7
I. LATAR BELAKANG Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sebagai salah satu perangkat pemerintahan yang berkecimpung dalam kesehatan, Puskesmas memiliki program P2PM yang bertugas untuk melakukan pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah Scabies. Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Skabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta Staphylococcus aureus.Komplikasi akibat infestasi sekunder GAS dan S. aureus sering terdapat pada anak-anak di negara berkembang. II. PERMASALAHAN Permasalahan yang ada berupa orang tua pasien dan anggota keluarga kurang mengertiapa itu scabies dan bagaimana penularannya serta pencegahannya. Dilakukan kunjungan rumah pada salah satu pasien diwilayah kerja puskesmas kalisari pada tanggal 24 febuari 2015 Identitas Pasien Nama : An. M

Laporan Penyuluhan Scabies Baru

  • Upload
    anzzun

  • View
    255

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

test

Citation preview

Page 1: Laporan Penyuluhan Scabies Baru

I. LATAR BELAKANG

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang

ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Sebagai salah satu perangkat pemerintahan yang berkecimpung dalam kesehatan, Puskesmas

memiliki program P2PM yang bertugas untuk melakukan pemberantasan penyakit menular,

salah satunya adalah Scabies.

Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah,

namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Skabies

menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering

menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta

Staphylococcus aureus.Komplikasi akibat infestasi sekunder GAS dan S. aureus sering terdapat pada anak-

anak di negara berkembang.

II. PERMASALAHAN

Permasalahan yang ada berupa orang tua pasien dan anggota keluarga kurang

mengertiapa itu scabies dan bagaimana penularannya serta pencegahannya.

Dilakukan kunjungan rumah pada salah satu pasien diwilayah kerja puskesmas kalisari

pada tanggal 24 febuari 2015

Identitas Pasien

Nama : An. M

Usia : 5 Tahun

BB : 29 Kg

Jenis kelamin : Laki – Laki

Keluhan Utama

Bruntus – bruntus yang terasa gatal pada sela jari kedua tangan, punggung ke dua tangan,

telapak tangan dan badan dan kedua kakinya.

Page 2: Laporan Penyuluhan Scabies Baru

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas kelurahan Kalisari diantar oleh ibunya dengan keluhan

bruntus bruntus yang terasa gatal pada sela jari kedua tangan, telapak telapak tangan,

perut dan dada dan kedua kaki. Keluhan ini dirasakan sejak dua minggu yang lalu

sebelum pasien berobat ke puskes, awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum

pentul dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin banyak dan

meluas ke sela jari tangan kiri, punggung ke kedua tangan, telapak tangan,dada, perut.

Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan

pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang dirasakan membuat pasien

menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan dan beberapa luka. Untuk

mengurangi keluhan, ibu pasien biasanya menaburi tubuh pasien dengan bedak bayi.

Pasien juga dikeluhkan mengalami demam.

Pasien tinggal bersama kedua orang tua, kakek dan nenek, dua orang tante serta dua

orang saudaranya. Pasien tinggal di rumah dengan ukuran rumah kecil dengan ingkungan

padat penduduk. Riwayat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

dibenarkan oleh ibu pasien, yakni kedua adik kandung pasien yang tidur sekamar dengan

pasien serta satu orang tante yang sering mengasuh pasien dan adik - adiknya. Pasien

biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 x dalam

sehari termasuk pakaian dalam dan menggunakan handuk dan sabun mandi yang sama

dengan kedua adiknya. Ibu pasien mengakui bahwa ia jarang mencuci alas tempat tidur

pasien dan tidak pernah menjemur kasur tempat tidur pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi

terhadap makanan, obat-obatan, dan debu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ada 3 anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien yakni

dua orang adik kandungnya dan satu orang tante pasien.

Riwayat asma, alergi makanan, obat-obatan dan debu disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Page 3: Laporan Penyuluhan Scabies Baru

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

• Tekanan darah : - mmHg

• Nadi : 98 x/m

• Suhu : 36 c

• Pernapasan : 24 x/m

Berat badan : 25 Kg

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada kelainan kulit

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,alis mata hitam, tidak ada

madarosis

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung :Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit

Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)

Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit (lihat status

dermatologikus)

Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-Jantung : Bunyi jantung I-II reguler,

murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat kelainan kulit

(lihat status dermatologikus)

Ekstremitasatas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat kelainan kulit

(lihat status dermatologikus)

Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, tidak terdapat kelainan

kulit

Status Dermatologis

Distribusi : Regional

Ad Regio : thorakalis anterior, abdomen, interdigitalis bilateral, palmar dan dorsum

manus bilateral

Lesi : multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai

lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering

Efloresensi : papul eritematosa, pustul, ekskoriasi, krusta

Diagnosis scabies

III. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Page 4: Laporan Penyuluhan Scabies Baru

Metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua dan anggota keluarga yang

lain yang berhubungan langsung dengan pasien dipilih sebagai intervensi yang akan

paling efektif. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengetahui apa saja penyebab, gejala,

pengelolaan dari scabies dan pencegahannya.

Intervensi dilakukan dengan cara melakukan Home Visit (Kunjungan Rumah) dan

melakukan wawancara secara langsung kepada orang tua pasien. Kemudian dilakukan

suatu edukasi kepada orang tua pasien dan anggota keluarga mengenai scabies,

bahwasanya:

1. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensititsasi

Sarcoptes scabiei variety. Hominis. Sarcoptes scabiei adalah kutu atau tungau

kecilberwarna transparant.

2. Penyebab dari scabies antara lain penularan melalui kontak langsung melalui kulit,

melalui alas tempat tidur, pemakaian handuk dan pakaian bersama, serta pemakaian sabun

bersama dll.

3. Scabies memperlihatkan gejala berupa terutama gatal dimalam hari, tonjolan kulit

( lesi ) warna keabu – abuan beberapa mm. Kadang disertai nanah karena infeksi akibat

garukan.

4. Perawatan pada anak dan dewasa cuci baju dan alas tidur semua dengan air panas,

menjemur kasur atau tempat tidur dibawah sinar matahari lebih dari 6 jam, obati semua

naggota keluarga, mandi dengan sabun yang mengandung sulfur.

5. Pencegahan Individu yang dekat dengan pasien harus menjalani pengobatan antiskabies

secara serentak. Untuk mencegah penularan kembali, tempat tinggal atau rumah harus

dibersihkan.

IV. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan balik kepada orang tua setelah

dokter menjelaskan tentang scabies, pengelolaan, komplikasi dan pencegahan dari scabies guna

mengetahui seberapa besar orang tua dapat menerima informasi yang telah diberikan. hasilnya

pasien dan orang tuanya memberikan respon yang baik. Hal ini menandakan bahwa orang tua

pasien telah menerima dan memahami informasi yang teklah disampaikan oleh dokter.