31
BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang berorientasi kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan proses pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya pengalaman dalam berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal berbagai faktor risiko serta melaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya yang pada kesempatan kali ini diterapkan pada tiga keluarga binaan. 1.2. Tujuan Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan pendekatan holistik. 1.3. Manfaat 1

Laporan PPD 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkn ppd udayana

Citation preview

Page 1: Laporan PPD 2015

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi

yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada

calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang

berorientasi kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan

proses pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya

pengalaman dalam berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal

berbagai faktor risiko serta melaksanakan pemecahan masalah kesehatan

secara komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya yang pada

kesempatan kali ini diterapkan pada tiga keluarga binaan.

1.2. Tujuan

Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta

memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan

pendekatan holistik.

1.3. Manfaat

Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau

masyarakat untuk menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah

kesehatan.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor risiko,

dan alternatif pemecahannya di keluarga atau masyarakat.

Mahasiswa mampu melakukan advokasi untuk dapat memecahkan

masalah kesehatan di keluarga secara komprehemsif dengan pendekatan

holistik untuk meningkatkan prilaku hidup sehat.

Keluarga dapat mengenali faktor-faktor risiko dalam masalah

kesehatannya, lebih mengerti tentang pentingnya prilaku hidup sehat

serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 2: Laporan PPD 2015

BAB II

HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN

Keluarga binaan bertempat tinggal di Banjar petung, Desa Batur Tengah,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Petung masuk dalam wilayah

kerja Puskesmas Kintamani I. Desa Batur tengah memiliki 859 KK. Sebagian

besar warganya bekerja sebagai petani dimana menggarap lahan pribadi dan orang

lain. Jeruk merupakan hasil pertanian yang dominan di desa ini.

2.1. Karakteristik Keluarga Binaan

Tabel 1. Susunan Keluarga Sumanta

No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn

KKPekerjaan

1. Nengah Sumanta L 66 SR KK Petani

2. Me Arum P 60Tidak

sekolahIstri KK

Tidak

Bekerja

3. Wayan Ciptama L 43 Tamat SD Anak Petani

4. Made Tono L 35 TamatSD Anak Swasta

5. Nyoman Sadiasa L 30 Tamat SD Anak Petani

Gambar 1. Sistem Kekerabatan

1. Nengah Sumanta- KK

2. Me Arum - Istri KK

3. Wayan Ciptama – Anak KK

4. Made Tono – Anak KK

5. Nyoman Sadiasa – Anak KK

2

1

2

4 5

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan Meninggal

3

Page 3: Laporan PPD 2015

Keluarga terdiri dari ayah istri KK dan tiga orang anak dimana anak

pertama, kedua, dan ketiga sudah menikah. Anak ketiga bernama Nyoman

Sadiasa tinggal bersama dengan ibu Arum dan Nengah Sumanta. Sedangkan anak

kedua bernama Tono sekarang tinggal di Toya bungkah karena bekerja di salah

satu resort di sana. Anak pertama yaitu Wayan Ciptama tinggal tak jauh dari

rumah Nengah Sumanta.Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-

hari, pengambilan keputusan berada di tangan Nengah Sumanta.

Tabel 2. Susunan Keluarga I Nyoman Sadiasa

No. NamaHubungan

dengan KKUmur

Jenis

KelaminPendidikan Pekerjaan

KK : Nyoman Sadiasa

1.I Nyoman

SadiasaKK 39 tahun Laki-laki Tamat SD

Petani

2.Ni Wayan

WerkiIstri 34 tahun Perempuan Tamat SD Petani

3.Ni Putu Sarwi

YunitaAnak 14 tahun Perempuan SMP Pelajar

4.I Kadek Dana

KianaAnak 11 tahun Laki-laki SD Pelajar

5.

