Upload
doanhanh
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENELITIAN
(MANDIRI)
USAHA PENANGANAN DAMPAK PASCA OPERASI ILLEGAL
LOGGING DI WILAYAH KECAMATAN SUNGAI PINANG
KABUPATEN BANJAR (STUDI KASUS)
Oleh:
Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya jualah sehingga penelitian yang berjudul Usaha Penanganan Dampak Pasca
Operasi Illegal Logging di Wilayah Kecamatan Sungai Pinang Kabupaen Banjar (Studi
Kasus) dapat diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Teman-teman sejawat yang membantu
pekerjaan penelitian, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan serta rekan-rekan yang
mendorong dan memotivasi penelitian ini, semoga segala bantuan mendapat
balasanNYA.
Segala bentuk kritik dan saran yang dapat menyempurnakan hasil penelitian ini
sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat
berguna bagi kita semua. Aamiin.
Banjarbaru, Oktober 2011
Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP
3
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA........................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. Illegal logging ........................................................................................ 4
B. Penanganan Illegal logging .................................................................... 5
C. Metode Zopp ......................................................................................... 9
III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 12
A. Letak dan Luas ...................................................................................... 12
B. Keadaan Biofisik ................................................................................... 12
C. Keadaan Sosial Ekonomi Budaya ......................................................... 14
D. Sarana dan Prasarana Ekonomi ............................................................. 15
IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 16
A.Waktu dan Tempat penelitian ................................................................. 16
B. Peralatan Penelitian ............................................................................... 16
C. Obyek Penelitian ................................................................................... 16
D. Metode Penelitian ................................................................................. 16
F. Pengolahan dan Analisis data ............................................................... 17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 21
A. Kegiatan Penanganan Illegal logging ................................................... 21
B. Masalah Inti .......................................................................................... 21
4
VI. PENUTUP ................................................................................................ 39
A. Kesimpulan ........................................................................................... 39
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 41
5
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Program Kegiatan Penetapan Kondisi Penanganan Illegal Logging ........ 5
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kahelaan ...................................... 23
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar .................................... 31
6
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Analisis Permasalahan .............................................................. 10
2. Diagram Analisis Tujuan ........................................................................ 11
3. Skema Masalah Inti Sebab - sebab Dampak Pasca Operasi
illegal logging ........................................................................................... 17
4. Skema Maslaah Inti Akibat - akibat Dampak Pasca Operasi
illegal logging .......................................................................................... 18
5. Skema Upaya - upaya serta tujuan dari dampak pasca operasi
illegal logging ........................................................................................... 19
6. Skema hasil Masalah Inti Sebab - sebab Dampak Pasca Operasi
illegal logging ........................................................................................... 19
7. Skema hasil Maslaah Inti Akibat - akibat Dampak Pasca Operasi
illegal logging ........................................................................................... 28
8. Skema hasil upaya-upaya serta tujuan/sasaran yang ingin dicapai
dari dampak operasi illegal logging ........................................................ 34
7
RINGKASAN
Usaha Penanganan Dampak Pasca Operasi Illegal Logging di Wilayah Kecamatan
Sungai Pinang Kabupaen Banjar (Studi Kasus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
masalah inti dari Dampak Pasca Operasi Illegal Logging di wilayah Kecamatan Sungai
Pinang Kabupaten Banjar dan mengetahui upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam
rangka penanganannya, dengan analisis diagram pohon yang diadopsi dari Zopp meliputi
analisis alternatif.
