26
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan ranking atau peringkat 2B dalam diversitas tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Pemanfaatan keanekaragaman hayati agar dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan dan pelestarian. Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup. Dalam UU No 12 tahun 1992, pasal 1 butir 2, plasma nutfah diartikan sebagai substansi yang terdapat dalam kelompok mahluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan. Menyadari peran penting plasma nutfah yang merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran penting lainnya yaitu plasma nutfah ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.

Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Embed Size (px)

DESCRIPTION

plasma nutfah

Citation preview

Page 1: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mendapatkan ranking atau peringkat

2B dalam diversitas tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Pemanfaatan

keanekaragaman hayati agar dapat berkesinambungan, maka tindakan

eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan

dan pelestarian. Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan

dasar, dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial

tertentu disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung

lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan

semua makhluk hidup. Dalam UU No 12 tahun 1992, pasal 1 butir 2, plasma

nutfah diartikan sebagai substansi yang terdapat dalam kelompok mahluk

hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan.

Menyadari peran penting plasma nutfah yang merupakan kekayaan alam yang

sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran

penting lainnya yaitu plasma nutfah ini dapat dimanfaatkan dan

dikembangkan untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.

Kekayaan sumber daya hayati taanaman obat tradisional dapat

dikembangkan menjadi industri obat tradisional seperti yang telah dilakukan

di beberapa daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Pesatnya

perkembangan industri obat tradisional yang masih mengandalkan sumber

pasokan sampai kini sebagian besar sekitar 85% bahan baku berasal dari

hutan atau habitat alami telah berdampak negatif terhadap eksistensi tanaman

obat. Terdapat puluhan jenis tanaman mulai mengalami erosi genetik atau

timbulnya kelangkaan tanaman obat.

Upaya mempertahankan keberadaan plasma nutfah adalah konservasi.

Konservasi tersebut secara garis besar terdiri dari konservasi in-situ dan

konservasi ex-situ. Kesediaan yang lestari dari plasma nutfah secara ex-situ

dilakukan antara lain dengan upaya rejuvenasi atau pembaharuan

Page 2: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

viabilitasnya, dan juga dapat dilakukan eksplorasi untuk mencari,

mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk

mengamankan dari kepunahan.

Tidak cukup dengan kegiatan rejuvenasi dan eksplorasi saja, namun

plasma nutfah yang sudah terkoleksi harus diberdayakan dengan cara

dikarakterisasi (sifat-sifat agronominya) dan dievaluasi (ketahanan cekaman

biotik dan abiotik). Evaluasi bisa dilakukan secara morfologi/fenotipe atau

secara molekular agar supaya dapat dimanfaatkan secara tepat. Selain itu

untuk mempermudah mendapatkan informasi dari koleksi plasma nutfah yang

kita koleksi maka perlu dilakukan dokumentasi yang memadai, sebaiknya

dilakukan secara komputerisasi sehingga membentuk suatu database yang

dapat diakses secara mudah oleh para peneliti atau yang memerlukannya.

Pemanfaatan plasma nutfah tanaman obat yang lebih sederhana adalah

menggunakanya secara langsung untuk industri obat tradisional juga dapat

menghindarkan dari kepunahan asalkan diimbangi dengan upaya pelestarian

dan pengamanan plasma nutfah.

Dari tahun ke tahun terjadi degradasi generasi lahan yang cepat seiring

dengan erosi plasma nutfah. Banyak jenis tumbuhan asli sukar dijumpai

bahkan punah jika dicari ditempat-tempatnya yang asli. Diantara berbagai

plasma nufah yang ada, maka tumbuhan obat merupakan kelompok tumbuhan

yang erosinya tergolong pesat. Mengingat manfaat tumbuhan obat bagi

kebutuhan manusia maka dilakukan usaha pelestariannya. Praktikum Plasma

Nutfah ini dianggap perlu, karena selain mahasiwa akan mempelajari tentang

keanekaragaman sumber hayati tanaman obat, mahasiswa juga dituntut dapat

melestarian tanaman obat secara in-sit dan ex-situ. Praktikum ini bertujuan

untuk menerapkan teori yang didapat saat diruang kuliah dengan praktek di

lapangan sehingga mahasiswa mampu dan ikut serta dalam upaya pelestarian

tanaman obat di Indonesia.