I Komang

Tresna

Pranata

Anak 22 Bulan Laki-laki - -

Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Nyoman Sadiasa

3

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan Meninggal

1 2

453

Page 4: Laporan PPD 2015

1. Nyoman Sadiasa – KK

2. Wayan Werki – Istri KK

3. Ni Putu Sarwi Yunita –

Anak KK

4. I Kadek Dana Kiana –

Anak KK

5. I Komang Tresna Pranata –

Anak KK

Keluarga Nyoman Sadiasa terdiri dari istri dan anak yang tinggal serumah.

Anak sulung Bapak Nyoman Sadiasa baru saja masuk SMP dan sekarang

masih tinggal bersama Bapak Nyoman Sadiasa. Sedangkan anak kedua dan

ketiga juga masih tinggal bersama Bapak Nyoman Sadiasa karena masih

sekolah di SD 2 Kintamani. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam

kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK.

Tabel 3. Susunan KK Made Suka

No Nama JK Umur PendidikanHubungan

dgn KKPekerjaan

1.I Made Suka/

mangku KarmiL 64 th SD Ayah KK Petani

2. Ni Made Rasti P 54 th SD Ibu KK Petani

3. Made Suka L 36 th Tamat SD KK Petani

4. Nyoman Darmi P 30 th Tamat SD Istri KK Petani

5. Luh Eka P 11 th SD Cucu KK Pelajar

6. Kadek Nadi Arta L 7 th SD Cucu KK Pelajar

Gambar 3. Sistem Kekerabatan Made Suka

4

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

1 2

34

5 6

Page 5: Laporan PPD 2015

1. I Made Suka –KK

2. Ni Made Rasti – IstriKK

3. Made Suka – Anak KK

4. Nyoman Darmi– MenantuKK

5. Luh Eka – Cucu KK

6. Kadek Nadi Artha – Cucu

KK

Keluarga Made Suka terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu dan dua orang

cucu yang tinggal serumah. Cucu pertama dan kedua bapak Made Suka

masih duduk di bangku sekolah dasar yaitu kelas 2 dan 6. Keluarga ini

beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan

berada di tangan KK.

2.2. Status Kesehatan Keluarga Binaan

Sumanta

Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit

umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang

membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka

lebih memilih beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh

juga baru mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu di Desa Batur

Tengah. KK dari keluarga ini yaitu Bapak Nengah Sumanta memiliki

mengelukan nyeri pada kepala dan tengkuk. Keluhan sudah dirasakan

sejak 10 tahun yang lalu. Bapak Nengah Sumanta memiliki riwayat

penyakit hipertensi. Biasanya Bapak Nengah Sumanta berobat ke bidan

di Puskesmas Pembantu Batur Tengah apabila nyeri kepalanya kambuh.

Sedangkan untuk hipertensinya sendiri Ibu Arum mengaku suaminya

tidak rutin mengkonsumsi obat dan hanya pergi ke bidan jika merasa

kepalanya berat. Saat kunjungan Bapak Nengah Sumanta mengaku

sedang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi karena merasa dirinya

sehat dan tidak memiliki keluhan, namun ketika dilakukan pengukuran

tekanan darah didapatkan tekanan darah Bapak Nengah Sumanta

160/100 mm/Hg. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan

JKBM.

5

Page 6: Laporan PPD 2015

Nyoman Sadiasa

Selama 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit

umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang

membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit, mereka

biasanya mengistirahatkan diri terlebih dahulu dan menggunakan obat-

obat tradisional, hanya jika sakit lebih berat dan lama baru mereka

mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu Desa Petung. Selain itu

tidak ada riwayat penyakit khusus dalam keluarganya. Untuk biaya

pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.

I Made Suka

Selama 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit

umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang

membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka

lebih memilih beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh

juga baru mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu di Desa Petung.

Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.

2.3. Status Ekonomi Keluarga Binaan

Sumanta

Keluarga Nengah mengerjakan tanah milik sendiri dan juga memelihara

sapi yang juga milik sendiri. Penghasilan keluarga berasal dari hasil

penjualan jeruk. Kadang-kadang keluarga Nengah Sumanta juga

mendapat tambahan dari anaknya yang kebetulan tinggal tepat

disebelah rumah. Penghasilan KK tidak menentu tergantung dari berapa

jumlah hasil panen yang berhasil terjual dan juga musim panen saat itu.

