Laporan POBfix

Embed Size (px)

Citation preview

ABSTRAK

Pada tanggal 6 Mei 2014 di stable kuda milik Bapak Subar dengan alamat Segoroyoso - Pleret - Bantul Yogyakarta, telah dilakukan pemeriksaan terhadap kuda bernama Aurel, sebelumnya tanggal 1 telah dilakukan pemeriksaan feses, dengan metode natif menunjukkan hasil (+) strongylosis dan metode apung menunjukkan hasil (++) strongylosis.Dari hasil inspeksi terlihat bahwa keadaan kandang nampak kotor, ada sisa-sisa pakan, feses tidak dibersihkan dan masih berserakan dilantai kandang. Kuda tersebut memiliki Body Condition Score 3 dari skor 1-5 yang menunjukkan berat badan sedang. Kuda dapat berdiri tegak dengan menggunkan empat kaki dan tidak ada gangguan pada ektremitasnya. Ekspresi muka nampak gelisah, takut, dan waspada yang ditandai dengan berdirinya daun telinga kuda. Feses yang dikeluarkan normal dengan warna coklat muda dan lembek.Pengobatan dilakuakn dengn pemberian -by med. 6 ml SC, Vit. B complex 10 ml IM,Vetadryl 10 ml IM

RIWAYAT KASUS

AmbulatoirTanggal periksa: 6 Mei 2014Nama dan alamat: kandang kuda milik Bpk. Subar di Segoroyoso - Pleret - Bantul - YogyakartaMahasiswa: Andry Lavmi B.J (6993) Macam hewan: kudaNama hewan: AurelSignalemen: lokal, , 8 bulan, coklat

Anamnesa Pada tanggal 1 Mei 2014 telah dilakukan pemeriksaan feses positif infeksi Strongylosis

Status Praesens 1. Keadaan umum : - ekspresi muka ; gelisah, takut, waspada BCS 3 dari skor 1-52. Frekuensi nafas: 80 kali / menit3. Frekuensi pulsus : 60 kali / menit4. Panas badan : 38C5. Kulit dan rambut : rambut rontok, sisi tubuh kotor, terdapat lesi di bagian kulit dorsal6. Selaput lendir : putih pucat7. Kelenjar limfe: gld. prescapula tidak ada pembengkakan8. Pernafasan : tipe (thoracoabdominal), auskultasi (vesikuler)9. Peredaran darah: sistol diastol dapat dibedakan, ritmis10. Pencernaan : nafsu makan baik, area anus tidak kotor, konsistensi dan warna feses normal. Pakan ; rendeng dan jerami11. Urogenital: tidak ada leleran vulva, urinasi lancar12. Saraf: reflek pupil, pedal, dan palpebrae baik13. Anggota gerak: anggota gerak normal, berdiri tegak terkoordinasi14. Lain-lain: strongylosis Berat badan: 250 kg15. Pemeriksaan lab.: positif Strongylosis Diagnosis: strongylosis Prognosis : fausta Tata laksana : injeksi - by med. 6 ml SC Vit. B complex 10 ml IM Vetadryl 10 ml IM

PEMBAHASAN

Dari hasil inspeksi dilihat kondisi tubuh kuda sedang dan ekspresi wajahnya biasa saja. Lalu dilakukan penghitungan frekuensi nafas, pulsus dan suhu. Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak rongga dada pada saat hewan istirahat, frekuensi nafas 80 kali/menit, frekuensi nafas ini termasuk mengingkat karena menurut referensi, frekuensi nafas normal babi adalah 14-48 x/menit. Hal ini dikarenakan cuaca apans siang hari saat praktikum dan kuda dalam kondisi kepanasan. Frekuensi pulsus kuda 60 kali/menit, menurut referensi normal pulsus kuda normal berkisar antara 23-70 x/menit, berarti hal ini normal. Pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan meletakkan termometer pada anuskuda, suhu tubuh 380C, ini menunjukkan bahwa suhu tersebut meningkat, karena kisaran suhu kuda normal adalah 370 C-390C. Tabel kisaran pulsus :NoSpesiesKisaran denyut jantung (kali/menit)

1Kuda23-70

2Babi72-104

3Kambing70-135

4Kucing110-140

5Sapi60-80

6Domba60-120

7Anjing100-130

(Smith, 2002)Tabel kisaran temperatur rectal :NoSpesiesRata-rata temperature (0C)Kisaran (0C)

1Sapi3836,7-39,1

2Kambing39,138,5-39,7

3Domba38,7538,5-39,0

4Babi38,538,0-39,0

5Kuda38,037,0-39,0

(Smith, 2002)

