56
1 LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN KAJIAN PRINSIP GOOD GOVERNACE DALAM EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA OLEH Djanuardi,S.H.,MH. ( Ketua) Dr. HJ. Lastuti Abubakar.S.H.,MH. (Anggota) Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2009 Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Unversitas Padjadjaran Nomor : 866a/H6.7/Kep/FH/2009 Tanggal : 1 Juni 2009 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2009

LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

1

LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

KAJIAN PRINSIP GOOD GOVERNACE DALAM EKONOMI ISLAM

DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

OLEH

Djanuardi,S.H.,MH. ( Ketua)

Dr. HJ. Lastuti Abubakar.S.H.,MH. (Anggota)

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran

Tahun Anggaran 2009

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Unversitas Padjadjaran

Nomor : 866a/H6.7/Kep/FH/2009

Tanggal : 1 Juni 2009

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN 2009

Page 2: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

3

ABSTRAK

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global, saat ini terjadi transformasi sistem ekonomi dari sistem konvesional ke arah sistem ekonomi syariah. Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, memiliki peluang untuk mengambil peran dalam aktivitas ekonomi global, khususnya untuk menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia melalui instrumen syariah. Salah satu standar investasi yang dibutuhkan oleh para investor adalah perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan penelitian tentang penerapan good corporate governance dalam aktivitas sariah. Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan ruang lingkup hukum Ekonomi Islam adalah penelitian hukum normatif. Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian dilakukan terhadap data primer, dan sekunder, yang berkaitan. Data dan bahan penelitian dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan, studi lapangan dan browsing di internet. Dalam rangka membatasi wilayah penelitian, dalam penelitian ini memfokuskan kepada penelitian hukum normatif dan penelitian asas-asas hukum. Peneltian dilakukan secara deskriptif analisis dan hasil penelitian disajikan secara analisis kualitatif yuridis. Hasil penelitian menyimpulkan 10 kareteristik good governance yang meliputi :Participation (Partisipasi),Rule of Law ( Penegakan Hukum ),Transparansi . Orientasi pada Konsensus/kesepakatan.Keadilan (kesetaraan),Effektivitas dan Effisien, Akuntabilitas, Strategic Vision ( wawasan ke depan ), Responsif ( daya tanggap), Pengawasan, ternyata dilakukan juga dalam etika bisnis yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama penjelasan pasal 49 huruf I yang dimaksud ruang lingkup ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah meliputi: bank syariah,asuransi syariah,reassuransi syariah,reksa dana syariah,obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah,sekuritas syariah,pembiayaan syariah, pegadaian syariah,dana pension lembaga keuangan syariah,bisnis syariah Kata Kunci : Hukum Ekonomi Islam

Page 3: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

4

ABSTRACT

Long time ago, Moslem are contage with the economic pluralism deaseses. Where Moslem are lived in the middle of the others economic system. Such as liberal economic system as known as capitalism and also socialist economic system. This contagious occurred as an effect of the Moslem debility it self. Moslem doesn't have their own economic system which is comes as strong as the others economic system. To get trough to this situation, as the sustainable of the economic syaria system which already occurred in our country, this research could give us an inportant information especially on the Moslem economic system in Indonesia. The new era of born on Moslem economic such “Bank Muamalah Indonesia”, “Bank Perkreditan Rakyat Syariah”, Syaria insurance, Syaria Investment Market, and the other economic activity related to the syaria economic, which can be implemented in Indonesia. This research, are intended to the development of the syaria economic system which related to the normative law. This research are going to elaborate the primary and secondary which related to the main issues by using study on the theory which contain in books, internet research and practically research such observe to the field of object. In order to limited the areas of research, this kind of research are focus on the normative law and the legal basis of law. In way, descriptive analystic and as the result of this research are represented on the Yuridist analysis qualitatif. As the result of the research are conclude the ten characteristic of Good Govenance, which contain as a follow : Participation, Rule of Law, Transparancy, Orientation in Consensus, Fairness (equality), Effective and Efficient, Accountability, Strategic Vision, Responsive, and Actuating. which is this kind of the characteristic of Good Govenance, was being implemented before by Prophet Muhammad SAW. Bassed on the constitutional bill no 3 years 2006 about challenging of constitutional, bill no 7 years 1989 about Religious Court, further on the explanatory from the article 49 I, which told us about the Syaria areas, as be considers as an action or business, which is run by a syaria principle, such a follow : Bank syaria, syaria insurrance, syaria reasurrance,syaria mutual fund, syaria obligation, syaria valuable document and letter, syaria security, syaria funding, syaria collateral, syaria retirement institutions and syaria business. Key Word : Islamic Economic of Law

Page 4: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

5

KATA PENGANTAR

Segala puji saya sampaikan kehadirat Allah Subhanahuwataala. Shalawat

serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Pujian dan doa yang saya panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur atas telah dapat

diselesaikannnya laporan penelitian ini. Bahasan utama dari penelitiam ini adalah

tentang Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam di Indonesia, mudah-mudah menjadi

bahan masukan baik Dunia Islam pada umumnya dan Dunia Universitas pada

khususnya. Sebagai sesuatu yang baru tentunya masih belum banyak perhatian dari

baik para ahli maupun masyarakat umum,demikian juga dengan bahan pustaka masih

sulit didapatkan, oleh sebab itu saya menyadari masih diperlukan saran dan kritik

yang membangun atas hasil penelitian ini untuk meningkatkan kualiatasnya

Untuk kebaikan semua pihak yang telah diberikan kepada, saya ucapkan

terima kasih semoga amal serta budi baik ibu bapak dicatat sebagai amal sholeh.

Amin yaa robbal alamin.

Wabilahitaufiqi wal hidayah wassalamu alaikum warohmatulohi

Wabarakatuh.

Bandung, Desember 2009

Peneliti

Page 5: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

6

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………..…………………………………………………………………… i

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN.………………………………… ii

ABSTRACT……………………………………………………………………….. iii

ABSTRAK……………………………………………………………………… …. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI………………………………………………..……………………. vi

BAB I PENDAHULUAN………………………….……………………………. 1

A. Latar Belakang Penelitian...…………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah……..…………………………………………… 3

E. Kerangka Pemikiran……..…………………………………………. 3

BAB II PENGERTIAN HUKUM EKONOMI ISLAM DAN RUANG LINGKUP

HUKUM EKONOMI ISLAM…………………..………………………. 9

A. Pengertian Muammalah……………………..……………………….. 9

B.Pengertian Ekonomi Syariah………………..………………………. 12

C. Kegiatan Ekonomi Dalam Pandangan Islam…………………………. 13

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………………….. 17

BAB IV METODE PENELITIAN.…………………………………………….… 18

BAB I

Page 6: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

7

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh kehidupan manusia

dari mulai masalah terkecil sampai kepada masalah yang sangat besar sekalipun dan

Islam telah memformat dengan sempurna melalui pengaturannya serta menerangkan

hukumnya. Sampai-sampai Islam digambarkan sebagai suatu risalah yang

menjangkau dimensi yang terbentang memanjang sehingga mencakup keabadian

zaman, menjangkau dimensi yang terbentang lebar sehingga mengatur seluruh antero

bangsa-bangsa, dan ia menjangkau dimensi yang terbentang mendalam sehingga

meliputi seluruh dunia dan akhirat.

Negeri kita Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah

Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun dalam kehidupan

perekonomian umat Islam berada dalam posisi minoritas. Hal itu disebabkan selain

menyangkut etos kerja umat Islam, juga berkaitan erat dengan pemahaman kegiatan

ekonomi. Banyak kalangan masyarakat Islam menilai/memahami persoalan ekonomi

sebagai persoalan dunia yang lepas dari pesoalan agama. Akibatnya persoalan

perekonomian merupakan hal teralienasi dalam kajian Keislaman. Hal itu terbukti

dengan jarangnya kajian ekonomi Islam yang dipaparkan pada waktu ceramah agama

atau pengajian.

Kalau keadaan tersbut berlanjut terus, umat islam akan menajdi makanan

empauk bagi pengusaha non muslim yang minoritas. Akhirnya perekonomian umat

Islam di Indonesia, dikuasai, diatur, dan dikendalikan oleh kalangan luar Islam.

Contoh sederhana ketika menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri, pengusaha non

muslim mulai menghitung berapa kebutuhan umat Islam, antara lain pakaian, beras,

gula, dan terigu. Bahkan mereka sudah dapat menargetkan keuntungan yang akan

mereka peroleh. Tragisnya lagi, pada saat permintaan umat Islam melonjak ketika itu

pula mereka menaikkan harga.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

8

Apakah umat Islam Indonesia akan berkutat dalam kondisi yang tidak

menguntungkan itu ? jawabanya ada pada umat Islam sendiri. Allah Swt

mengingatkan dalam firmannya :

“ bagi manusia adalah ,malaikat-malaikat yang menjaganya bergiliran, dimuka,

dan dibelakangnya. Mereka menjaganya dengan perintah Allah. Sesungguhnya

Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan diri mereka sendiri. Allah menghendaki kehancuran sesuatu kaum,

maka tidak ada yang sanggup mencegahnya. Dan tidak ada pelindung mereka

selain Allah.”

( TQS : Surat Ar Rad ayat 11)

Langkah perubahan perekonomian umat Islam Indonesia harus dimulai dengan

pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan

kehidupan dan anjuran yang berdimensi ibadah.

Rasulullah SAW mengemukakan, seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan

hidupnya ( termasuk kebutuhan orang tua, isteri dan anaknya ) adalah orang yang

berusaha karena Allah. Selain itu, juga ditegaskan bahwa dunia ini adalah

lading/kebun ( tempat mencari bekal dan mempersiapkan diri ) untuk kehidupan di

akhirat kelak.

Memang sudah agak lama umat Islam ternjangkit penyakit pluralisme ekonomi, yaitu

berda ditangah-tengah sistem ekonomi liberal ( sistem kapitalis ), sistem ekonomi

sosialis. Penyakit itu muncul karena ketidak mampuan umat Islam melahirkan konsep

sistem Islam. Kondisi ini oleh Muhammad Antonio Syafi’I dikatakan, “ di satu pihak

kita menggerakan roda pembangunan ekonomi, tetapi lupa membawa pelita agama

karena memang tidak menguasai syari’at terlebih fikih muamalah secara mendalam.

Di lain pihak kita menemukan para kiai dan ulama yang menguasai secara mendalam

konsep fikih ulumul qur’an, di sisi lainnya kurang menguasai dan memantau

fenomena ekonomi dan gejolak bisnis di sekelilingnya. Akibatnya ada semacam

tendensi da kulla umariddunya lil qaisar wa fawwiddh kulla umuril akhirah lil baba (

Page 8: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

9

biarlah kami menguasai urusan akhirat dan mereka untuk urusan dunia ). Padahal

Islam risalah untuk dunia dan akhirat.1

Untuk keluar dari permasalahan tersebut, seiring dengan perkembangan

kegiatan ekonomi yang bercorak syariah di negeri kita dewasa ini, kiranya makalah

ini dapat menambah wawasan perekonomian umat Islam di Indonesia pada

khususnya, sehingga kelahiran Bank Muammalat Indonesia ( BMI ), Bank

Perkreditan Rakyat Syariah, Asuransi Syariah, Gadai syariah Multi Level Syariah (

ditandai dengan lahirnya PT Ahad Net Intenasional), Pasar Modal Syariah, serta

kegiatan ekonomi yang bercorak syariah lainnya dapat diterima keberadaannya oleh

umat Islam Indonesia.

