Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KMB

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Defenisi

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi sistem) yang disebabkan oleh defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.B. Etiologi

Diabetes Mellitus terjadi karena organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Di bawah ini beberapa etiologi/sebab sehingga organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes mellitus tersebut:

a. Diabetes Mellitus Tipe I1. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.2. Faktor Imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen3. Faktor Lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor esternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi (hilangnya) sel beta. Virus penyebab DM adalah Rubela, Mumps, dan Human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau kecil) dalam sel beta.b. Diabetes Mellitus Tipe IIMekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu tedapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2.Faktor-faktor ini adalah : a. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.

b. Obesitas

Orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar lemak yang tinggi atau berlebihan sehingga jumlah cadangan energy dalam tubuhnya banyak begitupun dengan yang tersimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan hormon yang bertugas untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan fungsi akibat dari kerja kerasnya dalam melakukan tugas sebagai pendistribusian glukosa sekaligus pengkompensasi dari peningkatan glukosa darah, sehingga menyebabkan resistensi insulin dan berdampak terjadinya DM tipe 2.

c. Riwayat keluarga c. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa (Hiperglikemia akibat sekresi hormone-hormon plasenta). Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai unmasked atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. C. Patofisiologi

1. Diabetes mellitus Tipe I

Diabetes tipe I disebabkan oleh beberapa faktor antara laina. Faktor genetikDiabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknyab. Faktor Imunologi.Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen),c. Faktor lingkunganVirus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeks sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

Dimana faktor ini berdampak pada kerusakan sel beta pada pangkreas. Ini terjadi ketika sel beta pangkreas melakukan suatu aktivitas biokimia dalam hal ini proses peningkatan kadar insulin untuk menurunkan kadar glukosa dalam tubuh, oleh sistem imun membaca/menterjemahkannya sebagai virus (benda asing) sehingga terjadilah proses autoimunitas (pengrusakan) terhadap sel beta pangkreas tersebut yang mengakibatkan terjadinya defesiensi insulin (ketidakmampuan menghasilkan insulin).Akibat hal tersebut maka pengkompensasian terhadap peningkatan glukosa dalam sirkulasi darah terganggu hasilnnya terjadilah hiperglikemia (glukosa dalam darah tinggi). Jika konsentrasi gukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine yang disebut dengan glukosuria. Ketika glukosa diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dengan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifaglia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pemecahan glukosa baru dari asamasam amino serta substansi lain), namun pada penderita defiisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggaanggu keseimbangan asambasa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.2. Diabetes mellitus Tipe IIDiabetes tipe II disebabkan oleh beberapa faktor juga antara lain Usia, Obesitas,dan Riwayat Keluarga. Dimana faktor tersebut akan mempengaruhi proses peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa dalam darah secara terus-menerus menyebabkan penurunan fungsi terhadap hormon insulin dimana tugas dari insulin ini berfungsi untuk mengedarkan glukosa kepermukaan sel untuk metabolisme sel tersebut. Sehingga yang seharusnya glukosa tersebut diedarkan kesetiap sel malah berkurang akibat penurunan fungsi insulin sebagai akibatnya kadar glukosa secara terus-menerus mengalami penigkatan.Ginjal merupakan tempat penyaring hasil dari sekresi dalam tubuh tidak mampu lagi menyerap glukosa akibat dari hiperglikemia tersebut dan akibatnya glukosa tersebut terekskresi bersama dengan urine ( glukosuria). Untuk meringankan kerja dari dari ginjal dalam pengeluaran glukosa maka terjadi penyerapan air dan elektrolik dalam ginjal untuk mengencerkan glukosa, sehingga urine keluar secara encer bersama air, elektronik dan zat-zat yang lainnya. Karena urine keluar secara terus menerus bersama dengan air dan elektrolik maka tubuh mengalami kekurangan cairan akibatnya terjadi dehidrasi. Efek dari dehidrasi tersebut menyebabkan volume cairan dalam vaskuler berkurang sehingga darah bersifat lebih kental sehingga mempengaruhi proses sirkulasi darah dalam tubuh.Gangguan fungsi insulin itu juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol-kolesterol jahat (LDL), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik). Akibat dari peningkatan kolesterol jahat tersebut mengakibatkan terdapatnya plak-plak berupa lemak yang mengendap dalam pembuluh darah arteri yang berefek pada gangguan pada sirkulasi darah atau yang biasa disebut dengan aterosklerosis. Akibat dari aterosklerosis tersebut berdampak pada perubahan dan gangguan pada daerah makrovaskuler dan microvaskuler. Untuk daerah makrovaskuler (pembuluh darah besar) yang berpengaruh adalah organ jantung, serebral dan daerah ekstremitas (pergerakan). Khusus untuk organ jantung, aterosklerosis menyebabkan penyakit arteri koroner dalam hal ini infark miokard (gagal jantung) ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen terhadap sel-sel jantung akibat dari sumbatan pada daerah pembuluh darah arteri koronaria. Dan untuk daerah cerebral, akan berdampak pada penyakit stroke. Ini disebabkan karena perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral yang menimbulkan serangan iskemia sepintas (tidaknya adanya aliran darah) dan menyebabkan stroke.Sedangkan untuk daerah ekstremitas (pergerakan), akan berdampak pada pembentukan gangren yang disebabkan oleh sirkulasi yang buruk akibat dari sumbatan pada saluran peredaran darah yang mengarah pada daerah ekstremitas khususnya bagian bawah (distal) selain itu pula adanya gangguan kemampuan leukosit terhadap penghancuran bakteri yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka yang lama dan akibatnya akan terjadi gangren serta berpotensi untuk diamputasi.Untuk daerah mikrovaskuler yang berpengaruh adalah daerah retina (penglihatan) dan daerah ginjal. Khusus untuk daerah retina (penglihatan), akan berdampak pada penyakit retinopati ini disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata di mana retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari berbagai jenis seperti pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol, venula dan kapiler. Dan pembuluh darah inilah yang merupakan pusat sumbatan sehingga berpengaruh terhadap gangguan penglihatan dan jika ini berlangsung lama tanpa ada tindakan yang progresif maka akan berpotensi terhadap kebutaan. Sedangkan untuk daerah ginjal, akan berdampak pada penyakit nefropati ini disebabkan oleh glukosuria yang terus menerus sehingga mekanisme filtrasi ginjal mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati. Jika tubuh membentuk zat keton lalu terjadi nefropati maka ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi yang berpotensi pada gagal ginjal. D. Tanda dan Gejala

