Upload
yeyen-itu-reny
View
167
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nurse
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR KLAVIKULA
Disusun untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Departemen Emergency
Disusun Oleh :
Livia Baransyah
0810720043
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
1
2
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR KLAVIKULA
A. DEFINISI
- Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan dietntukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya. Meskipun tulang patah jaringan sekitarnya akan
terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah (Branner &Suddart,2005)
- Fraktur adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang
rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan biasanya disertai
cidera jaringan (Mansjoer, 2000)
Anatomi Clavikula
Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.
Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang
yang memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama.
Pada ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada)
pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion
dari scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis.
Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan
permukaannya lebih halus.
Fungsi clavicula berguna untuk:
Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada
supaya lengan dapat bergerak leluasa.
Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).
Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-
satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang
lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons.
3
Perlekatan
Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:
Permukaan superior:
Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
Otot trapezius
Permukaan inferior
Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare)
pada tuberculum conoideum
Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare
pada linea trapezoidea
Batas anterior:
Otot pectoralis mayor
Otot deltoideus
Otot sternocleidomastoid
Otot sternohyoideus
Otot trapezius
Perkembangan
Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan tulang
terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.
B. ETIOLOGI
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan penyebab fraktur adalah dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Cidera Traumatik
Cidera traumatik pada tulang dapat di sebakan oleh :
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
4
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progesif.
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang progesif, lambat dan
nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh kegagalan
absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur klavikula
1. Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)
paling banyak ditemui
terjadi medial ligament korako-klavikula (antara medial dan 1/3 lateral)
mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung (dari lateral
bahu)
2. Fraktur 1/3 lateral klavikula
fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:
o type 1: undisplaced jika ligament intak
o type 2: displaced jika ligamen korako-kiavikula ruptur.
5
o type 3: fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.
3. Fraktur 1/3 medial klavikula
Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula.
Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung
pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum. Jatuh
dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.
6
D. PATOFISIOLOGI
7
E. MANIFESTASI KLINIK
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) antara lain:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
Rotasi pemendekan tulang
Penekanan tulang
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous.
4. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/
perdarahan).
8. Pergerakan abnormal.
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
10. Krepitasi.
F. PEMERIKSAAN KLINIS dan PENUNJANG
1. Pemeriksaan Klinis
Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan menangis saat
menggerakkan lengan. Kadangkala penderita datang dengan pembengkakan
pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma dan kadang-
kadang fragmen yang tajam mengancam kulit. Ditemukan adanya nyeri tekan
pada daerah klavikula.
2. X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma. Pemeriksaan rontgen
anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu menegakkan
8
diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada 1/3 tengah dan fragmen
luar terletak dibawah fragmen dalam. Fraktur pada 1/3 lateral klavikula dapat
terlewat atau tingkat pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh foto
tambahan pada bahu.
3. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
4. Hitung darah lengkap: hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi),
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma
multiple); peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera
hati
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Fraktur Klavikula
1. Fraktur 1/3 tengah
Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan
menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri.
Displaced fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan menggunakan
commersial strap yang berbentuk angka 8, untuk menarik bahu sehingga
dapat mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus dijaga supaya tidak
terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal
dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan.
Jika commersial strap tidak dapat digunakan balutan dapat dibuat dari
“tubular stockinet”, ini biasanya digunakan untuk anak yang berusia <10
tahun.
Pemakaian strap yang baik:
1. Menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula selama
penarikan fraktur.
2. Tidak menutupi aksila, untik kenyamanan dan hygiene.
3. Menggunakan bantalan yang bagus.
4. Tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.
9
Plating Clavikula
- Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior
clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula.
Hindari juga diseksi subperiosteal pada fracture site.
- Lakukan reduksi fragmen fraktur jika memungkinkan pasang lag screw melintasi
fraktur. Plate diletakkan di sisi superior clavikula dengan 3 screw pada masing-
masing sisi fraktur untuk mencapai fiksasi yang solid.
- Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka operasi ditutup dengan jahitan
subcuticular.
2. Fraktur lateral
Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling.
Displaced fraktur dapat diterapi dengan sling atau dengan open reduction dan
internal fiksasi.
Jika pergeseran> setengah diameter klavikula harus direduksi dan internal
fiksasi.
Bila dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus
rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu karena itu terapi diindikasikan
melalui insisi supraklavikular, fragmen fraktur diaposisi dan dipertahankan
dengan pen yang halus, yang menembus kearah lateral melalui fragmen
sebelah luar dan akromion dan kemudian kembali ke batang klavikula.
Lengan ditahan dengan kain gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu
dianjurkan melakukan pergerakan penuh.
10
Indikasi Operasi
Fraktur terbuka.
Fraktur dengan gangguan vaskularisasi
Fraktur dengan “scapulothorcic dissociation” (floating shoulder)
Fraktur dengan displaced glenoid neck fracture.