Untuk itu, maka peneliti akan mengkaji : “KAJIAN PRINSIP GOOD

GOVERNACE DALAM EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN

EKONOMI ISLAM DI INDONESIA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengemukakan berbagai masalah

yang akan dikaji lebih lanjut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Prinsip Good Governance dapat di Implementasikan dalam

sistem Ekonomi Islam ( Syariah ) dikaitkan dengan Etika Bisnis yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Ruang Lingkup apa sajakah yang telah dilaksanakan di Indonesia dengan

adanya perkembangan Ekonomi Syariah.

C. Kerangka Pemikiran

1Muhmmad Antonio Syafi’i ,Bank, Bangking, and Financial tentang Bank Muammalat, LPIHM-IBLAM, Jakarta, 1992, halaman 5

Page 9: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

10

Dalam sebuah haditsnya yang panjang diriwayatkan oleh Imam Ahmad : Nabi

Muhammad SAW, pernah ditanya oleh seorang sahabat yang bernama Nu’man bin

Basyir ra.tentang periodisasi yang akan dilalui umat Islam.2

Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan bahwa umat Islam akan mengalami :

1. Periode Masa Kenabian ( Nubuwwah ) di mana Rasulullah SAW, masih

hidup ada diantara mereka sampai saat tertentu yang dikehendaki Allah

Swt. Periode ini lahirnya Periode Mekkah dan Periode Madinah .

2. Periode masa kekhalifahan yang mengikuti .manhaj atau jalan Nabi

Muhammad SAW ( khilafah ala Minhajin Nubuwwah ) sampai saat tertentu

yang dikehendaki Alllah Swt. Periode ini berjalan kurang lebih 30 tahun atau

sering dikenal dengan masa Al-Khulafa Al-Rasyidin.3

3. Periode masa raja-raja yang menggigit ( Malikan Adhdhon) sampai saat

tertentu yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pada periode ini lahirnya Dinasti

Bani Umayyah dan Dinasti Abbasiyah sampai hilangnya kekhalifahan

Utsmaniyah di Turki.

4. Periode masa-masa raja ditaktor ( Malikan Jabriyyatan ) sampai saat tertentu

yang dikehendaki oleh Allah Swt. Periode ini munculnya pengertian Negara

modern, akan tetapi format ketatanegaraan sudah berubah, yaitu pemisahan

Negara dengan agama sehingga melahirkan Negara-negara sekuler ;

5. Setelah itu akan kembali ke masa Khilafah ala Minhajin Nubuwwah. Kalau

kita analisis , maka kita sudah masuk ke masa ini hal ini terbukti dengan

lahirnya gerakan gerakan Khilafah seperti Ikhwanul Muslim, Hizbut Tahir,

Jamaah Tabliq , dan lain-lain, lahirnya wacana persatuan Islam ( Uni Islam )

yang dilontarkan Presiden Khatami ( Presiden Iran ) dalam kunjungannya ke

Malaysia. Presiden Khatami mengusulkan pembentukan sebuah lembaga “

2Al ChaidardanHerdiSahraad, Negara MadinahRefleksitentang AgamadanPluralisme, Madani Press, Jakarta, 2000, halamani 3DikenaldenganKhalifah Yang Empatyaitu, Abu Bajkar.r.a., Umar bin Khattabra, Utsman bin Affanra, Ali bin AbiThalibra.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

11

Persatuan Islam “ sebagai sebuah kekuatan di dunia, saat bertemu dengan

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad4

Berdasarkan hadits diatas maka akan lahir konsep Ekonomi Islam yang salah satu

substansinya mengadopsi dari fiqih muammalat yang kemudian di sesuaikan dengan

perkembangan Ilmu Hukum.

Landasan akidah, nilai fundamental Islam menjadi landasan dalam berbagai

aktivitas termasuk aktivitas ekonomi. Akidah Islam menjadi keyakinan dan sekaligus

panduan bagi setiap muslim dalam melangkah sehingga aktivitas duniawi tidak hanya

berorientasi untuk berkarya secara materi namun juga memiliki nilai tambah berupa

kemenangan dan keuntungan (falaah) di akhirat. Allah SWT mengingatkan dalam

firman-Nya ;

“ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh,

Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan Sempurna pahala amalan-

amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS Ali Imran

ayat 57)

Landasan akhlaq, ekonomi Islam merupakan bagian dari manifestasi akhlaq

Islam dalam bidang ekonomi. Nilai dan kehormatan pada diri seorang manusia

ditentukan oleh kualitas akhlaqnya. Akhlaq dalam Islam merupakan nilai yang

strategis dalam eksistensi kehidupan manusia karena akhlaq menyangkut aspek yang

multidimensional. Islam mengatur bagaimana akhlaq manusia dengan penciptanya,

akhlaq manusia dengan lingkungannya, akhlak manusia dengan sesamanya

kesemuanya itu diatur untuk bisa menghadirkan suatu tatanan kehidupan yang lurus

dan tertib selaras dengan prinsip dasar ajaran Islam. Akhlaq Islam dalam bidang

ekonomi menyangkut semua dimensi dan aktivitas ekonomi sehingga tercapai

keselarasan dan kesinambungan (sustainability) pembangunan bagi kesejahteraan

umat manusia. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :

4HarianRepublikapadatanggal 7 Juli 2002

Page 11: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

12

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka

itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS Al-Bayyinah : 7)

Sedangkan Ekonomi Islam menurut M. Umar Chapra5 adalah seorang ahli

ekonomi yang mendapat pendidikan S2 (master) di Karachi dan S3 (Ph.D) di

Minnesota. Ia memiliki pengalaman mengajar dan meneliti di bidang ekonomi.

Tercatat pernah mengajar di Universities of Wisconsin, Plattvile dan Kentucky,

Lexington, USA. Selama masa karirnya ia juga pernah bergabung dengan lembaga

pendidikan dan penelitian yang terkenal seperti Institute of Development Economic

dan Central Institute of Islamic Research, Pakistan. Juga bertindak sebagai Senior

Economic Adviser di the Saudi Arabian Monetary Agency. Karya tulisnya yang

berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam yaitu Toward a just Monetary System

mengantarkannya meraih penghargaan yaitu The Islamic Development Bank Award

dan The King Faisal International Prize.

Ada Tiga masalah pokok perekonomian yaitu what (apa), How (bagaimana)

dan for whom (untuk siapa) menjadi fokus kajian dalam aktivitas ekonomi. Menurut

Chapra ketiga pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang ‘sarat nilai’.

Interpretasi terhadap ketiga bentuk pertanyaan tersebut sangat dipengaruhi oleh

sejauh mana worldview yang dipakai oleh seseorang atau masyarkat. Orientasi

kehidupan di dunia ini mengenai hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan

penggunaan sumberdaya, hubungan antar individu, hubungan antara manusia dan

lingkungan dsb dipengaruhi oleh kerangka berfikir seseorang akan kehidupan ini.

Dalam hubungannya dengan sistem ekonomi, Chapra memandang ada tiga prinsip

dasar Islam yaitu Tauhid, Khilafah dan ‘Al a‘dalah (keadilan) sebagai suatu kerangka

yang tidak saja membentuk Islamic Worldview tetapi juga maqasid dan strategi.

Tauhid menjadi landasan utama bagi setiap muslim dalam menjalankan setiap

aktivitasnya. Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas

jagad raya ini Allah SWT Tuhan yang Maha Esa. Prinsip Tauhid ini yang kemudian

5M Umar Chapra, Islam dantantanganEkonomi, GemaInsaniPress,Jakarta, hlm 201

Page 12: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

13

mendasari pada semua aspek dan pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah dan

‘Adalah.

Prinsip Khilafah merepresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau

wakil Allah di muka bumi dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan

mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup

dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Misi kekhalifahan manusia ini ia

mempunyai kebebasan dalam berfikir, memilih, merubah kondisi hidupnya menurut

keinginannya. Konsep Khalifah ini mempunyai beberapa implikasi yaitu

persaudaraan universal (universal brotherhood), sumberdaya sebagai amanah

(resources as a trust), gaya hidup sederhana (humble life style) dan kebebasan

manusia (human freedom).Prinsip ‘Adalah menurut Chapra merupakan konsep yang

tidak terpisahkan dari dua konsep sebelumnya yaitu Tauhid dan Khilafah, karena

prinsip ini merupakan bagian yang integral dengan maqasid al-Syari’ah (tujuan

syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua

sumberdaya yang merupakan amanah dari Tuhan harus digunakan untuk

merefleksikan maqasid al-syari’ah empat diantaranya adalah need fullfilment,

respectable source of earning, equitable distribution of income and wealth dan growth

and stability.

Abdul Manan6adalah seorang guru besar di Islamic Research and Training

Institute, Islamic Development Bank, Jeddah. Gelar M.A diperoleh di Bangladesh,

M.A in Economics dan Ph.D di Michigan. Abdul Manan termasuk salah satu

pemikir ekonomi Islam kontemporer yang cukup menonjol. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya karya tulis yang telah dihasilkan salah satu karya tulisnya adalah Islamic

Economics: Theory and Practice yang terbit tahun 1970 dan telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia.

6Abdul Manan, TeoridanPraktekEkonomi Islam, diterjemahkanoleh M Nastagin, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995 ,hlm 5

Page 13: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

14

Sebagai seorang ilmuwan, ia mengembangkan ekonomi Islam berdasarkan pada

beberapa sumber hukum yaitu :

1. Al-Qur’an

2. Sunnah Nabi

3. Ijma’

4. jtihad atau Qiyas

5. Prinsip hukum lainnya

Page 14: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

15

BAB II

PENGERTIAN HUKUM EKONOMI ISLAM DAN

RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM

Sebelum menjelaskan apa yang dimaksud dengan Huklum Ekonomi Islam

terlebih dulu , peneliti akan memaparkan apa yang dimaksud dengan pengertian

muammalah dan fikih muammalah.

A. PENGERTIAN MUAMMALAH7

Fikih Muammalah terdiri atas dua kata yaitu fiqih dan muammalah. Agar

definisi fikih muammalah lebih jelas, terlebih dahulu akan diuraikan sekilas tentang

pengertian fikih.

1. Pengertian Fikih.

Menurut terminologi , fikih pada umumnya berarti pengetahuan keagamaan

yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (

ibadah ), yakni sama dengan arti Syariah Islamiyah. Namun perkembangan

selanjutnya, fikih diartikan sebagai bagian dari Syariah Islamiyah, yaitu pengetahuan

tentang hukum Syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang

telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.