Berdasarkan analisis, masalah inti dari Upaya-upaya penanganan dampak pasca
operasi Illegal Logging adalah kecenderungan masyarakat untuk tetap melakukan Illegal
Logging yang semakin tinggi. Sebab-sebab permasalahan terbagi atas 2 (dua) yaitu faktor
didalam masyarakat yang terdiri dari : Rendahnya pendapatan masyarakat, terbatasnya
modal masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah dan masih
tingginya ketergantungan masyarakat pada hutan. Faktor diluar masyarakat yang paling
berperan yang menyebabkan kecenderungan masyarakat melakukan Illegal Logging yaitu
: tingginya permintaan kayu, kurangnya sosialisasi terhadap peraturan perundang-
undangan mengenai Illegal Logging dan tidak adanya tata batas kawasan hutan yang
jelas.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari segi sosial ekonomi dan budaya seperti :
adanya anggapan mencuri kayu tidak melanggar hukum, kerawanan pangan karena
ladang tidak dikelola lagi dan ketegangan antara masyarakat dengan aparat-aparat. Akibat
- akibat yang ditimbulkan dari segi lingkungan sumber daya alam terbagi atas :
Deforestasi hutan yang tinggi dan bertambahnya lahan kritis dan tandus.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor di dalam masyarakat
yaitu : meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan modal masyarakat,
meningkatkan pendidikan masyarakat dan menurunkan ketergantungan hidup pada hutan.
Upaya-upaya yang dapat mengatasi faktor diluar masyarakat yaitu : mengurangi
permintaan kayu, meningkatkan sosialisasi terhadap peraturan perundang-undangan
mengenai Illegal Logging dan membuat tata batas kawasan hutan yang jelas bagi
masyarakat yang tinggal di dalam kawasan hutan negara.
Key words : Illegal Logging , Studi Kasus, permintaan kayu, Dampak, Perlindungan
8
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan hutan di Indonesia dewasa ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak
baik di dalam negeri maupun masyarakat internasional. Proses degradasi sumber daya
lahan dan hutan berupa penurunan fungsi lahan di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS)
terus berlangsung dengan cepat. Kerusakan tersebut disebabkan salah satunya oleh illegal
logging. Praktek illegal logging merupakan sebuah aktivitas pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan dan masyarakat pendatang, baik dalam
perspektif hukum adat (terjadi di kawasan hutan adat). ( Dinas Kehutanan, 2004 )
Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat (Baplanhut, 2000) laju deforestasi tahun
1985 s/d 1997 sebesar 1,6 juta Ha per tahun (tidak termasuk Jawa, Bali, NTB, NTT,
Maluku dan Irian Jaya). Laju deforestasi tahun 1997 s/d 2000 adalah 2,83 juta Ha per
tahun di kawasan hutan dan 0,68 juta Ha di luar kawasan hutan. Selain mengakibatkan
peningkatan laju kerusakan hutan yang sangat merugikan, diperkirakan kerugian negara
akibat praktek illegal logging mencapai 30 trilyun rupiah per tahun. ( Dinas Kehutanan,
2004 )
Mata rantai praktek illegal logging pada umumnya melibatkan tiga kelompok
pelaku, yaitu pemilik modal, oknum aparat pemerintahan dan masyarakat, baik
masyarakat lokal maupun pendatang. Umumnya, modus operasi praktek illegal logging
tersebut memanfaatkan masyarakat lokal maupun pendatang yang dilakukan secara
sendiri-sendiri atau terorganisir yang pada umumnya membutuhkan uang dan dilakukan
secara terus menerus sehingga membentuk sikap mental yang tanpa sadar melanggar
hukum. ( Dinas Kehutanan, 2004 )
Adanya operasi illegal logging di beberapa propinsi maka dipandang perlu untuk
melakukan rehabilitasi kawasan hutan, dan pembinaan dalam rangka pemberdayaan
9
ekonomi masyarakat. Untuk mengetahui gambaran perubahan kondisi pasca operasi
illegal logging maka perlu dilakukan inventarisasi dampak yang salah satu diantaranya
adalah berkaitan dengan masalah sosial ekonomi masyarakat terkait operasi tersebut. (
Dinas Kehutanan, 2004 )
B. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang terkait
dengan kondisi dari rencana penanganan dampak pasca operasi illegal logging,
melakukan analisis upaya-upaya yang mungkin dapat dilakukan.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
bahan pertimbangan bagi instansi terkait untuk menentukan kebijaksanaan dalam rencana
penanganan dampak pasca operasi illegal logging.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Illegal logging
Gangguan keamanan hutan yang sering terjadi dari aktivitas masyarakat meliputi
penebangan liar dan peredaran dari hasil hutan tanpa dokumen, perambahan kewasan
hutan.
