Upload
doandien
View
261
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENILAIAN RISIKO
INSPEKTORAT
TAHUN 2018
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Dasar Hukum .................................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup ................................................................................ 4
E. Metodologi ....................................................................................... 5
F. Sistematika Laporan ........................................................................ 5
BAB II GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT ................................................... 7
A. Organisasi........................................................................................ 7
B. Tujuan dan Sasaran....................................................................... 11
C. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................ 13
D. Program dan Kegiatan Utama ......................................................... 16
BAB III HASIL PENILAIAN RISIKO .............................................................. 19
A. Kriteria Pengukuran dan Dampak .................................................. 19
B. Register Risiko ............................................................................... 20
C. Peta Risiko ..................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 26
LAMPIRAN ................................................................................................. 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dalam rangka
mendukung gerakan reformasi birokrasi, yang sejalan dengan amanat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015 – 2020, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas telah
menyikapinya dengan berbagai kebijakan untuk mendorong
terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Governance). Sebagai langkah pertama yang telah dilakukan dalam
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 adalah
menerbitkan Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor
54 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Sebagaimana diketahui, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari pengertian di atas dapat dilihat
bahwa fondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam
organisasi yang membentuk unsur lingkungan pengendalian yang baik,
yang didukung oleh komitmen bersama serta kepemimpinan yang
kondusif untuk mencapai sasaran dan tujuan instansi pemerintah.
Unsur berikutnya dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
yaitu penilaian risiko, dimulai dengan melihat kesesuaian antara
tujuan kegiatan yang dilaksanakan instansi pemerintah dengan tujuan
dan sasaran kerja tahunannya, serta kesesuaian dengan tujuan
strategis yang ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan,
2
instansi pemerintah melakukan identifikasi atas risiko intern dan
ekstern yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
tersebut, menganalisisnya untuk mendapatkan risiko yang memiliki
kemungkinan (probability) kejadian dan dampak yang sangat tinggi
sampai dengan risiko yang sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis risiko, selanjutnya dilakukan respon atas
risiko dengan membangun kegiatan pengendalian yang tepat. Kegiatan
pengendalian dibangun dengan maksud untuk memastikan bahwa
respon risiko yang dilakukan instansi pemerintah sudah efektif.
Seluruh penyelenggaraan unsur SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan
dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus
guna perbaikan yang berkesinambungan.
Risiko mengacu pada ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian
diartikan sebagai kurangnya pengetahuan dalam menjelaskan sesuatu
atau hasilnya di masa depan, dengan banyak kemungkinan hasil,
sementara risiko adalah ketidakpastian yang kemungkinan hasilnya
akan berakibat tidak diinginkan atau mendatangkan kerugian yang
signifikan. Meskipun berkonotasi negatif, risiko bukan merupakan
sesuatu yang harus dihindari melainkan harus dikelola melalui suatu
mekanisme yang dinamakan pengelolaan (manajemen) risiko.
Dasar pemikiran pengelolaan risiko adalah bahwa setiap entitas, baik
yang berbentuk korporasi yang berorientasi laba maupun organisasi
masyarakat yang berorientasi nirlaba, serta sektor publik (badan
pemerintah, instansi pemerintah) yang berorientasi kepentingan publik
dibentuk dan dikelola untuk memberikan atau menghasilkan nilai bagi
para pemangku kepentingan (stakeholders). Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP), khususnya Bagian Ketiga pasal 13 ayat (1),
disebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan
penilaian risiko. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, pasal 13, disebutkan
bahwa penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan
kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi
3
pemerintah. Lebih lanjut, dalam PP tersebut disebutkan bahwa
penilaian risiko terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko.
Ruang lingkup identifikasi risiko mencakup langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam pelaksanaan identifikasi risiko pada sektor
publik yang terdiri atas identifikasi risiko potensial, baik risiko yang
berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal instansi
pemerintah. Namun, dalam identifikasi risiko perlu dilakukan
penetapan konteks terlebih dahulu yang terkait dengan penetapan
tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Hal ini sejalan dengan PP
Nomor 60 Tahun 2008 pasal 13 ayat (3), yang menyebutkan bahwa
dalam rangka penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat 2.1
Identifikasi Risiko 5 (1), pimpinan instansi pemerintah menetapkan (a)
tujuan instansi pemerintah; dan (b) tujuan pada tingkatan kegiatan,
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
B. Dasar Hukum
Penyelenggaraan SPIP Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas
berlandaskan atas beberapa aturan, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4890);
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Pedoman Tatacara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 7
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas (Lembaran Daerah Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2016 Nomor 52, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 53);
4
5. Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 54 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas (Berita
Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2017 Nomor 251);
6. Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 51 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta
Tata Kerja Inspektorat (Berita Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas Tahun 2016 Nomor 252);
7. Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pedoman Penilaian Risiko di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Anambas;
8. Keputusan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 292 Tahun 2017
tentang Satuan Tugas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Anambas; dan
9. Rencana Strategis Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
Tahun 2016-2021.