Saat ini sedang tidak musim panen jeruk, sehingga KK biasanya

mengurus kebunnya dan sapi-sapinya. Rata-rata sebulan penghasilan

kira-kira sekitar Rp 300.000 - 500.000.

6

Page 7: Laporan PPD 2015

Untuk pengeluaran makanan, sehari menghabiskan 1/4 kg beras, sayur

didapat dari hasil kebun sendiri, lauk pauknya tempe, tahu, kadang-

kadang daging ayam ataupun babi. Biaya untuk beras kurang lebih

dihabiskan sekitar Rp. 75.000,00 dan biaya untuk lauk pauk kurang

lebih Rp. 80.000,00. Biaya diluar makanan seperti kebutuhan mandi,

cuci baju, minyak goreng, rokok dan lainnya kurang lebih Rp.

50.000,00. Keluarga ini mengeluarkan biaya untuk membayar biaya

listrik tiap bulannya kurang lebih Rp. 20.000,-. Total yang biasanya

dihabiskan dalam satu bulan kurang lebih sampai Rp. 225.000,00.

Sehingga jika ada lebih uang dalam tiap bulannya akan disimpan untuk

kedepannya ataupun untuk biaya tidak terduga. Kepemilikan barang

berharga, keluarga ini memiliki 1 buah TV dan satu buah sepeda motor.

Nyoman Sadiasa

Keluarga bapak I Nyoman Sadiasa termasuk keluarga dengan ekonomi

cukup. Penghasilan Bapak I Nyoman Sadiasa tidak tetap. Perbulan

kuang lebih Rp 500.000. Istri dari bapak I Nyoman Sadiasa bekerja

sebagai penjual buah dan sehari hari bertugas sebagai ibu rumah tangga.

Penghasilan dari menjual buah tidak menentu kurang lebih Rp 300.000

perbulannya. Anaknya Ni Putu Sarwi bersama adiknya Kadek Dana

Kiana kadang bekerja sebagai pedagang acung menjual sovenir di

kawasan penelokan. Hasil dari penjualan sovenir tidak seberapa, hanya

untuk tambahan uang jajan masing-masing. Pendapatan dari keluarga I

Nyoman Sadiasa tidak menentu setiap hari. Menurut Ni Putu Sarwi

rata-rata penghasilan yang dimiliki oleh keluarga ini perbulan kurang

lebih Rp 800.000,00. Selain dari bekerja serabutan dengan membantu

tetangganya jika butuh tenaga, Bapak Sadiasa Juga memelihar seekor

sapi milik tetangganya dimana hasilnya dikatakan tidak seberapa.

Menurut pernyataan dari Ni Putu Sarwi sebagian besar penghasilan

yang dimiliki oleh keluarganya cukup memenuhi untuk kebutuhan

sehari-hari, namun untuk menabing dikatakan tidak bisa.Karena

penghasilan banyak digunakan untuk biaya sekolah dan susu anaknya

7

Page 8: Laporan PPD 2015

yanng paling kecil. Untuk keperluan dapur sehari-harinya, keluarga dari

Bapak I Nyoman Sadiasa menghabiskan uang kurang lebih sebesar Rp

15.000,00 yang digunakan untuk membeli bahan makanan dapur yang

dimasak untuk makan keluarga bersama. Setiap bulannya keluarga dari

I Nyoman Sadiasa mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 175.000,00

untuk membeli 15 Kg beras Selain biaya makan untuk dirinya,istri dan

ketiga anaknya, Bapak I Nyoman Sadiasa juga harus mengeluarkan

biaya untuk keperluan bulanannya seperti listrik, deterjen, sabun, dan

rokok. Biaya yang harus dikeluarkan Bapak I Nyoman Sadiasa untuk

listrik adalah sebesar Rp 75.000,00 setiap bulan.Untuk kebutuhan lain,

seperti deterjen, sabun mandi, sabun cuci, dan sebagainya, Bapak I

Nyoman Sadiasa menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp

50.000,00. Selain itu juga keluarga ini memiliki pengeluaran untuk

biaya sekolah anak-anaknya sekitar Rp 200.000,00. Bapak I Nyoman

Sadiasa juga adalah seorang perokok namun tidak terlalu berat, satu

bungkus rokok yang seharga Rp. 15.000,00 dihabiskan dalam waktu 2-

3 hari.