2. Pengertian Muammalah.

Menurut terminologi , kata muammalah adalah bentuk masdar dari kata ‘amala

saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.

7RachmatSyafe’i ,FiqihMuammalahUntuk IAIN, STAIN, PTAIS, danUmum, PustakaSetia, Bandung, 2001, halaman 13-15.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

16

3. Pengertian Fikih Muammalah

Pengertian Fikih Muammalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi :

a. Pengertian Fikih Muammalah dalam Arti Luas

Di antara definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang definisi fikih

muammalah yaitu :

1) Menurut Ad-Dimyati.8

“ Aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan

masalah ukhrawi “

2) menurut Muhammad Yusuf Musa.9

“ Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup

bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. “

Menurut pengertian ini manusia kapanpun dan dimanapun harus senantiasa

mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, sekalipun dalam perkara yang

bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan dimintai pertanggungjawaban

kelak di akhirat.

b. Fikih Muammalah dalam arti Sempit

Beberapa definisi fikih muammalah menurut ulama adalah :

1) menurut Hudhari Beik10

“ Muammalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling tukar

manfaat.”

2) menurut Idris Ahmad

“ Muammalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dalam

usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang baik.”

Kalau kita telaah secara seksama defines di atas fikih muammalah dalam arti

sempit menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah

8Ad-Dimyati, IanahAth-Thalibin, Toha Putra Semarang, tanpatahun, halaman 2 9 Abdul Majid, Pokok-PokokFikihMuammalahdanHukumKebendaandalam Islam, IAIN SGD, Bandung, 1986, halaman 1. 10HendiSuhendi, FikihMuammalah, SunungDjati Press, Bandung, 1997, halaman 2

Page 16: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

17

ditetapkan untuk mengatur antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur,

mengelola, dan mengembangkan mal ( harta benda).

4. Ruang Lingkup Fikih Mummalah11

Berdasarkan pembagian fikih muammalah di atas ruang lingkup fikih

muammalah yaitu :

a. ruang lingkup Muammalah Adabiyah

Hal-hal yang termasuk ruang lingkup fikih muammalah adabiyah adalah ijab

Kabul, saling meridoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan

kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala

sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan

peredaran harta.

b. Ruang Lingkup Muammalah Madaniyah yaitu :

1) jual beli ( al-bai’ at-ijarah ),

2) gadai ( ar Rahan ),

3) jaminan dan tanggungan ( kafalah dan dhaman ),

4) pemindahan hutang ( hiwalah ),

5) pailit ( at Taflis ),

6) batas bertindak ( al-hajru ),

7) perseroan atau perkongsian ( asy syirkah ),

8) perseroan harta dan tenaga ( al-mudharabah ),

9) sewa menyewa tanah ( al musaqah, al mukhabarah ),

10) upah ( ujral al-amal ),

11) gugatan ( asy-syuf’ah ),

12) sayembara ( al-ji’alah ),

11Rachmatsyafe’i ,fikih…., op.cit, halaman 17-18.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

18

13) pembagian kekayaan bersama ( al qismah ),

14) pemberian ( al-hibah ),

15) pembebasan ( al Ibra ),

16) damai ( ash shulhu ),

17) beberapa masalah mu’ashirah seperti bunga bank, asuransi, kredit, dan

lainnya.

Jadi dengan demikian ruang lingkup fikih muammalah tediri atas (1) ruang

lingkup fikih muammalah adabiyah, dan (2) ruang lingkup fikih

muammalah Madaniyah.

B. Pengertian Ekonomi Syariah

H Zainuddin Ali memberikan rumusan Ekonomi syariah adalah ekonomi

syariah yang merupakan bagian dari sitem perekonomian syariah, memiliki

kareteristik dan nilai-nilai yang bercorak kepada amar ma’ruf nahi mungkar yang

berarti mengerjakan yang benar dan meninggalkan yang dilarang12

Sedangkan menurut peraturan perundangan undangan yang dimaksud ekonomi

syariah adalah :

a. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama penjelasan pasal 49

huruf I yang dimaksud ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan

usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah meliputi :

1) bank syariah

2) asuransi syariah

3) reassuransi syariah

4) reksa dana syariah

5) obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah

6) sekuritas syariah

12H Zainuddun Ali, HukumEkonomiSyariah, SinarGrafika, Jakarta, 2008, hlm2-3

Page 18: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

19

7) pembiayaan syariah

8) pegadaian syariah

9) dana pension lembaga keuangan syariah

10) bisnis syariah

11) lembaga keuangan mikro syariah

b. Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 Tahun 2008.tentang Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah dalam Buku I Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

yang dimaksud ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang

berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi

kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip

syariah.

C. KEGIATAN EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

Kegiatan Ekonomi Islam dalam pandangan islam merupakan tuntunan

kehidupan. Di samping itu juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah.

Hal itu dapat dilihat dalam firman Allah :

“ sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan

Kami adakan bagimu di muka bumi itu ( sumber) penghidupan. Amat

sedikitlah kamu bersyukur.”

(TQS : Surat Al Ar’af ayat 10 )

Perintah untuk melakukan aktivitas yang produktif bagi pemenuhan

kehidupan manusia diakhiri dengan kalimat “ apabila kamu telah menunaikan shalat

bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah ( al-jum’ah :19).

Selain itu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dikemukakan bahwa

pada suatu waktu beberapa orang sahabat Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki

rakus dalam mendapatkan hartanya. Kemudian itu diketahui oleh nabi. Rasulullah

SAW bersabda : bahwa sikap yang rakus yang demikian, jika dilakukan atas nama

Allah tentulah akan memberikan kebaikan kepada orang tersebut. Selanjutnya

Page 19: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

20

Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, “ Ketahuilah bahwa jika dia

berusaha ( mendapatkan rezeki ) untuk keperluan kedua orang tua atau salah

seorang mereka, maka dia berusaha karena Allah. Jika dia berusaha untuk

mendapatkan rezeki guna kepentingan orang-orang yang berada di bawah tanggung

jawabnya ( seperti anak dan isteri ), dia berusaha karena Allah.Bahkan jika dia

berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dia berusaha karena Allah.

Allah Maha Besar dan Maha Agung.

Bahkan semasa hidupnya Nabi sering memberikan nasihat ekonomi kepada

kaum muslimin “ berusahalah untuk mendapatkan perlindungan Allah dan kekafiran,

kekurangan, dan kehinaan. “

( hadits riwayat Nasai )

Berdasarkan ungkapan al Qur’an dan Al hadits tersebut jelas menunjukkan

bahwa harta ( kekayaan materi ) merupakan bagian yang sangat penting dalam

kehidupan kaum muslimin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa islam tidak

menghendaki umatnya hidup dalam ketertinggalan dan keterbelakangan ekonomi,

sejalan dengan ungkapan : sesungguhnya kefakiran mendekati kekafiran ( Al Hadits).

1. Pedoman Berdagang ( Berbisnis )13

Pedoman untuk berdagang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Motivasi Mengutamakan Perdagangan.

Rasulullah SAW memberikan gambaran mengenai posisi perdkagangan

dibandingkan dengan usaha-usaha di bidang lain sebagaimana sabdanya :

“ perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia

perdagangan itu ada sembilan pintu dari sepuluh pintu rezeki “

Jadi sepuluh pintu rezeki yang diberikan oleh Allah swt sembilan di

antarannya ada di dunia perdagangan. Allah membuka sepuluh pintu bagi semua

manusia untuk mendapatkan harta. Kalau sembilan pintu di antaranya di buka untuk

13M Thalib, PedomanWiraswastadanManajemen Islam, PustakaMantiq, Solo, 1992, halaman 38-45.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

21

dunia perdagangan, satu yang tersisa itu diperebutkan oleh ribuan usaha di bidang

lain.

b. Penghargaan Allah Kepada Pelaku Ekonomi.

Bagaimana bentuk penghargaan Allah Swt kepada pedagang ? dalam hal ini

Rasulullah SAW bersabda :

“ Pedagang yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para nabi, para

shiddiq dan para syuhada di hari kiamat. “

( Hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maksud dari hadits tersebut kelak di akhirat para pedagang yang benar-benar

jujur akan mendapat fasilitas dari Allah sebagaimana halnya fasilitas yang diberikan

kepada para nabi. Jadi walaupun martabat kenabian itu hanya diberikan Allah kepada

orang-orang tertentu serta tidak bisa diwariskan, tetapi tertutup pintu kepada setiap

orang selain nabi untuk memperoleh fasilitas yang sama dengan nabi di akhirat,

mereka adalah orang-orang yang menjadi pedagang jujur.

Di samping itu hadits ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa dunia

perdagangan mengandung resiko-resiko moral yang berat. Karena apa ? Karena

jaminan yang akan diperoleh pedagang yang jujur begitu mulia, sehingga derajatnya

sama dengan nabi. Melihat jaminan yang akan diperoleh para pedagang yang jujur

akan disamakan beratnya dengan nabi, maka resikonya pun dapat dibayangkan sama

beratnya seperti apa yang dihadapi oleh para nabi.

c. Jaminan kebebasan Lalu Lintas Dagang

Perdangan itu wajib dibiarkan bebas, tidak boleh dibatasi. Siapapun termasuk

pemerintah tidak boleh ikut campur dalam pembatasan kebijaksanaan perdagangan.

Rasulullah SAW bersabda :

“ Biarkan sebagian manusia memberikan rezeki kepada sebagian manusia.” (

hadits diriwayatkan oleh Baihaqi )

Maksud dari hadits tersebut biarkanlah lalu lintas perdagangan itu bebas

diatur oleh masyarakat itu. Perdagangan seperti ini menganut sistem perdagangan

bebas yang sekarang menjadi issue politik aktual di dunia pedagangan internasional.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

22

Negara Amerika memberlakukan politik pembatasan perdagangan atau proteksi.

Jepang dilarang memasukan barang-barangnya, kecuali harus membayar cukai 40 %.

Begitu pula Indonesia terkena dampak politik Amerika tersebut. Tekstil Indonesia

dibatasi masuk ke Amerika. Bagaimana reaksinya? Jepang mengamuk, Indonesia

menjerit, karena tindakan tidak adil Amerika! Kalau dunia perdagangan sudah dijepit

sistem seperti itu, akan hancurlah perdagangan dunia ini. Karena itu tepat seruan

islam, mewajibkan perdagangan bebas dari ikatan-ikatan yang menghambat lalu

lintas perdagangan. Dengan demikian orang bebas mengadakan tawar-menawar

barang dagangan sesuai hukum pasar.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

23

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji dan mengetahui Prinsip Good Governance dapat di

Implementasikan dalam sistem Ekonomi Islam ( Syariah ) dikaitkan

dengan Etika Bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Untuk mengkaji dan mengetahui Ruang Lingkup Ekonomi Islam yang

telah dilaksanakan di Indonesia dengan adanya perkembangan

Ekonomi Islam

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun

praktek sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan untuk bahan

pengembangan Kajian Hukum, khususnya yang berkaitan dengan

Hukum Ekonomi Islam dan umumnya bagi Hukum Islam di Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Negara

dan masyarakat yang konsen terhadap pelaksanaan Hukum Islam di

Indonesia khusunya para praktisi di bidang ekonomi Islam, baik

dalam bidang perbankan syariah , asuransi syariah, gadai syariah dan

lain-lain.