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Polyuria

2. Polydipsia

3. Polyphagia

4. Glykosuria5. Penurunan berat badan

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki (parestesia).7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

E. Pemeriksaan Penunjang/DiagnostikTujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah : menetapkan diagnosa, mengikuti perjalanan penyakit, kontrol terapi dan deteksi dini adanya kelainan akibat DM.1. Pemeriksaan kadar gula darahCara yang dianjurkan adalah cara enzimatik, dan yang banyak digunakan dalam laboratorium adalah cara glukosa oksidase. Cara lain adalah cara o-toluidine. Kedua cara ini dianggap memberi hasil yang mendekati kadar glukosa sesungguhnya.Interpretasi Hasil Tes

TesSampelBukan DM

(mg/dl)Belum pasti

DM (mg/dl)DM

(mg/dl)

GDSPlasma Vena< 110110-199 200

Darah Kapiler< 9090-199 200

GDPPlasma Vena< 110110-125 126

Darah Kapiler< 9090-199 110

GD2PPPlasma Vena< 140140-200> 200

Darah Kapiler 200

2. Tes toleransi glukosa (TTG)

3. Pemeriksaan gula urin.4. Penetapan albumin urinF. Komplikasi1. Akut : ketoasidosis diabetik Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotis Hipoglikemia2. Kronik:Umumnya terjadi pada 10-15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar): Pembuluh coroner

Vaskilar perifer Vaskular otak

b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil) : Mengenai mata (Retinopati) Mengenai ginjal (Nefropati) Penyakit Neuropati (merupakan saraf sensorik-motorik) yang anatomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.G. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap ipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)5. PendidikanBAB IIASKEP

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

5. Integritas Ego

Stress, ansietas

6. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

7. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

8. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.

9. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)10. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi/tidak)11. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.B. Diagnosa

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada penyakit DM adalah:

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

4. Gangguan intoleransi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.

7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

8. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatanC. Rencana/Intervensi KeperawatanAdapun rencana keperawatan yang dapat dilaksanakan adalah:1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.Tujuan :Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.Intervensi : Pantau tanda-tanda vital.Rasional: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.Rasional: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. Timbang berat badan setiap hari.Rasional: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.Rasional: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya atau menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.Tujuan: mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.Rencana tindakan :

Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasiRasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa: Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Rencana tindakan : Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

3. Gangguan intoleransi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Rencana tindakan :

Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

Ciptakan lingkungan yang tenang.Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.Rasional : Obatobat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Rencana Tindakan : Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet). Identifikasi perubahan pola makan.Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.Rasional: Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

5. Resiko terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Rencana tindakan :

Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.Rasional: Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.

Lakukan perawatan luka secara aseptik.Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.

Rencana tindakan : Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.7. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi : Hindarkan lantai yang licin.

Rasional: Menghindari terjadinya kecelakaan

Gunakan bed yang rendah.Rasional: Memudahkan pasien untuk naik-turun bed

Orientasikan klien tentang ruang perawatanRasional: Agar pasien mampu mengetahui situasi dalam ruang perawatan Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hariRasional: Memudahkan mobilitas pasien Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisiRasional: Mencegah terjadinya dekubitus.LAMPIRANPENYIMPANGAN KDM

Diabetes Mellitus

Tipe 1

tipe 2

defesiensi insulin resistensi insulin

Hiperglikemia

glykosuria

diuresis osmotik

Osmotic diuresis

Dehidrasi P3(poliuria,polidipsi,polfagia)

Hemokonsentrasi ketoasidosis

Ateroskerosis ph menurun

Mual dan muntah

makrovaskuler

mikrovaskuker

jantung cerebral ekstremitas retina

ginjal

infark stroke gangrene retinopati nefropati diabetik miokard

nyeri gangguan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner,Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 th vol 2 Kedokteran EGC: Jakarta. 2001.

2. Sylvia, Wilson. Patofisiologi, edisi 6 th vol 2. Kedokteran EGC : Jakarta. 2005.

3. Anonymous. Diabetes Mellitus. http://diabetes-mellitus-dm.blogspot.com/2008/02. 4. Anonymous. Patofisiologi Diabetes Mellitus. http://www.medicastor.diabetes.2008.com.5. Hidayat. Askep Diabetes mellitus. http://www.bloghidayat.com. LAPORAN PENDAHULUANDIABETES MELLITUS

Oleh:Zulkili Bakri

70300109094

CI Institusi

CI Lahan

(

)

(

)

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2012Ggn vol. cairan (-)

Ggn. Perfusi jaringan

Resiko ggn nutrisi (-) dr kbuthn

Gangrene

resiko injury (sekarat)

Ggn integritas jar.

Ggn gambaran diri

Ggn intoleransi fisik

Potensial penyb. infeksi