemetaan Dan SIG

19  

   

c. Ukur tinggi instrument dari atas paku dan tinggi patok.

Putar busur dan atur skala hingga tepat pada

d. posisi nol pada sisi utara (gunakan kompas), lalu kunci klem busur.

e. Buka klem horizontal, arahkan ke patok C tepat pada ujung paku, dan

kunci klem sumbu I agar tidak menyimpang dari sasaran.

f. Untuk memperjelas penglihatan pada paku tersebut gunakan pemutar

fokus.

g. Untuk memperjelas benang diafragma, aturlah penyetel lensa okuler.

h. Setelah bayangan paku didapatkan, kunci klem pada sumbu II.

i. Gunakan penggerak halus sumbu I dan sumbu II untuk menempatkan

kepala paku tepat di atas perpotongan diafragma.

j. Lakukan pembacaan sudut horizontal biasa pada patok C (patok di depan

berdirinya instrument).

k. Kemudian arahkan instrument ke patok B, kita lakukan pengukuran

seperti langkah pada point e sampai j.

l. Putar teropong theodolit 180o pada arah vertikal untuk melakukan

pembacaan pada sudut horizontal luar biasa.

m. Kemudian lakukan kembali pembacaan sudut horizontal ke patok C dan B

seperti pada langkah j sampai dengan k.

n. Langkah yang sama juga dilakukan untuk setiap patok yang ada.

4.3.2 Pengukuran situasi

Pengukuran dengan menggunakan instrument theodolit dimaksudkan untuk

mengetahui besarnya sudut. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai

berikut :

a. Didirikan statif pada patok pertama (patok A) pada poligon yang telah

ditentukan.

b. Letakkan instrument di atas statif dan atur sesuai dengan urutan kerja yang

telah diuraikan pada Bab II.

Page 24: Laporan Pemetaan Dan SIG

20  

   

c. Ukur tinggi instrument dari atas paku.

d. Putar busur dan atur skala hingga tepat pada posisi nol pada arah utara

(gunakan kompas), lalu kunci klem busur.

e. Buka klem horizontal, arahkan ke patok C tepat pada ujung paku dan

kunci klem sumbu I agar tidak menyimpang dari sasaran.

f. Untuk memperjelas penglihatan pada paku tersebut gunakan pemutar

fokus.

g. Untuk memperjelas benang diafragma aturlah penyetel lensa okulernya.

h. Setelah bayangan paku didapatkan, kunci klem pada sumbu II.

i. Gunakan penggerak halus sumbu I dan sumbu II untuk menempatkan

kepala paku tepat di atas perpotongan diafragma.

j. Baca benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut horizontal, dan

sudut vertikal.

k. Buka kembali kedua klem dan arahkan instrument ke titik yang terakhir

(patok B) dengan mengikuti petunjuk f-k.

l. Bila sudut di patok B sudah dibaca maka kurangkan besar sudut tersebut

dengan besar sudut patok C untuk mendapatkan besar sudut patok A.

m. Pindahkan instrument tersebut ke patok B dan ulangilah instruksi di atas,

lakukan hingga patok C.

n. Pada pembacaan sudut vertikal dan ketinggian dipergunakan baak meter

yang ditempatkan tegak lurus dengan bidang horizontal tepat di atas paku.

o. Untuk mendapatkan situasi, letakkan baak meter di titik sekitar patok.

Situasi ini merupakan kelengkapan pemetaan di dalam gambar.

p. Catat pada tabel untuk benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut

horizontal, dan sudut vertikal untuk setiap titik.