3. Diharapkan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut.

Page 23: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

24

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian

sebagai berikut : Dalam melakukan penelitian penulis akan mempergunakan metode

penelitian dan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian bersifat deskriftif analitis, yaitu peneltian melukiskan

fakta-fakta yang berupa data sekunder seperti bahan hukum primer dan bahan-

bahan hukum sekunder.

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian akan digunakan metode penelitian dengan pendekatan yuridis

normatif 14artinya penelitian dititik beratkan pada penggunaan data sekunder

yaitu berupa asas-asas hukum dan norma hukum yang berlaku.

3. Tahap Penelitian.

Tahap penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data

sekunder berupa :

a. Bahan-bahan hukum primer ( primary source or authorities )15

Seperti peraturan perundang-undangan :

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah

14SoerjonoSoekanto, PengantarPenelitianHukum, UI Press, Jakarta, 1986, halaman 52 15SunaryatiHartono ,PeneltianHukum Di Indonesia PadaAkhirke 20, Alumni, Bandung.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

25

2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga

Syariah Negara

3) Dan lain-lain

b. bahan-bahan hukum primer , yaitu bahan-bahan hukum yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer serta hasil-hasil penelitian

sebelumnya, antara lain disertasi, artikel, opini-opini masyarakat yang

dimuat dalam majalah dan media masa cetak lainnya dan lain sebagainya.

c. bahan-bahan hukum tersier antara lain berupa Kamus umum Bahasa

Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Bahasa Arab, dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Terhadap data sekunder dilakukan studi dokemen ( bahan pustaka ) guna

mendapatkan landasan teoretis berupa pendapat-pendapat atau tulisan para ahli

atau pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik

dalam ketentuan formal maupun data melalui naskah resmi.

5. Metode Analisis Data.

Selanjutnya dari data yang diperoleh ,dianalis secara kaulitatif, artinya data

tersebut disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan

dibahas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini secara yuridis normatif yang

dilakukan dengan memperhatikan tiga hal yaitu :

1) Peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak boleh

saling bertentangan ;

2) Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan ;

3) Memperhatikan kepastian hukum.

6. Lokasi Penelitian

Data sekunder diperoleh di Bandung

Page 25: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

26

BAB V

PENERAPAN ASAS-ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM

EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI

INDONESIA

A. Penerapan Asas-asas Good Governance Dalam Ekonomi Islam

Dalam menganalisis penerapan asas-asas good governance dalam ekonomi

Islam, peneliti akan mempergunakan 10 kareteristik Good Governance sebagai tolak

ukur , untuk kemudian mencoba membandingkannya dengan Etika Bisnis nabi

Muhammad SAW.16

Kareteriatik asas-asas Good Governance itu penulis rinci sebagai berikut :

a. Participation ( Partisipasi), yang mensyaratkan bahwa setiap warga Negara

mempunyai suara dalam menentukan kebijakan Negara, berdasar kebebasan

berasosiasi dan berpartisipasi secara konstruktif.

Dalam etika bisnis Nabi Muhammad SAW asas ini tidak disebut secara tegas

dalam bentuk asas, akan tetapi hal ini dapat dilihat dari perilaku bisnis nabi. Nabi

Muhammad SAW mampu mengelola dan memusatkan keja sama dengan staf

bisnisnya secara berkelanjutan, salah satu kebiasaan yang ditunjukkkan nabi adalah

pemberian hdiah atas kreativitas dan prestasi yang mereka tunjukkan.

Hakim ibn HIzam: “ Nabi mengirim padanya uang saku satu dinar untuk membeli

seekor hewan korban untuknya, ia membeli seekor domba seharga satu dinar,

menjuanya kembali seharga dua dinar, membeli seekor hewan korban

16K.H. Ali Yafiedkk, FiqihPerdaganganbebas, Teraju, Jakarta, 2003, halaman 21-23.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

27

seharga satu dinar, dan membawanya bersama keuntungan satu dinar yang

didapatnya. Nabi memberikan satu dinar tadi sebagai sedekah serta

memohonkan berkah atasnya.”

( HR. Tirmidzi dan Abu Dawud )

Aspek pendelegasian dan kemitraan menjadi salah satu cirri transaksi

ekonominya. Abdullah Ibn Umar meriwayatkan bahwa Nabi menyerahkan

pepohonan kelapa dan jazirah khaibar kepada orang-orang Yahudi dikota Khaibar

dengan syarat mereka harus memnafaatkan apa yang merek miliki dan ia mandapat

seperdua dari hasilnya ( HR. Tirmidzi ).

b. Rule of Law ( Pengakkan Hukum ), yang menentukan bahwa pemerintah

harus berdasarkan hukum bukan berdasrkan kekuasaan belaka.

Asas ini dalam etika bisnis nabi dapat kita lihat dalam prinsip Tauhid. Tauhid

rubuhiyyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah miliki

dan dikuasai oleh Allah Swt. Tauhid Uluhiyyah menyatakan adanya aturan dari-Nya

dalam menjalankan kehidupan. Kedua nilai diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam

kegiatan ekonomi, bahwa setiap harta ( asset ) dalam transaksi bisnis hakikatnya

milik Allah Swt. Pelaku ekonomi ( manusia ) hanya mendapat amanah dan mengelola

( istikhlaf), dan oleh karenanya seluruh asset dan anasir transaksi harus dikelola

sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki yaitu Allah swt. Kepeloporan Nabi

Muhammad SAW dalam meninggalkan praktik riba ( usury-interest ), transaksi fiktif

( gharar ), perjudian dan spekulasi ( masyir ) serta komoditi haram adalah wujud dari

keyakinan tauhid ini.

c. Transparansi .

Asas ini dalam etika bisnis nabi tercermin dari Akhlak-Nya. Penduduk Mekkah

sendiri memanggilnya dengan sebutan Al-Amin (jujur). Tidak heran jika Khadijahpun

menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehingga ia

mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utara dan

selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang dengan kotrak biaya, modal

perdagangan, dan kotrak bagi hasil.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

28

d. Orientasi pada Konsensus/kesepakatan.

Asas ini dapat diihat dalam etika bisnis nabi. Pada saat beliau menjadi kepala Negara,

law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula

yang memperkenalkan asas “ facta Sun Servanda” yang kita kenal sebagai asas utama

dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan

tertinggi untuk melakukan transaksi yang dibangun atas dasar saling setuju ( ridha)

sebagaimana sabda nabi : “ sesungguhnya transaksi jual beli itu ( wajib )

didasarkan atas saling setuju… “ ( al hadits ).

e. Keadilan (kesetaraan)

Asas ini dalam etika bisnis nabi diwujudkan dalam kehidupan ekonomi. Sungguh

dalam segala jenis bisnis yang dijalani Nabi Muhammad SAW, menjadikan nilai adil

sebagai standar utama. Kedudukan dan tanggungjawab para pelaku bisnis ia bangun

melalui prinsip “ akad yang saling setuju” ia meninggalkan transaksi riba dan

memasyaratkan kontrak mudharabah atau kontrak musyarakah (equity participation),

karena sistem “ profit sharing and lost sharing system “ ( bagi hasil ) dalam dua

transaksi ini dianggap lebih mendekati nilai-nilai “ Adil” dan “ seimbang “

f. Effektivitas dan Effisien

Al Qur’an mengandung pengarahan tentang bagamana seharusnya masnusia

sebagai konsumen memamnfaatkan kekayaannya. Sebagaimana firman Allah Swt

yang melarang berlaku boros dan kikir dalam memanfaatkan kekayaan. Dampak lebih

jauh dari sifat kikir itu adalah pemborosan yang dapat mengakibatkan lenyapnya

modal yang berharga, terjadinya penyaluran kekayaan pada tempat yang tidak

selayaknya atau malah tidak pada tempatnya, dan pemborosan pada tingkat makro

dapat menyengsarakan rakyat banyak. Oleh karena itu Al Qur’an mmelarang keras

pemborosan. Larangan ini ditunjukkan kepada pemerintah dan rakyat, meskipun

pemborosan itu dilakukan terhadap orang yang berhak menerima harta. Artnya Al

Qur’an sangat menekankan asas tindakan efisiensi dan jangan berlebih-lebihan

( israf ). Sebagaimana firman Allah Swt “ Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang

terdekat haknya begitu juga kepada orang-orang miskin, dan orang dalam

Page 28: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

29

perjalanan. Dan janganlah kamu mengahmbur-hamburkan hartamu secara bebas .

Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu

bersikap sangat ingkar kepada Tuhannya. )

( TQS: Al-Isra ayat 26-27 ).

Hal ini dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW yang hidupnya sederhana tidak

boros, nabi tidur hanya beralaskan tikar dan kadang-kadang banyak puasa dalam

kehidupan sehari-harinya.

g. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawababkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai emegang

kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Nabi Muhammad Saw mewariskan pula pilar tanggungjawab dalam kerangka

dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggungjawaban

manusia, setelah menentukan daya pilih antara yang baik dann buruk, harus menjalani

konsekuensi logisnya. Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah

diperbuatnya ( TQS : Al Muddatsir : ayat 38 }

Karena keuniversalannya sifat al-a’dal maka setiap individu harus

mempertanggungjawabkan tindakannya. Tak seorangpun dapat lolos dari

konsekuensi perbuatan jahatnya.hanya dengan mencari kambing hitam.

Wujud dari etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair dan

bertanggungjawab. Nabi menunjukkan integritas yang tinggi dalam memenuhi

segenap klausul kontraknya dengan pihak lain seperti dalam hal pelayanan kepada

pembeli, pengiriman barang tepat waktu, dan kualitas barang yang dikirim. Di

samping itu beliau pun kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan melarang

diperjualbeilakan produk-produk tertentu ( yang dapat merusak masyarakat dan

lingkungan )

h. Strategic Vision ( wawasan ke depan )

Page 29: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

30

Reputasi nabi Muhammad Saw dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh

Muhaddits, Abdul Razzaq : ketika mencapai usia dewasa memilih wirausaha. Pada

saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor

( shohibul mal ) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Mekkah Khadijah

mengangkatnya menjadi manajer ke pusat perdagangan Habashah di Yaman.

