Upload
others
View
40
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Perbanyakan Vegetatif
PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN DENGAN GRAFTING
Oleh,
Prekdi S. Berutu NIM : 160301034
Mata Kuliah : Perbanyakan Vegetatif
Dosen Pengampu : Yenni Marnita, SP., MP.
PROGRAM STUDY AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Perbanyakan Vegetatif Tanaman dengan Grafting”.
Penulisan laporan adalah salah satu tugas mata kuliah Perbanyakan Vegetatif
di Universitas Samudra. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya kepada Ibu dosen dan Asisten Praktikum yang telah memberikan materi,
sehingga memberikan modal awal buat penulisan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di harapkan
dapat tercapai.
Langsa, 15 Desember 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Botani Durian ........................................................................................ 3
2.2 Syarat Tumbuh Durian ........................................................................ 4
2.3 Perbanyakan Vegetatif ......................................................................... 4
2.4 Grafting.................................................................................................. 5
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyambungan....................... 7
2.6 Teknik Sambung Pucuk ....................................................................... 10
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ............................................................. 12
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 12
3.2 Bahan dan Alat...................................................................................... 12
3.3 Prosedur Kerja ...................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 14
4.1 Hasil........................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 14
BAB V PENUTUP................................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 16
5.2 Saran ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17
LAMPIRAN............................................................................................................. 18
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah tropis
dilewati oleh garis khatulistiwa dan memiliki keanekaragaman tanaman buah, baik
jenis tanaman yang berbuah musiman maupun jenis tanaman yang berbuah sepanjang
tahun, salah satunya adalah tanaman durian. Indonesia dikenal sebagai negara yang
kaya raya akan plasma nutfah (termasuk durian). Banyaknya varietas yang ada tidak
mampu mewarnai agribisnis buah di Indonesia. Tidak ada buah yang paling menonjol
secara nasional seperti : Durian Monthong dari Thailand. Kondisi ini diperburuk
dengan membanjirnya durian impor dipasar tradisional hingga supermarket. Seolah-
olah menenggelamkan varietas durian nasional. Durian merupakan tanaman asli Asia
Tenggara yang beriklim tropika basah, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan
Thailand. Di Indonesia pusat keragaman genetiknya terutama berada di Kalimantan
(27 spesies) dan Sumatera (11 spesies). Durian liar yang telah dikenal dan
dimanfaatkan tercatat sebanyak 13 spesies (Sarwono 1995).
Banyaknya peminat dan permintaan pasar salah satunya karena durian
mempunyai manfaat yang sangat banyak, diantaranya akar dijadikan obat demam, daun
durian dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan infeksi pada kuku, kulit buahnya
untuk mengobati ruam atau kerutan pada kulit yang biasa terjadi pada ibu-ibu pasca
melahirkan, biji dapat dibakar atau diolah dalam bentuk sajian lainnya sehingga dapa
di konsumsi, daging buah mngandung karbohidrat, protein dan lemak. Adapun manfaat
lain dari daging buah yaitu mengatasi sembelit, menjaga kesehatan kelenjar tiroid,
menambah energi, dan menghilangkan bau pada urin. Banyaknya manfaat dari
tanaman durian seperti diatas memberikan peluang kepada petani atau siapapun
termasuk pada kegiatan Kerja Praktek (KP) ini untuk membuat bibit durian
yang bermutu baik (Sindumarta 2012)
Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan
tanaman durian sehingga buah yang dihasilkan berkualitas, untuk meningkatkan
kualitas dan pengembangan tanaman durian, maka perlu dilakukan pembudidayaan
2
bibit durian secara vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, dan susuan. Salah satu
keistimewaan bibit durian hasil perbanyakan dengan cara vegetatif adalah tanaman
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi yaitu tidak menyimpang dari sifat
induknya dan masa panen lebih cepat. Diantara metode tersebut, perbanyakan tanaman
durian yang paling efektif dan efisien adalah dengan sambung pucuk karena dapat
menghasilkan bibit yang lebih banyak dan berkualitas serta lebih menghemat biaya,
tenaga, dan bahan dibandingkan cara yang lain. Cara ini menggabungkan sifat-sifat
baik dari kedua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan
pertumbuhan yang seragam, dengan menggunakan cara ini maka produksi akan dapat
lebih tinggi (Prasetyo 2012).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyambungan
2. Melihat berapa tingkat keberhasilan teknik perbanyakan durian (Durio
zibethinus Murr.) dengan cara sambung.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Durian
Durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika basah,
khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia pusat keragaman
genetiknya terutama berada di Kalimantan (27 spesies) dan Sumatera (11 spesies).