Page 25: Laporan Pemetaan Dan SIG

21  

   

4.4 Pengukuran dengan Menggunakan Waterpass

4.4.1 Pengukuran penampang memanjang

Langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Letakkan statif kira-kira ditengah-tengah antara dua patok misalnya

antara patok A dan patok B.

b. Letakkan waterpass di atas statif.

c. Letakkan waterpass sedatar mungkin dengan menyetel sekrup penyetel

ABC-nya sehingga gelembung udara pada nivo kotak terletak tepat di

tengah lingkaran.

d. Tempatkan baak meter di atas patok yang akan dibidik.

e. Arahkan teropong dengan membidik kasar ke arah baak meter.

f. Kunci klem sumbu I agar sasarannya tidak berubah.

g. Lihat pada teropong pembaca, jika bayangan tidak jelas aturlah penyetel

fokusnya dan bila garis diafragma kurang jelas, atur sekrup okuler.

h. Baca kedudukan benang atas, benang bawah dan catat ke dalam tabel.

i. Sebelum melakukan pembacaan hendaklah diperhatikan sekali lagi

keadaan nivo apakah masih tetap seimbang atau tidak.

j. Buka klem sumbu I dan arahkan teropong ke baak meter di belakang.

k. Ulangi instruksi f sampai dengan j untuk patok selanjutnya.

l. Bila pembacaan telah selesai ubahlah posisi instrumen dengan cara

menggeser instrumen ke depan atau ke belakang sehingga kedudukan

instrumen berpindah dari posisi semula.

m. Kerjakan pekerjaan seperti pada kedudukan yang pertama.

n. Pengukuran dilakukan dengan prinsip saling mengikat dimana jika titik

pertama dianggap belakang, maka titik kedua dianggap depan.

o. Kerjakan pengukuran hingga nanti merupakan suatu potongan yang

memanjang.

Page 26: Laporan Pemetaan Dan SIG

22  

   

4.4.2 Pengukuran Penampang Melintang

Untuk pelaksanaan pengukuran crossing, kita perlu menentukan daerah yang

akan di –cross. Kemudian baru dipilih titik yang dekat dengan daerah crossing dan

diteropong kesalahan satu titik. Lalu di baca benang atas, benang tengah, dan benang

bawah, dengan persamaan :

BT=

Setelah pembacaan benang-benang, sudut horizontal yang dibentuk harus nol.

Waterpass di putar ke arah daerah crossing dan di baca sudut yang terbentuk.

Usahakan agar pantulannya berkisar pada derajat yang genap, dengan menit serta

detiknya pada nol. Kemudian diletakkan baak meter pada salah satu titik yang akan di

cross, dimana waterpass tidak boleh berubah kedudukan sudutnya lagi. Lalu di baca

benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Dengan hanya memindahkan baak

pada titik cross yang lain, ulangi seperti tadi untuk beberapa titik yang lain.

Langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut :

a. Tempatkan instrumen pada titik yang akan di ukur penampang melintangnya,

misalnya di patok B.

b. Dirikan instrumen (waterpass) tepat di atas patok dengan menggunakan unting-

unting.

c. Kemudian atur ketiga skrup ABC sehingga letak waterpass menjadi datar.

d. Pilih salah satu titik yang terdekat di depan patok B dan letakkan rambu ukur

diatasnya (titik 1).

e. Kemudian pilih salah satu patok, misalnya patok A.

f. Ukur sudut horizontal antara patok A dengan titik 1.

g. Bidik rambu ukur pada titik 1.

h. Lalu baca benang atas, benang bawah dan benang tengah dan kemudian catat pada

tabel pengukuran waterpass.

i. Letakkan rambu ukur pada posisi 2 sejajar dengan posisi titik 1,lakukan langkah h.

Page 27: Laporan Pemetaan Dan SIG

23  

   

j. Kemudian letakkan rambu ukur pada posisi-posisi selanjutnya sampai titik akhir

pengukuran (posisi titik harus terletak pada suatu garis lurus yang

menghubungkan patok A dengan titik 1).

k. Diputar teropong 1800 sehingga bidikan terletak di belakang patok

B pada garis lurus tersebut.

l. Dipilih salah satu titik, diletakkan baak meter, dan dilakukan langkah h..

m. Diulangi lagi seperti tadi untuk beberapa titik yang lain sampai titik ujung

pengukuran.

