34
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau yang secara umum dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal, disepakati batas diastolik adalah 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg (Price & Wilson, 2006). Hipertensi dikenal juga sebagai silent disease karena gejala yang hampir tidak terdeteksi atau dirasakan penderitanya sendiri. Penelitian selama 75 tahun belakangan masih belum memberikan penjelasan yang akurat mengenai etiologi dan patogenesis penyakitnya, sehingga selama ini yang dikaitkan dengan penyebabnya adalah beberapa faktor resiko yang memicu terjadinya hipertensi (Price & Wilson, 2006; Gray et al., 2003). Tekanan darah yang tinggi merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular bertambah, atau keduanya. Namun hipertensi sebagai kondisi klinis hanya akan diketahui beberapa tahun setelah mekanisme yang berkaitan terus berlanjut. Hal ini mengakibatkan beberapa mekanisme fisiologis kompensasi telah dimulai. Beberapa kompensasi tubuh yang dilakukan guna mempertahankan homeostasis, 1

Laporan PPK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan PPK

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penyakit hipertensi atau yang secara umum dikenal dengan penyakit darah

tinggi adalah suatu penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

yang menetap di atas batas normal, disepakati batas diastolik adalah 90 mmHg atau

sistolik 140 mmHg (Price & Wilson, 2006). Hipertensi dikenal juga sebagai silent

disease karena gejala yang hampir tidak terdeteksi atau dirasakan penderitanya

sendiri. Penelitian selama 75 tahun belakangan masih belum memberikan

penjelasan yang akurat mengenai etiologi dan patogenesis penyakitnya, sehingga

selama ini yang dikaitkan dengan penyebabnya adalah beberapa faktor resiko yang

memicu terjadinya hipertensi (Price & Wilson, 2006; Gray et al., 2003).

Tekanan darah yang tinggi merupakan hasil curah jantung dan resistensi

vaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat jika curah jantung meningkat,

resistensi vascular bertambah, atau keduanya. Namun hipertensi sebagai kondisi

klinis hanya akan diketahui beberapa tahun setelah mekanisme yang berkaitan terus

berlanjut. Hal ini mengakibatkan beberapa mekanisme fisiologis kompensasi telah

dimulai. Beberapa kompensasi tubuh yang dilakukan guna mempertahankan

homeostasis, fisilogis dan metabolisme tubuh lambat laun akan mengakibatkan

dampak negatif tersendiri. Sebagai contoh tekanan darah yang tinggi

mengakibatkan kerja ginjal menjadi terpacu, sehingga pada titik tertentu kerja

ginjal malah akan menurun dan menganggu normalitas lain dari fisiologis tubuh.

Kerja jantung yang lebih berat pada penyakit hipertensi juga mengakibatkan

kelainan tersendiri pada anatomi jantung yang berdampak pada penurunan daya

kerja jantung tersebut. Pada titik tertentu akan mengakibatkan gangguan lain pada

organ tubuh lain atau yang disebut dengan komplikasi.

Hipertensi sebagai suatu penyakit jangka panjang dan bersifat komplikatif

hendaknya senantiasa terkontrol guna menghindari terjadinya komplikasi pada

penderita. Beberapa kiat dilakukan dalam pengontrolan penyakit hipertensi, seperti

menghindari faktor-faktor resiko dan pemicu hipertensi dan tingkat keparahannya,

1

Page 2: Laporan PPK

rajin berolahraga, dan yang terpenting adalah rajin mengontrol tekanan darah serta

berkonsultasi dengan dokter.

Dokter sebagai tenaga medis berperan sebagai pemberi pelayanan

kesehatan, baik berupa tindakan pemeriksaan, pengobatan, maupun tindakan

memberikan saran kepada pasien. Dalam Sistem Kesehatan Nasional diharapkan

seorang dokter umum dapat memberikan firstline terapi bagi pasien sebagai

penanganan dini, dan pencegahan komplikasi, dalam hal ini komplikasi penyakit

hipertensi.

I.2. Dasar Teori

I.2.1. Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan upaya pemeliharaan

kesehatan dasar paripurna dengan menggunakan pendekatan menyeluruh untuk

memecahkan masalah yang dihadapi oleh individu dalam keluarga dan oleh setiap

anggota keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra

utama pemeliharaan kesehatan (Depkes RI cit Sunarto, 2007). Dokter keluarga

adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi

komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita

sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya

menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

keluarganya. Pembahasan mengenai dokter keluarga adalah hal yang mencakup

seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan

menyeluruh kepada satu (Wahyuni, 2003).

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan

kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan,

ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang

hingga sekarang belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem

pelayanan kesehatan dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan kesatuan

2

Page 3: Laporan PPK

individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor

lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (Asmah et al, 2008).

Tugas dokter keluarga :

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, menyeluruh,

dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang

diperlukan.