Durian liar yang telah dikenal dan dimanfaatkan tercatat sebanyak 13 spesies
(Sarwono 1995). Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia
Tenggara. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk
tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah “ Raja dari Segala Buah
” (King of the fruit). Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata
duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan
untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian termasuk famili
Bombacaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan, yang lazim disebut durian adalah
tumbuhan dari marga (Genus) Durio (Fathul 2012).
Durian mempunyai manfaat yang sangat banyak, diantaranya akar dijadikan
obat demam, daun durian dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan infeksi pada kuku,
kulit buahnya untuk mengobati ruam atau kerutan pada kulit yang biasa terjadi pada
ibu-ibu pasca melahirkan, biji dapat dibakar atau diolah dalam bentuk sajian lainnya
sehingga dapa di konsumsi, daging buah mngandung karbohidrat, protein dan lemak.
Adapun manfaat lain dari daging buah yaitu mengatasi sembelit, menjaga kesehatan
kelenjar tiroid, menambah energi, dan menghilangkan bau pada urin (Sindumarta
2012).
Klasifikasi Tanaman Durio zibethinus Murr.
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Supermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Bombacaceae
Genus : Durio
4
Spesies : Durio zibethinus Murr.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Durian
A. Iklim
Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal
1500-3000 mm/tahun. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-
80%, sedangkan suhu yang dibutuhkan durian rata-rata 20-30 0C, pada suhu 15 0C
durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35 0C daun
akan terbakar (Jamil 2010).
B. Media Tanam
Tanaman durian membutuhkan tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik).
Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang
memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-
butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi.
Derajat keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman durian adalah pada pH 5-7, dengan
pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran
dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam yang cukup,
minimum ( 50-150 cm ) dan optimum (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu
dangkal atau dalam, rasa buah tidak manis, tanaman akan kekeringan dan akar busuk
akibat selalu tergenang.
C. Ketinggian Tempat
Untuk budidaya durian, dalam pemilihan lokasi budi daya ketinggian tempat untuk
bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang
cocok ditanam diberbagai ketinggian (Jamil 2010).
2.3 Perbanyakan VegetatifPerbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu
perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi,
rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat
dilakukan secara buatan yaitu perbanykan tanaman tanpa melalui perkawinan atau
5
tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan
campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif
buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki
kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak
dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat
dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu,
perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting)
(Rahman, Maria, dan Yomi, 2012).
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi
bibit dengan cara perbanyakan vegetatif yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi
tumbuh, panjang entris), (2) faktor lingkungan (ketajaman, kesterilan alat, kondisi
cuaca, waktu pelaksanaan), dan (3) faktor keterampilan orang yang melakukanya
(Naipospos, 2015).
2.4 Grafting (Sambung)
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan
batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga
tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan
suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain.
Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak
variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting
ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia
menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping
itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari
sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga
batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing
6
Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang
dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan
ini bersama-sama membentuk individu yang baru.
Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya
onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar,
sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas
dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang
untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang atas
dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih
batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal
demikian tidak selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-
sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya
persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan
untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak
jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan.
Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :
1. Keuntungan
a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan
vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap
keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau
gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak
di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan
mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman
kehutanan).
2. Kerugian
a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah
jika ditiup angin kencang
7
b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock
2.5 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyambungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Pohon Induk dan Entres
Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber batang
atas (entres), baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang sudah produktif yang
berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif. Kebun pohon induk adalah kebun
yang ditanami dengan beberapa varietas buah unggul untuk sumber penghasil batang
atas (entres) untuk perbanyakan dalam jumlah besar. Lokasi pohon induk sebaiknya
tidak jauh dengan lokasi perbanyakan tanaman, untuk memudahkan pelaksanaan
perbanyakan bibit.