4.5 Pembacaan Pada Instrumen

Pada saat melakukan pembacaan sangat dituntut ketelitian. Pembacaan

sebaiknya dilakukan berulang-ulang. Hal ini dilakukan untuk menghindari besarnya

terjadi kesalahan, setiap data yang telah dibaca harus dicatat dengan rapi untuk

mempermudah pada proses perhitungan. Karena pada pelaksanaan pengukuran ini

digunakan alat yang sangat sensitif terhadap pengaruh goncangan, panas dan air maka

hendaknya dihindari dari hal-hal tersebut. Hal ini untuk kelancaran dan kelangsungan

proses pengukuran.

4.6 Kesalahan-kesalahan Pada Waktu Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran mungkin akan terjadi kesalahan-kesalahan yang

disebabkan antara lain:

a. Kesalahan pada alat

Kesalahan yang didapat pada alat adalah yang berhubungan dengan syarat

utama yaitu garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo. Selain itu juga

terdapat kesalahan-kesalahan pada garis nol (0) bak meter yang akan

membawa pengaruh pada saat membaca.

Page 28: Laporan Pemetaan Dan SIG

24  

   

b. Kesalahan karena keadaan alam

Dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:

Lengkungan permukaan bumi

Melengkungnya sinar cahaya/ difraksi

Getaran udara

Perubahan garis arah nivo

c. Kesalahan pada si pengukur

Kesalahan yang disebabkan oleh si pengukur mempunyai banyak sebab dan

bersifat individual, antara lain :

Kesalahan pada mata

Kesalahan pada pembacaan

Kesalahan yang kasar

Page 29: Laporan Pemetaan Dan SIG

25  

BAB V

PEKERJAAN DI LABORATORIUM

5.1 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pengolahan

data yang dilakukan adalah :

1. Sudut poligon

a. Sudut biasa (B)

b. Sudut luar biasa (LB)

c. Sudut rata-rata

2. Poligon

a. Besar sudut poligon ( n)

b. SP dan koreksi

c. Azimuth (ψ)

d. ΔX dan ΔY

e. Koordinat X dan Y

3. Waterpass

a. ΔH1, ΔH2, dan ΔH rata-rata

b. Jarak belakang dan jarak muka\

c. SP dan koreksi

d. Tinggi titik di atas patok

e. Tinggi titik di atas tanah

4. Crossing

a. Jarak muka dan jarak belakang

b. ΔH

c. Tinggi titik

Page 30: Laporan Pemetaan Dan SIG

26  

   

5. Situasi

a. Helling (α)

b. Jarak (optis/pita dan datar)/(dm)

c. Tinggi (ΔH tabel V, beda tinggi, dan tinggi titik/peil)

5.2 Penggambaran Awal

Penggambaran awal dilakukan pada kertas milimeter berukuran besar. Langkah

yang dilakukan adalah :

1. Menentukan titik-titik koordinat poligon masing-masing patok yang didapat

berdasarkan hasil perhitungan poligon.

2. Pastikan besar sudut poligon sesuai dengan olahan data.

3. Setelah titik koordinat poligon didapat, hubungkan ke semua titik tersebut

dan beri nama sesuai dengan data yang diolah.

4. Tentukan letak titik situasi masing-masing patok berdasarkan sudut dan

jarak. Untuk penetuan jarak titik dari patok, jarak yang terdapat pada data

disesuaikan dengan skala penggambaran.

5. Hubungkan titik-titik tersebut sesuai dengan dimana letaknya pada sketsa

lapangan yang ditinjau atau pada keadaan sebenarnya di lapangan. Sehingga

didapat kesamaan antara penggambaran dengan keadaan sebenarnya.

6. Penggambaran crossing dilakukan berdasarkan data pengukuran crossing

yang menggunakan instrumen waterpass. Gambar ini dapat di skala kan.

7. Penggambaran penampang melintang dilakukan berdasarkan data

pengukuran waterpass, dimana gambar ini juga dapat di skala kan

tergantung pada ukuran kertas.