2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan

tepat.

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada

saat sehat dan sakit.

4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.

5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya

peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan

rehabilitasi.

6. Menangani penyakit akut dan kronik.

7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke

rumah sakit.

8. Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke dokter

spesialis atau dirawat di rumah sakit.

9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.

10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.

11. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan

pasien.

12. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

13. Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara

umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang dokter keluarga :

1. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

3. Melaksanakan tindak pencegahan secara efektif.

4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer.

3

Page 4: Laporan PPK

5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal.

6. Melakukan tindak prabedah, bedah minor, rawat pasca bedah di unit

pelayanan primer.

7. Melakukan perawatan sementara.

8. Menerbitkan surat keterangan medis.

9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap.

10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih daripada

seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah

yang perlu dilatihkan melalui program pelatihan ini. Yang dicantumkan disini

hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga secara garis

besar. Rincian mengenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan

pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihan yang terpisah

dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan perkembangan

ilmu dan teknologi kedokteran.

Macam-macam kompetensi dokter keluarga :

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran

keluarga.

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik

dalam pelayanan kedokteran keluarga.

c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi.

d. Menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien.

e. Memiliki ketrampilan manajemen pelayanan klinik.

f. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan

spiritual.

g. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan

pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (asuransi kesehatan

/ JPKM).

Untuk menunjang tugas dan wewenang dokter keluarga diperlukan sistem

pelayanan dokter keluarga yang terdiri atas komponen :

4

Page 5: Laporan PPK

a. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik

dokter keluarga.

b. Dokter spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik

dokter spesialis.

c. Rumah sakit rujukan.

d. Asuransi kesehatan / sistem pembiayaan.

e. Seperangkat peraturan penunjang.

Dalam sistem ini, kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di

klinik dokter keluarga yang selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan

keperluan pelayanan sekunder jika dipandang perlu sesuai SOP standar yang

disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien akan segera dirujuk balik ke klinik

dokter keluarga untuk pemantauan lebih lanjut. Tata selenggara pelayanan seperti

ini akan diperkuat oleh ketentuanyang diberlakukan dalam auransi / JPKM.

I.2.2. Hipertensi

Hipertensi ialah salah satu penyakit tersering yang menyerang manusia

diseluruh dunia. Dihubungkan dengan tingkat kematian dan kesakitan serta biaya

yang dikeluarkan maka hipertensi dianggap sebagai salah satu ancaman kesehatan

publik. Didefinisikan sebagai peningkatan abnormal tekanan darah dalam jangka

waktu lama. Berdasarakan rekomendasi dari the Seventh Report of the Joint

National Committee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi dari tekanan darah (dinyatakan dalam mmHg)

adalah sebagai berikut (Dreisbach & Sarmah, 2010):

Normal† - Sistolik kurang dari 120, diastolik kurang dari 80

Prehipertensi - Sistolik 120-139, diastolik 80-99

Stage 1 - Sistolik 140-159, diastolik 90-99

Stage 2 – Sistolik lebih dari atau sama dengan 160, diastolic lebih dari atau

sama dengan 100

5

Page 6: Laporan PPK

Patogenesis hipertensi sangat kompleks, faktor yang bermacam-macam

memodulasi tekanan darah agar sesuai untuk perfusi jaringan yang adekuat,

termasuk mediator humoral, reaktivitas vaskuler, sirkulasi volume darah, viskositas

darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi saraf. Patogenesis

yang mungkin untuk hipertensi telah dikatikan dengan banyak faktor, termasuk

faktor predisposisi genetik, tingkat konsumsi garam, dan kerja hormone adrenergik.

Sekalipun genetik memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya hipertensi,

namun mekanisme yang pasti belum bisa dijelaskan (Dreisbach & Sarmah, 2010).

Riwayat alami hipertensi berkembang dari tahap tak terdeteksi sampai tahap

terdeteksi. Setelah periode asimptomatik, hipertensi yang persisten atau menetap

akan berkembang menjadi hipertensi yang lebih kompleks, dimana bisa terjadi

kemungkinan gangguan organ seperti jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat.

Proses dimulai dengan tahap prehipertensi pada penderita berusia 10 sampai 30

tahun, ke tahap hipertensi awal pada usia 20-40 tahun lalu tahap hipertensi yang

mulai terdeteksi pada usia 30-50 tahun sampai pada hipertensi yang komplikativ

pada usia 40-60 tahun (Dreisbach & Sarmah, 2010).