Tabel kisaran normal respirasi :NoSpesiesKisaran respirasi (kali/menit)

1Sapi24-42

2Kambing26-54

3Domba26-32

4Babi30-54

5Kuda14-48

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan kulit dan rambut. Padapemeriksaan ini rambut kuda sedikit rontok, dan terdapat tumor pada kaki kiri depan serta kondisi rambut yang basah berkeringat.Pemeriksaan selaput lendir dilakukan dengan memeriksan konjungtiva mata. Konjungtiva mata berwarna merah, hal tersebut normal pada kuda. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan saluran pernafasan. Pemeriksaan paru-paru dilakukan dengan auskultasi. Pada pemeriksaan ini diketahui kuda mengeluarkan suara vesikuler dengan tipe gerakan pernapasan thoracoabdominal. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan peredaran darah. Saat diauskultasi suara sistole dan diastole dapat dibedakan (ritmis). Hal ini menunjukkan bahwa jantung, terutama katup jantung, tidak mengalami gangguan sehingga jantung terdengar ritmis, selain itu tidakterdengar suara-suara abnormal saat auskultasi.Dari pemeriksaan ini dibandingkan dengan literatur diketahui bahwafungsi jantung normal. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan saluran pencernaan, anus terlihat bersih, hal ini menandakan bahwa kuda tidak mengalami diare. Feses terlihat normal.Pada pemeriksaan kelamin dan perkencingan, mukosa vulva berwarna pink pucat. Urinasi lancar dan urin berwarna kuning jernih. Selanjutnya diilakukan pemeriksaan saraf, saat diberi stimulasi reflek pada palpebra, dan pupil bagus dengan langsung merespon stimulus tersebut, pupil bereaksi cepat dengan sinar. Pada pemeriksaan anggota gerak, dari hasil inspeksi terlihat pedet berdiri tegak dengan keempat kakinya dan kuku tidak rata.Pemeriksaan feses menunjukkan ++ dan +++ mengandung telur strongyle. Berdasarkan hasil pemeriksaan feses tersebut menunjukkan kuda tersebut mengalami cacingan.Infeksi cacing strongylus pada kuda dan spesies lain dari Equidae terutama S. vulgaris merupakan kejadian yang sering ditemukan di lapangan. Strongylosis dapat menyebabkan kolik aneuresma jika infeksinya kronis. Pada peternakan kuda dimana padang penggembalaannya sudah tercemar berat oleh telur cacing secara masif sangat sulit membebaskan kuda-kuda dari kejadian strongylosis (Subronto, 2008)Cirri-ciri dari cacing ini adalah bentuknya pipih, umunya memiliki rmbut dengan panjang kurang dari 1 cm. Hanya cacing betina yang bersifat parasit. Bentuk telur dari cacing ini adalah oval, memilki selubung yang tipis dan kecil. Separuh dari ukuran telur strongly lain. Pada hewan herbivore, telur keluar bersama fese, tetapi di hean lain sudah menetas menjadi L1. (Taylor dkk, 2007). Gambar.1.1. bentuk telur (Kauffman, 1996)Gambar.1.2. bentuk cacing betina. (Taylor dkk. 2007)

