19
LAPORAN PRAK. JARINGAN TELEKOMUNIKASI “PENGUKURAN TAHANAN TANAH” KELOMPOK 4 JTD-3B JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG Jalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141 Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420 ANGGOTA : ISA MAHFUDI (NIM. 1141160018) M. MULYO NUGROHO (NIM. 1141160014) NOVREDO ALIFIAN (NIM. 1141160008) RIZKIYAH AN NAAFI (NIM. 1141160036)

Laporan Pengukuran Tahanan Tanah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Praktikum 1

Citation preview

LAPORAN

PRAK. JARINGAN TELEKOMUNIKASI

“PENGUKURAN TAHANAN TANAH”

KELOMPOK 4

ISA MAHFUDI

NIM. 1141160018

JTD-3B

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

Jalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141

Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420

NAMA : ISA MAHFUDI

NIM : 1141160018

KELAS / Abs : JTD-2A / 13

KELOMPOK : 6

ANGGOTA :

ISA MAHFUDI (NIM. 1141160018)

M. MULYO NUGROHO (NIM. 1141160014)

NOVREDO ALIFIAN (NIM. 1141160008)

RIZKIYAH AN NAAFI (NIM. 1141160036)

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mengetahui dan memahami sistem pentanahan

2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah

3. Dapat mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah

1.2 TEORI DASAR

1.2.1 Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem

pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai

sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center

menjadi salah satu unsur penting dalam data center karena memberikan

kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk data center

tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002

dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for

Powering and Grounding Electronic Equipment.

(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan)

Gambar 1. Teknik Grounding

(http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-pentanahan-grounding.html)

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 2

Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan

dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan

isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat

menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut

dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan.

Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu

sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu

peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan

perhatian yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan

dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum

atau awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan

nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk

diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem suatu

sistem pentanahan tersebut.

Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk

menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap

permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus

listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari

adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang

efektif akan meminimalkan efek tersebut.

Gambar 2 . Kutub Tanah.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 3

Keterangan

a) Kutub tanah merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah dengan

tujuan menghubungkan listrik dengan tanah.

b) Hantaran tanah merupakan penghantar yang menghubungkan kutub tanah

dengan terminal induk tanah. Hantaran tanah ini terbuat dari kawat

tembaga terbuka (open wire) berpilin berukuran minimal 50 mm persegi.

c) Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan,

sebagai penghubung hantaran tanah dan distribusi induk tanah. Terminal induk

ini berbentuk lempeng tembaga, panjang sekitar 40 cm, dipasang dalam

handhole,

d) Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang

menghubungkan terminalinduk tanah dengan terminal cabang tanah.

Penghubung ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin ukuran minimal

50 mm persegi.

e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar

mengelilingi dinding gedung sebelah dalam, (ditanam dibawah lantai)

menghubung antara distribusi induk tanah dan distribusi cabang tanah. Terminal

ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin dengan ukuran minimal 35 mm

persegi.

f) Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang

menghubungkan terminal cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi. la

terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin dengan ukuran minimal 10 mm

persegi.

g) Pengaman tambahan sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat

berfungsi lebih baik dan anda.

Sistem pentanahan pada dunia telekomunikasi sangat erat kaitannya. Teknik

sistem pentanahan di teknologi telekomunikasi untuk dapat melindungi perangkat

telekomuniasi terhadap tegangan listrik tinggi yang berasal dari luar (petir) dan

untuk dapat beroperasi secara aman. Adapaun yang akan di-groundingkan perangkat

atau alat pada perangkat telekomunikasi yakni :

1) MDF/RPU, RK dan KP

2) Ujung-ujung kawat penggantung dan pelindung elektris kabel udara.

3) Ujung kawat terbuka pada tiang tambat akhir melalui pengaman tambahan.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 4

4) Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah.

5) Perangkat GPA (Gass Pressure Alarm).

6) Perangkat pelanggan.

7) Telepon umum.

Pentanahan pada RPU (rangkaian pembagi utama) biasanya menjadi satu

dengan pentanahan gedung dan perangkat telekomunikasi lainnya. Syarat

besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat telekomunikasi biasanya

maksimum 3 ohm. Sedangkan untuk gedung telekomunikasi maksimum 5

ohm.