C. Tujuan
Tujuan Penilaian Risiko pada Inspektorat Kabupaten Kepulauan
Anambas adalah:
1. Pembangunan infrastruktur penyelenggaraan SPIP khususnya
unsur kedua yaitu unsur penilaian risiko pada tingkat instansi dan
kegiatan;
2. Untuk mendapatkan register dan peta risiko pada tingkat tujuan
instansi dan kegiatan;
3. Sebagai bahan evaluasi pengendalian intern dalam implementasi
SPIP.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan penilaian risiko pada Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas meliputi seluruh Sekretariat dan Inspektur
Pembantu Wilayah yang berada di Lingkungan Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas yang terdiri dari:
5
1. Sekretariat, terbagi atas:
- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
- Sub Bagian Program dan Keuangan
2. Inspektur Pembantu Wilayah I;
3. Inspektur Pembantu Wilayah II;
4. Inspektur Pembantu Wilayah III;
5. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor (JFA);
E. Metodologi
Dalam melaksanakan penilaian risiko pada Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas, pada tahap Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko
dilakukan metode kualitatif, teknik yang digunakan dalam memperoleh
register risiko adalah dengan sharing dan Focus Group Discussion yang
melibatkan seluruh unit instansi Inspektorat Kabupaten Kepulauan
Anambas.
F. Sistematika Laporan
Penilaian Risiko Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas ini
disusun dalam struktur BAB sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, dasar
hukum, tujuan, ruang lingkup, metodologi dan sistematika
pelaporan dalam melaksanakan penilaian risiko di
lingkungan Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas.
Bab II Gambaran Umum Entitas
Dalam bab ini diberikan gambaran singkat mengenai
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas dari segi
organisasi (struktur organisasi dan uraian tugas), visi, misi,
tujuan dan sasaran, tugas pokok dan fungsi, serta program
dan kegiatan utama (core business process) Inspektorat
Kabupaten Kepulauan Anambas.
6
Bab III Hasil Penilaian Risiko
Dalam BAB ini berisikan penetapan kerangka pengukuran
kemungkinan dan dampak, register risiko yang disusun
terkait unsur penilaian risiko pada Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas yang setelah diidentifikasi kemudian
dianalisis untuk kemudian dibuat peta risiko sebagai hasil
akhir.
Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan secara singkat simpulan umum dari
hasil penilaian risiko yang telah dilaksanakan.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM
INSPEKTORAT KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
A. Organisasi
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 7
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas, merupakan unsur pengawas
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Sumber Daya dan Aset Inspektorat
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang esensial
dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas suatu organisasi,
sebab dengan adanya sumber daya manusia seluruh sumber daya yang
ada dalam suatu organisasi dapat digerakan dan bekerja lebih optimal.
Sumber daya manusia pada Inspektorat Kabupaten Bintan saat ini
berdasarkan status, pangkat/golongan, tingkat pendidikan,
kedudukan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan baik struktural,
fungsional dan teknis dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Menurut Status
Pegawai Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas seluruhnya
berjumlah 49 Orang, dengan jumlah PNS sebanyak 28 Orang, dan
PTT sebanyak 21 Orang.
b. Menurut Pangkat/Golongan
Komposisi pegawai menurut pangkat/golongan adalah sebagai
berikut:
No. Gol Ruang Pangkat
Jumlah (orang)
e d c b a
1. Pembina Tk.I (IV) √ 1
2. Pembina (IV) √ 3
3. Penata (III) √ 2
4. Penata Muda Tk.I (III) √ 4
1 2 3 4 5 6 7 8
8
No. Gol Ruang Pangkat
Jumlah (orang)
e d c b a
5. Penata Muda (III) √ 11
6. Pengatur Tk.I (II) √ 3
7. Pengatur (II) √ 3
8. Pengatur Muda (II) √ 1
Jumlah 28
c. Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pegawai pada Inspektorat Kabupaten Kepulauan
Anambas, sebagai berikut:
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
1 Pasca Sarjana (S2) 1
2 Sarjana (S1) 21 (6)
3 Diploma III 4 (1)
4 SLTA/sederajat 2 (14)
5 SLTP
6 SD
d. Menurut Jabatan
Susunan kepegawaian Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
berdasarkan jabatan adalah sebagai berikut:
NO NAMA/NIP PANGKAT / GOL JABATAN
1. ODY KARYADI, S.Sos Pembina Tk.I (IV/b) Inspektur
2. HERYANA, S.E Pembina (IV/a) Sekretaris
3. ABDUL RASYID, S.E Pembina (IV/a) Inspektur Pembantu
Wilayah I
4. SAIDINA, S.P Pembina (IV/a) Inspektur Pembantu
Wilayah II
5. ADI SUPARMAN, SE Penata (III/c) Kasubbag Program dan
Keuangan
6. EVA NILASARI, SE Penata (III/c) Kasubbag Umum dan
Kepegawaian
7. SUGIANTO LUMBAN GAOL,
S.E Penata Muda Tk.I (III/b)
Analis Perencanaan,
Evaluasi dan Pelaporan
8. DWI ANGGARA, S.STP Penata Muda (III/a) Analis Tindak Lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan
9. RISKY IRFANI MEGA, A.Md. Pengatur Tk.I (II/d) Pengelola Keuangan
10.