I Made Suka

Penghasilan keluarga ini berasal dari bekerja sebagai buruh pemetik

jeruk dimana KK dan istrinya bekerja bersama-sama. Saat panen

biasanya diberi upah Rp. 30.000,- per hari. Keluarga ini tidak memiliki

sapi atau binatang peliharaan yang lainnya. Penghasilan dirasakan

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika ada sisa biasanya

ditabung disimpan dirumah saja agar nudah diambil nantinya.

Untuk pengeluaran makanan, sehari menghabiskan ½ kg beras, sayur

didapat dari hasil kebun sendiri, lauk pauknya tempe, tahu, kadang-

kadang daging ayam ataupun babi. Keluarga ini mengeluarkan biaya

untuk membayar biaya listrik tiap bulannya kurang lebih Rp. 20.000,-

Rp. 30.000,-. Biaya untuk beras kurang lebih dihabiskan sekitar Rp.

150.000,00 dan biaya untuk lauk pauk kurang lebih Rp. 100.000,00.

Biaya diluar makanan seperti kebutuhan mandi, cuci baju, minyak

8

Page 9: Laporan PPD 2015

goreng, rokok, bensin dan lainnya kurang lebih Rp. 200.000,00.

Sehingga total tiap bulannya pengeluran kelurga ini berkisar Rp.

470.000,00. Sehingga jika adal lebih uang dalam tiap bulannya akan

disimpan untuk kedepannya ataupun untuk biaya tidak terduga.

Keluarga ini tidak mengeluarkan uang untuk membiayai sekolah

anaknya karena semua anaknya masih SD dan mendapat beasiswa dari

pemerintah. Kepemilikan barang berharga, keluarga ini memiliki 1 buah

TV dan 1 buah sepeda motor.

2.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga Binaan

Sumanta

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Nengah Sumanta tergolong kurang.

Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari

dan hanya jarang-jarang melakukannya. Kepemilikan sikat gigi

keluarga ini dikatakan iya oleh kepala keluarga. Kebiasaan mandi

keluarga menurut KK sekitar 3-4x dalam seminggu. Untuk kebiasaan

cuci tangan sangat jarang dilakukan berhubung persediaan air yang

sangat terbatas. Untuk mencuci pakaian biasanya tidak menentu dan

dilakukan 1x seminggu menggunakan deterjen. Keluarga ini sudah

memiliki jamban untuk BAB/BAK namun saat tidak ada air dilakukan

di tegalan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air

sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum

diminum yang airnya diambil dari penampungan. Menu makanan sering

kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.

Nyoman Sadiasa

Prilaku hidup sehat keluarga Nyoman Sadiasa tergolong kurang.

Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari

dan hanya jarang-jarang melakukannya. Nyoman Sadiasa tidak

memiliki sikat gigi, hanya anaknya saja yang memilikinya. Kebiasaan

mandi keluarga menurut KK sekitar 3-4x dalam seminggu. Untuk

kebiasaan cuci tangan sangat jarang dilakukan berhubung persediaan air

9

Page 10: Laporan PPD 2015

yang sangat terbatas. Untuk mencuci pakaian biasanya tidak menentu

dan dilakukan 1x seminggu menggunakan deterjen. Keluarga ini sudah

memiliki jamban untuk BAB/BAK namun jika tidak ada air dilakukan

di tegalan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air

sebelum dimasak. Air minum yang diminum sudah dimasak terlebih

dahulu. Menu makanan sering kali hanya berupa nasi,sayur dan ikan,

kadang-kadang berisi daging.