Pengertian penebangan liar (Illegal logging) menurut Dinas Kehutanan (2001)
mencakup :
1. Penebangan pohon-pohon hutan, baik oleh perorangan maupun oleh badan hukum
untuk keperluan komersial, tanpa perijinan yang ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan.
2. Penebangan pohon-pohon hutan baik oleh perorangan maupun oleh badan hukum
dengan ijin yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan, akan tetapi lokasi
atau jumlah maupun jenisnya melebihi atau tidak sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam ijin.
3. Pengangkutan dan peredaran hasil hutan kayu tanpa dilindungi atau disertai dengan
dokumen angkutan yang sah sesuai dan memadai.
B. Penanganan Ilegal logging
Tabel 1. Program kegiatan penetapan kondisi penanganan illegal logging
No Upaya / tindakan
1.
2.
3.
Seluruh kawasan konservasi dan lindung bebas dari illegal logging dan
penebang liar
Berfungsinya pos-pos penjagaan untuk mengendalikan penebangan kayu
secara nasional.
Terbentuknya sistem pemberantasan illegal logging secara lintas sektoral
yang dapat berfungsi secara efektif.
Sumber : Departemen kehutanan
11
Selain membuat perundang-undangan penebangan kayu secara liar, Departemen
Kehutanan juga menetapkan kegiatan penetapan kondisi pemberantasan illegal logging
sebagai salah satu kebijaksanaan prioritasnya di hutan 2005 – 2009 kebijaksanaan ini
dimaksudkan untuk menetapkan koordinasi lintas sektoral dan pemerintah daerah
memerangi illegal logging serta penanggulangan bahaya kebakaran hutan.
1. Menurut Soni P (2001), langkah penanganan dan penanggulangan penebangan kayu
secara liar adalah :
a. Langkah penanganan dan penanggulangan penebangan kayu secara liar diperoleh dan
direncanakan berdasarkan eksistensi hutan, proses terjadinya penebangan kayu secara
liar keberadaan setiap unsur penebangan kayu secara liar dan utamanya, strategi dan
tujuan setiap upaya yang diproyeksikan.
b. Pola pikir penetapan bentuk perlakuan penanganan dan penanggulangan
penambangan kayu secara liar ialah :
(1) Penebangan kayu secara liar dan pasar merupakan dua hal yang sering berkorelasi,
keduanya merupakan hubungan ekonomis dalam kaidah penawaran (supplay) dan
permintaan (demand).
(2) Mengingat penebang kayu secara liar mencakup masalah pengelolaan hutan
(ekologi), maka disamping dilihat dari kacamata ekonomi, penebangan kayu secara
liar harus juga dilihat dari sudut pandang konservasi yang sekaligus dapat
dikelompokkan sebagai suatu permasalahan sosial khususnya yang berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan hidup maupun kualitas hidup itu sendiri.
c. Dari cara memandang dan pola pikir tersebut, bentuk-bentuk penanganan dan
penanggulangan penebangan secara liar dijelaskan sebagai berikut :
(1) Tindakan prefentif berupa pemutusan jalur edar kayu hasil penebangan kayu secara
liar
12
a. Tindakan pemegang hukum yang bersifat represif, merupakan tindakan pemegang
hukum yang telah dilaksanakan selama ini dengan mensiasati adanya sangsi pada
UU No. 5 tahun 1990 dan UU No. 41 Tahun 1999.
b. Dengan strategi pemanfaatan desentralisasi pemerintah daerah berupaya
memberantas penebangan kayu secara liar dan telah melaksanakan pertemuan
Muspida propinsi Kalimantan Selatan dengan seluruh wakil-wakil komponen
masyarakat pada tanggal 30 Januari 2001 untuk membahas penanggulangan
penebangan kayu secara liar dan pertambangan tanpa ijin (PETI).