Pohon induk yang akan diambil entresnya adalah benih dasar, BD (Foundation
seed, FS). Benih dasar diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman
sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar diproduksi oleh
Balai benih (terutama Balai Benih Induk, BBI) dan proses produksinya diawasi dan
disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) (Wirawan B dan
Wahyuni S, 2002).
Pucuk yang digunakan sebagai batang atas adalah pucuk pada stadium istirahat
atau tunas tidur menjelang fase generatif. Menurut Sukarmin (2011) waktu
pengambilan entres yang baik adalah pagi hari, antara pukul 7.00-9.00 dengan
menggunakan gunting pangkas.
Kriteria tanaman yang akan dijadikan sebagai batang atas :
a. Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang bawahnya, sehingga
batang atas ini mampu menyatu dan dapat berproduksi dengan optimal. Cabang
dari pohon yang sehat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan hama dan
penyakit.
8
b. Cabang berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-benar yang seperti kita
kehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (Prastowo et al, 2006).
b. Batang Bawah
Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi
sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang
berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.
Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang bawah :
a. Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang atasnya, sehingga batang
bawah ini mampu menyatu dan menopang pertumbuhan batang atasnya.
b. Tanaman dalam kondisi sehat.
c. Sistem perakarannya baik dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah yang
kurang menguntungkan, termasuk hama dan penyakit yang ada dalam tanah.
d. Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang disambungkan.
e. Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat.
Pertumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya,
karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri (Prastowo et al,
2006).
2. Faktor Eksternal
a. Waktu Penyambungan
Pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cerah, tidak hujan, dan
tidak di bawah terik matahari. Waktu terbaik melaksanakan penyambungan adalah
pada pagi hari, antara jam 07.00 – 11.00, karena pada saat tersebut tanaman sedang
aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan
optimum. Di atas jam 12.00 siang daun mulai layu, tetapi ini bisa diatasi dengan
menyambung ditempat teduh, terhindar dari sinar matahari langsung (Sunarjono,
2000).
b. Temperatur dan Kelembapan
9
Temperatur dan kelembapan yang optimal dapat mempertinggi pembentukan
jaringan kalus yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu sambungan. Temperatur
yang diperlukan dalam penyambungan berkisar antara 7,2 0C – 32 0C, bila temperatur
kurang dari 7,2 0C pembentukan kalus akan lambat dan apabila lebih dari 32 0C
pembentukan kalus akan menjadi lambat dan mematikan sel-sel pada sambungan.
Temperatur optimum pada penyambungan adalah 25 0C – 30 0C.
c. Curah Hujan
Keadaan curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman durian. Curah
hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembapan tinggi yang menyebabkan populasi
jamur meningkat yang akan menyerang tanaman didalam sungkup. Curah hujan yang
rendah dapat menyebabkan kekeringan.
d. Faktor Tanaman
1. Kompatibilitas dan Inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang bawah yang berukuran sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Menurut Hartman et al. (1997)
inkompatibilitas antara jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria
sebagai berikut :
1. tingkat keberhasilan sambungan rendah
2. pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning,
rontok dan mati tunas
3. mati muda pada bibit sambungan
4. terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas
5. terjadi pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah
2. Penyatuan Kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,
diperlukan batang atas dan batang bawah yang mempunyai ukuran yang sama. Posisi
batang yang telah disayat jangan terlalu lama terbuka agar kambium tidak kering, maka
pekerja harus memiliki kecepatan dalam proses penyambungan.
10
e. Faktor Pelaksanaan
Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi
penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses penyambungan jangan
terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Dalam penyambungan diperlukan
ketajaman dan kebersihan alat. Selain itu, juga dibutuhkan tali pengikat yang tipis dan
lentur. Keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu
diperhatikan. Hal ini untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang
atas dan batang bawah yang serasi.
2.6 Teknik Sambung Pucuk
Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian atas
atau pucuk dari batang bawah. Caranya sebagai berikut :
1. Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-10
cm. bagian pangkal disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga
bentuk irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan ke
dalam belahan batang bawah.