Page 31: Laporan Pemetaan Dan SIG

27  

   

5.3 Penggambaran Akhir

Penggambaran akhir ini dilakukan pada kertas kalkir yang ukurannya dapat

menampung seluruh gambar yang terdapat pada kertas milimeter.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Letakkan kertas milimeter dibawah kalkir.

2. Gunakan rafido untuk menggambar pada kalkir, yaitu gambar yang terdapat

pada kertas milimeter.

3. Tuliskan titik peil untuk semua titik situasi, poligon dan juga crossing.

4. Buat kontur berdasarkan titik peil yang telah dibuat.

Page 32: Laporan Pemetaan Dan SIG

28  

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok X yang berlokasi di Kantin Kosenik,

diperoleh data-data pengukuran sebagaimana yang terlampir. Dari pengolahan data-

data tersebut penulis telah membuat peta topografi, gambar penampang memanjang

dan penampang melintang (terlampir).

Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum adalah Theodolit, Bak

ukur, dan Waterpass. Theodolit digunakan untuk mengukur besar sudut dan arah

yang berguna dalam pembuatan gambar poligon dan peta topografi. Sedangkan

waterpass digunakan untuk pengukuran beda tinggi, Bak ukur digunakan untuk

membantu pengukuran tinggi dengan menggunakan waterpass, data yang diperoleh

dipergunakan untuk pembuatan gambar penampang memanjang dan penampang

melintang.

Dalam pembacaan data masih terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak dapat

dihindarkan dalam praktikum ini, namun kesalahan tersebut masih dapat di toleransi.

Kesalahan-kesalahan pembacaan ini dapat disebabkan oleh :

Kesalahan/kekeliruan praktikum dalam membaca besar sudut dan bak

meter, baik pada theodolit ataupun pada waterpass.

Kesalahan yang memang terdapat pada instrumen.

Medan yang berat

Waktu yang diberikan sangat terbatas

Situasi alam yang tidak menentu, seperti cuaca, iklim, dan sebagaiannya

yang tidak mendukung.

Adanya kendaraan/sesuatu yang berlalu-lalang saat pengukuran.

Page 33: Laporan Pemetaan Dan SIG

29  

   

6.2 Saran-Saran

Kepada mahasiswa yang akan melakukan praktikum selanjutnya diharapkan

agar lebih teliti dalam pembacaan dan perhitungan.

Kami mengharapkan agar ada kerjasama yang baik diantara teman-teman dalam

melakukan praktikum sehingga dapat selesai tepat waktu.

Hendaknya teman-teman dalam membuat laporan sesegera mungkin agar data

yang didapat tidak rusak atau hilang, dan harus sering berkonsultasi dengan

pembimbing praktikum.

Dalam melaksanakan praktikum diharapkan agar berhati-hati dalam

menggunakan instrument.

Rajin-rajin dalam melakukan konsultasi pada dosen pembimbing sehingga

kesalahan dan kesilapan dapat dihindari, juga pekerjaan akan lebih cepat di

selesaikan.

   

   

Page 34: Laporan Pemetaan Dan SIG

30  

DAFTARPUSTAKA 

Bahan- bahan kuliah : Ilmu Ukur Tanah, Jurusan Teknik Sipil untuk semester genap tahun 2006

Jacob, Rars. 1970. Ilmu Ukur Tanah, edisi Kedua. Penerbit Cipta Sari. Semarang.

Kelompok VI. 2012. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik

Universitas Syiah Kuala.

Russel C. Brinker dan Paul R. Wolf, Dasar-dasar Pengukuran Tanah (Surveying),

Penerbit Erlangga, Jakarta 1993

Sartono Wong Sutijtro : Ilmu Ukur Tanah, cetakan keempat, penerbit Kanisius,

Yogyakarta, 1998

Grup IV D3 2005. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas Teknik Universitas Syiah

Kuala. Banda Aceh. 2006