Khusus pentanahan untuk jaringan kabel berlaku persyaratan berikut, antara lain

1) Setiap RK dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 3 buah,

masing- masingnya panjang 200 cm dengan jarak minimal 10 m;

Gambar 3. Pentanahan Rumah Kabel

Setiap Kotak Pembagi (KP), berpengaman dihubungkan dengan kutub tanah batang

sebanyak 1 buah panjang 200 cm.

Gambar 4. Pentanahan di rumah pelanggan.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 5

2) Di ujung pelanggan saluran penanggal atas tanah yang jaraknya kurang

lebih 1 km pada daerah terbuka yang rawan petir, dihubungkan dengan

kutub tanah batang sebanyak 1 buah panjang 200 cm melalui pengaman;

3) Pada titik alih saluran penanggal kawat telanjang dengan

saluran rumah pelanggan dihubungkan dengan kutub tanah batang

sebanyak 1 buah panjang 200 cm, melalui pengaman.

1.2.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :

1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke

peralatan yang ditanahkan.

2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.

3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.

4. Tahanan jenis tanah (ρ).

Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan namun tahanan

kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai

impedansi yang tinggi terhadap impuls (arus) frekuensi tinggi misalnya pada

saat terjadi sambaran petir. Untuk menghindari hal itu, maka penyambungan

diusahakan dibuat sependek mungkin. Hal yang memberikan pengaruh

terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah (ρ), tahanan jenis tanah

memiliki pengaruh yang sangat dominan terhadap pentahanan, sehingga

memperhatikan tahanan jenis tanah itu sendiri dalam mentanahkan.

Tahanan Jenis Tanah (ρ)

Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang

hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus

dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan

tergantung pada beberapa faktor :

1. sifat geologi tanah

2. Komposisi zat kimia dalam tanah

3. Kandungan air tanah

4. Temperatur tanah

5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 6

1. Sifat Geologi Tanah

Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.

Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat

umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan

quartz bersifat sebagai insulator.

Tabel 1. Menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.

No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah

(ohm.meter )

1. Tanah yang mengandung air

garam

5 – 6

2. Rawa 30

3. Tanah liat 100

4. Pasir Basah 200

5. Batu-batu kerikil basah 500

6. Pasir dan batu krikil kering 1000

7. Batu 3000

(sumber : http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-pentanahan)

2. Komposisi Zat – Zat Kimia Dalam Tanah

Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat

organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan

pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya

mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang

terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk

memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda

pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

3. Kandungan Air Tanah

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan

tahanan jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan

20%.

Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 7

kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah

naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%

pengaruhnya sedikit sekali.

4. Temperatur Tanah

Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil

terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah

tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga

faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

Hal – hal lain yang mempengaruhi tahanan jenis tanah

1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran

mudah didapatkan.

2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan

sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam

maka arus petir semakin mudah menghantarkan.

3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah

menghantarkan.

4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit

untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini

air dan mineral akan mudah hanyut.

1.2.3 Jenis Elektroda Pentanahan

Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem

pentanahan yaitu :

1. Elektroda Batang

2. Elektroda Pelat

3. Elektroda Pita

Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun

multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

Elektroda Batang

Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam

vertikal di dalam tanah.Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 8

atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar

terhindar dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi.

Ukuran Elektroda :

- diameter 5/8 ” - 3/4 ”

- Panjang 4 feet – 8 feet

Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun

untuk pemakaian pentanahan yang lain.

Gambar 5. Elektroda Batang

Lektroda Pelat

Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi

panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam

tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara

horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara

vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

Gambar 6. Elektroda Pelat

Elektroda pita

Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga

kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet.

Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan

jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami

kekeringan.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 9

Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis

tanah makin tinggi dengan kedalaman.

Gambar 7. Elektroda Pita

1.2.4 Pengukuran Tahanan Tanah

Pengukuran tahanan tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi dari

sistem pentanahan, baik untuk pentanahan yang baru selesai dibangun

maupun yang sudah lama dipasang sebagai upaya pemeliharaan preventif,

yang dapat berlanjut kepada perbaikan bila pentanahan sudah melebihi

standar yang berlaku. Pada hasil pengukuran tahanan tanah yang dilakukan,

dapat dianalisa hasil pengukuran dengan standart tahanan tanah. Standart

kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan

sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik).

