Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
A. PENGERTIANSpiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan
ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter
Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Stoll (1989)
menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi
vertical dan dimensi horizontal.Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan.2. Menemukan arti dan tujuan hidup.3. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan
diri sendiri.4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha
TinggiKebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengambalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan tuhan
B. ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISIMenurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi
spiritual seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat
negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang
Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama,
dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual
anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak
tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan,
diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik
dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan
apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap
saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang
menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat
menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien
dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk
sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang
berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat
menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan
setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko
terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai
cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat
dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ,
sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering
dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang SesuaiKetika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan
spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman
dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan
spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien
bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.
C. TANDA DAN GEJALABerbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya
diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami
masalah spiritual.1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan,
“Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal
bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta
perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka
agama untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan
klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti
hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari
verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin
saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan
berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman.3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin
menunjukkan perubahan fungsi spiritual.
D. POHON MASALAH
Penyakitakut, kronis,
terminal
Perubahan perilaku
Harga dirirendah
Isolasi sosial
keputusasaan
ansietas
Verbalisasi distress
Ketidakefektifankoping Distressspiritual
Perasaan bersalah,rasa takut, deperesi
Faktor Predisposisi
E. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL
1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada yang menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan
kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya
dan ketenangan yang paling besar adaalah bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada
saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah tuhan sangat penting
sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih
membutuhkan keberadaan tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan
tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka pasien
akanlebih membutuhkan dukungan spiritual.
F. PENATALAKSANAAN MEDISJika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan
yang menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien
akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan.
Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien,
hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat
harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna
penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat
member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Menetapkan Kehadiran Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas
pemberi perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan
harapan untuk pemulihan (clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan
spesifik yang menunjukan kehadiran perawat meliputi member I perhatian,
menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan
dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa
kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat
punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati
memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus
memberikan perawatan mulut dan bekerja bersama klien untuk dengan
lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke kursi.
Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan
rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan
akan membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami
kehilangn control dan mencari seseorang untuk memberikan arahan dan
perawatan yang kompeten.b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata
terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank
lien: 1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang
penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau
spiritual.Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan
harapan klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan
strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup.
Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan
sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap
data menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup
setiap hari dengan penuh makna.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan
perawat harus tetap menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual
klien. Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan menelaah
keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengenali
pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan
dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991). Ketika
penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian
bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap
kesejahteraan klien. Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat
dapat memulai dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian memberikan
informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien. Klien mungkin
juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk mempertahankan
persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
c. Sistem Dukungan Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al
(1991) mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa
sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung
berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungakan klien, perawat
dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan
pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan
klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh
klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien
dan jaringan pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal
yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering
memberi sumber penyembuhan. Sitem pendukung member sumber
kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman
mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan
keagamaan yang dianut klien.
d. BerdoaTindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang
memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha
Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi kesempatan individu untuk
memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha kuasa
dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan
untuk membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi
dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok
berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan. Berdoa telah
ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk
mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan
keperawatan. Makanan juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti
halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan dan
penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas
seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet. Beberapa sekte
adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala mahluk
hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan
tidak menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada
hari-hari khusus beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol
adalah larangan dalam agama islam. Sebagai tradisi larangan Kristen,
seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok lainya, seperti
evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai
penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung
daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari
institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau
rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih,
keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua
pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klienf. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan
adalah suatu sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi
seorang lansia. Perawat yang bertugas dilingkungan perawatan akut dan
perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam perawatan spiritual klien,
mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan,
pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti
penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan
dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan
tradisional,atau medikasi herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke
kapel atau musolah rumah sakit atau menghadiri suatu layanan mungkin
penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan keluarganya,pengarahan
tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi pada fasilitas
medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen.
Perawat merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk
memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau
kunjungan spiritual.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATANKetepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya
dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika klien
menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat
menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga merupakan bagian
penting untuk memelihara kesehatan. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif.
Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven
(1996) pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah
sebagai berikut.