c. Sesuai dengan tingkat permasalahan yang berkembang saat ini maka
penanggulangan penebangan kayu secara liar ditingkatkan menjadi langkah
pemberantasan.
d. Pemberantasan kegiatan penebangan kayu secara liar dilakukan melalui lokasi
tebangan, jalur edar dan pengangkutan kayu (darat, sungai, penyeberangan dan
laut), sedangkan alat mendukung yang digunakan dalam kegiatan penebangan
kayu secara liar (antara lain gergaji rantai, alat berat, truck, kapal perahu dll).
e. Pemberantasan dilakukan aparat fungsional terkait sesaui tugas pokok dan fungsi
masing-masing (jika menyangkut tebangan liar oleh institusi kehutanan), yang
secara operasional dipantau, diawasi dan dikoordinasikan oleh tim pemberantasan
yang dibentuk.
f. Dengan demikian salah satu pengaturan dalam pemberantasan kegiatan
penebangan kayu secara liar adalah penciptaan situasi dan kondisi melalui
kerjasama antara instansi sehingga memungkinkan dapat dilaksankan optimalisasi
penerapan ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan penebangan,
pengangkutan dan peredaran kayu secara utuh, salah satu contoh dari langkah ini
adalah pendirian pos terpadu dipelabuhan dengan kewenangan memadai.
13
(2) Tindakan prefentif memberdayakan langsung penebangan kayu secara liar
a. Gagasan (wacana) pemberian wadah usaha bagi penebangan kayu secara liar
didasari kesempatan perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang
Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yaitu pemanfaatan kawasan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan hutan, pemanfaatan hasil hutan dan pemungutan
hasil hutan.
b. Pembentukan wadah usaha ini diharapkan secara simultan dapat melibatkan
pemodal yang sebelumnya diidentifikasikan menjadi sponsor penebangan kayu
secara liar (pemilik Sawmill liar) dengan bentuk badan yang memadai baik skala
kecil maupun skala menengah besar.
c. Perlu adanya diversifikasi usaha dikawasan hutan dengan demikian usaha yang
pemanfaatan dan pemungutan kayu, namun perlu diperluas melalui usaha lainnya,
khususnya pemanfaatan kawasan hutan dan pemanfaatan jasa lingkungan hidup.
d. Perlu meningkatkan profesionalisme pengamanan hutan, baik terhadap
kemampuan para polisi kehutanan maupun kelengkapan sarana prasarananya,
penyediaan penyidik pegawai negeri sipil merupakan langkah yang mendesak
agar proses penanganan masalah-masalah penebangan kayu secara liar dengan
cepat dapat dilakukan secara utuh dan tuntas
(3) Tindakan preventif berupa pemberian wadah usaha bagi penebangan liar adalah:
1. Para pengelola HPH umumnya telah bekerjasama dengan instansi terkait
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekita hutan.
2. Membuat dan memasang papan peringatan/papan himbawan yang berkaitan
dengan perlindungan hutan pada tempat-tempat strategis.
14
3. Melaksanakan program pemberian masyarakat desa hutan berupa kerajinan dan
keterampilan/industri rumah tangga, pembuatan demplot usaha pertanian
menetap, bantuan modal dan lain-lain.
4. Bekerjasama dengan unsur–unsur Jagawana, Polri, Kodim melaksanakan patroli
razia kayu hasil kegiatan penebangan kayu secara liar.
C. Metode Zopp
Zopp adalah metode perencanaan proyek di kembangkan oleh Deutsche
Gesellschaft Fur Technische Zusommnarbeit (GTZ), dan digunakan untuk perencanaan
proyek–proyek kerjasama teknis Republik Federal Jerman dengan Negara-negara mitra.