Kecakapan sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan dan tidak satupun

jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin

ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain disebelah timur

semenanjung Arab. Di antara ratusan pembantu bernama Abdul Qois menemuinya

dan menceritakan ada utusan kabilah dari Bharain. Nabi Muhammad SAW

menanyakan siapa pemimpinnya, dan dijawab bahwa pemimpin beliau adalah

Al_Ashajj. Pada saat bertemu langsung Al-Ashajj ditanya berbagai masalah dan

orang-orang yang terkemuka serta kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa,

Mushaqqar, dan Hijar. Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut dan tercegang atas

keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahaman beliau tentang geografi negerinya.

i. Responsif ( daya tanggap )

Dimana proses pelaksanaan kebijakan dan proses pelayanan oleh lembaga-

lembaga Negara dan pemerintahan dilaksanakan seefektif mungkin dan seramah

mungkin, demi kepentingan masyarakat yang membutuhkan kebijaksanaan dan atau

pelayanan tersebut.

Asas ini dapat dilihat dalam manajemen bisnis Nabi Muhammad SAW . Jauh

sebelum Fredrick W Taylor ( 1856-1915 ) mengangkat prinsip manajemen sebagai

suatu disiplin ilmu. Nabi Muhammad SAW sudah mengimplementasikan nilai-nilai

manajemen dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Ia telah dengan sangat baik

mengelola proses transaksi dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta

pihak yang terlibat da dalamnya. Banyak riwayat mencatat bagaimana komitmen dan

loyalitas Nabi Muhammad SAW kepada pelanggannya, di antaranya terhadap

Abdullah Ibn Abdul Hamzah. Abdullah berkata : Aku telah membeli sesuatu dari

nabi sebelum ia menerima tugas kenabian, dank arena masih ada suatu urusan

Page 30: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

31

dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantar kepadanya, tetapi aku lupa .

ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan

nabi masih berada di sana , Nabi bersabda “ Engkau telah membuat resah, aku

berada di sini selama tiga hari menunggumu “

( Hadits riwayat Abu Dawud )

Pada posisinya sebagai pembeli, loyalitas dan kesungguhan itu pun ditunjukkan

dengan sangat simpatik. Jabir berkata “ Saya sedang melakukan perjalanan dengan

menunggang seekor unta yang sudah kelelahan, tetapi nabi lewat dan memukulnya,

unta tadi berjalan lagi. Ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. Nabi lalu

bersabada : Jualah unta itu padaku seharga satu uqiyah ( 40 dirham ) saya setuju

tetapi dengan syarat saya boleh mengendarainya sampai ke rumah. Ketika sampai di

Madinah saya serahkan unta tersebut , dan ia membayar kontan. “

j. Pengawasan

Jujur dan amanah itu adalah sifat seorang muslim ,karena hal itu maka pelaksanaan

ekonomi Islam merupakan ibadah yang diawasi tidak hanya oleh manusianya itu

sendiri tetapi diawasi oleh Allah Swt

B. Ruang Lingkup Ekonomi Islam Yang Telah Dilaksanakan Di Negara

Indonesia.

Seperti telah diuraikan di atas begitu luasnya ruang lingkup ekonomi Islam,

maka peneliti akan menganalisis ruang lingkup apa saja yang telah diterapkan di

Indonesia, Ruang Lingkup tersebut di antaranya :

1. Perbankan Syariah dan BPR Syariah17

Perkembangan kantor Bank Umum Syariah dan jaringan kantor cabangnya secara

national menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun, peningkatan

jaringan kantor cabang tersebut terjadi pada tahun 1999 di mana tumbuh pada tahun 17 R.Nuriana, Implikasiotonomi Daerah terhadapperkembangan bank yang berprinsipsyariah di Indonesia, 2000, makalahdalam seminar nasionalpengembanganperbakansyariah di Indonesia menyikapiotonomidaerahdanperdaganganbebas, PanitiaMiladfakultasHukumUnisbake 42, 14 Oktober 2000, Bandung, halaman 11-12.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

32

ini sebesar 144 % dengan 22 jaringan kantor cabang, sedangkan kantor Bank

Perkreditan rakyat Syariah hanya berkembang 3 % dengan 79 kantor cabang. Untuk

tahun 2000 perkembangan perbankan syariah di Indonesia, khususnya di Jawa Barat

mencatat pertumbuhan yang mengembirakan yaitu terjadi penambahan 3 (tiga ) bank

umum dengan jaringan kantor menjadi 28 kantor cabang. Dan yang paling penting

membanggakan telah lahir bank kantor syariah yang kantor pusatnya berada di Jawa

Barat yaitu Bank Jabar Syariah.

Dari sisi total asset perkembangan bank syariah dan BPR Syariah.

Perkembangan asset bank umum syariah secara umum mengalami pertumbuhan

positif, tahun 1998-1999 mengalami peningkatan sebesar 133% yaitu dari 479 miliar

menjadi 1,1 Triliun menjadi 1.3 Triliun.

2. Asuransi Syariah18

Pada tanggal 24 Februari 1994 di Indonesia telah diadakan penandatanganan

akta pendirian PT Syarikat Takaful Indonesia.

Menurut siaran pers sebagaimana dikutip oleh Republika bahwa Syarikat

Takaful didirikan dengan modal Rp 80 miliar . Sedangkan modal setornya mencari

Rp 16 miliar. Dalam Syarikat Takaful tersebut Bank Muammalat Indonesia

memegang 15 % saham, sedangkan selebihnya dikuasai oleh PT Karya Abadi

Bangsa.

Takaful sebagai asuransi yang bertumpu pada konsep tolong menolong dalam

kebaikan dan ketkawaan ( wa’taawaanu alal birri wat taqwa ) dan perlindungan

( at-ta’min), menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling

menangung satu sama lain. Sistem ini dengan meniadakan tiga unsur yang masih

dipertanyakan yaitu gharar, maisir, dan riba.

Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka keleluasaan pada asuransi Takaful

untuk membuka perwakilan-perwakilan di daerah. Oleh karena itu bermunculanlah

kantor-kantor perwakilan di daerah yaitu di Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi,

18Suhrawardi K Lubis.HukumEkonomi Islam, SinarGrafika , Jakarta, 2000,halaman 83-85.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

33

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Balikpapan, Ujung Pandang, Palembang,

Samarinda, Batam, Banda Aceh dan Kendari.

3. Reksadana Syariah

Reksadana Syariah adalah reksadana yang membatasi diri untuk berinvestasi

hanya pada jenis efek yang memberi hasil sesuai dengan syariah Islam dan

diterbitkan oleh perusahaan yang dalam operasinya tidak melanggar syariah Islam

sementara pemilikan efek dilakukan dengan cermat agar investasi tersebut tidak

termasuk kategori gharar. Lembaga ini masih baru yaitu didirikan pada tahun 2001

oleh PT Dana Reksa Investment Management.

4. Multi Level Syariah19

Untuk mengantisipasi trend globalisasi ekonomi dan informasi yang terkadang

membawa dampak negatif terhadap umat Islam dan sebagai upaya menghadapi era

globalisasi dalam bidang ekonomi, produk asing yang makin deras memasuki

wilayah ekonomi umat Islam di Indonesia, maka pada tanggal 10 Sya’ban 1416 atau

1 Januari 1996 telah didirikan sebuah perusahaan dengan sistem Multi Level

Marketing Syariah yang diberi nama PT Ahad Net International. Pada tanggal 17

Agustus 1996 diluncurkan produk pertamanya oleh Menko Kersa Azwar Anas yang

didampingi Sekretaris ICMI Adi Sasono dan pada tanggal 1 September 1996 dimulai

penerimaan mitra niaga, dan penjualan produk telah mulai dilakukan pada tanggal 19

September 1996.

Sebagai sebuah perusahaan multi level marketing syariah tentunya hanya

memasarkan produk yang Islami, dengan kata lain dijamin halal dan suci, sehingga

tidak ada keraguan bagi umat Islam Indonesia untuk memakai dan

mengkonsumsinya.

5. Badan Arbitrase Syariah Nasional

19Ibid halaman 173.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

34

Basyarnas 20 merupakan lembaga arbitrase yang berperan menyelesaikan sengketa

antara pihak-pihak yang melakukan akad ekonomi syariah , di luar jalur pengadilan ,

untuk mencapai penyelesaian terbaik ketika upaya musyawarah tidak menghasilkan

mufakat. Putusan basyarnas bersifat final dan mengikat. Untuk melakukan eksekusi

atas putusan tersebut, penetapan eksekusinya diberikan oleh pengadilan negeri

setempat. Sedangkan sengketa ekonomi Islam yang akan diputus selain jalur non

litigasi dapat pula dilakukan lewat jalur litigasi yaitu lewat Peradilan Agama21

6. Badan Amil Zakat

Penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam khususnya di Indonesia yang

mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi

upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan social bagi

seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu .

Upaya penyempurnaan zakat lebih berhasilguna dan berdayaguna serta dapat

dipertanggungjawabkan.

Dengan adanya beberapa alas an di atas, maka Pemerintah Indonesia pada tahun

1999 mengeluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

zakat. Pengelolaan zakat ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah dengan

membentuk Badan Amil Zakat Nasional, Propinsi, Kota, dan Kabupaten, serta

Kecamatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikukuhkan, dibina, dan

dilindungi oleh pemerintah. 22

Pada masa sekarang di Indonesia berkembang lahirnya Zakat Profesi, Konsep

Zakat Saham dan Zakat Obligasi.

20 SebelumbernamaBasyarnasdikenaldenganBadanArbitraseMuammalat Islam ( BAMUI ), dimana BAMUI masihdibawahMajelisUlama Indonesia, sedangkanBasyarnassekarangsudahindependen. 21SetelahUndang-undangNomor 7 Tahun 1989 diamandemendenganUndang-undangNomor 3 Tahun 2006,maka wewenangPeradilan agama bertambah .pengadilan agama dapatmemutusperkaratentangsengketaekonomi Islam ( lihatpasal 49 ) 22LihatPasal 6 dan 7 Undang-undangNomor 38 Tahun 1999 tentangPengelolaan Zakat

Page 34: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

35

Zakat Profesi adalah zakat yang dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan

kemudian dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup ( pasal 686 ayat 1 Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah )

Pengertian Dasar Saham dan Obligasi

Saham merupakan hak kepemilikan terhadap sejumlah tertentu kekayaan suatu

perseroan terbatas (PT). Setiap lembar saham memiliki nilai tertentu yang sama. Dan

besarnya hak kepemilikan seseorang atas harta perusahaan ditentukan oleh jumlah

lembar saham yang dimilikinya

Obligasi adalah kertas berharga yang berisi pengakuan bahwa bank, perusahaan, atau

pemerintah berhutang kepada pembawanya sejumlah tertentu dengan bunga tertentu

pula.

Baik saham maupun Obligasi, keduanya merupakan kertas berharga yang berlaku

dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut BURSA EFEK.

Cara menghitung zakat Saham dan Obligasi adalah 2.5% (dua setengah persen) atas

jumlah terendah dari semua saham/obligasi yang dimiliki selama setahun, setelah

dikurangi pinjaman untuk membeli saham/obligasi tersebut (jika ada).

