17
LAPORAN PENDAHULUAN COR PULMONAL OLEH: Fikri Nur Latifatul Qolbi NIM 132310101011

LAPORAN PENDAHULUAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

COR PULMONAL

OLEH:

Fikri Nur Latifatul QolbiNIM 132310101011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan

A. DefinisiCor Pulmonal disebut juga dengan penyakit jantung pulmonal, terdiri atas

perbesaran ventrikel kanan (hipertrofi, dilatasi mauapun keduannya). Cor

pulmonal adalah keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang

mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan

jantung akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung

bawaan.

Cor pulmonal adalah kondisi terjadinnya pembesaran jantung kanan (dengan

atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi

sturktur, fungsi, atau vaskularisasi paru-paru. Tipe cor pulmonale disebut akut

jika dilatasi belahan jantung kanan setelah embolisasi akut paru, tipe kronis

ditentukan lamanya gangguan pulmoner yang membawa ke pembesaran jantung.

Berapa lama dan sampai tahap apa jantung tetap membesar akan bergantung pada

fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan arterial pulmoner.

B. Epidemiologi

Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi

pulmonal penyebab cor pulmonal berkisar antara 0,65-28,6 %. Biasanya kasus

terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi tercatat di daerah

Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera Barat (19,4 %) serta yang

terendah di daerah Lembah Bariem, Irian Jaya. Secara global, insidensi cor

pulmonale bervariasi antar tiap negara, tergantung pada prevalensi merokok,

polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-paru yang bervariasi.

C. Etiologi

Penyebab yang paling sering adalah PPOM dimana terjadi perubahan struktur

jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi ventilasi alveolar. Penyebab

lainnya adalah kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi yang

mengarah pada hipoksia atau asidossi (deformitas sangkar iga dan obesitas

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

massif) atau kondisi yang negurangi jarring-jaring vascular paru (hipertensi arteri

pulmonal idiopatik primer dan embolus paru). Secara umum cor pulmonal

disebabkan oleh:

1. Penyakit paru-paru yag merata

Terutama emfisema, bronchitis kronis (salah satu penyakit COPD (Chronic

obstructive pulmonary disease) dan fibrosis akibat tuberkulosis

2. Penyakit pembuluh darah paru-paru

Terutama thrombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran

menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru

3. Hipoventilasi alveolar menahun

Merupakan semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal,

misalnya:

a. Penebalan pleura bilateral

b. Kelainan neuromuskuler, seperti polimielitis dan distrofi otot

c. Kiposkolisis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga thoraks

sehingga pergerakan thoraks berkurang

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang muncul pada psien dengan cor pilmonal adalah:

1. Akan berbeda sesuai dengan penyakit yang melatar belakanginya, misalnya

COPD akan menimbulkan gejala napaspendek dan batuk

2. Gagal vetrikel kanan: edema, distensi vena leher, organ hati teraba, efusi

pleura, ascites, dan murmur jantung

3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO2

Gejala yang sering muncul yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit

parunya seperti batun produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing

respirasi, kelelahan dan kelemahan. Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang

menderita cor pulmonal antara lain: sainosis, clubbing, vena leher distensi,

ventrikel kanan menonjol atau gallop (atau keduannya), pulsasi sternum bawah

atau epigastrum prominen, hati membesar dan nyeri tekan dan edema dependen.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

E. Patofisiologi

Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal disebabkan karena

peningkatan dalam afterload. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat

jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD. Penyakit paru-

paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan

mempengaruhi jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan juga

dapat menyebabkan kegagalan jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan

penurunan oksigenasi paru-paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan

PaO2), hiperkapnia (peningkatan PaCO2) dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan

hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan

memungkinkan penurunan vaskularisasi pull-part’ seperti pada emfisema dan

emboli paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem

sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal dan dapat

menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti

oleh gagal jantung kanan.

F. Komplikasi

Cor pulmonal dapat menimbulkan komplikasi diantaranya:

1. Sinkope

2. Edema perifer

3. Gagal jantung kanan

4. Kematian

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Radiologi

Batang pulmonal dan hilus membesar, perluasan hilus dapat dihitung dari

perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis

utama kana dan kiri dengan diameter transversal thorkas. Perbandingan >

0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal

2. Ekokardiografi

Ekokardiografi memungkinkan digunakan untuk pemeriksaan ketebalan

dinding ventrikel kananmeskipun perubahan volume tidak dapat diukur,

teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam

hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri. Hasil pemeriksaan

ekokardigrafi pasien dengan cor pulmonal:

a. Tampak gambaran pembesaran ventrikel kanan

b. Tampak gambaran regurgitasi saat sistole

3. Elektrokardigram

a. Pada tingkat awal (hipoksemia) EKG hanya menunjukkan gambaran

sinus takikardia saja.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

b. Pada tingkat hipertensi pulmonal EKG akan menunjukkan gambaran

sebagai berikut, yaitu:

1. Depresi segmen S-T di lead II, III, Avf

2. Gelombang P mulai tinggi pada lead II

3. Gelombang T terbalik atau mendatar di lead V1-3

4. Kadang-kadang teadapat RBBB incomplete atau complete

c. Pada tingkat pulmonary heart disease dengan hipertrofi ventrikel kanan,

EKG menunjukkan:

1. Aksis bergeser ke kanan (RAD) lebih dari +90

2. Gelombang P yang tinggi (P pulmonal) di lead II, III, Avf

3. Rotasi kea rah jarum jam (clockwise rotation)

4. Rasio R/ S di V1 lebih dari 1

5. Rasio R/ S di V6 lebih dari 1

6. Gelombang S ang dalam di V5 dan V6 (S persissten di prekordial kiri)

7. RBBB incomplete atau incomplete

Padmavati dalam penelitiannya menyatakan criteria yang lain untuk

kor-pulmonal dalam kombinasi EKG sebagai berikut :

1. RS di V5 dan V6

2. Aksis bergeser ke kanan

3. QR di AVR

4. P pulmonal

4. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%),

tekanan oksigen (PaO2) darah arteri < 60 mmHg,tekanan karbondioksida

(PaO2) >50 mmHg.

5. Radiografi

a. Pembesaran jantung dimana ikhtus akan tampak bergeser ke kiri atas.

b. Arteri pulmonale kanan dikatakan melebar apabila lebih dari 16mm dan

kiri lebih 18 mm

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

c. Tampak gambaran penyakit dasarnya

6. Kateterisasi Jantung

a. Peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru

b. Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal menandakan

hipertensi pulmonal berasal dari prakapiler dan bukan berasal dari jantung

kiri

Ictus tampak bergeser & naik

ke kiri atas

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

I. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis ini bertujuan untuk meningkatkan ventilasi pasien dan

mengobati penyakit melatarbelakangi beserta manifestasi dari gagal jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:

1. Pada pasien dengan COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan untuk

memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serta

tahanan vaskuler pulmonal

2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator

3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan

hiperkapnia

4. Bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretic

5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan

denyut jantung selain itu mempunyai efek digitalis ringan

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Anamnesa, meliputi

1. Identitas Pasien

a. Cor pulmonal dapat menyerang dewasa maupun anak-anak. Untuk

orang dewasa biasanya terjadi karena kebiasaan merokok dan

terpapar polusi, sedangkan untuk kasus anak-anak umumnya terjadi

karena akibat obstruksi saluran pernapasan atas seperti hipertrofi

tonsil dan adenoid.

b. Jenis pekerjaan juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya cor

pulmonal seperti para pekerja yang sering terpapar oleh udara dan

kebiasaan merokok yang tinggi.

c. Lingkungan tempat tinggal di daerah perindustrian dan kondisi

rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang sehat juga

dapat menjadi penyebab timbulnya cor pulmonal

2. Keluhan utama

Pasien dengan cor pulmonal sering mengeluh sesak dan nyeri dada

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan cor pulmonal biasanya mudah letih, sesak, nyeri dada,

batuk yang tidak prduktif

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien dengan cor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit PPOK,

fibrosis paru, fibrosis pleura dan hipertensi pulmonal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

Keluarga pasien dengan cor pulmonal biasanya tidak memiliki riwayat

kesehatan menderita cor pulmonal juga

6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan

Bagaimana pasien memahami penyakit yang dideritannya seperti

sesak nafas yang akan muncul saat beraktivitas berat dan akan

berkurang saat istirahat

2. Pola Nutrisi/ Metabolisme

Bagaimana diet yang dilakukan pasien dan apa saja yang dikonsumsi

pasien setiap harinya

3. Pola Eliminasi

Bagaimana pengeluaran urine (berapa cc perhari, warna urine) dan

feces (mengalami defekasi atau tidak, konsistensi pasien) pasien

setiap harinya

4. Pola Aktivitas

Bagaimana pasien menjalankan pekerjaannya, sebelum mengalami

sesak kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pasien

5. Pola Istirahat Tidur

Bagaimana kualitas dan kuantitas tidur pasien, apakah sesak nafas

yang diderita pasien dapat mengganggu pola tidurnya

6. Pola Kognitif-Persepsi

Apakah pasien mengalami gangguan pada fungsi indra

7. Pola Peran Hubungan

Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga serta masyarakat

sekitar, apakah sesak nafas yang dideritannya mengganggu hubungan

tersebut

8. Pola Seksualitas dan Reproduksi

Bagaimana respon seksualita pasien

9. Pola Koping Toleransi Stress

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

Bagaimana keadaan sehari-hari pasein, apakah pasien

mengkonsusmsi obat-obatan untuk menghilangkan stress

10. Pola Keyakinan Nilai

Apa keyakinan yang dianut oleh pasien, apakah dengan sakit yang

diderita pasien ibadah pasien terganggu

11. Pola Konsep Diri

Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: bentuk dada pasien biasannya barrel chest dan juga mengalami

sianosis

Palpasi: hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, mengalami edema serta

asites

Perkusi: adanya suara hipersonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: didapatkan bunyi nafas vesikuler, wheezing dikedua lapang

paru

8. Penatalaksanaan Keperawatan

8.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya

lapang respirasi dan penekanan pada thorak

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan

dengan. masalah pertukaran gas pada tingkat jaringan yang

ditandai oleh tampak sianosis dan TTV pasien yang tidak normal

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan

keletihan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

Daftar Pustaka

Boedhi, Darmojo. 2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di

Indonesia. Jakarta: Medika

Muttaqin, Arif. tanpa tahun. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Yasmin & Effendy. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatn pada

Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Jakarta: Penerbit Salemba

Medika

Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatn. Jakarta: EGC