Upload
yephina-ayu-d-sanen
View
76
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
paget disease
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Paget’s Disease adalah kondisi resorpsi yang abnormal dan terjadi kerusakan pada
salah satu jaringan tulang atau bisa lebih. Penyakit pada tulang ini secara bersamaan akan
mengenai bagian lain, tetapi tidak sampai bagian skeletal. Hal ini, karena aktivitas
osteoklas dengan resorpsi dari rongga pada tulang yang masih normal. Setelah beberapa
waktu tertentu, kemudian terjadi akivitas osteoblas yang kuat, tulang membentuk
anyaman.
Paget’s disease pertama kali dilaporkan oleh Sir James Paget (ahli bedah di Inggris)
pada tahun 1877. Paget’s disease atau disebut juga osteitis deformans adalah suatu
penyakit metabolisme pada tulang yang ditandai dengan penebalan dan pembesaran tulang,
kerapuhan tulang dan struktur dalam tulang yang tidak normal. Kelainan ini dapat
mengenai tulang manapun, tetapi yang sering terkena adalah tibia, femur, pelvis, vertebra
dan tulang tengkorak. Penyakit ini terdapat pada 3-5% dari populasi penduduk yang
berumur di atas 40 tahun.
1.2 Etiologi
Penyebab pasti penyakit ini tidak diketahui. Para ahli menduga penyebabnya adalah
infeksi virus karena ditemukan adanya badan inklusi paramyxovirus dalam osteoklas.
Penyebab lainnya adalah adanya peranan faktor genetik dalam penyakit tersebut. Paget’s
disease mungkin dihubungkan dengan infeksi virus karena ditemukan adanya mRNA virus
measles dalam osteoklas serta adanya mononuklear sel lainnya. Sel sumsum tulang yang
terinfeksi oleh virus akan menyebabkan peningkatan pembentukan osteoklas yang
abnormal. Teori genetik menyatakan bahwa HLA (human leukocyte antigen) pada
kromosom 6 dan gen pada lengan kromosom 18q memainkan peranan yang penting pada
paget’s disease. Peranan faktor genetik pertama kali dilaporkan oleh Pick pada tahun 1883
yang menggambarkan pasangan ayah dan anak yang menderita paget’s disease. Selain itu
juga dilaporkan oleh Lunn pada tahun 1885.
1.3 Patofisiologi
Tulang baru terbentuk dari dua cara yang berbeda yang pertama melalui osifikasi dan
proliferasi tulang rawan yang disebut osifikasi endokondral, terutama terlihat pada
lempeng epifisis atau pada suatu penyembuhan tulang. Yang kedua melalui osifikasi
langsung pada jaringan lunak yang disebut osifikasi membranosa yang dapat terlihat pada
pembentukan tulang subperiosteal baru.
Dalam keadaan normal, sel-sel yang menghancurkan tulang tua (osteoklas) dan sel-
sel yang membentuk tulang baru (osteoblas) bekerja seimbang untuk mempertahankan
struktur dan integritas tulang. Pada penyakit paget, aktivitas osteoblas dan osteoklas di
beberapa daerah tulang menjadi berlebihan dan tingkat pergantian pada daerah inipun
meningkat dengan sangat hebat. Daerah tersebut akan membesar tapi strukturnya menjadi
tidak normal dan menjadi lebih lemah daripada daerah yang normal.
Ada tiga fase yang menggambarkan terbentuknya paget’s disease. Fase pertama
adalah fase litik (fase aktif) dimana terjadi peningkatan resorpsi tulang dan ditemukan
osteoklas yang abnormal dalam jumlah banyak. Fase yang kedua adalah fase campuran.
Pada fase ini terjadi peningkatan pembentukan tulang yang baru, tetapi tulang yang baru
tersebut tidak normal. Fase terakhir adalah fase sklerotik atau fase inaktif. Aktivitas
osteoklas akan berkurang secara perlahan-lahan dan erosi tulang yang ada akan diisi
dengan tulang matur yang baru. Pada fase ini bentuk tulang dominant dan tulang yang
terbentuk merupakan tulang imatur dan rapuh.
1.4 manifestasi klinis
Paget’s disease biasanya hanya menyerang 1 atau 2 tulang, kadang hanya sebagian
kecil tulang yang terkena. Kelainan ini dapat mengenai tulang manapun, tetapi yang sering
terkena adalah tibia, femur, pelvis, vertebra dan tulang tengkorak. Penyakit ini umumnya
bersifat asimptomatik dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiologist untuk
kepentingan yang lain. Pada beberapa penderita bisa ditemukan gejala berupa nyeri atau
deformitas tulang. Biasanya nyeri tidak berhubungan dengan berat ringannya aktivitas
penderita. Pada anggota gerak (terutama tungkai yang menyangga berat badan), tulang
mudah mengalami patah, dengan masa penyembuhan yang lebih lama dan mulai
melengkung atau mengalami kelainan bentuk. Kaki menjadi bengkok dan langkah menjadi
pendek dan goyah. Kerusakan pada tulang rawan sendi bisa menyebabkan terjadinya
artritis. Jika yang terkena adalah tulang tengkorak, maka kepala tampak membesar dan
kening terlihat lebih menonjol. Pembesaran kepala dapat menyebabkan penekanan saraf
kranial, sehingga dapat menyebabkan gangguan penglihatan, pendengaran. Penekanan
medulla spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan. Meskipun jarang, bisa terjadi gagal
jantung karena peningkatan aliran darah melalui tulang yang abnormal akan memberi kerja
tambahan bagi jantung.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.5.1 Laboratorium
Pada pemeriksaan darah ditemukan peningkatan serum alkalin fosfatase.