Beberapa faktor yang memicu terjadinya hipertensi adalah faktor genetik

yang sulit untuk dipaparkan mekanismenya, faktor merokok yang merangsang

proses aterosklerosis karena efek langsungnya terhadap arteri. Karbonmonoksida

dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi

katekolamin yang dapat menambah reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan

pada dinding arteri, sedang glikoprotein yang terdapat pada tembakau dapat

menimbulkan reaksi hipersensitiv pada dinding arteri. Asupan garam yang berlebih

dikaitkan dengan sifat natrium yang meretensi air. Faktor diabetes mellitus yang

dikaitkan dengan proses ateroskelorosis dan mikroangiopati. Kegemukan sendiri

bukan faktor resiko yang berdiri sendiri, karena pada umumnya selalu diikuti oleh

fakotr-faktor lainnya seperti stress yang berlebih dan lain-lain. (Rilantono et al,

1996).

Hipertensi yang persisten bersifat sangat komplikatif. Keterlibatan jantung

dalam hipertensi memberikan dampak perubahan anatomi jantung seperti LVH,

pembesaran atrium kiri, kegagalan sistolik dan diastolic, serta penyakit iskemik

6

Page 7: Laporan PPK

jantung. LVH dihubungkan dengan peningkatan angka kematian. Kemungkinan

peningkatan resistensi arteri koroner membawa pada penurunan aliran darah

menuju miokard yang hipertropi dan mengakibatkan gejala penyakit jantung

koroner. Hipertensi masih merupakan penyebab utama gagal jantung kongestif.

Terapi antihipertensi telah didemonstrasikan secara signifikan mampu mengurangi

resiko kematian dari stroke dan penyakit jantung koroner (Dreisbach & Sarmah,

2010).

Miokardium mengalami perubahan struktur sebagai dampak dari

meningkatnya afterload. Mycosite jantung sebagai respon dari hipertropi

memungkinkan jantung memompa dengan lebih kuat menahan tekanan yang

meningkat. Bagaimanapun fungsi kontraksi dari atrium kiri tetap normal sampai

pada tahap berikutnya, namun pada akhirnya malah mengurangi luas ruangan,

ventrikel sehingga membatasi pengisian diastolik dan stroke volume. Hal ini akan

berujung pada terbatasnya suplai darah yang dipompa dan mempengaruhi perfusi

organ-organ termasuk jantung itu sendiri (Dreisbach & Sarmah, 2010).

Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan hemoragik dan stroke

ateroembolik atau ensefalopati. Baik sistolik atau diastolic yang terlalu tinggi

sangat beresiko, tekanan diastolic yang melebihi 100mm Hg dan sistolik yang

melebihi 160 mmHg telah menunjukkan resiko tinggi penyebab stroke (Dreisbach

& Sarmah, 2010).

Dua penelitian telah mendemonstrasikan bahwa reduksi tekanan darah

dapat meningkatkan kerja ginjal, nefrosklerosis adalah salah satu komplikasi yang

mungkin terjadi akibat hipertensi jangka panjang. Sistem rennin-angiontensin

mempengaruhi progress dari kelainan ginal. Angiotensin II bertindak di bagian

arteriola aferen dan efferen, namun kebanyakan di eferen yang menyebabkan

peningkatan tekanan intraglomerular hal ini memberikan dampak berupa

albuminuria. Mengurangi tekanan intraglomerular menggunakan ACE inhibitor

relah dibuktikan bermanfaat bagi pasien dengan penyakit diabetik nefropati,

bahkan pada pasien yang tidak mengidap hipertensi. Kombinasi peningkatan

volume darah yang disaring dan aktivasi sistem RAA dipercaya sebagai faktor

utama kegagalan ginjal pada pasien (Dreisbach & Sarmah, 2010).

7

Page 8: Laporan PPK

Hipertensi dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada

anamnesis 70-80% kasus hipertensi esensial didapat riwayat hipertensi dalam

keluarga. Sebagian besar hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan

hanya 20% timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun. Gejala klinik yang

mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala, rasa tidak nyaman di

tengkuk, sukar tidur, epistaksis, disines atau migren, sampai keluhan mudah marah.

Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi di Paris adalah sebagai berikut: gejala

sakit kepala menduduki urutan pertama (40,5%), disusul palpitasi (28,5%),

nokturi (20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus (13,8%). Gejala lain yang dikeluhkan

mungkin akibat dari komplikasi yang timbul, seperti gangguan penglihatan,

gangguan neurologi, gejala gagal jantung, dan gejala gangguan fungsi ginjal.

Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan terapi

bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi adalah: informasi pengobatan

sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek samping yang mungkin

timbul. Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes militus, penyakit

ginjal dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid. Kemungkinan penderita

sedang mengkonsumsi obat karena penyakit lain, yang mungkin menimbulkan efek

samping kenaikan tekanan darah, seperti golongan steroid, golongan penghambat

monoamin oksidase dan golongan simpatomimetik. Kebiasaan makan penderita

(terutama asupan garam), minuman alkohol dan konsumsi rokok. Faktor stres

psikis. Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan

(pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat kontrasepsi.