Material grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau

kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding yang di tanam

ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.

Teknik pengukuran tahanan tanah yakni :

Namun dalam laporan praktikum ini kita kemukakan dua macam

cara pengukuran yang biasa dilakukan, yaitu dengan menggunakan

amperemeter dan voltmeter, yang disebut juga dengan metode Fall of

Potential dan cara kedua melalui pengukur tahanan tanah analog.

1. Metode Fall of Potential (melalui ampere-meter dan voltmeter),

dilakukan dengan urutan sebagai berikut.

(1) Tanamlah 2 buah kutub tanah batang penolong, yang terletak pada

satu garis lurus dengan jarak minimal antara keduanya 20

meter.Dan rangkai seperti gambar berikut.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 10

Gambar 8 . Rangakaian Metode Fall of Potential

(2 ) Amati penunjukan amperemeter dan voltmeter. Besar tahanan

pentanahan adalah:

Keterangan :

RA = tahanan sistem pentanahan A (ohm);

V = pembacaan meter pada voltmeter (volt);

I = Pembacaan meter pada amperemeter (ampere).

2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan alat pengukur tahanan tanah analog

(Earth tester)

Pengukuran hal ini pada elektroda dengan menggunakan alat ukur Earth

Tester. Standar dalam hambatan adalah 5 ohm, bila standar tersebut masih

belum bisa didapatkan maka ditambahkan dengan jarak 2 panjangnya. Untuk

mendapatkan nilai resistansi(R) dari elektroda pentanahan, perlu

memperhatikan parameter - parameter yang meliputi :

1. Resistivitas tanah

2. Resistivitas air tanah

3. Dimensi elektroda pentanahan

4. Ukuran elektroda pentanahan

Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di hubungkan

dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan ketanah

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 11

dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat ukur akan menunjukan besar dari

R-tanah lihat.

Gambar 9. Pengoperasian Earth Tester

Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan ±5 Ohm.

apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan

dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias

mencapai sumber air atau R-tanah = 0.

Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12 Ω

Selanjutnya di tanam lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 Ω,

Maka besar tahanan RI diparoleh dengan R2 = 6 Ω, Karena belum

mencapai < 5 Ω, maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3) hingga

seterusnya sampai pengukuran menunjukkan nilai < 5 ohm.

Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem

Grounding, setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul

100 ohm (maks), sehingga kita diwajibkan menurunkan < 5 ohm sesuai

standar PUIL .

Gambar 9. Konsep pengukuran yang menunjukkan nilai 100 ohm

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 12

Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus

mencari Nilai 2 tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai

tahanan). Kalau 100/100=50 ohm (2 rod), 50/50=25 ohm (menjadi 4

rod), 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), 12,5/12,5=6,25 ohm (menjadi 8

rod), bila nilai tahanan masih>0 dan tahanan > 5. Maka perlu berikan tahan

kembali sehingga 6,25/6,25 = 3,125 ohm. Hasil 3,125 ohm sudah memenuhi

standar < 5 ohm. Maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan

dari 100 ohm ke 3,125 adalah 10 buah rods.

Gambar 10. Konsep pengukuran yang sesuai standar PUIL yakni <

5 ohm

Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek

kembali dengan Earth Tester sehingga nilai tahanan akan turun drastis

dan sesuai dengan standar PUIL (R < 5 ohm).

Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin

dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan

tanah yang basah. Phasa sequence tester (drivel) : alat ukur untuk

mencari urutan fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik.

1.3 ALAT

Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini yakni :

(1) Earth Tester : 1 Buah

(2) Pemaku tanah : 2 Buah

(3) kabel hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

(4) kabel Kuning +- 10 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

(5) Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 13

1.4 SKEMA RANCANGAN

Gambar 11. Skema rancangan percobaan

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur percobaan

Pada praktikum pengukuran tahanan tanah ini, tempat yang digunakan untuk

pengukuran tahanan resistansi ada pada :

1. Tower Lab. Telkom

2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT

3. Depan lab telkom

Yang diuji

Yang diuji

Yang diuji

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 15

4. Grounding Penangkal Petir Tandon

Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah

(1) Menancapkan pemaku pertama yang daerahnya telah disiram atau dibasahi

dengan air dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat grounding yang akan diukur.