Made Suka

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Made Suka tergolong kurang.

Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari

dan hanya dilakukan 1x sehari. Kepemilikan sikat gigi keluarga ini

dikatakan iya oleh kepala keluarga. Kebiasaan mandi keluarga menurut

KK 1x dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan sangat jarang

dilakukan berhubung persediaan air yang sangat terbatas. Untuk

mencuci pakaian biasanya tidak menentu dan dilakukan tiap 2-3x

perhari menggunakan deterjen. Keluarga ini telah memiliki jamban

sehingga BAB/BAK dilakukan di kamar mandinya sendiri. Untuk

memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak.

Air minum yang akan diminum sudah dimasak terlebih dahulu. Menu

makanan sering kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang

mengkonsumsi daging.

10

Page 11: Laporan PPD 2015

BAB III

PEMBAHASAN

Membandingkan data demografi ketiga keluarga terlihat bahwa rata-rata

pendidikannya adalah tamat SD. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap

prilaku hidup sehat mereka serta status ekonomi mereka. Peran pendidikan dalam

promosi prilaku hidup sehat sejak dini bisa dilihat pada keluarga Made Suka

dimana keluarga ini memiliki kebiasaan rutin menggosok gigi dan mandi

walaupun masih sekali dalam satu hari dibandingkan anggota keluarga lainnya

bahkan tidak memiliki sikat gigi. Menurut pengakuan Bapak Made Suka,

pendidikan dan pola pikirnya berbeda dibandingkan orang tua dulu dimana tidak

memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat.

Status kesehatan ketiga keluarga bisa dikatakan tidak ada perbedaan

berarti. Pada umumnya konsep yang mereka pegang adalah seseorang dikatakan

sakit apabila tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana

mestinya. Mereka lebih seering membiarkan penyakitnya dan menggunakan obat-

obat tradisional terlebih dahulu. Sehingga seringkali agak terlambat mencari

pengobatan. Sehingga penyakit yang dalam prosesnya tidak menimbulkan gejala

atau memberikan gejala minimal seperti misalnya hipertensi mereka sering kali

menganggap tidak perlu memerlukan pengobatan atau kontrol rutin karena mereka

merasa masih mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Dalam hal

ini diperlukan KIE pengetahuan mengenai penyakit yang memerlukan pengobatan

rutin, faktor risiko dan menjelaskan komplikasi jangka panjangnya.

Dari status ekonomi ketiga keluarga cukup bervariasi, sesuai dengan mata

pencaharian mereka. Penghasilan mereka memang tidak menentu dan bergantung

pada musim panen saja. Sedangkan saat tidak panen, mereka tidak memiliki

penghasilan yang tetap. Sehingga diperlukan managemen uang lebih baik lagi.

Pengeluaran terbesar dikatakan berasal dari kebutuhan sehari-hari saja.

Pengeluaran untuk anak dikatakan tidak ada. Pengeluaran untuk urusan sosial

seperti urunan banjar dikatakan juga tidak terlalu banyak.

11

Page 12: Laporan PPD 2015

Dari aspek lingkungan fisik pada umumnya menghadapi masalah

keterbatasan persediaan air bersih lingkungan rumah mereka. Mereka lebih

memilih menampung air hujan atau berjalan mengambil air di sungai

dibandingkan membayar membeli air. Selain itu sumber air seperti mata air dan

sungaipun jaraknya cukup jauh.

Untuk kebiasaan prilaku hidup sehat cukup beragam pada keluarga KK.

Perlu ditingkatkan peran sekolah dalam promosi kesehatan prilaku hidup sehat

sejak dini. Untuk kebiasaan mereka untuk BAB/BAK yang terkadang masih

sembarangan saat tidak ada air untuk saat ini yang dilakukan adalah KIE untuk

melakukannya jauh dari sumber air atau penampungan air agar tidak tercemar dan

juga menjaga kebersihan tubuh dengan menjaga tangan tetap bersih dengan cara

mencuci tangan.