2. Pengikatan dengan tali plastik yang terbuat dari kantong plastik ½ kg selebar 1
cm. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3
kali panjang semula. Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas.
3. Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu diperhatikan
agar kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah.
Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik bening. Agar
sungkup plastik tidak lepas bagian bawahnya perlu diikat. Tujuan
penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban
udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi.
4. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung
dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan yang
berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan berwarna hitam dan
kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa dibuka. Namun, pita
11
pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu kemudian (Prastowo et al,
2006).
12
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Sambung (Grafting)
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 November 2018 pukul 16.00 WIB s/d selesai
di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Samudra.
3.2 Bahan dan Alat
1. Bahan
1. Pita pengikat, rafia
2. Batang bawah dan batang atas
3. Kantong plastik
2. Alat
1. Gunting grafting ( Stek )
2. Pisau grafting
3. Batu asahan
4. Papan kayu untuk alas pemotongan scion
3.3 Prosedur Kerja
1. Potong scion secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas kemudian
sayat miring pangkal scion, sedangkan sebelah lagi cukup dengan mengelupas
kulitnya sehingga tinggal kambiumnya saja, (jika menggunakan teknik Veneer
dan teknik rind) sayat kedua sisi scion berbentuk huruf V, (bila menggunakan
teknik grafting top cleft graf) dan usahakan dalam penyayatan jangan sampai
berulang-ulang.
2. Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan sambungan yang
diinginkan.
3. Sambungkan scion pada rootstock dengan memperhatikan apakah kambium
scion dan kambium rootstock telah saling berlekatan, bila batang bawah tidak
13
sama besar dengan batang atas, maka salah satu sisinya diusahakan berimpit
(satu- garis) supaya kambium bisa bersatu, walaupun hanya satu sisi. (grafting
top cleft).
4. Ikat sambungan dengan pita grafting plastik, para film atau tali rafia, sehingga
kambiumnya dapat melekat erat.
5. Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik transparan (bening) untuk
menjaga kestabilan suhu.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan terhadap sambung pucuk tanaman durian (Durio zibethinus Murr.)
pada praktikum ini tidak ada sambungan yang berhasil, seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini :
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase hidup sambung pucuk
(grafting) pada praktikum ini adalah 0 %. Hal ini diduga karena dilakukan pada sore hari.
Waktu yang baik untuk melakukan penyambungan adalah pada pagi hari, antara jam
07.00 – 11.00, karena pada saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga
kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum (Sunarjono, 2000).
Faktor lain yang mempengaruhi sambungan hidup, pertambahan panjang entres
dan diameter batang bawah yaitu daya gabung (kompatibilitas) antara batang atas dan
batang bawah. Kompatibilitas mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman hasil
sambungan dan berlanjut pada bertambahnya panjang entres dan pertambahan diameter
batang bawah. Pada penyambungan yang kompatibel diduga terjadi lignifikasi dinding sel
15
yang dapat menyatukan sel-sel yang berdekatan diluar daerah penyatuan sambungan.
Sebaliknya dinding sel daerah penyatuan sambungan pada gabungan yang inkompatibel
tidak menghasilkan lignin dan hanya dihubungkan oleh serat selulosa (Hartman et al.,
1997). Gagalnya penyatuan antara batang atas dan batang bawah (inkompatibilitas) dapat
disebabkan oleh respon fisiologi antara kedua bagian yang disambungkan, transmisi virus
atau fitoplasma dan kelainan anatomi jaringan pembuluh pada jembatan kalus.
Zat pengatur tumbuh juga menjadi salah satu fator dalam keberhasilan sambung
pucuk pada durian. Pemakaian Zat Pengatur Tumbuhpada tanaman biasanya dilakukan
dengan penyemprotan/perendaman ke permukaan daun. Dalam penelitian ini tidak ada
perlakuan pemberian ZPT, padahal zat pengatur tumbuh ini kemudian pada metabolisme
lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Nah, diduga ketidak berhasilan sambungan pada praktikum ini salah satunya dikarenakan
tidak ada perlakuan ZPT (Intan, 2008).