Dan pemaku kedua yang daerahnya telah disiram atau dibasahi dengan air

dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat pemaku pertama.

(2) Menghubungkan kabel hijau (yang memiliki panjang + 5 meter) ke grounding

yang diukur dengan penjepit dan dihubungkan ke alat ukur earth tester pada port

yang berwarna hijau.

(3) Menghubungkan kabel warna kuning (yang memiliki panjang + 10 meter) ke

pemaku pertama dengan penjepit dan dihubungkan langsung ke alat ukur earth

tester pada pada port warna kuning.

(4) Menghubungkan kanel warna merah (yang memiliki panjang + 15 meter) ke

pemaku kedua dengan penjepit dan hubungkan langsung ke alat ukur earth

tester pada port yang berwarna merah.

Gambar 12. Skema rancangan percobaan

Yang diuji

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 16

(5) Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada earth tester

di x100 Ω. Kemdian menekan tombol “Press to tess”. Lalu mencatat hasil

pengukuran pada tabel 2.1.

(6) Mengulangi langkah 5, mengatur range switch pada earth tester di x10 Ω dan

x1 Ω. Lalu mencatat hasil percobaan pada tabel 2.1.

2.2 Hasil percobaan

Pada praktikum pengukuran resistansi tanah ini, didapatkan hasil pengukuran yang

dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hasil pengukuran resistansi tanah.

No. Lokasi Range skala pengukuran

X 100 Ω X 10 Ω X 1 Ω

1. Tower Lab. Telkom 0 0 0.37

2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT 0 0.05 0.4

3. Depan lab telkom 0.05 0.6 5.5

4. Grounding Penangkal Petir Tandon 0 0.1 0.6

2.3 Analisa data

Pada praktikum ini yang dapat dianalisa dari praktikum pengukuran tahanan

tanah adalah disetiap titik tempat pengukuran mulai dari Tower Lab. Telkom,

Grounding Penangkal Petir Lab. TT, Depan lab telkom, dan Grounding Penangkal

Petir Tandon didapatkan nilai tahanan dalamnya sangat kecil, hampir bisa dikatakan

0 Ω disetiap single grounding nya. Hal ini sudah sesuai dengan standar Peraturan

Umum Instalasi Listrik Indonesia yang mengatur bahwa standar untuk tahanan

tanah diharuskan lebih kecil sama dengan 5 Ω (R<= 5 Ω). Namun di titik lokasi

yang berada di depan lab telkom, pada saat range switch pada earth tester diubah ke

x 1 Ω mengalami kenaikkan signifikan. Yakni terukur sebesar 5,5 Ω. Hal ini dapat

disebabkan oleh kondisi dari tanah tersebut.

Hal yang dapat mempengaruhi dari tahanan tanah yakni kadar air,

mineral / garam, derajat keasaman serta tekstur dari tanah tersebut.

1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah

didapatkan.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 17

2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan

sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka

arus petir semakin mudah menghantarkan.

3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah

menghantarkan.

4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk

mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan

mineral akan mudah hanyut.

Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resistansi tanah dapat dilakukan

dengan cara mem-paralelkan sistem pentanahan. Paralel grounding dapat meningkatkan

sistem grounding. serta dapat juga dilakukan dengan cara maksimum grounding yakni

memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC.

Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi 18

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah

pengukuran tahanan tanah pada area Lab. Teknik Telekomunikasi ini sistem

pentanahan masih berkerja dengan baik. Terukur pada praktikum ini hampir

mendekati 0 Ω. Hal ini sistem pentanahan sesuai dengan standar PUIL (Peraturan

Umum Instalasi Listrik Indonesia).

Ketelitian dalam pembacaan alat ukur serta ketepatan dalam pemasangan

alat dan bahan pada waktu pengujian pentanahan memberikan pengaruh pada waktu

melakuakan pengukuran.