FADILLAH A.Md Pengatur Tk.I (II/d)
Pengelola Tuntutan
Perbendaharaan dan
Temuan Ganti Rugi
9
NO NAMA/NIP PANGKAT / GOL JABATAN
11. PARDIANSYAH Pengatur (II/c) Pengadministrasi Keuangan
12. FRANSITA Pengatur Muda (II/a) Bendahara
13. TIA SUCI PERMATASARI,
S.E., M.Ak Penata Muda Tk.I (III/b)
Analis Laporan Hasil
Pengawasan
14. POPY PASLAWATI, SKM Penata Muda (III/a) Analis Pemantauan Sistem
Keuangan
15. CHAIRU SOLIHIN, ST Penata Muda (III/a) Pemeriksa Transaksi
Keuangan
16. HENOK, S.H Penata Muda (III/a) Analis Pengaduan
Pemerintahan
17. KOMARIAH INDRIA SARI, S.E Penata Muda (III/a) Analis Pelanggaran Disiplin
18. AGUS FANDRA, A.Md Pengatur Tk.I (II/d) Analis Pengawasan Intern
Pemerintah
19. WISESA LIGA AWAMI, S.T Penata Muda Tk. I (III/b) Pemeriksa Transaksi
Keuangan
20. MUHAMMAD SYAWAL
FITHRAH, S.E Penata Muda (III/a)
Analis Pengawasan Intern
Pemerintah
21. SISKA SATRIA ASTRI, S.E Penata Muda (III/a) Analis Laporan Hasil
Pengawasan
22. JEMMY, S.Kom Penata Muda (III/a) Analis Pengaduan
Pemerintahan
23. AAN SANITASI, A.Md. Pengatur (II/c) Analis Pemantauan Sistem
Keuangan
24. WAHYU NURDIASIH, S.Sos. Penata Muda Tk.I (III/b) Analis Pengawasan Intern
Pemerintah
25. YUNI HASTUTY K, S.E. Penata Muda (III/a) Analis Pengaduan
Pemerintahan
26. ANDI HAKIM R, S.T. Penata Muda (III/a) Analis Laporan Hasil
Pengawasan
27. WEM EKA JUNAIDI R, S.T. Penata Muda (III/a) Pemeriksa Transaksi
Keuangan
28. ERNIS YUNIANTI , S.IP. Pengatur (II/c) Analis Pengawasan Intern
Pemerintah
Daftar Pegawai Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas yang
telah mengikuti Pelatihan dan memiliki Sertifikat Jabatan
Fungsional Auditor sebanyak 20 orang. Sampai dengan Tahun
Anggaran 2017, Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas telah
10
memberikan pelatihan Jabatan Fungsional Auditor kepada 22
Aparatur Pengawasan, telah memiliki Auditor yang terdiri dari 17
orang Auditor Ahli dan 3 orang Auditor Terampil. Selain itu
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas telah memiliki 11
Aparatur Pengawasan yang memiliki Sertifikat Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Adapun rincian pegawai yang telah bersertifikat terlihat
sebagaimana tabel di bawah ini :
No Nama JFA
Sertifikat PBJ Auditor
AHLI
Auditor
Terampil
1 ODY KARYADI, S.Sos
2 HERYANA, S.E
3 ABDUL RASYID, S.E √
4 SAIDINA, S.P √ √
5 ADI SUPARMAN, SE √
6 EVA NILASARI, SE √
7 SUGIANTO LUMBAN GAOL, S.E √
8 DWI ANGGARA, S.STP
9 RISKY IRFANI MEGA, A.Md.
10 FADILLAH A.Md √
11 PARDIANSYAH √
12 FRANSITA
13 TIA SUCI PERMATASARI, S.E., M.Ak √
14 POPY PASLAWATI, SKM √
15 CHAIRU SOLIHIN, ST √
16 HENOK, S.H √
17 KOMARIAH INDRIA SARI, S.E √ √
18 AGUS FANDRA, A.Md √ √
19 WISESA LIGA AWAMI, S.T √ √
20 MUHAMMAD SYAWAL FITHRAH, S.E √ √
21 SISKA SATRIA ASTRI, S.E √
22 JEMMY, S.Kom √
23 AAN SANITASI, A.Md. √ √
24 WAHYU NURDIASIH, S.Sos. √
25 YUNI HASTUTY K, S.E. √
26 ANDI HAKIM R, S.T. √ √
27 WEM EKA JUNAIDI R, S.T. √ √
28 ERNIS YUNIANTI , S.IP. √
Jumlah (orang) 17 3 11
11
B. Tujuan dan Sasaran
Penetapan tujuan dan sasaran didasarkan pada identifikasi faktor-
faktor kunci keberhasilan (Critical Succes Factor) yang ditetapkan
setelah penetapan visi dan misi. Penetapan tujuan akan mengarah
kepada perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam
rangka merealisasikan Visi dan Misi. Sedangkan sasaran
menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan
terfokus yang bersifat spesifik, terinci, terukur dan dapat dicapai.
Dalam rangka meningkatkan intensitas dan kapasitas pengesahan
terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Inspektorat berupaya
meningkatkan penguatan kelembagaan yang ditempuh melalui
penajaman tugas, fungsi dan tata kerja sehingga dapat memberi output
dan outcome sebagaimana yang diharapkan.
Untuk mewujudkan hal tersebut Inspektorat tentu harus memiliki:
a. Kewenangan
Kewenangan yang dimiliki didasari pada ketentuan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Karakteristik, Potensi dan kebutuhan
Karakteristik, potens yang didasarkan pada kondisi dan kebutuhan
secara nyata dan spesifik sehingga dapat dirumuskan fokus
substansinya yang menjadi fungsi pengawasan yang harus
dilakukan.
c. Ketersediaan Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya didasarkan pada dukungan sumber daya
dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, terutama ketersediaan
tenaga yang profesional dan dukungan anggaran.
d. Pengembangan Pola Kerja
Pengembangan pola kerja sama didasarkan potensi lingkungan
organisasi.
