15
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT JANTUNG PARU / KOR PULMONAL A.Definisi Menurut WHO ( 1963 ), Definisi Kor Pulmonal/Pulmonary Heart Disease adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung konginetal ( bawaan ). Menurut Braunwahl ( 1980 ), Kor Pulmonal adalah: Keadaan patologis akibat hipertrofi/ dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal. B.Etiologi Penyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain : 1. Penyakit paru menahun dengan hipoksia : - Penyakit paru obstrutif kronik, - Fibrosis paru, - Penyakit fibrokistik, - Cryptogenic fibrosing alveolitis, - Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia 2. Kelainan dinding dada : - Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura, - Penyakit neuromuscular, 3. Gangguan mekanisme control pernafasan : - Obesitas, hipoventilasi idopatik, - Penyakit serebro vascular. 4. Obstruksi saluran nafas atas pada anak : - Hipertrofi tonsil dan adenoid. 5. Kelainan primer pembuluh darah : -Hipertensi pulmonal primer emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.

Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG PARU / KOR PULMONAL

A. Definisi

Menurut WHO ( 1963 ), Definisi Kor Pulmonal/Pulmonary Heart Disease adalah:

Keadaan patologis dengan di temukannya hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh

kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung

primer pada jantung kiri dan penyakit jantung konginetal ( bawaan ).

Menurut Braunwahl ( 1980 ), Kor Pulmonal adalah: Keadaan patologis akibat hipertrofi/

dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal.

B. Etiologi

Penyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain :

1. Penyakit paru menahun dengan hipoksia :

- Penyakit paru obstrutif kronik,

- Fibrosis paru,

- Penyakit fibrokistik,

- Cryptogenic fibrosing alveolitis,

- Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

2. Kelainan dinding dada :

- Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura,

- Penyakit neuromuscular,

3. Gangguan mekanisme control pernafasan :

- Obesitas, hipoventilasi idopatik,

- Penyakit serebro vascular.

4. Obstruksi saluran nafas atas pada anak :

- Hipertrofi tonsil dan adenoid.

5. Kelainan primer pembuluh darah :

- Hipertensi pulmonal primer emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.

C. Patofisiologi

Terjadinya penyakit ini diawali dengan kelainan struktural di paru, yakni kelainan di

parenkim paru yang bersifat menahun kemudian berlanjut pada kelainan jantung. Perjalanan

dari kelainan fungsi paru menuju kelainan fungsi jantung, secara garis besar dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Hipoventilasi alveoli

2. Menyempitnya area aliran darah dalam paru ( vascular bed )

3. Terjadinya shunt dalam paru

4. Peningkatan tekanan arteri pulmonal

5. Kelainan jantung kanan

Page 2: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

6. Kelainan karena hipoksemia relatif pada miocard

D. Manifestasi Klinis

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang

lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.

a.Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang

didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.

b. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak

sputum).

c.Kor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika

beraktifitas (exertional syncope).

d. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan

kaki serta cepat lelah.

Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan

penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi,

kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan,

gejala-gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga

muncul.

Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi,

ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau

epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.

Gejala- gejala tambahan ialah:

1.Sianosis

2.Kurang tanggap/ bingung

3.Mata menonjol

E. Pemeriksaan Penunjang

a.Pemeriksaan Ekg

Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan abnormalitas atrium kanan. Sering

pula didapatkan aritmia ventrikuler dan atau supra ventrikuler.

b. Pemeriksaan Foto Thoraks

Tanda yang serimg didapatkan adalah :

1. kelainan pada parenkim paru, pleura maupun dinding thorak tergantung penyakit

dasarnya.

2. Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran

vaskuler paru drastis di daerah perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon gundul

(pruned tree).

3. Pembesaran ventrikel kanan.

4. Pelebaran Vena Cava Superior.

5. Jika ada empisema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar

Page 3: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pada penderita CP pemeriksaan fungsi paru menunjukkan kelainan restriktif atau

obstruksi berat (atau gabungan keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan adanya

hipoksia dan atau hiperkapnia/asidosis respiratorik. Pada beberapa penderita CP AGDnya

normal pada saat istirahat, tetapi pada saat beraktifitas pemeriksaan AGDnya menunjukkan

adanya hipoksia berat disertai hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak

napasnya adalah kelainan paru. Pada penderita CP dengan hipoksia yang bermakna

(saturasi oksigen arterial £ 90%) seringkali menderita polisitemia.

d. Rontgen Dada

Radiografi dada menyingkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel

kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar.

F. Penatalaksanaan

Terapi ditujukan pada proses- proses paru yang menyebabkan gagal jantung kanan.