Pertama, Afiliasi agama :a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif
atau tidak aktif . b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama
Kedua, keyakinan agama tau spritual mempengaruhi :
a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau
upacara agama.b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan c) Strategi koping
Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi
a) Tujuan dan arti hidup b) Tujuan dan arti kematian c) Kesehatan dan pemeliharaannyad) Hubungan dengan tuhan ,diri sendiri dan orang lain
1. Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual
yang disusun oleh Stoll dalam Craven &Hirnle (1996) mencakup 4 area,
yaitu :1) Konsep tentang tuhan atau ketuhanan 2) Sumber harapan dan kekuatan 3) Praktik agama dan ritual 4) Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan. Pertayaan
yang dapat diajukan perawat untuk memperoleh informasi tentang
pola fungsi spritual klien antara lain , sebagai berikut : a) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalm
kehidupan anda ?b) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ? c) Apakah anda merasa kepercayaan ( agama ) membantu anda?
Jika ya ? jelaskan bagaimana dapat membantu anda ? d) Apakah sakit ( atau kejadian penting lainnya yang pernah
anda alami) telah mengubah perasaan anda terhadap tuhan
atau praktik kepercayaan yang anda anut ? Fish dan shelly dalam Creven dan Hirnle (1996) juga
menambahkan beberapa pertanyaan yang bermanfaat untuk mengkaji data
subjektif yaitu : a) Mengapa anda berada di rumah sakit ?
b) Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara
anda memandang kehidupan?c) Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan
anda dengan orang yang paling berarti dalam kehidupan anda
? d) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi
cara anda melihat diri sendiri ? e) Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?
Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual anak,
antara lain sebagai berikut 1) Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan ?2) Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa
takut ( selain kepada orang tua ? 3) Apakah kegemaran yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang
merasa bahagia /gembira ?ketika sedang bersedih ?4) Engkau tahu siapakah tuhan itu ? seperti apakah tuhan itu ?
2. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif
dilakukan melalui melalui pengkajian klinis yang meliputi pengkajian afek
dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal dan lingkungan
pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.
Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data
objektif atau data klinis
a) Afek dan sikap1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,
apatis atau preokupasi ? b) Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku keagamaan ?2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi
buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya , serta
bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan
kemarahannya terhadap agama ?c) Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik
keagamaan lainnya( walaupun hanya sepintas)? 2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka
agama ?
3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematiaan , kepedulian terhadap arti kehidupan , konflik batin
tentang kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan
dengan penguasa, pertanyaan tentang arti keberadaannya di
dunia, arti penderitaan atau implikasi terhadap nilai
normal/etik?d) Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien ? 2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ? 3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ? 4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan
dengan tenaga keperawatan ? e) Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan
sembahyang lainnya ? 2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan ?
Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual
adalah sebagai berikut
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung 2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas 3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan
/agama. 4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian 5. Klien yang akan dioperasi 6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama7. Mengubah gaya hidup 8. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan 9. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama 10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan
hukuman dari tuhan 12. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap tuhan 13. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama14. Sedang mengadapi sakatul maut
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Distress Spiritual
a. Definisi
Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, seni, music, literature, alam, dan atau kekuatan yang
lebih besar dari pada diri sendirib. Batasan Karakteristik
- Hubungan dengan diri sendiri1) Marah2) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)3) Mengungkapan kurangnya motivasi4) Mengungkapakan kurang dapat memaafkan diri sendiri5) Mengungkapkan kekurangan harapapan6) Mengungkapkan kekurangan cinta7) Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup8) Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup9) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (misalnya
kedamain)10) Merasa bersalah11) Koping tidak efektif
- Hubungan dengan orang lain 1) Mengungkapkan rasa terasing2) Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting 3) Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual4) Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dengan
sistem pendukung- Hubungan dengan seni, musik, literature, alam
1) Tidak berminat pada alam2) Tidak berminat membaca literature spiritual 3) Kertidakmampuan mengungkapkan kondisi krieatifitas
sebelumnya (misalnya menyanyi/mendengarkan
music/menulis)- Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada
dirinya sendiri1) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih
besar dari dirinya 2) Mengungkapkan telah diabaikan3) Mengungkapkan ketidakberdayaan 4) Mengungkapkan penderitaan5) Ketidakmampuan berintrospeksi6) Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas7) Ketidakmampuan berpartisipasi aktivitas keagamaan8) Ketidakmampuan berdoa 9) Meminta menemui pemimpin keagamaan 10) Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual
c. Faktor yang berhubungan
1) Menjelang hajal2) Ansietas3) Sakit kronis4) Kematian5) Perubahan hidup6) Kesepian7) Nyeri8) Keterasingan diri9) Keterasingan sosial10) Gangguan sosiolultural
2. Ansietasa. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisifasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghapdapi ancaman.b. Batasan karakteristik
- Perilaku 1) Penurunan produktivitas 2) Gerakan yang irelevan3) Gelisah4) Melihat sepintas5) Insomnia6) Kontak mata yang buruk7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup8) Agitasi9) Mengintai 10) Tampak waspada
- Afektif1) Gelisah2) Kesedihan yang mendalam3) Distress4) Ketakutan5) Perasaan tidak adekuat6) Berfokus pada diri sendiri7) Peningkatan kewaspadaan iritabilitas 8) Gugup9) Senang berlebihan10) Rasa nyari yang meningkatkan ketidakberdayaan 11) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten12) Bingung13) Menyesal
14) Ragu atau tidak peracaya diri15) Khawatir
- Fisiologis1) Wajah tegang 2) Tremor tangan3) Peningkatan keringat4) Peningkatan ketegangan5) Gemetar6) Tremor7) Suara bergetar
- Simpatik1) Anoreksia 2) Eksitasi kardiovaskular3) Diare4) Mulut kering5) Wajah merah6) Jantung berdebar-debar7) Peningkatan tekanan darah8) Peningkatan denyut nadi9) Peningkatan refleks10) Peningkatkan frekuensi pernapasan11) Pupil melebar12) Kesulitan bernafas13) Vasokontriksi superficial 14) Kedutan pada otot15) Lemah
- Parasimpatik1) Nyeri abdomen2) Penurunan tekanan darah3) Penurunan denyut nadi4) Diare5) Vertigo6) Letih7) Mual8) Gangguan tidur9) Kesemutan pada ekstremitas10) Sering berkemih11) Anyang-anyangan 12) Dorongan sering berkemih
- Kognitif1) Menyadari gejala fisiologis2) Bloking pikiran 3) Konfusi4) Penurunan lapang persepsi5) Kesulitan berkonsentrasi6) Penurunan kemampuan untuk belajar7) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah8) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
9) Lupa 10) Gangguan perhatian 11) Khawatir12) Melamun 13) Cenderung menyalahkan orang lain
c. Faktor yang berhubungan- Perubahan dalam
1) Status ekonomi2) Lingkungan3) Status kesehatan4) Pola interaksi5) Fungsi peran6) Status peran
- Pemajanan toksin- Terkait keluarga- Heriditer- Infeksi atau kontaminan interpersonal- Krisis maturasi- Krisis situasional- Stress- Penyalahgunaan zat- Ancaman kematian- Ancaman pada:
1) Status ekonomi2) Lingkungan 3) Status kesehatan4) Pola interaksi5) Fungsi peran 6) Status peran7) Konsep diri8) Konflik yang tidak disadari mengenal tujuan penting hidup9) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang
esensial/penting10) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
3. Ketidakefektifan Kopinga. Definisi
Ketidakmampuan untuk membentuk penilian valid tentang stressor,
ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersediab. Batasan Karakteristik
1) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa2) Penurunan penggunaan dukungan sosial3) Perilaku destruktif terhadap orang lain4) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri5) Kesulitan mengorganisasi informasi6) Letih
7) Angka penyakit yang tinggi8) Ketidakmampuan memerhatikan informasi9) Keidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar10) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran11) Pemecahan masalah yang tidak adkuat12) Kurangnya perilaku yang berfocus pada pencapaian tujuan 13) Kurangnya resolusi masalah konsentrasi buruk
mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan14) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah 15) Pengambilan risiko16) Gangguan tidur 17) Penyalahgunaan zat18) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaftif
c. Factor yang berhubungan1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan3) Perbedaan gender dalam strategi koping 4) Derajat ancaman yang tinggi 5) Ketidakmampuan untuk mengubah energy yang adaftif6) Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan
mengatasi masalah.7) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat8) Ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap stressor9) Sumber yang tersedia tidak adekuat 10) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh
karakteristik hubungan 11) Krisis maturasi12) Krisis situasi13) Ragu
4. Keputusasaana. Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan
pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingan
sendiri.b. Batasan Karakteristik
1) Menutup mata2) Penurunan afek3) Penurunan selera makan4) Penurunan respon terhadap stimulus 5) Penurunan verbalisasi6) Kurang inisiatif7) Kurang keterlibatan dalam asuhan8) Pasif
9) Mengangkat bahu sebagai respons terhadap yang mengajak
bicara10) Gangguan pola tidur11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara 12) Isyarat verbal (misalnya isi putus asa “saya tidak dapat”
menghela nafas)c. Faktor yang berhubungan
1) Diasingkan2) Penurunan kondisi fisiologis3) Stress jangka panjang4) Kehilanagan kepercayaan pada kekuatan spirirtual5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting6) Pembatasan aktivitas jangka panjang7) Isolasi sosial
I. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
Tindakan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 Distres Spiritual Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien
menunjukkan kesehatan
spiritual dengan kriteria
hasil :
1. Mengungkapkan
tentang keyakinan, arti
hidup dan kedamaian
diri2. Memahami bahwa
penyakit adalah sesuatu
tantangan terhadap
system keyakinan3. Memahami bahwa
terapi bertentangan
dengan system
kepercayaan4. Menunjukkan teknik
koping untuk
1. Kaji adanyaindicator langsung
status spiritual
pasien
2. Komunikasikan
kebutuhan nutrisi
dengan ahli gizi3. Buat peubahan
yang diperlukan
segera untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan pasien4. Jaga privasi dan
beri waktu kepada
pasien untuk
mengamati praktik
keagamaan
1.
Agar dapat
mengetahui
bagaimana
status spiritual
pasien
2.
Agar pasien dapat
terpenuhi status
gizinya
3.
Agar pasien
mendapatkan
kebutuhan
nutrisinya depat
cepat
4.
Agar mengurangi
menghadapi distress
spiritual5. Mengungkapkan
penerimaan terhadap
keterbatasan ikatan
budaya atau keagamaan6. Mendiskusikan praktik
dan keluhan spiritual7. Pasien menjelang ajal
akan :a. Mengungkapkan
penerimaan atau
kesiapan
menghadapi
kematianb. Berbahagia dengan
hubungan
sebelumnyac. Mengungkapkan
kasih sayang
terhadap orang
terdekat
5. Terbuka terhadap
ungkapan pasien
tentang kesepian
dan
ketidakberdayaan6. Ungkapkan empati
terhadap perasaan
klien
7. Beri jaminan
kepada pasien
bahwa perawat
selalu ada untuk
mendukung pasien
saat pasien
merasakan
penderitaan8. Anjurkan
kunjungan
pelayanan
keagamaan9. Beri artikel
keagamaan yang
diinginkan
kesalahpahama
n antara pasien
dengan tim
medis sehingga
dapat
bekerjasama
dengan baik
5.
Agar pasien dapat
percaya dengan
tim medis
6.
Agar pasien
merasakan
bahwa tim
medis juga
dapat
merasakan apa
yang dirasakan
oleh pasien
7.
Agar pasientidak
merasa
kesepian
8.
Agar kebutuhan
spiritual pasien
terpenuhi
9.
