Upload
m-nurcholis
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUANFRAKTUR
Nama : SafariansyahNIM : P07220106109Tingkat : 1 C / Keperawatan
DefinisiFraktur adalah terpuunya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang yang melebihi aborpsi tulang (Black, 1997)Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang(Doenges, 1999)
Etiologi1. trauma langsung : benturan pad tulantg yang mengakibatkan fraktur pada tempat itu .2. trauma tidak langsung : bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan .3. proses penyakit : kanker dan riketsia.4. compreion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan kompresi tulang belakang .5. otot: akibat injury / sakit terjadi regangan otot yang kuat ehinggga dapat menyebabkan fraktur ( misalnya: elektrik
shock, tetani ).
Klasifikasi 1. berdasarkan garis fraktur
a. fraktur komplitgaris patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplitGaris patahnya tidak melalui seluruh penampang tulangGreenstickfracture: bila mana mengenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum, akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal.
2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah / bentuk/ konfigurasia. comminute: banyak fraktur/ fragmen kecil tulan yang terlepa.b. Segmental : bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan atu ujung yang tidak memiliki
pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah.c. Multiple : garis patah lebih dari atu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya seperti fraktur femur,
cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen a. undisplaced( tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya
masih utuh.b. Displaced(bergeser) :terjadi pergeseran fragmen-fragmen tulang fraktr yang disebut juga dislokasi
fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luara. Open fracturefraktur terbuka karena integritas kulit robek/ terbuka dan ujung-ujung menonjol sampai menembus kulit.Fraktur terbuka ini terbagi menjadi tiga berdasarkan derajat keparahan :Grade I : robekan kulit kurang dari 1 cmdengan kerusakan kulit/ jaringan minimalGrade II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar fraktur merobek kulit dan otot.Grade III: kerusakan/ robekan lebih dari 6-8 cmdengan kerusakan jaringan otot,saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera di atasi.
b. Closed fractureFraktur tidak komplit , integritas kulit masih utuh tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma a. tranversal(melintang), trauma langsung
garis fraktur tegak lurus segmen tulang yang patah di reposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah di kontrol dengan bidai gips. b. Oblique:trauma angulasiFraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit di perbaiki.c. spiral : trauma rotasifraktur ini timbul akibat tori pad ektermita , menimbulkan edikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat mbuh dengn immobilisasi luar. d. Kompresi :trauma axial flexi pada tulang spongiosaFraktur ini terjadi karena ketika kedua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.e. Fraktur avulasi:trauma akibat tarikan (fraktur patela )Fraktur memisahkan sutu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.
6. Fraktur patologiTerjadi pada daerah yang melemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya
Patofisiologi
Daya
Tulang
Fraktur
Jaringan lunak pembuluh darah saraf& sumsum tulang periosteum korteks tulang
Perdarahan putus reseptor nyeri deformitas
Krepitasi
Pemendekan Luka hematom hipovolemi hilang sensasi nyeri
Port de entri vaso dilatasi hipotensi anastesiEksudasi plasma& migrasi leukosit
infeksi non infeksi inflamasi suplai darah ke otak menurun
delayed union union edema kesadaran menurun
mal union depresi sraf shock hipovolemi
nyeri
Manifestasi klinik Edema/ pembengkakan Nyeri : spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada
saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur Spasme otot :respon perlindungan terhadap injury dan fraktur Deformitas
Echimosis :ekstravaksasi darah didalam jaringan subkutan Fungstio laesa Crepitasi:pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
Tahap pennyembuhan tulang1. tahap pembentukan hematoma dalam 24 jam pertama dan berkembang menjadi jaringan granulasi samapi hari
kelima2. tahap proliferasi dalam waktu sekitar 5 hari3. tahap pembentukkan kalus perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus.4. osifikasi :mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu.proses ini memerlukan waktu 3-4
bulan5. konsolidasi(6-8 bulan) dan remodeling (6-12 bulan) tahap akhir dari perbaikan patah tulang .dengan aktifitas
osteoblast dan osteoclast, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan1 . rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di RS.2. reduksi :reposisi fragmen tulang sedekat mungkin dengan letak normalnya.