Dalil dan Syarat Wajib zakat Saham dan Obligasi

"Sayidina Ali telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: Apabila kamu

mempunyai (uang simpanan) 200 dirham dan telah cukup haul (genap setahun),

maka diwajbkan zakatnya 5 dirham. Dan tidak diwajibkan mengeluarkan zakat

(emas) kecuali kamu mempunyai 20 dinar. Dan apabila kamu memiliki 20 dinar dan

telah cukup setahun, maka diwajibkan zakatnya setengah dinar. Demikian juga

Page 35: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

36

kadarnya jika nilainya bertambah, dan tidak diwajibkan zakat suatu harta kecuali

genap setahun". (HR Abu Daud)

Syarat wajib zakat saham dan obligasi

a) Islam

b) Milik sendiri

c) Merdeka

d) Cukup

e) haul

f) Cukup nisab

7. Baitul Mal Wat Tamwil

Istilah baitul mal wat tamwil sebenarnya berasal dari dua suku kata yaitu baitul

mal dan baitul tamwil. Istilah baitul mal berasal dari kata bait dan al mal artinya

bangunan atau rumah. Sedangkan al-mal berarti harta benda atau kekayaan. Jadi

secara harfiah berarti rumah harta benda. Namun demikian kata baitul mal bisa

diartikan sebagai perbendaharaan ( umum atau negara ). Sedangkan menurut fikih

berarti suatu lembaga atau badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama

keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun

yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.23

Pada decade tahun 2000-an lahirlah Kelompok Swadaya Masyarakat Baitul Mal

Wat Tamwil ( KSM-BMT ) adalah kelompok orang yang menyatakan diri untuk

saling membantu dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna

memdorong dan membangun usaha produktif dan meningkatkan taraf hidup para

anggota dan keluarganya.24

Setelah menyimak uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia membawa dampak positif bagi 23HarunNasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jambatan, Jakarta, 1992, halaman 161. 24Suhrawardi K Lubis, op.cit, halaman 114.

Page 36: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

37

pertumbuhan perekonomian nasional di Indonesia terbukti dengan meningkatnya

pengerahan dana dari masyarakat yang jumlah assetnya semakin meningkat.

8. Gadai Syariah25

Menurut bahasa gadai ( al-rahn) berarti altsubut dan al-habs yaitu penetapan dan

panahanan. Ada pula yang menjelaskan bahwa ar rahn adalah terkurung atau terjerat,

sedangkan menurut syara gadai adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap

sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya.

9. Pasar Modal Syariah26

Prinsip instrument pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional.

Sejumlah instrument syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat ,

misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah

saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan

syariah

10. Obligasi Syariah 27

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasiional MUI N0. 32/ DSN-

MUI/IX/2002 yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat berharga

jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada

pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan

kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil /margin/fee, serta membayar

kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

11. Surat Berharga Syariah Negara

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

dalam pasal 1 undang-undang ini yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah

Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat 25HendiSuhendi, op.cit. halaman 105. 26HeriSudarsono. Bank danLembagaKeuangansyariahEkonisia, Yogyakarta,2004, halaman. 185 27Nurulhudadan Mustafa Edwin Nasution, InvestasipadaPasar Modal Syariah, Predana Media Group, Jakarta, 2007, halaman 85-86.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

38

berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas

bagian peneyertaan terhadap asset SBSN dalam mata uang rupiah maupun valuta

asing.

12. Kartu Pembiayaan Berdasarkan Syariah

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasiional MUI 28 yang dimaksud dengan

a. Syariah Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh

pemegang kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang

tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar

lunas kepada pihak yang memberikan talangan (mushdir al-bithaqah) pada waktu

yang telah ditetapkan.

b. Membership Fee (rusum al-'udhwiyah) adalah iuran keanggotaan, termasuk

perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang kartu sebagai imbalan izin

menggunakan fasilitas kartu;

c. Merchant Fee adalah fee yang diambil dari harga objek transaksi atau pelayanan

sebagai upah/imbalan (ujrah samsarah), pemasaran (taswiq) dan penagihan

(tahsil aldayn);

d. Fee Penarikan Uang Tunai adalah fee atas penggunaan fasilitas untuk

penarikan uang tunai (rusum sahb alnuqud)

e. Denda keterlambatan (Late Charge) adalah denda akibat keterlambatan pemba

yaran yang akan diakui sebagai dana sosial.

f. Denda karena melampaui pagu (Overlimit Charge) adalah denda yang dikenakan

karena melampaui pagu yang diberikan (overlimit charge) tanpa persetujuan

penerbit kartu dan akan diakui sebagai dana sosial.

13. Wakaf

Aset wakaf di Indonesia terbilang besar. Menurut data Badan Wakaf Indonesia

(BWI), sampai Oktober 2007, jumlah seluruh tanah wakaf di negeri ini sebanyak

28Fatwa DewanSyariahNasional MUI No.42/DSN-MUI/V/2004 tentangSyariah Charge Card

Page 38: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

39

366.595 lokasi, dengan luas 2.686.536.565,68 meter persegi. Sayangnya, potensi itu

masih belum dimanfaatkan secara optimal. Maka, suatu langkah yang tepat, jika

Badan Wakaf Indonesia tahun ini menitikberatkan pada pengelolaan aset-aset wakaf

agar bernilai produktif. Ini tercermin dari pernyataan Ketua Badan Pelaksana Badan

Wakaf Indonesia Thalhah Hasan usai bertemu Wakil Presiden Yusuf Kalla,

sebagaimana dilansir harian Umum Republika, . mengatakan bahwa Badan Wakaf

Indonesia akan mengembangkan wakaf produktif yang hasilnya untuk kesejahteraan

umat.

Gagasan ini 29sangat menarik, sebab selama ini pengembangan wakaf di

Indonesia bisa dibilang mati suri. Jika dibanding negara-negara mayoritas

berpenduduk Islam lain, perwakafan di Indonesia tertinggal jauh. Sebut saja Mesir,

Aljazair, Sudan, Kuwait, dan Turki, mereka jauh-jauh hari sudah mengelola wakaf ke

arah produktif. Sekadar contoh, di Sudan, Badan Wakaf Sudan mengola aset wakaf

yang tidak produktif dengan mendirikan bank. Lembaga keuangan ini digunakan

untuk membantu proyek pengembangan wakaf, mendirikan perusahaan bisnis dan

industri. Contoh lain, untuk mengembangkan produktifitas aset wakaf, pemerintah

Turki mendirikan Waqf Bank and Finance Corporation. Lembaga ini secara khusus

untuk memobilisasi sumber wakaf dan membiayai berbagai jenis proyek joint

venture.

Bahkan, di negara yang penduduk muslimnya minor, pengembangan wakaf

juga tak kalah produktif. Sebut saja Singapura, satu misal. Aset wakaf di Singapura,

jika dikruskan, berjumlah S$ 250 juta. Untuk mengelolanya, Majelis Ugama Islam

Singapura (MUIS) membuat anak perusahaan bernama Wakaf Real Estate Singapura

(WAREES). WAREES merupakan perusahaan kontraktor guna memaksimalkan aset

wakaf. Contoh, WAREES mendirikan gedung berlantai 8 di atas tanah wakaf.

Pembiayaannya diperoleh dari pinjaman dana Sukuk sebesar S$ 3 juta, yang harus

dikembalikan selama lima tahun. Gedung ini disewakan dan penghasilan bersih

29ww.padangekprss, padatanggal 28 Mei 2008.

Page 39: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

40

mencapai S$ 1.5 juta per tahun. Setelah tiga tahun berjalan, pinjaman pun lunas.

Selanjutnya, penghasilan tersebut menjadi milik MUIS yang dialokasikan untuk

kesejahteraan umat.

Menarik bukan? Kalau mereka bisa, mengapa negara yang berpenduduk

muslim terbesar di dunia ini tak mampu. Masyarakat Islam Indonesia mampu

melakukan, bahkan lebih dari itu, jika benar-benar serius menangani soal ini. Apalagi,

pengembangan wakaf di Indonesia kini sudah menemukan titik cerahnya, sejak

disahkannya UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006 tentang

pedoman pelaksanaan. Kalau begitu, sekarang tinggal action saja, tak perlu banyak

berwacana. Kalau dulu, banyak orang berdiskusi dan berharap adanya lembaga

khusus yang menangani perwakafan di Indonesia, kini Badan Wakaf Indonesia

disingkat dengan BWI sudah berdiri (sejak tahun 2007). Tinggal bagaimana

memaksimalkan lembaga independen30 amanat undang-undang itu. (Bab VI, pasal 7,

UU No. 41 tahun 2004).

Untuk bisa mengoptimalakan pengelolaan aset wakaf ke arah produktif, perlu

adanya persamaan persepsi atau sudut pandang tentang apa dan bagaimana

mengembang perwakafan di Indonesia. Sebab, selama ini pemahaman masyarakat

masih berbeda-beda dalam perkara ini. Di samping itu, batu sandungan juga tak

jarang melintang di tengah-tengah upaya untuk memajukan perwakafan di Indonesia.

Pertama, pemahaman tentang pemanfaatan dan harta benda wakaf. Selama ini, umat

Islam masih banyak yang beranggapan bahwa aset wakaf itu hanya boleh digunakan

untuk tujuan ibadah saja. Misalnya, pembangunan masjid, komplek kuburan, panti

asuhan, dan pendidikan. Padahal, nilai ibadah itu tidak harus berwujud langsung

seperti itu. Bisa saja, di atas lahan wakaf dibangun pusat perbelanjaan, yang

keuntungannya nanti dialokasikan untuk beasiswa anak-anak yang tidak mampu,

layanan kesehatan gratis, atau riset ilmu pengetahuan. Ini juga bagian dari ibadah.

30BerdasarkanUndng-UndangNomor 41 tahun 2004 TentangWakaf BWI adalahlembaga independent untukmengembangkanperwakafan di Indonesia .BadanWakaf Indonesia keanggotaanBadanWakaf Indonesia diangkatdandiberhentikanolehPresiden.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

41

Selain itu, pemahaman ihwal benda wakaf juga masih sempit. Harta yang bisa

diwakafkan masih dipahami sebatas benda tak bergerak, seperti tanah. Padahal wakaf

juga bisa berupa benda bergerak, antara lain uang, logam mulia, surat berharga,

kendaraan, hak kekayaan intelektual, dan hak sewa. Ini sebagaimana tercermin dalam

Bab II, Pasal 16, UU No. 41 tahun 2004, dan juga sejalan dengan fatwa MUI ihwal

bolehnya wakaf uang.

Kedua, jumlah tanah strategis dan kontroversi pengalihan tanah. Jika ditilik jumlah

tanah wakaf, memang sangatlah luas. Tapi tak semuanya bisa dikategorikan tanah

strategis. Hal ini bisa dicermati dari lokasi dan kondisi tanah. Kalau lokasinya di

pedalaman desa dan tanahnya tak subur, secara otomatis, susah untuk diproduktifkan.