Sedangkan pada pemeriksaan urin, ditemukan peningkatan hidroksiprolin. Serum
kalsium dan fosfor normal, tetapi pada penderita yang diimobilisasi mungkin terdapat
hiperkalsemia.
1.5.2 Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan struktur tulang yang tidak normal.
Pada paget disease, osteoklas lebih aktif daripada osteoblas.
1.5.3 Radiologik
1) Foto Polos
Pada pemeriksaan radiologis foto polos tulang tampak penebalan korteks dan
sklerosis tulang dengan trabekulasi yang kasar. Pada tulang tengkorak terdapat
gambaran osteoporosis sirkumpskripta terutama pada bagian frontal dan oksipital
(pada fase osteolitik). Pada fase campuran, terdapat osteoporosis sirkumpskripta
disertai area sclerosis. Sedangkan pada tahap lanjut, akan tampak cotton wool
appearance. Pada tulang panjang, terdapat gambaran flame shaped atau blade of grass
disertai penebalan korteks dan trabekula yang kasar.(4,11-13,15)
Pada tulang vertebra terdapat pembesaran tulang vertebra dan trabekular yang
kasar. Korteks yang menebal menyebabkan timbulnya gambaran ‘picture frame’. Pada
pelvis, terdapat penebalan iliopectineal line pada fase awal. Sedangkan pada tahap
lanjut terdapat pembesaran pelvis yang tidak simetris, trabekular yang kasar dan
sklerosis.
2) CT Scan
Pada pemeriksaan dengan CT scan dapat terlihat korteks tulang yang menebal
dan kasar serta tampak “ swiss cheese appearance” .
3) Radionuklida
Pemeriksaan radionuklida scanning tulang dapat membantu mengidentifikasi
tulang pada paget’s disease. Pada pemeriksaan dimasukkan sejumlah bahan radioaktif
dengan cara diinjeksi ke vena pasien. Kemudian bahan tersebut masuk ke dalam aliran
darah dan mengisi tulang dimana terdapat paget’s disease. Pada hasil pemeriksaan
tampak peningkatan uptake bahan radioaktif pada tulang.
1.6 Penatalaksanaan Medis
1.6.1 Non-Farmakologik
Pada pasien yang menderita paget’s disease dianjurkan sedapat mungkin
menghindari jatuh atau kecelakaan yang dapat menyebabkan terjadinya patah tulang.
1.6.2 Farmakologik
Ada dua jenis obat yang dapat diberikan yaitu biphosponat dan calsitonin. Obat
ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi pertumbuhan tulang yang abnormal.
Bifosfonat akan menekan atau menurunkan resorpsi tulang yang disebabkan oleh
aktivitas osteoklas. Jenis obat yang tergolong bifosfonat antara lain etidronate,
pamidronate, alendronate, tiludronate, dan risedronate. Obat bifosfonat diberikan dalam
jangka waktu 6 bulan. Alendronate diberikan dengan dosis 40 mg/hari selama 6 bulan.
Risedronate 30 mg/hari selama 2 bulan, tiludronate 400 mg/hari selama 3 bulan dan
Etidronate 200-400 mg/hari selama 6 bulan. Kalsitonin diberikan dalam bentuk injeksi
dengan dosis 50-100 IU per subkutan per hari. Kalsitonin juga dapat diberikan secara
intranasal. Indikasi pemberian obat tersebut antara lain untuk nyeri tulang yang
persisten, fraktur yang berulang, terjadi komplikasi neural, gagal jantung,
hiperkalsemia atau imobilisasi serta setelah menjalani operasi tulang dengan
perdarahan yang berlebihan.
Umumnya rasa nyeri akan berkurang dengan pemberian obat anti osteoklas.
Tetapi ada rasa nyeri yang ditimbulkan oleh karena deformitas tulang akibat
komplikasi neural. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan analgetik, misalnya
aspirin atau ibuprofen. Pembedahan dilakukan bila ada fraktur patologis tulang
panjang, ostearthtritis yang disertai nyeri hebat dan terdapat penjepitan saraf.
1.7 Komplikasi
Komplikasi dari paget’s disease tergantung dari letaknya dan aktivitas penyakit ini.
Jika penyakit ini menyerang persendian, maka akan menyebabkan osteoarthtritis sekunder.