Dengan memiliki ke tempat aspek tersebut diatas, maka dapat
ditentukan keberadaan Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas,
12
sehingga pembinaan dan pengawasan yang efisien dan efektif dapat
terwujud.
Untuk mencapai hal tersebut diatas, maka harus ditempuh melalui
pendidikan yang berkelanjutan dibidang pengawasan bagi aparatur
Inspektorat, sarana dan prasarana yang memadai serta sistem
aplikasi pengawasan yang handal.
Faktor-faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap
profesionallisme pengawasan, yakni independensi, integritas dan
kompetensi di bidang pengawasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tentu diperlukan terciptanya
jalinan hubungan dan kerja sama serta koordinasi yang bertujuan
untuk saling memperkuat dan bersinergis, khususnya didalam
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Hubungan dengan
penegak hukum dalam perspektif tukar informasi dan data, perlu
dilakukan pengaturan atau payung hukum yang mengatur
mekanisme dan tata cara, prosedur, klasifikasi data dan lain-lain dan
yang lebih penting adalah hubungan tersebut dibangun dalam asas
sinergisitas dan kesetaraan sebagai Lembaga Pemerintah.
Selama ini, penegak hukum (Kejaksaan, Polri dan Instansi terkait)
sesuai tugas dan kewenangannya telah melakukan penyidikan kasus
korupsi ditingakt daerah, walaupun masih belum optimal karena
beberapa kehendak. Permasalahan yang sering timbul di daerah
adalah perbedaan persepsi antara Aparat Pengawas Fungsional
Pemerintah Daerah (Inspektorat) dangan Aparat Pengak Hukum
tentang kewenangan penanganan atas kasus atau indikasi tindak
pidana korupsi yang terjadi dalam penanganan kasus-kasus tindak
pidana korupsi yang melibatkan aparat Pemda pada dasarnya tetap
memerlukan masukan data/informasi dan keterangan yang akan
dijadikan bukti atau fakta hukum benar atau tidak benar terjadi
perbuatan tindak pidana korupsi. Salah satu cara mudah untuk
mendapatkan hal tersebut adalah dari Aparat Pengawas Fungsional
Pemerintah Daerah atau Inspektorat.
13
Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam Renja
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2018 adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas mengacu
pada RPJMD 2016-2021 yaitu:
- Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Transparan dan
Akuntabel; dan
- Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik.
b. Sasaran pada Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
mengacu pada RPJMD 2016-2021 terbagi menjadi 4 (empat)
sasaran yaitu:
- Meningkatnya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah;
- Terbangunnya Role Model bagi Pemerintahan yang bersih dan
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
- Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Birokrasi yang Berorientasi
pada efisiensi daerah;
- Terimplementasikannya Maklumat Pelayanan Aparatur
Pemerintah.
Secara praktis dapat diidentifikasikan sebagai hal-hal yang harus
dilakukan agar misi dapat terselesaikan (mission accomplished).
Oleh karena itu, tujuan dibentuk dari kata kerja (verbal) dan
diturunkan dari setiap misi. Sasaran adalah hal-hal yang harus
terpenuhi agar tujuan terlaksana. Persyaratan sasaran diberi
imbuhannya dan diturunkan untuk setiap tujuan. Berdasarkan hasil
analisis terhadap isu-isu strategis yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya maka tujuan/sasaran dan arah kebijakan yang
dirumuskan tahun 2016-2021.
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai tugas
membantu Bupati dalam membina dan mengawasi pelaksanaan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas
Pembantuan yang diberikan kepada Daerah. Dalam melaksanakan
14
tugasnya Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi
pengawasan;
b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
dari Bupati;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat; dan
f. pelaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Sekretariat Inspektorat mempunyai tugas pengkoordinasian penyiapan
bahan pengawasan, perencanaan, pemberian pelayanan administratif
dan fungsional di bidang umum, perlengkapan, kepegawaian, barang
milik daerah, keuangan dan evaluasi pelaporan. Dalam melaksanakan
tugasnya mempunyai fungsi:
a. menyiapkan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan
program kerja pengawasan;
b. perencanaan program kegiatan;
c. pelaksanaan urusan umum kepegawaian, keuangan, surat
menyurat dan rumah tangga;
d. penghimpunan, pengolahan, penilaian dan penyimpanan laporan
hasil pengawasan aparat pengawas fungsional;
e. penyusunan, penginventarisasian dan pengoordinasian data dalam
rangka penatausahaan proses penanganan pengaduan;
f. pengoordinasian penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
dan anggaran Inspektorat;
g. pengoordinasian penyusunan kebijakan, pedoman dan standar
teknis yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat;
h. pelaksanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi rencana
strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Inspektorat;
15
i. pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional dan tenaga teknis
Inspektorat;
j. penyediaan, penatausahaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Inspektorat;
k. pengelolaan teknologi informasi Inspektorat;
l. pengelolaan kearsipan, data dan informasi Inspektorat;
m. penghimpunan, pengelolaan, evaluasi, pelaporan dan koordinasi
tindaklanjut hasil pemeriksaan oleh lembaga pemeriksa, aparat
pengawasan intern pemerintah, dan lembaga pengawasan lainnya;
n. penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan teknis pengawasan;
o. pengoordinasian penyusunan laporan keuangan, kinerja, kegiatan
dan akuntabilitas Inspektorat;
p. melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugasnya.