Agar pasien juga
tetap
mempelajari
agamanya
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan ansietas
berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Klien mampu
mengidentifikasikan
dan mengungkapkan
gejala cemas2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas3. Vital sign dalam batas
normal4. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya ansietas
1. Pantau tanda
tanda vital dan
ansietas
2. Instrusikan pasien
tentang
penggunaan
teknik relaksasi3. Berikan obat
untuk mengurangi
ansietas4. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
5. Nyatakan dengan
jelas tentang
harapan terhadap
perilaku pasien
6. Bantu pasien
untuk
mengidentifikasik
an situasi yang
mencetutaskan
ansietas
1. Agar mengetahui
kondisi pasien
2. Agar pasien
merasa lebih
nyaman dan
tenang
3. Agar ansietas
dapat berkurang
4. Agar pasien
tidak merasa
terganggu dan
bisa percaya
dengan tim
medis
5. Agar pasien
tidak salah
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
6. Agar pasien
dapat
mengetahui
7. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
secara verbal
pikiran dan
perasaan untuk
mengekteralisasik
an ansietas8. Dampingi pasien
untuk
meningkatkan
keamanan dan
mengurangi rasa
takut9. Dorong keluarga
untuk menemasi
klien10. Sarankan terapi
alternative untuk
mengurangi
ansietas yang
dapat diterima
pasien11. Jelaskan prosedur
dan semua yang
dirasakan selama
prosedur
tentang ansietas
7. Agar pasien
dapat lebih
terbuka tentang
penyakitnya
8. Agar pasien
tidak merasa
takut
9. Agar pasien
tidak merasa
kesepian
10. Agar dapat
membantu
pasien dalam
mengurangi
penyakitnya
11. Agar pasien
mengerti dan
paham akan
prosedur yang
diberikan3 Ketidakefektifan
Koping
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien
1. Menginformasika
n pasien
alternative atau
1. Agar tidak
terpaku dengan
satu penanganan
menunjukkan koping yang
efektif dengan kriteria hasil
:
1. Mengidentifikasikan
pola koping yang
efektif 2. Mengungkapkan secara
verbal tentang koping
yang efektif3. Mengatakan penurunan
stress4. Klien mengatakan telah
menerima tentang
keadaannya5. Mampu
mengidentifikasikan
strategi tentang koping
solusi lain
penanganan2. Memfasilitasi
pasien untuk
membuat
keputusan3. Bantu pasien
mengidentifikasik
an keuntungan,
kerugian dari
keadaan4. Bantu pasien
untuk identifikasi
bermacam macam
nilai kehidupan 5. Bantu pasien
identifikasi
strategi positif
untuk mengatur
pola nilai yang
dimiliki6. Anjurkan pasien
untuk
mengidentifikasi
gambaran
perubahan peran
yang realistis 7. Gunakan
pendekatan
tenang dan
meyakinkan
8. Hindari
pengambilan
saja
2. Agar pasien
tidak merasa
terkekang
3. Agar pasien
paham dengan
kelebihan dan
kekurangan atas
keadaannya
4. Agar pasien
lebih mengerti
dengan nilai-
nilai kehidupan
5. Agar pasien
dapat
memahami
lebih jelas
tentang pola
nilai
6. Agar pasien
dapat
mengidentifikas
i secara nyata
dan objektif
7. Agar pasien juga
merasa tenang
dan yakin
dengan apa
yang akan
keputusan pada
saat pasien berada
dalam stress berat
9. Berikan informasi
aktual yang
terkait dengan
diagnosis terapi
dan prognosis
10. Bantu penyaluran
kemarahan dan
rasa bermusuhan
secara konstruktif
disampaikan
8. Agar pasien
tidak salah
langkah
dalam
mengambil
keputusan
9. Agar informasi
yang
diberikan
jelas dan
dapat
dipercaya
10. Agar pasien
dapat
berinteraksi
dan
mendapatkan
masukan
yang
membangun
1.
4 Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan
keputusasaan pasien
berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Menunjukkan semangat
untuk hidup
1. Pantau afek dan
kemampuan
membuat
keputusan
2. Ajari pengenalan
terhadap realita
1.Untuk
mengetahui
bahwa
keputusan yang
diambil oleh
pasien itu benar
adanya
2. Agar pasien
2. Segera menampilkan
perilaku yang dapat
menurunkan perasaan
keputusasaan3. Percaya pada diri
sendiri dan orang lain
dengan meninjau
situasi dan
membuat rencana
yang mungkin3. Dukung
partisipasi aktif
dalam aktivitas
kelompok untuk
memberikan
kesempatan
terhadap
dukungan social
dan penyelesaian
masalah4. Gali bersama
pasien factor yang
berkontribusi
terhadap perasaan
keputusasaan
5. Beri penguatan
positif terhadap
perilaku yang
menunjukkan
inisiatif, seperti
kontak mata,
membuka diri,
penurunan jumlah
waktu tidur,
perawatan diri,
peningkatan nafsu
makan
dpaat menilai
secara nyata dan
tidak semu
3. Agar pasien
mendapatkan
dorongan
sosial dari
lingkungan
terdekatnya
4. Agar pasienjuga
mendapatkan
kesempatan
untuk
mengapresias
ikan
keadaannya
saat ini
5. Agar pasien
dapat
berpikir
dengan jelas,
jernih dan
tenang dan
tidak
dikuasai oleh
hal-hal yang
negatif
J. REFERENSI
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC
Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar AsuhanKeperawatan JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCNurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic noc.Yogyakarta : Mediaction Publishing