Page 3: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Plasma Nutfah ini antara lain sebagai berikut :

a. Mahasiswa mengetahaui macam keanekaragaman plasma nutfah di alam

bebas.

b. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan jenis-jenis plasma nutfah

c. Mahasiswa mengetahaui dan mampu melestarikan tanaman obat secara in-

situ

d. Mahasiswa terampil dalam membudidayakan tanaman obat untuk

pelestarian ek-situ

Page 4: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Keanekaragaman Hayati

Sebagai sumber genetik, plasma nutfah merupakan sumber sifat yang

dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk perbaikan genetik tanaman

dalam rangka menciptakan jenis unggul atau kultivar baru untuk memenuhi

kebutuhan umat manusia. Tanpa adanya sumber-sumber gen, maka upaya

memperoleh kultivar-kultivar yang lebih sesuai untuk kebutuhan manusia

tidak akan berhasil. Semakin beragam sumber genetik, semakin besar peluang

untuk merakit varietas unggul baru yang diinginkan (Sumarno, 2007).

Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh satu

spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu

jenis tana-man budidaya. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar,

strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies

tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di

berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara

nasional (Sastrapraja dkk, 1989).

Indonesia sudah sejak lama menggunakan tanaman herbal obat sebagai

obat alternatif, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi yang melanda

Indonesia. Tanaman obat dipakai sebagai pengobatan alternatif/pilihan bagi

ekonomi lemah. Tanaman obat ini sedang menjadi isu di negara-negara

berkembang dan bagaimana memberikan perlindungan hukum terhadap

tanaman obat. Maka negara-negara berkembang perlu untuk mempelajarinya

(Junus, 2000).

Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh satu

spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu

jenis tana-man budidaya. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar,

strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies

tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di

berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara

nasional (Sastrapraja dkk, 1989).

Page 5: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Di Amerika Serikat menurut, dari 45 macam obat penting berasal dari

tumbuhan obat tropika, 14 spesies barasal dari Indonesia diantaranya obat anti

kanker vinblastin dan vincristine yang berasal dari tapak dara (Catharanthus

roseus) dan obat hipertensi reserpine yang berasal dari puleai pandak

(Rauvolfia serpentina). Dari penelitian yang telah dilakukan Sirait (2001)

menunjukan bahwa 80% tanaman-tanaman obat untuk jamu didominasi oleh

famili Zingiberaceae menyusul Piperaceae dan Umbeliferae. Ketiga famili

tersebut mempunyai aroma, warna bunga, umbi yang jelas dan mudah

ditanam (Pramono, 2001).

2. Pelestarian In Situ

Teknik konservasi plasma nutfah secara umum terdiri dari konservasi

in-situ dan konservasi ex-situ. Konservasi in-situ bersifat pasif, karena dapat

terlaksana dengan hanya mengamankan tempat tumbuh alamiah sesuatu jenis.

Dengan demikian jenis-jenis tersebut diberi kesempatan berkembang dan

bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitatnya yang asli, tanpa

campur tangan manusia. Selanjutnya disebutkan bahwa cara kedua dilakukan

dengan lebih aktif, yaitu memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau

tempat pemeliharaan baru (Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah, 2002).

Keragaman plasma nutfah dapat dipertahankan dalam bentuk kebun

koleksi, penyimpanan benih, kultur jaringan, kultur serbuk sari, atau bagian

tanaman lainnya. konservasi plasma nutfah secara ex-situ merupakan cara

pelestarian yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik selalu

tersedia bagi para pemulia dan pengguna lainnya (Ford Llyod et al., 1986).

Hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pemanfaatan tumbuhan obat

adalah kelestarian dari jenis tumbuhan tersebut agar tidak punah. Upaya

peningkatan budidaya, selain melestarikan sumber bahan OT (Obat

Tradisional)/OAI (Obat Asli Indonesia), diharapkan dapat mengembangkan

produksi tumbuhan obat dalam negeri, dan selanjutnya dapat diekspor

sehingga memberikan nilai tambah dalam pertumbuhan ekonomi

(Muharso, 2000).

Page 6: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Untuk pelestarian tumbuhan obat, agaknya kecenderungan ini perlu

dikaji manfaatnya. Berbicara mengenai pelestarian keanekaragaman hayati,

usaha ini di negara–negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

memang menjumpai banyak tantangan. Tanpa mengkaitkannya dengan

pembangunan nasional secara menyeluruh, pemerintah akan menganggap

usaha pelestarian itu sebagai beban, bukan sebagai peluang

(Sastrapradja, 1989).

Plasma nutfah tanaman ekonomis yang telah dilestarikan di seluruh

dunia berjumlah sekitar 3,9 juta aksesi koleksi. Sekitar 53% dimiliki oleh

negara-negara maju (Amerika, Eropa, dan Rusia), 16% dimiliki oleh lembaga

penelitian pertanian internasional (seperti IRRI, ICRISAT, CIMMYT, CIAT,

CIP), dan hanya 31% dimiliki oleh negara-negara sedang berkembang di

Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Fagi dkk, 1996).

Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia menurut

disebabkan karena a) Kerusakan habitat, b) Punahnya budaya dan penge-

tahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, c)

Pemanenan tumbuhan obat yang berle-bihan. Adanya eksploitasi terhadap

kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan

obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya

(Zuhud et al.,2001).

3. Pelestarian Ex Situ

Page 7: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

C. METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Keanekaragaman Sumber Hayati Tanaman Obat

Praktikum Plasma Nutfah tentang Keanekaragaman Sumber Hayati

Tanaman Obat dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 11-24

Maret 2013 di Pasar Tradisional daerah Karanganyar yaitu Pasar Jongke.

b. Pelestarian In-situ

Praktikum Plasma Nutfah tentang Pelestarian In-situ dilaksanakan

pada hari Minggu, 7 April 2013 di Toh Kuning Karangpandan dan

Jumantono, Karanganyar.

c. Pelestarian Tanaman Kencur dengan Cara Ex-situ

Praktikum plasma nutfah tentang Pelestarian Tanaman Kencur

dengan Cara Ex-situ dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2011 di Rumah

Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d. Pelestarian Tanaman Kunyit dengan Cara Ex-situ

Praktikum plasma nutfah tentang Pelestarian Tanaman Kunyit

dengan Cara Ex-situ dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2011 di Rumah

Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

e. Pelestarian Tanaman Jahe dengan Cara Ex-situ

Praktikum plasma nutfah tentang Pelestarian Tanaman Jahe dengan

Cara Ex-situ dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2011 di Rumah Kaca

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

f. Pelestarian Tanaman Temulawak dengan Cara Ex-situ

Praktikum plasma nutfah tentang Pelestarian Tanaman Temulawak

dengan Cara Ex-situ dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2011 di Rumah

Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan bahan

a. Alat

1) Alat tulis

2) Kamera

Page 8: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

3) Pot

4) Sekop

b. Bahan

1) Media tanam, berupa pasir, tanah, dan pupuk kandang

2) Bibit tanaman obat : kencur, kunyit, jahe, temulawak

3. Cara Kerja

a. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati

1) Melakukan survey di pasar jenis-jenis simplisia

2) Melakukan inventarisasi jenis-jenis tanaman obat

3) Mencari di lapangan tanaman dari simplisia yang didapat di pasar

4) Menguraikan cara hidup tanaman tersebut

5) Menunjukkan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey

b. Pelestarian In-situ

1) Melakukan survey di pasar jenis-jenis simplisia

2) Mencari di lapang tanaman dari simplisia yang didapat di pasar

3) Menguraikan cara hidup tanaman tersebut

4) Menunjukkan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey dan

melampirkannya dalam laporan sementara

c. Pelestarian Tanaman Kencur (Kaempferia galanga)

1) Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan

pupuk kandang dengan perbandingan 2:1

2) Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm

3) Menyiram bibit dan memelihara tanaman

4) Mengamati pertumbuhan dari tanaman

d. Pelestarian Tanaman Kunyit (Curcuma longa)

1) Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan

pupuk kandang dengan perbandingan 2:1

2) Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm

3) Menyiram bibit dan memelihara tanaman

4) Mengamati pertumbuhan dari tanaman

e. Pelestarian Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

Page 9: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

1) Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan

pupuk kandang dengan perbandingan 2:1

2) Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm

3) Menyiram bibit dan memelihara tanaman

4) Mengamati pertumbuhan dari tanaman

f. Pelestarian Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

1) Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan

pupuk kandang dengan perbandingan 2:1

2) Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm

3) Menyiram bibit dan memelihara tanaman

4) Mengamati pertumbuhan dari tanaman

Page 10: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Gambar 1.1 Tanaman Kunyit

D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian In Situ

a. Hasil Pengamatan

1) Tanaman Kunyit (Curcuma longa)

Kegunaan : - Penyedap masakan, bumbu dan pewarna

masakan

- Menyembuhkan Sakit perut, diare, dan perut

kembung

- Mengurangi rasa nyeri dan lelah pada saat haid

- Melancarkan aliran peredaran darah

Harga pasar : - Basah : Rp 4000/kg

- Kering : Rp 40.000/kg

Habitat :

kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari

ketinggian 240 m dpl sampai 2000 m dpl. Habitatnya di daerah dengan

curah hujan 2000-2400 mm per tahun. Jenis tanah yang diinginkan

tanaman kunyit adalah tanah yang ringan dengan bahan organik tinggi.

Kunyit tumbuh di daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau

daerah yang ternaungi.

Syarat Budidaya :

1. Iklim

Page 11: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

a. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki

intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat

baik hidup pada tempat- tempat terbuka atau sedikit naungan.

b. Pertumbuhan optimum dicapai pada daerah yang memiliki curah

hujan 1500-4000 mm per tahun. Bila ditanam di daerah curah

hujan kurang dari 1000 mm per tahun, maka sistem pengairan

harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat

dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik

adalah pada penanaman awal musim hujan.

c. Suhu udara yang optimum bagi pertumbuhan dan produksi

tanaman kunyit ini antara 19o- 30oC.

2. Ketinggian tempat

a. Kunyit tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi

(antara 2000 - 2400 m dpl).

b. Untuk mendapatkan produksi rimpang kunyit yang tinggi, maka

sebaiknya ditanam di dataran rendah yang tempatnya terbuka. Di

dataran tinggi yang iklimnya sejuk dan lembab, produksi rimpang

sedikit berkurang dan pertumbuhan tanaman lambat, tetapi kadar

minyat atsirinya tinggi.

3. Media tanam

a. Kunyit tumbuh subur pada tanah liat berpasir (lempung berpasir)

yang gembur, subur, dan berpengairan baik.

b. Untuk memperoleh persyaratan tanah yang subur dan gembur,

maka tanah perlu diolah secara sempurna dan cukup dalam serta

ditambahkan pupuk organik.