Inspektur Pembantu Wilayah mempunyai tugas koordinasi, pembinaan
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah daerah
serta penanganan kasus pengaduan. Dalam melaksanakan tugasnya
Inspektur Pembantu Wilayah menyelenggarakan fungsi:
a. pengusulan program pengawasan di wilayah kerjanya;
b. pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan di wilayah kerjanya;
c. pelaksanaan koordinasi tugas pengawasan meliputi pemeriksaan,
pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan di wilayah
kerjanya;
d. melaksanakan perencanaan pengawasan;
e. penyelenggaraan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan
penilaian tugas pengawasan terhadap perangkat daerah;
f. pengawasan tugas dan fungsi, keuangan barang dan kepegawaian
terhadap perangkat daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintah provinsi;
g. mereview rencana kerja anggaran dan laporan keuangan serta
laporan kinerja perangkat daerah di wilayah kerjanya;
h. monitoring dan evaluasi sistem pengendalian internal perangkat
daerah di wilayah kerjanya;
16
i. penanganan pengaduan masyarakat dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu;
j. pemeriksaan terpadu dengan Inspektorat Jenderal
Kementerian/Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota;
k. melaksanakan pembinaan terhadap perangkat daerah di wilayah
kerjanya;
l. pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan;
m. penyusunan peraturan perundang-undangan bidang pengawasan;
n. penyusunan pedoman/standar dibidang pengawasan;
o. koordinasi program pengawasan;
p. monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau;dan
q. melaksanakan fungsi pengawasan lainnya sesuai dengan bidang
tugasnya yang diberikan oleh Inspektur.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan teknis dibidang keahliannya masing-masing dan dibagi-bagi
dalam subkelompok sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya
masing-masing dan dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional
senior dimana kelompok jabatan ini langsung bertanggungjawab
kepada Inspektur.
D. Program dan Kegiatan Utama
Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu dan beberapa
instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan
masyarakat guna mencapai sasaran tertentu.
Program dan kegiatan yang dirancang Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas tahun 2018 terdiri dari:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan;
b. Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi/Teknis Perkantoran;
c. Penyediaan Rutinitas Perkantoran.
17
2. Program Peningkatan Sistem Pengaawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
a. Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan;
b. Koordinasi dan Penyelesaian Kerugian Daerah (TP-TGR);
c. Kegiatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP);
d. Kegiatan Tim Pengawal da Pengamanan Pemerintah dan
Pembangunan Daerah (TP4D);
e. Kegiatan Sosialisasi Tata Kelola Jabatan Fungsional Auditor dan
Penilaian Angka Kredit.
3. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan
Prosedur Pengawasan
a. Kegiatan Peningkatan Kapabilitas APIP;
4. Program Akuntabilitas dan Koordinasi Aparatur Pengawasan
a. Verifikasi LHKPN/LHKASN;
5. Program Peningkatan dan Penguatan Kapasitas, Kapabilitas
Kelembagaan/SDM Aparat Pengawas
a. Diklat Penjejangan dan Peningkatan Kapabilitas APIP;
6. Program Peningkatan Pengawasan Aparatur Negara
a. Reviu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP);
b. Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP);
c. Reviu Rencana Kerja Anggaran (RKA) OPD;
d. Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Anambas;
e. Kegiatan Saber Pungli;
f. Opname Kas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Anambas;
g. Monev Laporan Gratifikasi;
h. Kegiatan Pemeriksaan Reguler Perangkat Daerah;
i. Kegiatan Pemeriksaan Reguler Desa;
j. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu;
k. Reviu Laporan Anggaran PBJ dan Dana Desa.
18
Pada umumnya Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas tidak
mempunyai Sifat Penyebaran Lokasi Program dan kegiatan. Total
kebutuhan dana yang dibutuhkan sesuai pagu indikatif yang dirincikan
menurut sumber pendanaan adalah sebesar Rp.4.892.549.915,-
(empat miliar delapan ratus sembilan puluh dua juta lima ratus empat
puluh sembilan ribu sembilan ratus lima belas rupiah).
Seluruh program dan kegiatan diatas pada dasarnya mendukung visi
dan misi Bupati priode 2016-2021 khususnya pada misi 6 yaitu
Membangun Birokrasi yang bersih, Propesional dan Melayani serta
Memperkuat Penyelenggaraan Otonomi Desa oleh karena itu
Inspektorat dimulai pada tahun 2016 mulai mengakomodir kegiatan
yang bersifat pengembangan aparat Inspektorat khususnya Aparat
Pengawas Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas.
19
BAB III
HASIL PENILAIAN RISIKO
A. Kriteria Pengukuran dan Dampak
Sebelum melakukan penilaian risiko dimulai, beberapa hal yang perlu
disiapkan terlebih dahulu, yaitu meliputi :
Menetapkan Kriteria dan skala dampak dan kemungkinan yang akan
digunakan.