a. Reduksi tertutup:untuk mensejajarkan tulang secara normal secara manual dengan traksi/gips.b. Reduksi terbuka : dengan metode insisi di buat dan di luruskan melalui pembedahn biasnya melalui
internal fiksasi dengan alat misalnya, pin, plat yang langsung kedalam medula tulang. 3. retensi : menyatakan metode-metode yang di laksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut
selama penyembuhan (gips/traksi)4. rehabilitasi : langsung di mulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan pengobatan fraktur karena sering kali
pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna(latihan gerak dengan kruck)
Tindakan pembedahan1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)Keuntungan :
Reduksi akurat Stabilitas reduksi tinggi Pemeriksaan stuktur neurovaskuler Berkurangnya kebutuhan alat immobilisasi ekternal Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang ysng patah menjadi lebih cepat Rawat inap lebih singkat Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian: Kemungkinan trjadi infeksi Ostomielitis mahal
2. OREF (OPEN REDUCTION AND EXTERNAL FIXATION) Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal , biasanya pada kstremitas dan tidak untuk
fraktur lama Post eksternal fiksasi di anjurkan menggunakan gips Setelah di reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implintasi pen ke tulang Lubang kecil di buat dai pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus antara lain:
Observasi letak pen dan area Observasi kemerahan, rembes dan basahObservasi stastus neurovaskuler distal fraktur
Komplikasi1. komplikasi awal
shock hipovolemik/ traumatic
fraktur (ekstremitas, vertebra, pelvis, femur)perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jarinagn yang rusak,shock hipovolemik.
2. emboli lemakbeberapa jam setelah fraktur
tulang panjang/pelvis ,multiple dan terjadi pada usia 20-30 tahun
globula lemak Stress
aliran darah katekolamin
bergab.dengan trombosit asam lemak
emboli mobilisasi
menyumbat pembuluh darah kecil
otak paru ginjal sistemik
- agitasi - takikardi - lemak bebas - pucat- binging - pireksia - produksi urine - ptekie- delirium - hipoksia- koma - takipnea
PO2 < 60 mmHgAlkalosis repiratorik kemudian asidosis
respiratorik
Sindrom kompartemen Fraktur
Edema/ perdarahan membungkus otot terlalu ketat Gips/ balutan yang menjerat
Tekanan meningkat pada satu/lebih kompartemen
Penurunan perfusi jaringan
6-8 jam
kehilangan fungsi permanen
iskemia nekrosis mioneural
3. tromboemboli venaberhubungan dengan penurunan aktifitas/ kontraksi otot/bedrest
4. infeksifraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi anti biotic
Komplikasi lambat Delayed union Non union Mal union Nekrosis avaskuler di tulang
Pemeriksaan penunjang Foto rotgen Ct scan tulang Hitung darah lengkap(HT,Hb,ht,LED,SDP,leukosit,trombosit) Kretinin
ASUHAN KEPERAWATAN
PengkajianAktivitas:
Keterbatasan /kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri
Sirkulasi: Hipertensi(kadang-kadang telihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas) Hipotensi(kehilangan darah) Penurunan/tak ada nadi pada daerah distal yang cedera Pengisian kapiler lambat Pucat pada bagian terkena Edema
NeurosensoriGejala:
Hilangnya gerakan /sensasi Spasme otot Parestesis
Tanda: Deformitas local - terlihat lemah/ kehilangan fungsi Angulasi - agitasi(mungkin b/d nyeri,ansietas,trauma) Pemendekan Rotasi Krepitasi Spasme otot
Nyeri/kenyamananGejala:
Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan /kerusakan tulang :dapt berkurang dengan mobilisasi)
Tidak ada nyeri karena kerusakan saraf Spasme/ kram otot setelah immobilisasi
Keamanan Tanda:
Laserasi kulit Avulasi jaringan Perdarahan Perubahan warna Edema local(dapat meningkat secara bertahap ataupun tiba-tiba)
Diagnosa keperawatan 1. Nyeri b.d spasme otot,alat traksi stress,ansietas
Tujuan: nyeri hilangKh : nyeri berkurang atau hilang
Kaji tingkat,lokasi dan karakteristik nyeriRasio: Untuk menetukan intervensi yang akan di lakukan
Pertahankan immobilisasi pada bagian yang sakit dgn tirah baringRasio:mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena Rasio:me aliran balik vena, mengurangi edema dan menurunkan nyeri Lakukan dan awasi rentang gerak paif /akktifRasio: mempertahankan kekuatan /mobilitas otot yang sakit Lakukan tindakan yang nyaman seperti masase di tempat yang tidak terkenaRasio: untuk mengalihkan perhatian terhadap respon nyeri Kolaborasi dalam pemberian analgesikRasio: mengurangi / menghilangkan nyeri
2. kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakkan rangka,nyeritujuan :meminimalkan kerusakkan mobilitaskh :menunjukkan tehknik yang mampuu untuk melakukan infeksi
kaji derajat immobilisasi yang di hasilkan oleh cedera dan perhatikan persepsii klien terhadap immobilisasi
Rasio: pasien mungkin di batsi oleh pandangan diri /persepsi diri anjurkan klien untuk melakukan rentabng gerak pasif/aktif baik sakit atau tidak .rasio : meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot.mencegah kontraktur/atrofi awasi td dengan melakukan aktifitas.perhatikan keluhan pusing.Rasio: Hipotensi postural adalah masalah yang selalu menyertai tirah baring lama dan memerlukkan intervensi khusus. Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan nafas dalam Rasio : mencegah komplikasi kulit dan pernafasan(dekubitus,pneumonia) Auskultasi bising usus Rasio: tirah baring dan penggunaan analgesik dapat memperlambat peristaltic usus
3. resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasivetujuan : mencegah infeksi kh : tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitasrasio: pen/ kawat tidak harus di masukkan melalui kulit yang terinfeksi kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan nyeri atau edema, eritema bau tak enakrasio: dapat mengindikasikan adanya infeksi local, nekrosis yang dapat menimbulkan osteomyelisis. Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulitRasio: tanda perkiraan infeksi gas gangren Berikan perawatan pen/kawat steril sesui intruksi dan latihan mencuci tanganRasio : dapat mencegah kontaminasi silang oleh kemungkinnan infeksi Kaji tonus otot reflek tendon dan kemampuan unuk berbicaraRasio : kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan dis fagia menunjukkan terjadinya tetanus Awasi TTV
Rasio: peningkatan suhu tubuh dan takikardi dapat mengindikaksikan terjadinnya sepsis
pertahankan tehnik antiseptik bila mengganti balutan/ merawat lukarasio : meminimalkan kesempatan introduksi bakteri Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainaseRasio: deteksi dini terjadinya infeksi dan mencegah komplikasi
4. kerusakakan integritas kulit b.d fraktur terbuka;bedah perbaikan dan pemasangan pentujuan: meminimalkan kerusakan kulit kh: menunjukkan perilaku mencegah kerusakkan kulit
kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan , perdarahan, perub.warnarasio: memberikan info tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin di sebabkan oleh alat. Masase kulit dan penonjolan tulangRasio: menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi ubah posisi sesering mungkin rasio : untuk mencegah komplikasi kulit dan pernafasan
berikan tempat tidur busa ,bulu domba , bantal apung , kasur udararasio : meminimalkan tekanan pada kulit oleh tulang yang menonjol serta mencegah penurunan sirkulasi.
5. kurang pengetahuan b.d kurangnya informasitujuan : klien paham akan informasi yang di berikankh: klien menyatakan pemahamannya tentang informasi yang di berikan
kaji ulang proses penyakit /prosedur bedah rasio: memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi indentifikasikan tersedianya umber pelayanan masyarakat rasio : memberikan bantuan untuk memudahkan perawatan diri dan mendukung kemandirian dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah fraktur
6. gangguan pola tidur b.d efek hopitalisasi,nyeritujuan : kebutuhan istirahat terpenuhikh: klien dapat tidur sesuai kebutuhan
kaji pola tidur klienrasio: untuk menentukan interveni selanjutnya kaji faktor apa yang membuat klien mudah tidurrasio: memudahkan pilihan intervensi berikan suasana yang tenang dan nyaman rasio;memudahkan klien untuk beristirahat kolaborasi dalam pemberian obat tidurRasio: memudahkan klien untuk beristirahat
7. konstipasi b.d penurunan peristaltic usus(bedrest yang lama)tujuan: tidak terjadi kontipasikh:klien dapat bab secara biasa tanpa kesulitan pengeluaran
kaji pola eliminasirasio:memudahkan memilih intervensi kaji bising ususrasio: mendefinisikan masalah pantau intake dan output cairanrasio :ketidak adekuatan asupan cairan dapat mengakibatkan konstipasi berikan makanan sedikit tapi seringrasio : menurunkan iritasi lambung berikan asupan cairan adekuat misal 2000/hrrasio meminimalkan terjadinya konstipasi
DAFTAR PUSTAKA
Black (1997).Medical surgical nursing.Philadelpia:WB Sounders CompanyDoenges,M.E.(1999) Rencana asuhan keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien .Ed.3. Jakarta: EGCLewis(2000)medical surgical nursing.St.Louis:MosbyPrice, S.A. (1995) Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.Ed.4 Jakarta: EGC