Page 12: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Gambar 2.1 Tanaman Mahkota Dewa

Gambar 1.1 Tanaman Sirih

2) Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Kegunaan :

Harga pasar :

Habitat :

Syarat Budidaya :

3) Tanaman Sirih (Piper betle)

Kegunaan :

Harga pasar :

Habitat :

Syarat Budidaya :

Page 13: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Gambar 1.1 Tanaman Temu Ireng

Gambar 1.1 Tanaman Temu Ireng

4) Tanaman Temu Ireng (Curcuma aeruginosa)

Kegunaan :

Harga pasar :

Habitat :

Syarat Budidaya :

5) Tanaman Pala (Myristica fragans)

Kegunaan :

Harga pasar :

Habitat :

Syarat Budidaya :

b. Pembahasan

Page 14: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

2. Pelestarian Ex Situ

a. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pertumbuhan Tanaman Kencur (Kaempferia galanga)

No Minggu ke-Keadaan Tanaman Jumlah

Tunas

Jumlah

DaunHidup Mati

1 I

2 II

3 III

4 IV

5 V

6 VI

7 VII

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.1 Pertumbuhan Tanaman Kunyit (Curcuma longa)

No Minggu ke-Keadaan Tanaman Jumlah

Tunas

Jumlah

DaunHidup Mati

1 I

2 II

3 III

4 IV

5 V

6 VI

7 VII

Sumber : Laporan Sementara

Page 15: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Tabel 1.1 Pertumbuhan Tanaman Jahe (Zingiber officinale)

No Minggu ke-Keadaan Tanaman Jumlah

Tunas

Jumlah

DaunHidup Mati

1 I

2 II

3 III

4 IV

5 V

6 VI

7 VII

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.1 Pertumbuhan Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

No Minggu ke-Keadaan Tanaman Jumlah

Tunas

Jumlah

DaunHidup Mati

1 I

2 II

3 III

4 IV

5 V

6 VI

7 VII

Sumber : Laporan Sementara

b. Pembahasan

Page 16: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Manfaat Pekarangan Untuk Tanaman Obat Keluarga. Agromedia Pustaka: Jakarta

Anonima. 2008. Khasiat Temulawak. http://id.wikipedia.org (Diakses pada hari Senin tanggal 27 April 2008 pukul 17.10)

Anonimb. 2011. Profil Tanaman Obat di Kabupaten Sumedang. Pemerintah Kabupaten Sumedang. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Hal. 37.

Arifin, S., M. Ghulamahdi dan L.K. Darusman, 2001. Standardisasi teknologi penyediaan bahan aneka tanaman/tanaman obat. Seminar sehari synchronisasi pengadaan benih sumber Tanaman hias dan Aneka tanaman. Jakarta , 26 Juli 2001. 13 hal.

Arifin, Z. 1985. Pengolahan Hasil Produksi Tanaman Obat Sebagai Bagan Baku Jamu. Gramedia: Jakarta

Atjung. 1981. Tanaman Obat Dan Minuman Segar. CV. Yasaguna: Jakarta

Barnes, J., L.A. Anderson, J.D. Phillipson. 2002. Herbal Medicines. Second Edition. Pharmaceutical Press London. 530p.

Bermawie, N and U. Sutisna. 1999. Conservation and Productivity Improvement of Medicinal Plants in Indonesia. The second Meeting of The Asean Experts Group on Herbal and Medicinal Plants. Cisarua, Bogor, 13-15 July 1999.

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 2. Jakarta: Trubus Agriwidya. 214 hlm.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Edi, Santoso. 1990. Bisnis Empon-empon dari Jamu Gendong Sampai Keluar Negeri. Trubus No. 245, April Th. XXII

Ford-Llyod, B. and M. Jackson. 1986. Plant Genetic Resources; an Introduction to their conservation and use. Edward Arnold, London.

Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartono, Sugeng. 2001. Tanaman Apotik Hidup. Aneka Ilmu: Semarang

Page 17: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Herawati, Irma. 2000. Kajian Model Tata Ruang Instalasi Tanaman Obat Di Kebun Unit Konservasi Dan Budidaya Biofarmaka Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor - Biofarmaka IPB

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Isnanar, W. 2004. Kumpulan 1001 Ramuan Obat Tradisonal Indonesia. Mitra Binaan: Sidoarjo

Januwati M, Muhammad H. 1992. Cara Budidaya Pegagan (Centella asiatica L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1 (2) : 42-44

Junus, E. 2000. HaKI dalam Tanaman Obat. Makalah seminar “Tumbuhan Obat di Indonesia”, Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge (INRIK), Universitas Pajajaran dan yayasan Ciungwanara dengan Yayasan KEHATI. 26-27 April 2000.

Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2002. Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah. Deptan. Badan Litbang Pertanian. 42 halaman.

Lasmadiwati, E., Herminati, M.M., Indriani, Y.H. 2003. Pegagan, meningkatkan daya ingat, membuat awet muda, menurunkan gejala stres, meningkatkan stamina. Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hal

Muharso, 2000. Kebijakan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Indonesia. Makalah seminar “Tumbuhan Obat di Indonesia”, Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge (INRIK), Universitas Pajajaran dan yayasan Ciungwanara dengan Yayasan KEHATI. 26-27 April 2000.

Permintaan Jahe Tahun 1998. (1989). Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.

Pramono, E. 2001. Pengembangan Agromedisin Indonesia: Pemanfaatan Sumberdaya Alam Indonesia menjadi Komoditas Farmasi Unggulan.

Rachmawaty R. 2005. Pengaruh Naungan dan Jenis Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kandungan Triterpenoidnya Sebagai Bahan Obat. [Skripsi] Departemen Budidaya Pertanian Faperta IPB.

Rukmana, Rahmat. 1994. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Kanisius: Yogyakarta

Sastrapradja, S. D. 1989. Pengelolaan Sumber Hayati Indonesia. Kasus Khusus Tumbuhan Obat. . Makalah seminar “Tumbuhan Obat di Indonesia”, Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge (INRIK), Universitas Pajajaran dan yayasan Ciungwanara dengan Yayasan KEHATI. 26-27 April 2000.

Sudiarto, Hobir, M. Rahardjo, Rosita SMD dan H. Nurhayati. 1999. Dukungan Teknologi Budidaya untuk Pengembangan Industri Obat Tradisional.

Page 18: Laporan Plasma Nutfah Rachmad Dwi P

Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Agribisnis Berbasis Biofarmaka tanggal 13 –15 November 1999 di Jakarta. 21 hal.

Sumarno, 2007. Penggunaan bioteknologi dalam pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan untuk perakitan varietas unggul. Seminar Nasional Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah. Kerjasama Pusat Penelitian Bioteknologi IPB dan KNPN. Deptan.

Sunaryo., Fagi 1996. Penggunaan bioteknologi dalam pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan untuk perakitan varietas unggul. Seminar Nasional Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah. Kerjasama Pusat Penelitian Bioteknologi IPB dan KNPN Deptan.

Supriadi dkk., 1997. Tumbuhan obat Indonesia. Penggunaan dan Khasiatnya. Edisi pertama Agustus 2001. PPO: 10.2.4. Pustaka Populer Obor. 145 hal.

Tumbuhan Obat Hutan. Kasus Masyarakat Meru Betiri. Makalah seminar “Tumbuhan Obat di Indonesia”, Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge (INRIK), Universitas Pajajaran dan yayasan Ciungwanara dengan Yayasan KEHATI. 26-27 April 2000.

Widiyastuti, Yuli. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus Agriwidya: Karanganyar

Zuhud, E. A.M, Azis, S., M. Ghulamahdi, N. Andarwulan, L.K. Darusman. 2001. Dukungan teknologi pengembangan obat asli Indonesia dari segi budidaya, pelestarian dan pasca panen. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Hayati mendukung Agribisnis Tanaman Obat.