Metode zopp berasal dari bahasa Jerman, Zopp (tujuan) Orientierte (berorientasi) Project
(proyek) dan Planung (perencanaan) yang berarti metode perencanaan proyek yang
berorientasi pada tujuan.
Zopp merupakan seperangkat alat–alat perencanaan yang digunakan secara
bertahap dari analisis keadaan hingga rancangan proyek. Salah satunya alat-alat zopp
adalah analisis keadaan yaitu :
1. Analisis Permasalahan
2. Analisis Tujuan
Analisis tujuan adalah suatu alat untuk meneliti tujuan-tujuan yang akan dicapai
sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah yang telah disebutkan dalam analis
permasalahan, menelaah hubungan tindakan - hasil diantara tujuan-tujuan tersebut
maupun rangkaian informasi sebagai Rangkaian hubungan tindakan-Hasil dalam suatu
diagram
15
3. Analisis Alternatif
Analisis alternatif merupakan tata cara untuk melakukan beberapa pilihan
(alternatif) hubungan – hasil (Rangkaian tujuan) dari analisis tujuan yang mengarah pada
suatu keadaan tertentu yang diinginkan (tujuan), menilai masing-masing alternatif untuk
mengetahui apakah rangkaian tujuan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan strategi proyek, memilih salah satu rangkaian tujuan.
16
IV. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan, lokasi penelitian berada di desa
Kahelaan Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
B. Obyek penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Kahelaan Kecamatan Sungai
Pinang Kabupaten Banjar khususnya anggota masyarakat sekitar hutan yang pernah
melakukan pencurian kayu.
C. Peralatan Penelitian
Peralatan yang dibutuhkan :
1. Peta lokasi penelitian, untuk mengetahui lokasi penelitian
2. Kuisioner/lembar pertanyaan, untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
responden, informan ataupun instansi/aparat terkait
3. Alat tulis-menulis dan alat hitung
17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan Penanganan Illegal logging.
Tahap penanganan illegal logging pada Desa Kahelaan dititik beratkan pada
peningkatan pengetahuan masyarakat dengan sosialisasi dan penyuluhan tentang
kehutanan yang berkaitan dengan illegal logging, cara mengelola lahan dan pemanfaatan
hasil hutan kayu maupun non kayu.
Penanganan illegal logging yang dilakukan oleh aparat-aparat kehutanan sampai
pada tahap peningkatan masyarakat dengan cara memberikan konfensasi kegiatan yang
bisa menghidupi masyarakat seperti melakukan penebangan kayu melalui Hutan
Kemasyarakatan (HKM), Hutan Rakyat (HR), Kelompok Usaha Produktif (KUP), aneka
usaha kehutanan maupun diluar sektor kehutanan seperti pertanian dan perkebunan
dengan pemberian penyuluhan bagaimana cara mengelola lahan yang tandus dan kering
dan juga dilibatkannya masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan dalam bentuk
PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dengan pola-pola yang sesuai dengan
kondisi setempat atau kondisi lingkungan yang ada.
B. Masalah Inti
Berdasarkan observasi, wawancara, pemantauan dan data-data di
lapangan, terdapat beberapa permasalahan yang cukup banyak dan beragam. Namun bila
diamati lebih seksama dan lebih rinci, maka yang diangkat menjadi masalah inti adalah
″adanya kecendrungan masyarakat untuk tetap melakukan illegal logging semakin
tinggi″.
18
Secara rinci hasil analisis masalah inti dari kecendrungan masyarakat untuk tetap
melakukan illegal logging di desa Kahelaan kecamatan sungai pinang dapat dilihatkan
pada gambar skema berikut :
MASALAH INTI SEBAB – SEBAB
Gambar 6 : Skema masalah inti dari sebab-sebab kecendrungan masyarakat desa
Kahelaan kecamatan Sungai Pinang untuk tetap melakukan Illegal
logging
1. Akibat-akibat yang ditimbulkan dari adanya rencana penanganan dampak pasca
operasi illegal logging.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) yaitu keadaan Sosial Ekonomi Budaya dan keadaan lingkungan sumber
daya alam.