Karena itu, jalan keluarnya adalah pengalihan tanah atau tukar guling (ruislag) untuk

tujuan produktif. Dan ternyata, langkah ini pun berbuah kontroversi.

Memang secara fikih, ada perbedaan pendapat. Imam Syafii berpendapat bahwa tukar

guling harta wakaf itu tidak boleh secara mutlak, apapun kondisinya. Sementara

sebagian Ulama Syafiiyah (murid-murid imam Syafii) membolehkan, asal digunakan

untuk tujuan produktif. Selain itu, Imam Hambali dan Hanafi juga memperbolehkan

tukar guling dengan tujuan produktif. Jadi, tukar guling itu hakikatnya diperbolehkan

oleh para fuqaha asal untuk tujuan produktif. Apalagi, kini permasalahan ini sudah

diatur secara gamblang dalam Bab VI, pasal 49-51, PP No. 42 tahun 2006.

Ketiga, tanah wakaf yang belum bersertifikat. Ini lebih dikarenakan tradisi

kepercayaan yang berkembang di masyarakat. Menurut kaca mata agama, wakaf itu

dipahami masyarakat sebagai ibadah yang pahalanya mengalir (shadaqah jariayah),

cukup dengan membaca shighat wakaf seperti waqaftu (saya telah mewakafkan) atau

kata-kata sepadan yang dibarengi dengan niat wakaf secara tegas. Dengan begitu,

wakaf dinyatakan sah, jadi tidak perlu ada sertifikat dan administrasi yang diangap

ruwet oleh masyarakat. Akibatnya, tanah wakaf yang tidak bersertifikat itu tidak bisa

dikelola secara produktif karena tidak ada legalitasnya. Belum lagi, banyak terjadi

kasus penyerobotan tanah wakaf yang tak bersertifikat. Untuk itu, penyadaran kepada

masyarakat tentang pentingnya sertifikat tanah wakaf perlu digalakkan.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

42

Keempat, nazhir (pengelola) masih tradisional dan cenderung konsumtif. Meski tidak

termasuk rukun wakaf, para ahli fikih mengharuskan wakif (orang yang wakaf) untuk

menunjuk nazhir wakaf. Nazhir inilah yang bertugas untuk mengelola harta wakaf.

Tapi, sayangnya para nazhir wakaf di Indonesia kebanyakan masih jauh dari harapan.

Pemahamannya masih terbilang tradisional dan cenderung bersifat konsumtif (non-

produktif). Maka tak heran, jika pemanfaatan harta wakaf kebanyakan digunakan

untuk pembangunan masjid dan kuburan. Secara benefit, apa yang bisa dihasilkan

dari masjid dan kuburan? Bisa-bisa tidak dapat keuntungan malah rugi untuk biaya

perawatan.

Kemudian pada masa sekarang munculnya istilah wakaf alternatif di Indonesia

misalnya wakaf Tunai

Wakaf Tunai31

Dalam catatan sejarah Islam , wakaf uang ternyata sudah dipraktekkan sejak awal

abad kedua Hijiriyah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Bahwa Imam al-Zuhri salah

seorang ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits ( tadwin al Hadits )

memfatwakan , diajurkannya wakaf uang dinar dan dirham untuk pembangunan

sarana dakwah, social dan pendidikan umat islam. Adapun caranya adalah dengan

menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan

keuntungannya sebagai wakaf. Namun demikian faktor resiko seperti kerugian yang

akan mengancam kesinambungan wakaf, perlu dipertimbangkan guna mengantisipasi

madharat yang lebih besar.

14. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI Syariah)

Bank Central dapat menerbitkan instrument moneter berdasarkan prinsip

syariah yang berupa Sertifikat Bank Indonesia syariah untuk mengatasi kelebihan

likuiditas bank syariah ( Pasal 600 KHES ). SBI syariah diatur dalam Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah ( KHES ) dari pasal 600 sampai dengan pasal 604.

31Depag RI, WakafTunaidalamperspektifHukum Islam, Depag RI DirjenBimbinganMasyarakat Islam danPenyelenggaraan Haji, DirjenPengembangan Zakat danWakaf, Jakarta, 2005, halaman 100.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

43

15. Pembiayaan Rekening Koran Syariah

Pembiayaan Rekening Koran Syariah dilakukan dengan perjanjian untuk

perwakilan. Masalah pembiayaan rekening Koran diatur dalam KHES dari pasal 618

sampai dengan pasal 626.

16. Dana Pensiun Syariah.

Jenis dana Pensiun Syariah terdiri atas :

a. Dana Pensiun Pemberi Kerja Syariah dan atau,

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah,

Dana Pensiun Syariah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah diatur dalam

Pasal 627 sampai dengan pasal 674.

17. Lahirnya Berbagai Dasar Hukum Ekonomi Syariah.

a) Fatwa DSN Tentang ekonomi Syariah.

Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia demikian cepat, khususnya

perbankan, asuransi, reksadana, pasar modal, pegadaian, leasing, dan lembaga

keuangan mikro syariah. Jika pada tahun 1990-an jumlah kantor layanan perbankan

syariah masih belasan, maka tahun 2000an, jumlah kantor pelayanan lembaga

keuangan syariah itu melebihi enam ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia

ditambah ribuan office channeling atau layanan syare di seluruh kantor pos di

Indonesia. Asset perbankan syari’ah ketika itu hanya ratusan milyard, saat ini

assetnya lebih dari Rp 41 triliun. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya

dua buah yakni Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah berjumlah

47an lembaga asuransi syariah.

Sehubungan dengan pesatnya pertumbuhan lembaga ekonomi dan keuangan syariah

tersebut, maka para praktisi ekonomi syari’ah, masyarakat dan pemerintah (regulator)

Page 43: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

44

membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari lembaga ulama (MUI) berkaitan dengan

praktek dan produk di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut.

Perkembangan lembaga keuangan syariah yang demikian cepat harus diimbangi

dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang valid dan akurat, agar seluruh produknya

memiliki landasan yang kuat secara syari’ah. Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional

(DSN) dilahirkan pada tahun 1999 sebagai bagian dari Majlis Ulama Indonesia.

DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang

mempunyai fungsi melaksanakan tugas-tugas MUI dalam menangani masalah-

masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Salah satu

tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-

prinsip hukum Islam (Syari`ah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam

kegiatan transaksi di lembaga keuangan syari`ah. Melalui Dewan Pengawas Syari`ah

melakukan pengawasan terhadap penerapan prinsip syari`ah dalam sistem dan

manajemen lembaga keuangan syari`ah (LKS).

Kedudukan Fatwa

Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan

jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada

umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku.

Sebab posisi fatwa di kalangan masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para

mujtahid (Al-Fatwa fi Haqqil ’Ami kal Adillah fi Haqqil Mujtahid). Artinya,

Kedudukan fatwa bagi orang kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.

Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan ekonomi islami yang

tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat ukur bagi kemajuan ekonomi

syari’ah di Indonesia. Fatwa ekonomi syari’ah yang telah hadir itu secara teknis

Page 44: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

45

menyuguhkan model pengembangan bahkan pembaharuan fiqh muamalah maliyah.

(fiqh ekonomi)

Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi tabyin dan tawjih. Tabyin artinya

menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praksis bagi lembaga keuangan,

khususnya yang diminta praktisi ekonomi syariah ke DSN dan taujih,

yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas

tentang norma ekonomi syari’ah.

Memang dalam kajian ushul fiqh, kedudukan fatwa hanya mengikat bagi orang

yang meminta fatwa dan yang memberi fatwa. Namun dalam konteks ini, teori itu

tidak sepenuhnya bisa diterima, karena konteks, sifat, dan karakter fatwa saat ini

telah berkembang dan berbeda dengan fatwa klasik. Teori lama tentang fatwa harus

direformasi dan diperpaharui sesuai dengan perkembangan dan proses terbentuknya

fatwa. Maka teori fatwa hanya mengikat mustaft (orang yang minta fatwa) tidak

relevan untuk fatwa DSN. Fatwa ekonomi syariah DSN saat ini tidak hanya

mengikat bagi praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga bagi masyarakat Islam

Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi melalui Peraturan Bank

Indonesia (PBI). Bahkan DPR baru-baru ini, telah mengamandemen UU No 7/1989

tentang Perdilan Agama yang secara tegas memasukkan masalah ekonomi syariah

sebagai wewenang Peradilan Agama.

Fatwa-fatwa ekonomi syari’ah saat di Indonesia dikeluarkan melalui proses dan

formula fatwa kolektif, koneksitas dan melembaga yang disebut ijtihad jama’iy

(ijtihad ulama secara kolektif), bukan ijtihad fardi (individu), Validitas jama’iy dan

fardi jelas sangat berbeda. Ijtihad jama’iy telah mendekati ijma’. Seandainya hanya

negara Indonesia yang ada di dunia ini, pastilah kesepakatan para ahli dan ulama

Indonesia itu disebut Ijma’.

Page 45: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

46

Fatwa dalam definisi klasik bersifat opsional ”ikhtiyariah” (pilihan yang tidak

mengikat secara legal, meskipun mengikat secara moral bagi mustafti (pihak yang

meminta fatwa), sedang bagi selain mustafti bersifat ”i’lamiyah” atau informatif yang

lebih dari sekedar wacana. Mereka terbuka untuk mengambil fatwa yang sama atau

meminta fatwa kepada mufti/seorang ahli yang lain.Jika ada lebih dari satu fatwa

mengenai satu masalah yang sama maka ummat boleh memilih mana yang lebih

memberikan qana’ah (penerimaan/kepuasan) secara argumentatif atau secara batin.

Sifat fatwa yang demikian membedakannya dari suatu putusan peradilan (qadha)

yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi para pihak yang berperkara.

Namun, keberadaan fatwa ekonomi syari’ah yang dikeluarkan DSN di zaman

kontemporer ini, berbeda dengan proses fatwa di zaman klasik yang cendrung

individual atau lembaga parsial. Otoritas fatwa tentang ekonomi syari’ah di

Indonesia, berada dibawah Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia.

Komposisi anggota plenonya terdiri dari para ahli syari’ah dan ahli

ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syari’ah. Dalam membahas masalah-

masalah yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syari’ah Nasional (DSN)

melibatkan pula lembaga mitra seperti Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

Akuntan Indonesia dan Biro Syari’ah dari Bank Indonesia. Fatwa dengan definisi

klasik mengalami pengembangan dan penguatan posisi dalam fatwa kontemporer

yang melembaga dan kolektif di Indonesia. Baik yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa

MUI untuk masalah keagamaan dan kemasyarakatan secara umum, maupun yang

dikeluarkan oleh DSN MUI untuk fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah

khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah. Fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa

MUI menjadi rujukan yang berlaku umum serta mengikat bagi ummat Islam di

Indonesia, khususnya secara moral. Sedang fatwa DSN menjadi rujukan yang

mengikat bagi lembaga-lembaga keuangan syari’ah (LKS) yang ada di tanah air,

demikian pula mengikat masyarakat yang berinteraksi dengan LKS.