Gejala klinis dari infeksi ini yang umum terjadi pada hewan muda adalah diare, anorexia, kebodohan, kehilanga berat badan, dan pertumbuhan terganggu. (Taylor dkk, 2007). Anemia terjadi akibat absopsi protein yang terduksi yang berpengaruh terhada haematopoiesis dan rendahnya kalsium, magnesium, phospat. (Kauffman, 1996). Pada pemeriksaan nekropsi terlihat adanya erosi pada mukosa usus. (Grifiths, 1978). Umumnuya lebih banyak menyerang hewan muda daripada tua. (Kauffman, 1996).Cacing dewasa hidup di sekum dan kolon. Telur yang mirip trichostonyles dikeluarkan melalui feses dan berkembang dari telur ke larva III di bawah kondisi panas pada temperatur yang sesuai selama 2 minggu. Infeksi terjadi dengan memakan larva III.a. S. vulgarisL III penetrasi ke mukosa intestinal dan menetas menjadi L IV di submukosa. L IV kemudian memasuki arteri kecil dan migrasi ke endothelium, ke tempat predileksi di cranial mesenteric artery dan percabangan utamanya. Setelah periode perkembangan selama beberapa bulan, larva menetas ke L V dan kembali ke dinding intestinum melalui arterial lumina. Nodul-nodul terbentuk mengelilingi larva di dinding sekum dan kolon, ketika mencapai ukuran yang sesuai, terjadi ruptur dan nodul melepaskan cacing muda ke lumen interstinum. Periode prepaten 6-7 bulan. b. S. edentatusLarva III penetrasi di mukosa intestinal menuju sistem portal dan mencapai parenkim hati dalam beberapa hari 2 minggu kemudian menetas menjadi L IV migrasi lebih jauh ke hati 6-8 minggu post infeksi larva dapat ditemukan subperitoneal di sekitar ligamen hepatorenal migrasi ke bawah peritoneum menuju banyak tempat dengan predileksi di flank dan ligamen hepatik final moult terjadi setelah 4 bulan dan masing-masing L V bermigrasi membentuk nodul ruptur dan mengeluarkan cacing muda. Periode pre paten 10-12 minggu.c. S. equinusLarva III kehilangan sheath saat penetrasi ke dinding sekum dan kolon ventral dalam 1 minggu memicu terbentuknya nodul di lapisan muskular dan subserosa intestinum L IV menetas dalam nodul dan larva menuju rongga peritoneal ke hati migrasi dalam parenkim selama 6 minggu atau lebih L IV dan L V dapat ditemukan di sekitar pankreas sebelum keberadaannya di lumen usus. Periode pre paten 8-9 bulan.(Urquhart, et al, 1996)

S. vulgarisS. edentatusS. equinus

Pengobtan spesifik jarang ada, untuk menangani kasus ini biasanya digunakan benzimidazols dan avermectins atai mibermycins. Untuk mengotrol perlu mereduksi jumlah larva yang hidup dengan menghilangkan feses, memberikan kandang yang bersih, kering dan mengurangi transmisi. (Taylor dkk, 2007)Pada saat penanganan sapi disuntik dengan vitamin b complex dan oxbendazole. Vitamin b complex terdiri dari vitamin (thiamin)B1, riboflavin, niacinamide, cyanocobalamin B12. Thiamin hydrochloride digunakan untuk kekurangan vitamin B1. Riboflavin digunakan sebagai suplemen vitamin B2 pada kekurangan B2. Niacinamide digunakan sebagai antiinflamatory pada immunosupresant dan juga defisiensi vitamin B3. Cyanocobalamin digunakan sebagai mengobati berbagai kondisi yang disebabkan oleh anemia dan juga malabsorption pada susu. (Papich, M.G. 2007)Penanganan yang diberikan dapat berupa pemberian antihelmint piperazine 88 mg/Kg BB untuk membunuh cacing dewasa. Beberapa benzimidazoles seperti pyrantel pamoate dan ivermectine efektif buat larva S. vulgaris (Ogilvie, 1998).

KESIMPULAN & SARAN

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan lapangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kuda mengalami strongylosis. Penyebab strongylosis adalah infeksi cacing Strongyloides sp. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian vitamin B complex dan injeksi antihistamin (vetadryl).Saran untuk peternak harus memperhatikan sanitasi kandang, membuang kotoran kuda tiap hari agar tidak menjadi sumber penyakit, menyediakan minum adlibitum agar kuda tidak mengalamai dehidrasi, memberikan makanan yang sesuai agar sapi mempunyai bobot tubuh yang optimal, pemberian suplemen vitamin ddan obat cacing yang rutin juga diperlukan untuk menjaga daya tahan tubuh. Pemisahan tempat pemotongan dan kandang.

DAFTAR PUSTAKA

Griffths, H.J. 1976. A Handbook of Veterinary Parasitology. Domestic Animals of North America. University of Minneosta Press. Canada.

Kaufmann, J. 1996. Parasitic Infections of Domestic Animals. A Diagnostic Manual. Birkhauser Verlag. Germany. .

Ogilvie, T.H. 1998. Large Animal Internal Medicine. Williams & Wilkins, USAPapich, M.G. 2007. Saunders Handbook of Veterinary Drugs.Saunders-Elsevier : USA.Smith, B.P. 2002. Large Animal Internal Medicine 3rd ed. Mosby : st. Louis Missouri.

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I (Mamalia). Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Tailor. 2007. Veterinary Parasitology. 3rd edition. Blackwell Publishing. USA.

Urquhart, G.M; Armour. J; Duncan.J.L; Dunn. A.M; Jennings. FW.1996. Veterinary Parasitology 2nd Ed. Blackwell Science, London.

LAMPIRAN FOTO

KUDA

BABI

Page | 1