12

Page 13: Laporan PPD 2015

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang

sehat, dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang

masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam

lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.

2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan

bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan

gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan

penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat

kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan

minum obat secara teratur.

3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah

mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE

dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang

penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan untuk menghentikan kebiasaan-

kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan. Disamping itu khusus

untuk keluarga Nyoman Sadiasa yang sudah memiliki 3 orang anak

penulis memberikan edukasi dan menyarankan agar menggunakan alat

kontrasepsi (KB).

4.2. Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan

penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola

diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita

agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum

obatnya habis.

2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah

secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan

peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan

memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat

yang baik.

13

Page 14: Laporan PPD 2015

BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA

1. Latar Belakang Kasus

Hipertensi termasuk salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia,

terutamanya di negara berkembang yang salah satunya dikarenakan oleh

perubahan gaya hidup masyarakat yang dewasa ini semakin modern.

World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 65,74% penderita

hipertensi berada di negara berkembang, termasuk di Indonesia (Jang et al.,

2005). Angka kejadian hipertensi di Indonesia menunjukkan di daerah

pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan

kesehatan. Di Indonesia, banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta

orang, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi

hipertensi pada orang dewasa adalah 6-15%, 50% diantaranya tidak

menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka  cenderung untuk

menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui

faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Amalia, 2007).

Selain itu, penyakit hipertensi merupakan faktor resiko utama yang

mendasari terjadinya sindrom metabolik seperti dislipidemia dan berbagai

macam penyakit lainnya, selain itu 90 % kasus hipertensi, etiologinya masih

belum diketahui dengan jelas, penyakit ini merupakan penyakit sistemik yang

menyerang multi organ. Komplikasi jangka panjang jika penyakit ini tidak

terkontrol salah satunya adalah serangan stroke. Penyakit ini sering disebut

dengan istilah sillent killer karena proses perjalanan penyakitnya sering kali

tidak bergejala atau hanya memberikan gejala minimal, sehingga membuat

pasien merasa dirinya tidak sakit lagi dan malas kontrol ataupun minum obat.

Alasan-alasan inilah yang mendasari pemilihan kasus Hipertensi sebagai

laporan kasus penulis.

14

Page 15: Laporan PPD 2015

Identitas Pasien

Nama : I Nengah Sumanta

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Tidak tamat SR

Pekerjaan : Petani

2. Riwayat Penyakit

Penderita, I Nengah Sumanta terdiagnosis hipertensi sejak 10 tahun yang

lalu. Penderita tidak mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi.

Beliau hanya sering mengalami keluhan sakit kepala yang sangat berat hingga

ke tengkuk. Keluhan ini sering dirasakan penderita dan hanya dibiarkan oleh

penderita karena penderita mengaku masih bisa bekerja dan menjalankan

aktivitas sehari-hari. Biasanya untuk mengurangi keluhan tersebut Bapak I

Nengah Sumanta membeli obat di warung. Bapak I Nengah Sumanta juga

tidak pernah memeriksakan dirinya karena sakit kepalanya tersebut dapat

diatasi.

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, penderita sempat memeriksakan diri ke

Puskesamas pembantu yang berada di Desa Batur Tengah karena saat itu

sedang demam tinggi. Saat diperiksa, ternyata tekanan darah penderita tinggi

yaitu 160/90. Dikatakan saat itu Bidan sempat menecek tekanan darahnya

sebanyak 3 kali dan hasilnya tetap sama. Kemudian bidan yang bertugas di

puskesmas pembantu desa Batur Tengah mengusulkan untuk memeriksakan

lagi dan kontrol satu minggu kemudian. Tetapi penderita tidak mengikutinya.