Perawatan Pascabedah
Rehabilitasi
Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah sudah
cukup kencang. Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak <10
tahun menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu sampai bebas nyeri,
sedangkan orang dewasa biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu. Pasien
dianjurkan untuk melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri berkurang
(strap/splint/sling sudah dilepas)
H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik, fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis,
femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak → shock hipovolemi.
b. Emboli lemak dan paru
c. Trombo emboli vena, berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi
otot/bedrest
d. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga
perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik
e. Crush syndrome
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union, proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang
diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan
proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang.
11
b. Non union, proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan
(fraktur yang tidak menyambung dalam 20 minggu). Hal ini disebabkan
oleh fobrous union atau pseudoarthrosis.
c. Mal union, proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada
perubahan bentuk).
d. Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data dasar pasien : nama, umur, pekerjaan, alamat, dll
Keluhan Utama : keluhan saat pasien datang ke MRS terkait penyakitnya,
penyebabnya, dan perubahan terhadap dirinya terkait penyakitnya.
2. Keluhan Saat Pengkajian : keluhan saat dilakukan pengkajian oleh perawat
kepada pasien
3. Riwayat Kesehatan saat ini : proses perjalanan terjadinya penyakit hingga
pasien datang ke rumah sakit (proses kejadian)
4. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu pasien yang
mungkin berpengaruh terhadap keadaan penyakitnya sekarang. Riwayat
fraktur pada tulang yang sama akan mempengaruhi penanganan yang
diberikan
5. Riwayat Keluarga
6. Pola Aktiitas dan Istirihat : bisanya ditemukan keterbatasan/kehilangan fungsi
pada bagian yeng terkena (mungkin secara fraktur itu sendiri/terjadi secara
sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri)
7. Pola Eliminasi : penurunan kemampuan eliminasi secara mandiri karena
nyeri dan keterbatasan gerak yang dialami
8. Pola Nutrisi Metabolik : penurunan nafsu makan karena nyeri yang dirasakan
9. Pola Kebersihan diri : penurunan kemampuan personal hygiene secara
mandiri karena nyeri dan keterbatasan gerak yang dialami
12
10. Pengkajian Fisik : pemeriksaan head to-toe untuk mengkaji secara
menyeluruh dari kepala hingga kaki, area terdapatnya fraktur, jenis-jenis
fraktur dan fokus perubahan yang terjadi pada area fraktur
11. Pemeriksaan Penunjang
B. Diagnosa
a. Nyeri akut bd spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Gangguan integritas kulit bd fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
c. Gangguan mobilitas fisik bd kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
bd kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
e. Risiko infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
f. Risti ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
C. Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria Intervensi
1.
Nyeri akut bd spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan:Nyeri berkurang, dan dapat diatasi.
Kriteria : Klien tidak
mengeluh nyeri. Pembengkakan
hilang atau berkurang.
Otot relaksasi.
Kaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lamanya, skala nyeri 1 - 10.
Batasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed rest.
Tinggikan dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur.
Observasi perubahan tanda vital.
Berikan alternatif perubahan posisi secara periodik.
Ajarkan pasien tehnik relaksasi nafas dalam dan tehnik distraksi untuk mengurangi rasa
13
sakit pada skala nyeri 5. Berikan penjelasan terhadap
klien setiap prosedur yang akan dilakukan.
Kerja sama dengan Tim Medis : Pemberian obat analgetika.
2.
Gangguan integritas kulit bd fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
Tujuan : Menjaga integritas kulit tetap baik
Kriteria hasil: Tidak ada tanda
kerusakan integritas kulit klien
Klien mengatakan ketidaknyamanan akibat kerusakan integritas kulit berkurang
Penyembuhan luka terjadi dengan baik
Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).
Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.
Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi, proses penyembuhan luka.
3.
Gangguan mobilitas fisik bd kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
Data penunjang : Klien terpasang gips /
traksi.
Tujuan : Aktifitas sehari-hari tetap terpenuhi.
Kriteria : Klien dapat
melakukan aktifitas sehari-hari, sesuai dengan pembatasan gerak oleh gips seperti makan, minum, b.a.b, b.a.k dan mandi.
Jelaskan aktifitas-aktifitas apa yang dapat dikerjakan sendiri oleh klien dan apa yang perlu dibantu oleh perawat.
Bantu untuk pemenuhan ke-butuhan sehari-hari yang tidak dapat dilakukan klien.
Ajarkan dan anjurkan untuk la-tihan aktif pada kaki yang cedera dan yang normal, je-laskan bahwa latihan dapat mencegah terjadinya kom-plikasi, meningkatkan ke-sembuhan.
Ajarkan tehnik relaksasi.
4.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan bd kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Data penunjang :
Tujuan : Pengetahuan kliententang mobilisasi dan perawatan di Rumah meningkat.