Pemberian oksigen, pembatasan garam dan cairan, dan diuretik tetap dilakukan; digitalis

tidak diperlukan untuk gagal jantung kanan kecuali jika ada fibrilasi atrial.

a. Istirahat

b. Atasi infeksi saluran nafas

c. Memperbaiki ventilasi

d. Bronkodilator

e. Aspirasi sekret bronkus

f. O2 (1- 3 1/m)

Jika dekompensasi diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam. Pemberian

digitalis harus berhati- hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah

terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya

intoksikasi lebih besar.

Antibiotik sering diberikan, dan dalam keadaan terpaksa juga diberikan oksigen dengan

alat pernafasan khusus supaya oksigen cukup didalam darah.

Page 4: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

ASUHAN KEPERAWATAN

PANYAKIT JANTUNG PARU / COR PULMONAL

A. Pengkajian

1. Anamnesa ,meliputi:

a. Identitas pasien

Cor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang

dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati

dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi

penyakit-penyakit yang menjadi penyebab cor pulmonal, karena hipertensi pulmonal

merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru.

Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi cor pulmonal akibat obstruksi saluran napas

atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.

Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja

yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.

Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya cor pulmonal adalah

lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi

persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini

akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor

pulmonal.

b. Riwayat sakit dan Kesehatan

Keluhan utama

Pasien dengan cor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada

Riwayat penyakit saat ini

Pada pasien cor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih,

sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan

keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.

- Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak

nafas.

- Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan sistem otot rangka dan

apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.

- Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

- Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan

beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas

Page 5: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Riwayat penyakit dahulu

Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah

klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.

 

2. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)

a. B1 (BREATH)

Pola napas : irama tidak teratur

Jenis : Dispnoe

Suara napas : wheezing

Sesak napas (+)

b. B2 (BLOOD)

Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)

Nyeri dada (+)

Bunyi jantung :  murmur

CRT : tidak terkaji

Akral : dingin basah

c. B3 (BRAIN)

Penglihatan(mata)

- Pupil : tidak terkaji

- Selera/konjungtiva : tidak terkaji

Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji

Penciuman (hidung) : tidak terkaji

Pusing

Gangguan kesadaran

d. B4 (BLADDER)

Urin:

- Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam

- Warna : kuning pekat

- Bau : khas

Oliguria

e. B5 (BOWEL)

Nafsu makan : menurun

Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji

Abdomen : asites

Peristaltic : tidak terkaji

f. B6 (BONE)

Page 6: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Kemampuan pergerakan sendi : terbatas

Kekuatan otot : lemah

Turgor : jelek

Oedema

3. Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta

bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,

kecemasan terhadap penyakit.

 

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoksemia secara

reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status

cedera kapiler paru.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi dan

penekanan toraks.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan.dengan penurunan

nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism

berlangsung lebih cepat).

4. Intoleransi aktifitas  yang berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan.

5. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan oliguria.

C. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan

kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.

Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh.

Kriteria hasil :

Klien tidak mengalami sesak napas.

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tidak ada tanda-tanda sianosis.

Pao2 dan paco2 dalam batas normal

Saturasi O2 dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional :

Page 7: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Intervensi Rasional

Pantau frekuensi, kedalaman

pernapasan.Catat penggunaan otot

aksesori, nafas bibir, tidakmampuan

bicara/ berbincang.

Berguna dalam evaluasi derajat distress

pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu

pasien untuk memilih posisi yang mudah

untuk bernapas. Dorong nafas perlahan

atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau

toleransi individu.

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan

posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk

menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan

kerja nafas.

Awasi secara rutin kulit dan warna

membrane mukosa.

Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)

atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun

telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral

mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Dorong mengeluarkan sputum;

penghisapan bila diindikasikan.

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah

sumber utama gangguan pertukaran gas pada

jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila

batuk tidak efektif.

Auskultasi bunyi nafas, catat area

penurunan aliran udara dan/atau bunyi

tambahan.

Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara

atau area konsolidasi. Adanya mengi

mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar

menunjukkan cairan pada

intertisial/dekompensasi jantung.

Palpasi fremitus. Penurunan getaran fibrasi diduga ada

pengumpulan cairan atau udara terjebak.

Awasi tingkat kesadaran/ status mental.

Selidiki adanya perubahan.

Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum

pada hypoxia, GDA memburuk disertai bingung/

somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang

berhubungan dengan hipoksemia.

Evaluasi tingkat toleransi aktifitas.

Berikan lingkungan yang tenang dan

kalem. Batasi aktifitas pasien atau

dorong untuk tidur/ istirahat dikursi

selama fase akut. Mungkinkan pasien

melakukan aktifitas secara bertahap dan

tingkatkan sesuai toleransi individu.