Pihak jajaran tingkat atas manajemen merumuskan skala dampak dan
kemungkinan terlebih dahulu sebelum proses penilaian risiko
dilakukan sesuai dengan kebutuhan instansi. Aspek yang dapat
dijadikan pertimbangan kriteria kemungkinan dan dampak antara lain
adalah reputasi organisasi, kerugian finansial, berhentinya pelayanan,
kerugian pihak ketiga, kerusakan lingkungan, dan bahkan
terhambatnya/kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
Kerangka kemungkinan dan dampak dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerangka Kemungkinan
Level Deskriptor Deskripsi
5 Sangat Sering Dipastikan akan sangat mungkin
terjadi
4 Sering Kemungkinan besar dapat terjadi
3 Cukup Sering Sama kemungkinan antara terjadi atau tidak terjadi
2 Jarang Kemungkinan kecil dapat terjadi
1 Sangat Jarang Dipastikan akan sangat tidak mungkin terjadi
20
Kerangka dampak :
Level Deskriptor Deskripsi
5 Sangat Tinggi Sebagian besar tujuan organisasi gagal dilaksanakan
4 Tinggi Sebagian tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
3 Sedang Mengganggu pencapaian tujuan organisasi secara signifikan
2 Rendah Mengganggu tujuan organisasi meskipun tidak signifikan
1 Sangat rendah Tidak mengganggu tujuan organisasi
Menetapkan selera risiko (risk appetite).
Selera risiko merupakan tingkat risiko yang dapat diterima oleh suatu
organisasi apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.
Tingkat Risiko
Kriteria Untuk Penerimaan Risiko
Yang
Bertanggung Jawab
1 – 4 Dapat diterima Irban
5 – 9 Diperlukan Pengendalian Yang Cukup
Irban
10 - 16 Harus menjadi perhatian manajemen dan diperlukan pengendalian yang sangat baik
Inspektur
17 – 25 Tak dapat diterima, jika harus diterima diperlukan pengendalian
yang sangat baik
Kepala Daerah
B. Register Risiko
Penyusunan register risiko terkait dengan Sasaran pada Penetapan
Kinerja Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas T.A. 2018. Dari
hasil identifikasi risiko yang dilakukan oleh Inspektur, Irban dan staf
Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas dapat diketahui bahwa
Inspektorat memiliki risiko, dengan daftar sebagai berikut :
21
Sasaran : Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah
Indikator : Wajar Tanpa Pengecualian
No Pernyataan Risiko Pemilik
Risiko Penyebab
1 2 3 4
1 Permasalahan dalam aspek
hukum tindak lanjut
Inspektorat tidak adanya kepastian
jaminan hukum
2 Pelaksanaan tindak lanjut
hasil pemeriksaan oleh OPD
belum optimal
Inspektorat Kurangnya pemahaman
OPD dalam menindaklanjuti
temuan
3 Pengelolaan aset belum tertib Inspektorat pengurus barang belum
memahami tupoksinya
terkait dengan aset
4 Transparansi pengelolaan
APBD
Inspektorat sistem yang belum
terintegrasi
5 Jumlah SDM yang masih
terbatas
Inspektorat formasi yang belum tersedia
6 Anggaran yang tersedia tidak
sesuai dengan kebutuhan
Inspektorat penetapan pagu indikatif
tidak sesuai dengan
kebutuhan OPD
7 Temuan audit BPK yang
tidak dapat ditindaklanjuti
Inspektorat keputusan penghapusan
temuan ditentukan oleh
BPK pusat
Sasaran : Terbangunnnya role model bagi pemerintah yang bersih dan bebas KKN
Indikator : Zone Integritas 10%
No Pernyataan Risiko Pemilik Risiko
Penyebab
1 2 3 4
1 Budaya kerja aparatur yang
di OPD yang belum optimal
Inspektorat penegakan aturan disiplin
aparatur OPD belum
maksimal.
2 Belum adanya komitmen
yang kuat dari kepala OPD
mengenai penegakan
integritas
Inspektorat belum adanya regulasi yang
mengatur secara tegas
tentang sanksi terhadap
penegakan integritas.
3 belum tersosialisasinya
kegiatan role model zone
integritas
Inspektorat tidak tersedia dana untuk
kegiatan zona integritas
4 Pemahaman dari aparatur
tentang zone integritas
belum memadai
Inspektorat Belum adanya aturan
mengenai zona integritas
22
5 pola pikir aparatur yang
susah menerima perubahan.