Kriteria hasil: Klien menyatakan
telah memahami tentang mo-bilisasi dan cara
Berikan penjelasan tentang latihan yang harus dilakukan.
Demonstrasikan cara latihan mobilisasi aktif.
Anjurkan klien untuk me-lakukan mobilisasi aktif dengan menggerakkan persendian pada bagian bawah dari daerah yang fraktur.
Diskusikan dengan klien ten-tang gejala & tanda abnormal
14
Klien menyatakan belum memahami tentang aktifitas yang boleh/tidak boleh dilakukan.
Klien kurang kooperatif dalam program mobilisasi.
pera-watan dirumah.
Klien dapat mengulangi kembali secara seder-hana tentang hal-hal yang telah dijelaskan.
Klien dapat mendemon-strasikan kembali latihan mobilisasi yang telah diajarkan.
Klien kooperatif dalam program mobilisasi.
yang timbul selama perawatan dan dianjurkan klien melapor kepada perawat, gejala yang diobservasi : rasa sakit, perasaan dingin, adanya bau tidak enak dari daerah luka dan perubahan sensasi.
Diskusikan tentang pentingnya klien kontrol secara teratur ke Poliklinik sesuai perjanjian.
Jelaskan rehabilitasi yang boleh dilakaukan di rumah sesuai kemampuan klien.
5.
Risiko infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Data penunjang : Adanya luka pada daerah
fraktur.
Tujuan: Tidak menunjukkan tanda infeksi pada luka
Kriteria : Penyembuhan
luka baik Tidak ada tanda
infeksi (inflamasi, pus, pembengkakan).
Bagian yang fraktur/luka dapat berfungsi seperti semula.
Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada lokasi luka (kemerahan, pus, bengkak dan rasa sakit)
Observasi adanya peningkatan HR, anemia, delirium dan penurunan kesadaran berlanjut.
Observasi penampilan kulit ; pucat, kemerahan, adanya vesikel yang berisi cairan berwarna merah dan adanya gejala-gejala awal gas gangren.
Monitor output urine. Observasi keadaan luka, ganti
balutan secara teratur dengan tehnik septik aseptik dan buang bekas ganti balutan dalam plastik yang diikat.
Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol
Kerja sama dengan Tim kesehatan : Pemberian cairan parentral. Observasi tindakan invasif Pemberian antibiotika.
15
6.
Risti ketidakefektifan perfusi jaringan periferbd penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria : HR. 60 - 100 x per
menit. Kulit hangat
sensori normal. Sistolik 100 - 140
mmHg. RR. 16 - 24 x per
menit. Urine out put 30 -
50 cc per jam. Pengisian kapiler
>2 detik.
Observasi ada/tidak kualitas nadi perifer dan bandingkan dengan pulses normal.
Kaji adanya gangguan pe-rubahan motorik/sensorik.
Pertahankan posisi daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi untuk meningkatkan aliran vena dan menghilangkan udema.
Observasi adanya tanda iskemia daerah tungkai seperti, pe-nurunan suhu, dingin dan pe-ningkatan rasa sakit.
Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal cedera.
Observasi tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sia-nosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status mental.
Kerja sama dengan Tim kesehatan :
a. Pemeriksaan laboratorium ; Hb, Ht
b. Pemberian cairan parentral, tranfusi darah bila perlu.c. Pemberian obat.d. Persiapan operasi bila perlu.
D. Evaluasi
- Pasien mengatakan Nyeri akut berkurang dan hilang
- Gangguan integritas kulit pasien berkurang
- Gangguan mobilitas fisik pasien dilaksanakan mandiri
- Pengetahuan pasien bertambah tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
- Resiko infeksi tidak ada
- Risti ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi
16
REFERENSI
1. Penanganan konservatif dan operatif fraktur clavicula 1/3 Tengah .
Availablehttp://bedahumum.wordpress.com/?s=fraktur+clavicula.
2. Indah Kusuma Dewi. 2010. presentasi kasus Fraktur Clavicula dan Fraktur
Costae.available at http//:Scribs.com.
3. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “fraktur clavicula”, dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah,Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm. 858.
4. Harri Prawira Ezzedin. 2009. Fraktur. Faculty of Medicine – University of Riau
Pekanbaru, Riau. available at (http://www.Belibis17.tk.
5. M, Kevin. Fraktur klavikula. Klinik Olahraga dan Orthopedi Singapura.
Available athttp://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?p=940
6. Price, A & Wilson, M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6, Terjemahan, Jakarta : EGC
7. Smeltzer, Suzanne. 2008. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Ed8. Vol.3,
Jakarta: EGC
8. NANDA, 2012-2014, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006,
Alih Bahasa : Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta
9. Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
10. Dochterman, et al. 2008. Nursing Intervension Classification (NIC). Ed 5.
Philadelphia: Mosby Elseiver
11. Sue, et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed 4. Philadelphia:
Mosby Elseiver
17