Kecepatan dalam penyambungan juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan
grafting. Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi
penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses penyambungan jangan
terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Dalam penyambungan diperlukan
ketajaman dan kebersihan alat. Selain itu, juga dibutuhkan tali pengikat yang tipis dan
lentur. Keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu
diperhatikan. Hal ini untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang
atas dan batang bawah yang serasi. Dalam praktikum ini diduga penyambungan yang
dilakukan kurang cepat sehingga menyebabkan daerah yang dipotong menjadi kering
dan diduga terkena virus dari udara luar.
Dalam penyambungan alat yang digunakan juga harus steril untuk mencegah
adanya penyakit maupun virus dalam alat yang digunakan. Sterilisasi alat biasanya
digunakan dengan alkohol. Pada praktikum ini tidak adanya sterilisasi alat dengan
alkohol sehingga dapat diduga bahwa ketidakberhasilan sambung ini salah satunya
berasal dari alat yang digunakan.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam penyambungan durian ada bayak faktor yang harus diperhatikan demi
keberhasilan sambungan. Faktor yang perlu diperhatikan seperti kompatibilitas dan
inkompatibilitas antara batang atas dan batang bawah karena pada umumnya batang
atas dan batang bawah yang berukuran sama akan menghasilkan sambungan yang
kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil sambungan akan hidup lama, produktif
dan kuat. Faktor lain yang perlu diperhatikan suhu dan kelembapan.
Kecepatan dalam penyambungan juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan
grafting. Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi
penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses penyambungan jangan
terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Zat pengatur tumbuh juga menjadi salah
satu fator dalam keberhasilan sambung pucuk pada durian. Faktor lain yang menentukan
keberhasilan sambung pucuk pada durian yaitu sterilisasi alat.
5.2 Saran
1. Dalam teknik grafting sebaiknya dilakukan dengan cepat agar tidak
terkontaminasi oleh virus.
2. Pemberian ZPT perlu untuk merangsang penyatuan kambium pada grafting
durian.
3. Alat yang dipakai harus disterilkan terlebih dahulu.
4. Perhatikan suhu dan kelembapan di sekitar tempat melakukan penyambungan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anto dan Erma. 2012. Laporan Kerja Praktek Teknik Perbanyakan Bibit DurianMontong dan Durian Tembaga dengan Metode Grafting. Jurusan BiologiFMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.
Hartman and Kester. (1997). Plant Propagation: Principle and Practices. New Jersey :Sixth Ed. Prentice hall, Inc. 768 page.
Jamil,A.H. Widyantodan P.H Sinaga. 2010. Petunjuk teknis budidaya tanaman durian.Agrao Inovasi. Riau
Naipospos, N. 2015. Teknik Grafting untuk Perbanyakan Tanaman. Penyuluhan PKKdesa Karang Kedawung, Sokaraja, Banyumas.
Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan VegetatifTanaman Buah. World Agroforestry Center. Bogor.
Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. 2012. MakalahDasar-dasar Agronomi: Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif. ProgramStudi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.
Sarwono.1995. Ragam Varietas Durian Budidaya. Trubus EdisiDesember No.313 tahun XXVI: Hlm.15
Sindumarta, D. 2012. Awet Muda Dengan Durian Dan Buah-Buahan KhasNusantara.Grafindo Litera Media. Yogyakarta.
Sukarmin. 2011. Teknik Uji Daya Simpan Entres Durian Varietas Kani sebagai BahanPenyambungan. Teknisi Litkayasa Penyedia Balai Penelitian Tanaman BuahTropika. 16 (2), 48-51
Sunarjono, H. 2000. Aneka Permasalahan Durian dan Pemecahannya. PenebarSwadaya. Jakarta
Wiryanta, Bernad T.Wahyu. 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka.Jakarta.Winarno,M.1990. Teknik Perbanyakan Cepat Buah-BuahanTropika.Pslitbanghor: Jakarta
Wudianto, R. 2002. Cara Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.Jakarta.
Wudianto,R, (2002). Membuat Setek, cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penerbit PT.Penebar Swadaya.
18
LAMPIRAN
Gambar 1. Pemotongan Batang Bawah
Gambar 2. Penyiapan Batang Atas
19
Gambar 3. Proses Penyambungan
Gambar 4. Pengikatan Pertautan Sambungan
Gambar 5. Proses Penyambungan selesai