Kecendrungan penduduk
untuk tetap melakukan
illegal logging semakin
tinggi
Faktor dalam
Faktor luar
Rendahnya pendapatan masyarakat
Terbatasnya modal masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat yang
relatif rendah
Masih tingginya ketergantungan hidup
pada hutan
Tingginya permintaan kayu
Kurangnya sosialisasi terhadap peraturan
perundang-undangan mengenai illegal
logging
Tidak adanya tata batas kawasan hutan
yang jelas bagi masyarakat yang tinggal
di dalam kawasan hutan negara
19
Secara rinci analisis permasalahan dari kecendrungan masyarakat desa Kahelaan
kecamatan Sungai Pinang untuk tetap melakukan illegal logging di perlihatkan pada
gambar skema berikut :
MASALAH INTI AKIBAT - AKIBAT
Gambar 7 : Skema hasil masalah inti dari akibat-akibat kecendrungan masyarakat desa
Kahelaan Kecamatan Sungai Pinang untuk tetap melakukan illegal logging.
2. Upaya-upaya penanganan
Kecendrungan
penduduk untuk tetap
melakukan illegal
logging semakin tinggi
Sosial
Ekonomi dan
budaya
Lingkungan
SDA
Kerawanan pangan karena ladang tidak
dikelola lagi
Adanya anggapan mencuri kayu tidak
melanggar hukum
Ketegangan antara masyarakat dengan
aparat
Deforestasi hutan yang tinggi
Bertambahnya lahan kritis dan tandus
20
Agar rencana dampak penanganan pasca operasi illegal logging tidak pada
kondisi dan situasi yang kurang menguntungkan maka setiap upaya untuk memperbaiki,
mencegah maupun mengulanginya harus bertujuan utama memecahkan permasalahan
dari illegal logging oleh karena itu seluruh kondisi negatif sebagai penyebab
permasalahan harus diubah menjadi kondisi positif, maka ;
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor di dalam masyarakat
yaitu :
1) Meningkatkan pendapatan masyarakat
Peningkatan pendapatan masyarakat dilakukan dengan cara memberikan bantuan
modal dalam bentuk pemberian bantuan bibit tanaman pertanian dan kehutanan yang
nantinya dapat dikelola oleh masyarakat desa Kahelaan, hasil dari tanaman
pertanian/kehutanan tersebut dapat digunakan oleh masyarakat desa tersebut sehingga
kebutuhan seperti sandang dan pangan dapat dipenuhi dari hasil bertani/bercocok tanam.
Masyarakat umumnya sudah melakukan pertanian menetap namun dengan modal
usaha dan teknologi yang rendah sehingga hasil produksi yang dihasilkan hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Dengan adanya binaan dari Dinas
kehutanan masyarakat sudah mulai melakukan variasi tanaman seperti tanaman jati,
tanaman obat-obatan seperti jahe, kunir dan kencur yang terbukti bisa memberikan nilai
bagi petani.
2) Meningkatkan modal masyarakat
Peningkatan modal masyarakat dilakukan dengan cara pemberian pengarahan
tentang keterampilan dan kemampuan berwirausaha serta mencarikan terobosan-
terobosan baru bagi pemasaran hasil produksi pertanian sehingga produk yang dihasilkan
tidak hanya dikonsumsi masyarakat lokal saja tapi juga keluar daerah dengan harga yang
menguntungkan. Mengikut sertakan masyarakat dalam mengelola berbagai kegiatan
21
kehutanan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan yaitu diantaranya hutan kemasyarakatan
(HKM), Hutan Rakyat, kebun bibit desa (KBD) dan kelompok usaha produktif yang
nantinya masyarakat desa dapat mengelola hasil hutan kayu maupun non kayu tanpa
merusak lingkungan sumber daya alam yang ada.