Inspektorat adanya kepentingan pribadi
dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
Sasaran : Meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi yang berorientasi
pada efisiensi daerah
Indikator : Jumlah PD yang AKIP nya di evaluasi 26
No Pernyataan Risiko Pemilik
Risiko Penyebab
1 2 3 4
1 Pemahaman auditor
terhadap LAKIP masih
rendah
Auditor Kurangnya sosialisasi/ PKS
tentang SAKIP di
lingkungan auditor
2 Ketidakselarasan Renstra
OPD dengan RPJMD
Ekstern belum diubahnya program
kegiatan di OPD
3 Kurangnya kuantitas SDM
di inspektorat
Inspektorat formasi yang belum
mencukupi
4 Pemahaman tim dalam
melaksanakan evaluasi
tidak seragam
Tim evaluator kurangnya sosialisasi
pedoman evaluasi
5 Anggaran yang belum
memadai
Inspektorat kebijakan TAPD
Sasaran : Terimplementasikannya maklumat pelayanan
(bentuk kegiatan adalah evaluasi atas SPIP)
Indikator : Persentase unit layanan yang dievaluasi (4 OPD)
No Pernyataan Risiko Pemilik
Risiko Penyebab
1 2 3 4
1 Kurangnya pemahamam
auditor mengenai
pelaksanaan evaluasi SPIP
Tim Evaluasi Kurangnya auditor yang
mengikuti diklat Evaluasi
SPIP
2 Anggaran yang tidak cukup
tersedia
Tim Evaluasi Masih kecilnya APBD
Kabupaten Anambas
3 Pemerintah Daerah belum
memprioritaskan
pelaksanaan program SPIP
Tim Evaluasi Program tidak selaras
dengan program prioritas
Nasional
4 Tidak tersedianya data dari
OPD yang di evaluasi
Tim Evaluasi OPD belum memahami
konsep SPIP
5 Kebijakan yang selalu
berubah
Tim Evaluasi Intervensi politik
23
C. Peta Risiko
Dari pernyataan risiko yang telah diidentifikasi, maka dapat dianalisis
sebagaimana terdapat pada lampiran 1. Untuk peta risiko diperoleh
gambaran berdasarkan indikator sasaran pada Tapkin Inspektorat
Kabupaten Kepulauan Anambas, sebagai berikut :
1. Opini BPK untuk pengelolaan Keuangan Daerah dengan Indikator
Sasaran yaitu Opini Wajar Tanpa Pengecualian.
2. Terbangunnya Role Model bagi Pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN dengan indikator sasaran Zona Integritas 10%.
1.86, 3.71
3.71, 4.143.86, 4.14
3.86, 3.00
3.86, 3.29
3.29, 3.86
2.00, 3.14
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Ko
ns
ek
ue
ns
i
Likelihood
1Level 3 Level 4
Level 2
Level 1
24
3. Meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi yang berorientasi pada
efisiensi daerah dengan Indikator sasaran Jumlah PD yang AKIP nya
di evaluasi 26.
3.60, 3.30
3.40, 3.70
3.70, 2.60
3.80, 3.40
2.90, 3.10
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Ko
ns
ek
ue
ns
i
Likelihood
1Level 3 Level 4
Level 2
Level 1
4.00, 3.20
2.60, 3.80 4.20, 3.80
2.80, 2.80
3.80, 3.80
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Ko
ns
ek
ue
ns
i
Likelihood
1Level 3 Level 4
Level 2
Level 1
25
4. Terimplementasinya maklumat pelayanan dengan indikator sasaran
Persentase unit layanan yang dievaluasi (4 OPD).
3.17, 4.003.83, 4.17
3.83, 3.833.67, 3.83
3.17, 3.17
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Ko
ns
ek
ue
ns
i
Likelihood
1Level 3 Level 4
Level 2
Level 1
26
BAB IV
PENUTUP
Peta Risiko ini merupakan laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di
lingkungan Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas yang dilakukan
dalam lingkup organisasional yaitu pada penetapan kinerja antara Inspektur
dengan Bupati. Laporan ini akan disesuikan kembali jika terjadi perubahan
terhadap renstra atau penetapan kinerja di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Anambas.
27
LAMPIRAN
A. Analisis dan Rencana Tindak Pengendalian Risiko Inspektorat Kabupaten
Kepulauan Anambas.
B. Keputusan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 292 Tahun 2017 tentang
Satuan Tugas Penyelenggara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas.
Lampiran 1-1
UNIT ORGANISASI : Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
:
:
No Pemilik Risiko PenyebabRencana Tindak
Pengendalian
Skor Kemungkinan
terjadi
Skor
Dampak
Total
Skor
(6x7)1 3 4 5 6 7 8
1 inspektorat tidak adanya kepastian jaminan
hukum
menyusun kebijakan
daerah terkait Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan
1.86 3.71 6.90
2 inspektorat Kurangnya pemahaman OPD
dalam menindaklanjuti temuan
melaksanakan sosialisasi
tentang Tindak Lanjut hasil
pemeriksaan
3.71 4.14 15.39
3 inspektorat pengurus barang belum
memahami tupoksinya terkait
dengan aset
melaksanakan inhouse
training terkait pengelolaan
aset
3.86 4.14 15.98
4 inspektorat sistem yang belum terintegrasi memastikan keamanan
ASIS dalam rangka integrasi
antar sistem
3.86 3.00 11.57
5 inspektorat formasi yang belum tersedia mengusulkan penambahan
pegawai kepada BKPSDM
formasi CPNS Tahun 2018
3.86 3.29 12.67
6 inspektorat penetapan pagu indikatif tidak
sesuai dengan kebutuhan OPD
menyusun kertas kerja
pengelolaan anggaran
operasional
3.29 3.86 12.67
7 inspektorat keputusan penghapusan
temuan ditentukan oleh BPK
pusat
berkoordinasi dengan BPK
terhadap temuan yang tidak
dapat ditindaklanjuti
beserta bukti
2.00 3.14 6.29
INDIKATOR Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah tahun 2018 WTP
Pernyataan Risiko
Anggaran yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan
Temuan audit BPK yang tidak dapat
ditindaklanjuti
ANALISIS RISIKO DAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan SASARAN DALAM TAPKIN
Jumlah SDM yang masih terbatas
2
Permasalahan dalam aspek hukum
tindak lanjut
Pelaksanaan tindak lanjut hasil
pemeriksaan oleh OPD belum optimal
Pengelolaan aset belum tertib
Transparansi pengelolaan APBD
Lampiran 1-2
UNIT ORGANISASI : INSPEKTORAT KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
:
:
No Pemilik Risiko PenyebabRencana Tindak
Pengendalian
Skor Kemungkinan
terjadi
Skor
Dampak
Total
Skor
(6x7)1 3 4 5 6 7 8
1 Inspektorat penegakan aturan disiplin
aparatur OPD belum maksimal.