Jika melibatkan tulang tengkorak, maka otak, medulla spinalis dan saraf perifer akan
berisiko sehingga bisa menimbulkan ketulian, vertigo dan kompresi medulla spinalis. Tuli
sensorik terjadi pada 50% pasien. Komplikasi yang lain adalah faktur dan keganasan,
Keganasan yang sering timbul adalah osteosarkoma, fibrosarkoma dan kondrosarkoma.
1.8 Manajemen Keperawatan
1.8.1 Pengkajian
1) Ativitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri ( mungkin
segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan ).
2) Sirkulasi
Hipertensi ( kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /ansietas ),
pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera, kadang muncul
keluhan sakit kepala
3) Neuro sensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual,
auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf cranial dan
kanalis spinalis
4) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram otot
( setelah mobilisasi ).
5) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba )
6) Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah
1.8.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap trauma
2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
5) Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
6) Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
1.8.3 Rencana Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap trauma
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan pasien dapat mempertahankan stabilisasi dan
posisi fraktur
Rencana tindakan :
1) Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi
Rasional :
Meningkaktkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan
posisi/penyembuhan.
2) Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan trokanter, papan kaki
Rasional :
Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi.
3) Pertahankan posisi/integritas traksi
Rasional :
Traksi memungkiankan tarikan pada aksi panjang frktur tulang dan mengatasi
tegangan otot untuk memudahkan posisi/penyatuan.
2). Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan pasien mengatakan nyeri hilang
Rencana tindakan :
1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat,,
traksi
Rasional :
Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan
yang cedera
2) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
Rasional :
Meningkatkan aliran darah balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri
3) Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi, karakterisktik,
termasuk intensitas ( skala 0-10 ). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal
( perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku )
Rasional :
Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
4) Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh : pijatan punggung dan
perubahan posisi
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area local dan kelelahan otot
5) Dorong menggunakan teknik managemen stress contoh : relaksasi progresif,
napas dalam, imajinasi visulaisasi, sentuhan terapeutik
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam memanajemen nyeri yang mungkin
menetap untuk periode lebih lama.
6) Delegatif dalam pemberian obat analgesic
Rasional :
Diberikan untuk menghilangkan nyri dan atau spasme otot.
3). Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan pasien dapat menunjukkan teknik yang
mungkin memampukkan aktivitas
Rencana tindakan :
1) Kaji derajat immobilisasi yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap immobilisasi
Rasional :
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2) Dorong partisipasi pada aktivitas/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan
contoh : radio, TV, Koran, barang milik pribadi, kunjungan kelurga/teman
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan
isolasi sosial.
3) Bantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak
sakit.
Rasional :
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan reasorpsi kalsium
karena tidak digunakan.
4) Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan ( contoh : mandi, mencukur )
Rasional :
Meningkatkan kekeuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control pasien dalam
situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
5) Berikan atau bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tonngkat, sesegera
mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.
Rasional :
Mobilitas dini dapat menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan
penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara mengunakan
alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien
6) Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis
Rasional :
Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, dan
aktivitas yang mengandalkan berat badan juga penggunaan alat
4). Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
Kriteria hasil :Hasil yang diharapkan pasien dapat menyatakan kesadaran dan
menerima keadaannya dengan cara sehat
Rencana tindakan :
1) Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan
Rasional :
Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan, memperjelas kesalahan
konsep dan meningkatkan kerjasama.
2) Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan
Rasional :
Meningktkan rasa kontrol dan kerjasama, menurunkan perasaan tak berdaya/putus
asa
3) Kaji status mental, termasuk suasana hati/efek, ketakutan pada kejadian dan isi
pikir contoh ilusi atau manifestasi eror atau panic
Rasional :
Pada awal pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan
dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan tindakan
tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan yang juga
merupakan mekanisme perlindungan
4) Dorong pasien untuk berbiara tentang pennyakitnya
Rasional :
Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat
beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
5) Dorong keluarga/orang terdekat mengunjungi dan mendiskusikan yang terjadi pada
keluarga
Rasional :
Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat kedekatan dan
kesinambungan hidup
5). Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata yang terlibat
Rasional :
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staff, orang lain disekitarnya
Rasional :
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan
disorientasi
3) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan
Rasional :
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan
untuk pertolongan bila diperlukan
6). Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
Kriteria hasil : Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
pendengaran dalam batas situasi individu
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman pendengaran, catat satu atau kedua telinga yang terlibat
Rasional :
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan pendengaran
terjadi lambat dan progresif.
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staff, orang lain disekitarnya
Rasional :
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan
disorientasi
3) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan
Rasional :
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan
untuk pertolongan bila diperlukan.
1.8.4 Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
1.8.5 Evaluasi
1. Stabilisasi dan posisi fraktur dapat dipertahankan
2. Klien menunjukkan penguranagan nyeri
3. Pasien dapat menunjukkan teknik yang mungkin memampukkan aktivitas
4. Pasien dapat menyatakan kesadaran dan menerima keadaannya dengan cara sehat
5. Pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
6. Pasien dapat meningkatkan ketajaman pendengaran dalam batas situasi individu
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R, De Jong W, editors.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Penyakit paget pada tulang. [Online]. [cited 2013 Oct 31 ];[2 screens]. Available from:
URL:http://www.medicastore.com