Produk-Produk Fatwa DSN

Page 46: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

47

Sejak berdirinya tahun 1999, Dewan Syariah Nasional, telah mengeluarkan

sedikitnya 61 fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang giro,

tabungan, murabahah, jual beli salam, istishna’, mudharabah, musyarakah, ijarah,

wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam murabahah, sistem distribusi hasil

usaha dalam lembaga keuangan syari’ah, diskon dalam murabahah, sanksi atas

nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran, pencadangan penghapusan aktiva

produktiv dalam LKS, al-qaradh, investasi reksadana syariah, pedoman umum

asuransi syariah, jual beli istisna’ paralel, potongan pelunasan dalam murabahah, safe

deposit box, raha (gadai), rahn emas, ijarah muntahiyah bit tamlik, jual beli mata

uang, pembiayaan pengurusan haji di LKS, pembiayaan rekening koran syariah,

pengalihan hutang, obligasi syariah, obligasi syariah mudharabah, Letter of Credit

(LC) impor syariah, LC untuk export, sertifikat wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang

antar Bank Syariah, sertifikat investasi mudharabah (IMA), asuransi haji, pedoman

umum penerapan prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah ijarah, kartu kredit,

fatwa tentang ganti rugi (ta’widh), pembiayaan multi jasa, Line Fasility, (at-tashilat),

pembiayaan rekening koran syari’ah, sejumlah fatwa tentang murabahah, seperti

potongan tagihan murabahah, penyelesaian piutang murabahah, rescheduling

murabahah dan konversi akad murabahah, mudharabah musyarakah pada asuransi

syariah, akad wakalah bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syariah, akad tabarru’

pada asuransi dan reasuransi syariah, L/C dengan akad kafalah bil ujrah, hiwalah bil

ujrah, review ujrah pada Lembaga Keuangan Syariah, Obligasi Syariah mudharabah

konversi, penyelesaian piutang dalam ekspor dan penyelesaian hutang dalam

impor.dsb. Memperhatikan banyaknya fatwa-fatwa ekonomi syariah tersebut, terlihat

bahwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Memiliki kinerja yang baik, dinamis dan

aktif meresponi berbagai persoalan yang dihadapi.32

b. Peraturan Perundang-undangan Tentang Hukum Ekonomi Syariah di

Indonesia. 32www.agustianto niriah.com

Page 47: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

48

Perkembangan Ekomomi Islam di Indonesia banyak diformulasikan ke dalam

bentuk peraturan perundang-undangan . Peraturan perundangan-undangan itu adalah :

1) Undang-Undang republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Zakat yang berisi :

a). Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Asas dan Tujuan

c) Bab III Organisasi Pengelolaan Zakat

d) Bab IV Pengumpulan Zakat

e) Bab V pendayagunaan Zakat

f) Bab VI Pengawas

g) Bab VII Sanksi

h) Bab VIII Ketentuan-ketentuan lain

i) Bab IX Ketentuan Peralihan

j. Bab X Ketentuan Penutup

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf

yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Dasar-dasar Wakaf

c) Bab III Pendaftaran dan Pengumuman Harta Benda Wakaf

d) Bab IV Perubahan Status Harta Benda wakaf

e) Bab V Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda wakaf

f) Bab VI Badan Wakaf Indonesia

g) Bab VII Penyelesaian Sengketa Wakaf

h) Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan

i) Bab IX Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif

j) Bab X Ketentuan Peralihan

k) Bab XI Ketentuan Penutup

Page 48: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

49

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Negara yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II bentuk dan Jenis SBSN

c) Bab III Tujuan Penerbitan SBSN

d) Bab IV Kewenangan dan Pelaksanaan Penerbitan SBSN

e) Bab V Penggunaan Barang Milik Negara dalam Rangka

Penerbitan SBSN

f) Bab VI Perusahaan Penerbitan SBSN dan Wali Amanat

g) Bab VII Pengelolaan SBSN

h) Bab VIII Akuntabilitas dan Transparansi

i) Bab IX Ketentuan Pidana

j) Bab X Ketentuan Penutup

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Asas, Tujuan, dan Fungsi

c) Bab III Perizinan ,Bentuk Badan Hukum, Anggaran Dasar dan

Kepemilikan,

d) Bab IV jenis dan kegiatan Usaha , Kelayakan Penyaluran Dana dan

Larangan bagi Bank Syariah dan UUS

e) Bab V Pemegang Saham Pengendali, Dewan Komisaris, Dewan

Pengawas Syariah, Direksi, dan Tenaga Kerja Asing

f) Bab VI Tata Kelola, Prinsip Kehati-hatian, dan Pengelolaan Risiko

Perbankan Syariah

g) Bab VII Rahasia Bank

h) Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan

i) Bab IX Penyelesaian Sengketa

j) Bab X Sanksi Aministratif

Page 49: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

50

k) Bab XI ketentuan Pidana

l) Bab XII Ketentuan Peralihan

m) Bab XIII ketentuan Penutup

5) Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2005 Tentang

Penjaminan simpanan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992

Tentang penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2008 Tentang

Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Status, Bentuk dan Pendirian

c) Bab III Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran dasar

d) Bab IV Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN

e) Bab V Organ Perusahaan Penerbit SBSBN

f) Bab VI Modal dari Kekayaan Perusahaan Penerbit SBSN

g) Bab VII Pembiayaan

h) Bab VIII Pertanggungjawaban

i) Bab IX Pembubaran

j) Bab X Penutup.

8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2008 Tentang

Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga syariah Negara. Yang berisi

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Pendirian

c) Bab III Anggaran Dasar

d) Bab IV Pertanggungjawaban

e) Bab V Ketentuan Penutup

9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008 Tentang

Besarnya Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan.

Page 50: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

51

10) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

152/PMK.08/2008 Tentang Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

Dalam Valuta Asing Di Pasar Perdana Internasional yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Pelaksanaan Penerbitan SBSN

c) Bab III Persiapan Penerbitan SBSN

d) Bab IV Pelaksanaan Penjualan

e) Bab V Dokumen Penerbitan

f) Bab VI Setelmen Hasil Penjualan SBSN

g) Bab VII Biaya Penerbitan SBSN

h) Bab VIII Ketentuan Penutup

11) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 Tentang Perubahan

Keguatan Usaha Bank Umum Konvesional menjadi Bank Umum Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan

Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan

Prinsip Syariah Oleh Bank Konvesional

Yang berisi :

a) Bab I Ketentuan Umum

b) Bab II Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

menjadi Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah

c) Bab III Pembukaaan Kantor yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank

d) Bab IV Ketentuan Peralihan

e) Bab V Sanksi

f) Bab VI Ketentuan Penutup

12) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah ( KHES ) yang meliputi :

Page 51: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

52

Buku I Tentang Subyek Hukum dan Amwal

Buku II Tentang Akad

Buku III Tentang Zakat dan Hibah

Buku IV Tentang Akuntansi Syariah

Itulah beberapa gambaran tentang perkembangan Hukum Ekonomi Islam di

Indonesia insya Allah bisa menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan

masyarakat sejahtera menuju Negara Kesejahteraan ( welfare state ) yang kita cita-

citakan.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

53

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. 10 kareteristik good governance yang meliputi :Participation (Partisipasi),Rule

of Law ( Pengakkan Hukum ),Transparansi . Orientasi pada

Konsensus/kesepakatan.Keadilan (kesetaraan),Effektivitas dan Effisien,

Akuntabilitas, Strategic Vision ( wawasan ke depan ), Responsif ( daya

tanggap), Pengawasan, ternyata dilakukan juga dalam etika bisnis yang

dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama penjelasan pasal 49

huruf I yang dimaksud ruang lingkup ekonomi syariah adalah perbuatan atau

kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah meliputi :

a) bank syariah

b) asuransi syariah

c) reassuransi syariah

d) reksa dana syariah

e) obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah

f) sekuritas syariah

g) pembiayaan syariah

h) pegadaian syariah

i) dana pension lembaga keuangan syariah

j) bisnis syariah

B. Saran

Page 53: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

54

1. mensosialisasikan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

Hukum Ekonomi Syariah,

2. mensosialisasikan lembaga-lembaga ekonomi syariah kepada masyarakat

karena banyak belum mengetahuinya, melalui jalur penyuluhan hukum,

pelatihan, lokakarya dan seminar-seminar.

Page 54: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

55

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.

Ad-Dimyati, Ianah Ath-Thalibin, Toha Putra Semarang, tanpa tahun,

Abdul Majid, Pokok-Pokok Fikih Muammalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam,

IAIN SG

Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh M Nastagin, PT

Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995

Al Chaidar dan Herdi Sahraad, Negara Madinah Refleksi tentang Agama dan

Pluralisme, Madani Press, Jakarta, 2000

Depag RI, Wakaf Tunai dalam perspektif Hukum Islam, Depag RI Dirjen Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Dirjen Pengembangan Zakat

dan Wakaf, Jakarta, 2005,

Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jambatan, Jakarta, 1992,

Hendi Suhendi, Fikih Muammalah, Gunung Djati Press, Bandung, 1997 D, Bandung,

1986

Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan syariah Ekonisia, Yogyakarta,2004

H Zainuddun Ali, Hukum Ekonomi Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008

K.H. Ali Yafie dkk, Fiqih Perdagangan bebas, Teraju, Jakarta, 2003

Page 55: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

56

Muhmmad Antonio Syafi’i , Bank, Bangking, and Financial tentang Bank

Muammalat, LPIHM-IBLAM, Jakarta 1992

M Thalib, Pedoman Wiraswasta dan Manajemen Islam, Pustaka Mantiq, Solo, 1992,

M Umar Chapra, Islam dan tantanganEkonomi, Gema Insani Press,Jakarta , 1998,

Nurul huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah,

Predana Media Group, Jakarta, 2007,

Rachmat Syafe’i , Fiqih Muammalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum,

Pustaka Setia, Bandung, 2001

Soejono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986

Sunaryati Hartono , Peneltian Hukum Di Indonesia Pada Akhir ke 20, Alumni,

Bandung.2009.

Suhrawardi K Lubis.Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika , Jakarta, 2000

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Negara Syariah

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Page 56: LAPORAN PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS …

57

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah

Surat Mahkamah Agung Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Eksekusi Putusan Badan

Arbitrase Syariah.

C. Makalah.

R.Nuriana, Implikasi otonomi Daerah terhadap perkembangan bank yang berprinsip

syariah di Indonesia, 2000, makalah dalam seminar nasional pengembangan

perbakan syariah di Indonesia menyikapi otonomi daerah dan perdagangan

bebas, Panitia Milad fakultas Hukum Unisba ke 42, 14 Oktober 2000,

Bandung,

D. Sumber lain

Al Qur’an dan terjemahannya

Al Hadits

Fatwa DSN tentang Ekonomi Syariah.

www.agustianto niriah.com

ww.padang ekpress.com

Harian Republika