3) Meningkatkan pendidikan masyarakat
Peningkatan pendidikan masyarakat dilakukan dengan cara membangun sarana
dan prasarana seperti sekolahan baik itu sekolah tingkat SD, SMP maupun SMA disini
diperlukan perhatian dari pemerintah daerah terhadap pembangunan masyarakat desa
sekitar hutan. Baik itu dalam bentuk bantuan-bantuan dana yang nantinya dapat
digunakan oleh masyarakat desa untuk membangun sarana dan prasarana penunjang
pendidikan. Peningkatan pendidikan bisa juga dilakukan dengan cara pemberian kursus-
kursus/penyuluhan mengenai keterampilan berwira usaha yang nantinya dapat
dikembangkan dalam mencari terobosan baru bagi pemasaran hasil produksi pertanian.
4) Mengurangi ketergantungan hidup pada hutan
Mengurangi ketergantungan hidup pada hutan dilakukan dengan cara
meningkatkan kegiatan disektor pertanian dengan bermacam-macam jenis tanaman
pertanian/perkebunan sehingga dapat meningkatnya kemampuan untuk berusaha dalam
sektor pertanian sehingga masyarakat yang mulanya hidup dari hutan tidak lagi
tergantung dari hasil hutan kayu maupun non kayu, sehingga hasil-hasil produksi
pertanian yang dihasilkan masyarakat dapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
Kemudian upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor diluar
masyarakat yaitu :
1) Mengurangi permintaan kayu
Untuk membuat rendahnya permintaan kayu dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan tentang penguatan nilai-nilai budaya strategis yang relevan dengan
22
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan wawasan
masyarakat terhadap pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat, yang nantinya
masyarakat desa Kahelaan dapat benar-benar mengelola lahan yang digunakan untuk
bertani/bercocok tanam baik itu tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan sehingga
masyarakat desa Kahelaan hanya fokus pada pekerjaan bertani. Membuat pos-pos
penjagaan diluar pintu masuk kawasan hutan dengan mempertegas peraturan perundang-
undangan mengenai illegal logging sehingga dapat mengurangi peredaran kayu curian
dan juga melaksanakan Instruksi Presiden nomor 4 tentang pemberantasan kayu secara
illegal di kawasan hutan dan peredarannya diseluruh Republik Indonesia.
2) Meningkatkan sosialisasi terhadap peraturan perundang-undangan mengenai
illegal logging.
Peningkatan kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat desa Kahelaan
berupa pemberitahuan tentang peraturan undang-undang mengenai illegal logging yang
dilakukan secara bertahap sehingga masyarakat desa kahelaan dapat mengerti/memahami
bahwa melakukan illegal logging tersebut melanggar hukum dan bisa ditindak pidana,
melakukan sosialisasi secara terus-menerus dan memberikan pandangan tentang bahaya
yang ditimbulkan dari illegal logging bagi lingkungan sumber daya alam yang ada
didesa tersebut. Apabila ada masyarakat yang tidak peduli dengan sosialisasi tersebut
maka dilakukan pemberitahuan secara tegas oleh aparat-aparat kehutanan mengenai
peraturan undang-undang masalah illegal logging baik itu undang-undang 41 maupun
Intruksi Presiden Nomor 4 tentang pemberantasan penebang kayu secara illegal
dikawasan hutan dan peredarannya diseluruh Republik Indonesia.
3) Membuat tata batas kawasan hutan yang jelas bagi masyarakat yang tinggal
didalam kawasan hutan negara.
23
Pembuatan tata batas kawasan hutan yang jelas bagi masyarakat sehingga tidak
terjadi konplik pemanfaatan lahan dimana masyarakat yang tinggal di dalam kawasan
hutan negara akibat tata batas yang tidak jelas sehingga perlu di carikan solusi bagi
masyarakat tersebut seperti melakukan tata batas kawasan hutan secara temu galang
sehingga masyarakat mengetahui batas-batas yang pasti dari kawasan hutan yang ada dan
juga membentuk suatu lembaga masyarakat desa hutan yang nantinya dapat mengatur
masyarakat dalam mengelola hutan sehingga tidak terjadi lagi perebutan tata batas
kawasan hutan antar masyarakat.