Selama distress pernapasan berat/akut/refraktori

pasien secara total tak mampu melakukan

aktifitas sehari-hari karena hipoksemia dan

dispnea. Istirahat diselingi aktifitas perawatan

masih penting dari program pengobatan. Namun,

program latihan ditujukan untuk meningkatkan

ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan

dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa

sehat.

Awasi tanda vital dan irama jantung Tachycardia, disritmia, dan perubahan tekanan

darah dapat menunjukkan efek hipoksemia

sistemik pada fungsi jantung.

Page 8: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

1. Berikan penekanan SSP (misal:

ansietas, sedative, atau narkotik)

dengan hati-hati.

Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah

yang meningkatkan konsumsi

oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea.

Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.

Bantu instubasi, berikan/pertahankan

ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI

sesuai instruksi pasien.

Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang

memerlukan penyelamatan hidup.

2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 

Tujuan :

Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal   

Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.

Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.  

Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress

pernapasan 

Intervensi dan Rasional :

Intervensi Rasional

Berikan posisi fowler atau semi

fowler 

 

Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan

kerja pernapasan, dan menurunkan resiko

aspirasi

Ajarkan teknik napas dalam dan

atau pernapasan bibir atau

pernapasan diafragmatik abdomen

bila diindikasikan 

Membantu meningkatkan difusi gas dan

ekspansi jalan napas kecil, memberika pasien

beberapa kontrol terhadap pernapasan,

membantu menurunkan ansietas.

Obserfasi TTV (RR atau frekuensi

permenit) 

Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan

dan keefektifan jalan napas

 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan

(energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung

lebih cepat).

Tujuan : Nafsu makan membaik.

Kriteria hasil :

Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi 

Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.

Intervensi dan Rasional :

Intervensi Rasional

Beri motivasi pada klien untuk mengubah

kebiasaan makan.

 

Agar pasien mau memenuhi diet yang disarankan

untuk kebutuhan nutrisi dalam metabolisme.

Page 9: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Sajikan makanan untuk klien semenarik

mungkin.

Mengurangi anorexia pada pasien.

Pantau nilai laboratorium, khususnya

transferin, albumin, dan elektrolit.

Untuk mengetahui perkembangan asupan gizi klien

melalui sampel darah.

Timbang berat badan pasien pada interval

yang tepat.

 

Untuk mengetahui perkembangan klien dalam

mempertahankan berat badan normal.

Diskusikan dengan ahli gizi dalam

menentukan kebutuhan protein untuk

klien.

Untuk bisa lebih tepat memberikan diet kepada pasien

sesuai zat gizi dan kalori yang dibutuhkan.

Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

 

Menambah nafsu makan dan membersihkan kuman-

kuman yang ada dalam mulut, sehingga makanan yang

klien makan akan terasa lebih nikmat.

 

4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen

Tujuan : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.

Kriteria hasil : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan

daya tahan, menunjukkan penghematan energi.

Intervensi dan Rasional :

Tindakan/ Intervensi Rasional

Beri bantuan untuk melaksanakan

aktifitas sehari-hari

Ajarkan klien bagaimana meningkatkan

rasa control dan mandiri dengan kondisi

yang ada

Ajarkan klien bagaimana menghadapi

aktifitas menghindari kelelahan dan

berikan periode istirahat tanpa gangguan

di antara aktifitaa

Istirahat memungkinkan tubuh

memperbaiki energy yang digunakan

selama aktifitas

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai

menu makanan pasien

Dengan ahli gizi, perawat dapat

menentukan jenis-jenis makanan yang

harus dikonsumsi untuk memaksimalkan

pembentukan energi dalam tubuh pasien.

5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.

Tujuan : mengembalikan pola eliminasi urin normal.

Kriteria hasil : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien

menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.

Page 10: Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Paru

Intervensi dan Rasional :

             

Intervensi Rasional

Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan

warna saat dimana diuresis terjadi.

 

Pengeluaran urine mungkin sedikit dan

pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi

terlentang membantu diuresis sehingga

pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama

tirah baring.

Pantau/hitung keseimbangan intake dan

output  selama 24 jam

 

Terapi diuretic dapat disebabkan oleh

kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan

(hipovolemia) meskipun edema/asites masih

ada.

Pertahakan duduk atau tirah baring dengan

posisi semifowler selama fase akut.

Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal

dan menurunkan produksi ADH sehingga

meningkatkan dieresis.

Pantau TD dan CVP (bila ada)

 

Hipertensi dan peningkatan CVP

menunjukkan kelebihan cairan dan dapat

menunjukkan terjadinya peningkatan

kongesti paru, gagal jantung.

Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia,

mual, distensi abdomen dan konstipasi.

Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut)

dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.

Konsul dengan ahli diet. Perlu memberikan diet yang dapat diterima

klien yang memenuhi kebutuhan kalori

dalam pembatasan natrium.