penyusunan telaahan staf
mengenai penindakan
disiplin aparatur
3.60 3.30 11.88
2 Inspektorat belum adanya regulasi yang
mengatur secara tegas tentang
sanksi terhadap penegakan
integritas.
mengusulkan pengenaan
sanksi kepada kepala OPD
yang tidak menegakan zona
integritas dilingkungan unit
kerjanya setelah dilakukan
evaluasi
3.40 3.70 12.58
3 Inspektorat tidak tersedia dana untuk
kegiatan zona integritas
mengusulkan anggaran di
APBD-P
3.70 2.60 9.62
4 Inspektorat Belum adanya aturan mengenai
zona integritas
Menyusun draft aturan
mengenai penerapan role
model Zona Integritas di
lingkungan Pemda Kep.
Anambas
3.80 3.40 12.92
INDIKATOR Zone Integritas 10%
Pernyataan Risiko
2
Budaya kerja aparatur yang di OPD yang
belum optimal
Belum adanya komitmen yang kuat dari
kepala OPD mengenai penegakan
integritas
belum tersosialisasinya kegiatan role
model zone integritas
Pemahaman dari aparatur tentang zone
integritas belum memadai
Inspektorat adanya kepentingan pribadi
dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
ANALISIS RISIKO DAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
SASARAN DALAM TAPKIN
pola pikir aparatur yang susah menerima
perubahan.
5
Terbangunnnya role model bagi pemerintah yang bersih dan bebas KKN
penandatangan Pakta
integritas
2.90 3.10 8.99
Lampiran 1 - 3
UNIT ORGANISASI : Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
:
:
No Pemilik Risiko PenyebabRencana Tindak
Pengendalian
Skor Kemungkinan
terjadi
Skor
Dampak
Total
Skor
(6x7)1 3 4 5 6 7 8
1 auditor Kurangnya sosialisasi/ PKS
tentang SAKIP di lingkungan
auditor
meningkatkan frekuensi
sosialisasi/ PKS tentang
SAKIP di lingkungan
auditor
4.00 3.20 12.80
2 Ekstern belum diubahnya program
kegiatan di OPD
mengusulkan perubahan
renstra
2.60 3.80 9.88
3 inspektorat formasi yang belum mencukupi mengusulkan penambahan
tenaga SDM auditor
4.20 3.80 15.96
4 Tim evaluator kurangnya sosialisasi pedoman
evaluasi
Melakukan briefing sebelum
pelaksanaan evaluasi
2.80 2.80 7.84
5 inspektorat kebijakan TAPD Mengusulkan Anggaran
yang cukup kepada TAPD
3.80 3.80 14.44
INDIKATOR Jumlah PD yang AKIP nya di evaluasi 26
Pernyataan Risiko
ANALISIS RISIKO DAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
Meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi yang SASARAN DALAM TAPKIN
Anggaran yang belum memadai
2
Pemahaman auditor terhadap LAKIP
masih rendah
Ketidakselarasan Renstra OPD dengan
RPJMD
Kurangnya kuantitas SDM di inspektorat
Pemahaman tim dalam melaksanakan
evaluasi tidak seragam
Lampiran 1 - 4
UNIT ORGANISASI : Inspektorat Kabupaten Kepulauan Anambas
:
:
No Pemilik Risiko PenyebabRencana Tindak
Pengendalian
Skor Kemungkinan
terjadi
Skor
Dampak
Total
Skor
(6x7)1 3 4 5 6 7 8
1 Tim Evaluasi Kurangnya auditor yang
mengikuti diklat Evaluasi SPIP
mengikutsertakan auditor
dalam diklat tentang
evaluasi SPIP
3.17 4.00 12.67
2 Tim Evaluasi Masih kecilnya APBD
Kabupaten Anambas
memaksimalkan Anggaran
yang tersedia dengan
melaksanakan efisiensi
kegiatan
3.83 4.17 15.97
3 Tim Evaluasi Program tidak selaras dengan
program prioritas Nasional
menetapkan SPIP sebagai
Indikator Kinerja dalam
Renstra dan Tapkin
3.83 3.83 14.69
4 Tim Evaluasi OPD belum memahami konsep
SPIP
melaksanakan Sosialisasi
tentang SPIP kepada
Perangkat Daerah
3.67 3.83 14.06
5 Tim Evaluasi Intervensi politik menyiapkan dasar hukum
yang memadai dalam
pelaksanaan setiap kegiatan
3.17 3.17 10.03
INDIKATOR Persentase unit layanan yang dievaluasi (4 OPD)
Pernyataan Risiko
ANALISIS RISIKO DAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
SASARAN DALAM TAPKIN
Kebijakan yang selalu berubah
2
Kurangnya pemahamam auditor mengenai
pelaksanaan evaluasi SPIP
Anggaran yang tidak cukup tersedia
Pemerintah Daerah belum memprioritaskan
pelaksanaan program SPIP
Tidak tersedianya data dari OPD yang di
evaluasi
Terimplementasikannya maklumat pelayanan