Satu bulan kemudian pasien merasakan sakit kepala yang membuat pasien

tidak bisa bekerja dan pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas Pembantu

Batur Tengah oleh anaknya. Saat diperiksa didapatkan tekanan darahnya

tinggi yaitu 170/90. Saat itu ia diberikan dua macam obat, namun ia lupa

namanya. Setelah minum obat tersebut ia merasa lebih baik dan ketika

obatnya habis ia tidak kontrol ke Puskesmas Pembantu lagi.

Saat penulis melakukan kunjungan ke rumah penderita didapatkan

tensinya 160/90 mmHg dan saat itu penderita sama sekali tidak mengalami

15

Page 16: Laporan PPD 2015

keluhan. Penderita mengatakan terkadang masih pernah mengalami keluhan

yang sama dengan saat diketahui tekanan darahnya tinggi, namun dengan

frekuensi yang lebih jarang. Apabila keluhan tersebut muncul biasanya ia

meminum obat sakit kepala biasa kemudian beristirahat. Keluhan dirasakan

tidak mengganggu aktivitas kesehariannya.

Penderita memiliki riwayat merokok sejak remaja sekitar saat berusia 15

tahun. Dikatakan saat remaja penderita mampu menghabiskan setengah

bungkus rokok per harinya. Namun sekarang dikatakan frekuensi merokok

penderita sudah berkurang yaitu 1 bungkus rokok dihabiskan dalam waktu 3

hari. Penderita juga rutin mengkonsumsi kopi 2 kali sehari saat pagi dan sore

hari. Penderita juga mengatakan terkadang mengkonsumsi minuman

beralkohol jika terdapat acara di desanya.

Saat ditanya pengetahuan sedikit tentang hipertensi penderita sama sekali

tidak mengetahui dengan pasti apa itu sebenarnya hipertensi, gejala,

komplikasi dan bagaimana cara mencegahnya.

3. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga

Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah

kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran

keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Solusi yang

dilakukan pada kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran keluarga adalah:

1. Personal

Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan

sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara

holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual.

Memberikan konseling pasien dan memberikan pengobatan kepada pasien

yaitu : Captopril 25mg . Tidak kalah pentingnya adalah memberitahukan

dibutuhkannya pengobatan yang teratur serta kontrol tekanan darah secara

rutin tidak hanya sekali atau dua kali saja, karena penyakit ini bukanlah

penyakit yang dapat sembuh hanya dengan berobat sekali dua kali saja

Untuk aspek fisiknya, menyarankan pasien untuk tetap melakukan

kegiatan sehari-hari sendiri. Sedangkan untuk psikis pasien penulis

16

Page 17: Laporan PPD 2015

menyarankan pasien untuk menghindari stress dan mengatur emosi pasien

agar tidak mudah terpancing amarah. Dan untuk aspek spiritual

menyarankan kepada pasien untuk rileks dan tabah dalam menjalani hidup

serta meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan yang Maha Esa

melalui taat beribadah sehingga pasien akan bisa merasa lebih tenang.

Berdasarkan JNC 7 penderita tergolong dalam Hipertensi stage 2.

Penderita Hipertensi stage 2 dalam pengobatannya, membutuhkan

modifikasi gaya hidup tapi juga pengobatan farmakologi. Perlu diberikan

KIE mengenai pengertian hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi

serta pengobatan yang harus dijalani. Pada kasus KIE lebih ditekankan

pada gejala-gejala dari hipertensi, dimana sangat penting diinformasikan

bahwa seringkali penyakit ini hanya memberikan gejala yang ringan

bahkan tanpa gejala, yang dapat langsung diikuti oleh komplikasi yang

sangat berat seperti stroke.

2. Koordinatif dan kolaboratif

Solusi yang diberikan juga harus bersifat koordinatif dan kolaboratif yaitu

penanganan ini seharusnya dilakukan bersama-sama keluarga dan tenaga

kesehatan yang ada disana dengan cara :

Melakukan koordinasi dengan bidan di puskesmas Pembantu Batur

Tengah untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

Berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk memberikan motivasi

kepada pasien dan berperan aktif mendukung pengobatan pasien

demi kesehatan pasien.