Secara skematis gambar upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penanganan illegal logging di desa kahelaan kecamatan Sungai Pinang kabupaten Banjar
dan tujuan-tujuan yang diharapkan dari adanya rencana penanganan dampak pasca
operasi illegal logging.
24
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa kesimpulan dari masalah
penanganan dampak pasca operasi illegal logging di desa Kahelaan kecamatan Sungai
Pinang yaitu :
1. Masalah inti pada kegiatan ini adalah kecendrungan masyarakat untuk tetap
melakukan illegal logging.
2. Penyebab dari masalah inti dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu faktor dalam
masyarakat (intenal factor) dan faktor diluar masyarakat (external factors)
a.) Faktor di dalam masyarakat terdiri dari : rendahnya pendapatan masyarakat,
terbatasnya modal masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah,
masih tingginya ketergantungan hidup pada hutan
b.) Faktor di luar masyarakat terdiri dari : tingginya permintaan kayu, kurangnya
sosialisasi terhadap peraturan perundang undangan mengenai illegal logging, tidak
adanya tata batas kawasan hutan yang jelas bagi masyarakat yang tinggal dalam
kawasan hutan negara.
3. Lingkungungan masyarakat itu sendiri, pada perinsipnya terdapat dua akibat yang
relevan yaitu :
a.) Sosial ekonomi dan budaya terdiri dari : adanya anggapan mencuri kayu tidak
melanggar hukum, karawanan pangan karena ladang tidak di kelola lagi, ketegangan
antara masyarakat dengan aparat.
b.) Lingkungan SDA (sumber daya alam) terdiri dari : deforestasi hutan yang tinggi,
bertambanya lahan kritis dan tandus.
25
4. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor didalam masyarakat yaitu
:meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan modal masyarakat,
meningkatkan pendidikan masyarakat, mengurangi ketergantungan hidup pada hutan.
5. Upaya-upaya yang dapat mengatasi faktor di luar masyarakat yaitu : mengurangi
permintaan kayu, meningkatkan sosialisasi terhadap peraturan perundang-undangan
mengenai illegal logging, membuat tata batas kawasan hutan yang jelas bagi
masyarakat yang tinggal dalam kawasan hutan negara.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dinas kehutanan dan perkebunan Hulu Sungai Selatan, 2001. peningkatan penerapan
Adopsi Hutan sebagai solusi alternatif pengendalian penebangan Hutan secara
luar dalam Susanto, Quo Vadis proseding lokakarya penertiban penebangan liar di
Kalimantan Selatan. Studi kelompok (HMI) Kalimantan. Banjarbaru. Halaman 51
sampai halaman 56.
Ismail, N. 2001. upaya penanggulangan masalah penebang liar Susanto. Quo vadis,
proseding lokakarya penertiban penebang liar di Kalimantan Selatan, kelompok
(HMI) Kalimantan, Banjarbaru. Halaman 1 sampai 4.
Soni. P. 2001. penanggulangan tebangan liar dalam Susanto Quo vadis, proseding
lokakarya penertiban penebangan liar di Kalimantan Selatan. Kelompok Studi
(HMI) Kalimantan, Banjarbaru, Halaman 5 sampai halaman 17.
Susanto. H. 2001. Quo Vadis penertiban Illegal logging dalam proseding lokakarya
penertiban penebang kayu secara liar di Kalimantan Selatan.
Endarjanto, 2001. upaya penanggulangan masalah penebangan liar di Kalimantan
Selatan.
Akhdiyat. M. 2004. bahan kuliah Humas. metode zoop, suatu metode perencanaan yang
dikembangkan oleh DEUTSCHE GESEILHAFT FUR TECHNISCHE
ZUSAMMENARBEIT (GTZ)
27