3. Paripurna

Paripurna artinya suatu penyakit itu harus diperhatikan secara menyeluruh.

Penyebab terjadinya hipertensi pada penderita sering tidak jelas. Seiring

dengan bertambahnya umur, risiko seseorang untuk mengalami hipertensi

juga turut meningkat. Faktor-faktor risiko yang dapat ditemukan pada

penderita ini adalah merokok, konsumsi kopi dan minum minuman

beralkohol. Dari segi sosial ekonomi dan ketersediaan pelayanan

kesehatan, penderita memiliki asuransi kesehatan JKBM. Maka dari itu

17

Page 18: Laporan PPD 2015

sebenarnya pelayanan kesehatan bukanlah masalah, yang penting adalah

kesadaran dari penderita sendiri. Selain itu juga diperhatikan kebiasaan

penderita seperti pola makan penderita.

4. Berkesinambungan

Berkesinambungan disini berarti solusi yang diberikan hendaknya

dilakukan secara terus menerus dengan melihat perkembangan penderita

dari hari ke hari. Sehingga diperlukan kontrol rutin terhadap penyakitnya

dan tidak berhenti di tengah jalan walaupun merasa sudah tidak ada

keluhan lagi.

Pasien dipantau terus tentang tekanan darah dan perkembangan

penyakitnya. Dalam hal ini pasien dianjurkan untuk melanjutkan

kebiasaan kontrol rutin tiap 1 bulan dan mengkonsumsi obat secara rutin

setiap hari.

Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit hipertensi ini

merupakan penyakit kronik yang tidak bisa sembuh akan tetapi tekanan

darahnya bisa dikontrol dengan pola hidup sehat dan mengkonsumsi obat

antihipertensi.

5. Mengutamakan Pencegahan

Mengingat Hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup

yang salah maka penulis juga menjelaskan bagaimana cara pencegahannya,

yang dibagi menjadi 3 yaitu :

Pencegahan primer :

a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu penyakit

hipertensi, faktor resiko, gejala-gejala dan cara pengobatannya.

b. Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita cara pencegahan

penyakit hipertensi.

Pencegahan sekunder :

a. Pengobatan dengan Captopril 25 mg 1 x 1 kali sehari serta jangan sampai

dihentikan.

18

Page 19: Laporan PPD 2015

b. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, sehingga dapat

digunakan sebagai pedoman untuk pengobatan tepat.

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan dan memotivasi

penderita agar penderita minum obat sesuai dengan yang dianjurkan

dokter (pengobatan tepat).

d. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota

keluarga yang mengalami gejala penyakit hipertensi seperti sakit kepala,

epistaksis (hidung berdarah), telinga berdengung rasa berat di tengkuk,

sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing untuk cepat memeriksakan

dirinya ke dokter (deteksi dini).

e. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota

keluarga yang berusia 40 tahun keatas untuk memeriksakan tekanan

darahnya apabila memungkinkan (deteksi dini).

Pencegahan tersier :

a. Menganjurkan penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi

makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung garam.

Penderita juga dianjurkan untuk mengurangi konsumsi kafein serta tidak

mengkonsumsi minuman beralkohol dan merokok.

b. Menganjurkan penderita untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri.

c. Hindari kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres.

d. Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari

penyakit hipertensi (misal :stroke, kelainan pada jantung, ginjal, mata dan

lain-lain), untuk itu penderita dianjurkan untuk menjaga kesehatannya dan

meminum obat secara teratur.

e. Menjelaskan kepada penderita mengenai efek samping obat yaitu

tachycardia, penurunan berat badan, penyakit serum, stomatitis,

fotosensitif, flushing, dan acidosis.

f. Apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan

penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan

19

Page 20: Laporan PPD 2015

Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan dilakukan dengan

memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang

pentingnya hidup sehat antara lain mengatur pola makan seimbang, olah

raga teratur seminggu 3 kali selama 30-45 menit, tidak merokok dan minum

minuman beralkohol.

20