Pada pemeriksaan fisik peninggian tekanan darah sering merupakan satu-

satunya tanda klinik hipertensi, sehingga diperlukan hasil pengukuran darah yang

akurat. Beberapa faktor akan mempengaruhi hasil pengukuran, seperti faktor

pasien, faktor alat dan tempat pengukuran harus mendapat perhatian.

Pengukuran ideal dilakukan dengan cara setelah penderita berbaring selama 5

menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan interval 5-10

menit. Tensi dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan

dengan kecepatan 2-3 mmHg per-denyut jantung.

8

Page 9: Laporan PPK

Penangan hipertensi adalah usaha untuk mengurangi faktor resiko

terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah

penatalakasanaan tanpa obat-obatan, yang menurut beberapa ahli sama pentingnya

dengan penatalaksanaan farmakologik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan,

terutama pada pengobatan hipertensi ringan. Beberapa hal yang bisa dilakukan

adalah diet rendah garam , disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet

rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul

pada pengobatan dengan diuretik. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa

menurunkan tekanan darah. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol

telah dibuktikan dalam banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.

Menurunkan berat badan setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan

tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg. Olah raga teratur berguna untuk membakar

timbunan lemak dan menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan

menimbulkan perasaan santai, yang kesemuanya berakibat kepada penurunan

tekanan darah.

Penatalakasanaan hipertensi dengan obat-obatan di Puskesmas disesuaikan

dengan ketersediaan obat yang ada di Puskesmas pula, yaitu :

Golongan Diuretik:

a. Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)

-Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

-Dosis : 1-2 X 25-50 mg.

-Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,

hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram otot, muntah dan

disines.

-Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven

Johnson).

-Terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih banyak efek

sampingnya dari pada efektifitasnya. Untuk menghindari efek hipokalemi

maka diberikan asupan Kalium 1 X 500 mg, atau memperbanyak makan

pisang.

9

Page 10: Laporan PPK

b. Furosemid 40 mg

- Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

- Dosis : 1-2 X 40-80 mg.

- Efek samping : sama dengan HCT.

- Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven

Johnson).

2. Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)

a. Propranolol 40 mg

-Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

-Dosis : 3 X 40-160 mg.

– Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk, pusing, mual, diare,

obstipasi, bronkospasme, kram otot dan bradikardi serta gagal jantung.

– Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.

3. Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)

a. Kaptopril 25 mg

– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat

– Dosis : dosis awal 2-3 X 12,5-25 mg, bila setelah 1-2 minggu belum

ada respon dosis dinaikkan 2-3 X 50 mg.

Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.

– Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan, proteinuri, gagal

ginjal, neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah, gangguan

pengecap, parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.

– Kontra indikasi : asma

4. Golongan Antagonis Kalsium

a. Diltiazem 30 mg

– Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

– Dosis : 3-4 X 30 mg.

10

Page 11: Laporan PPK

– Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual, muntah,

diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.

– Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.

b. Nifedipin 10 mg

– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

– Dosis : 3 X 10-20 mg

– Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual, muntah,

diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.

– Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.

Pastikan dalam terapi menggunakan prinsip tapering off penghentian terapi

hipertensi dengan mengurangi dosis secara perlahan. Hal ini ditujukan untuk

menghindari efek “rebound fenomena”, yaitu peningkatan kembali tekanan darah

setelah penghentian terapi obat-obatan secara mendadak. Penurunan dosis

disesuaikan dengan penurunan tekanan darah.

11

Page 12: Laporan PPK

KEDOKTERAN KELUARGABAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Nomor Status:Nomor Berkas Keluarga:Tanggal Kunjungan Pertama Kali:

BERKAS KELUARGA Nama Mahasiswa : Reza K. A. RusandiNIM : 07711030Kelompok / Tahun : 14/ 2010

BERKAS KESEHATAN KELUARGA

Perhatian: 1. Pertanyaan atau permintaan informasi dilakukan langsung, jelas, sopan2. Isilan jawaban/hasil pemeriksaan pada kolom yang tersedia3. Lingkari jawaban yang diberikan4. Tiap keluarga yang telah dibuat berkasnya dibuat kartu identitas berkas keluarga

A. IDENTITAS

I. KEPALA KELUARGA II. PASANGAN

1. Nama : Murjiyono Supriyati

2. Umur : 57 tahun 54 tahun

3. Jenis kelamin : L P

4. Status perkawinan : Kawin Kawin

5. Agama : Islam Islam

6. Suku bangsa : Jawa Jawa

7. Pendidikan : STN SD

8. Pekerjaan : Buruh pelabuhan Ibu Rumah Tangga

9. Alamat lengkap : RT 05 RW 02 Desa Sumberejo Kec. Mertoyudan

II. PROFIL KELUARGA

No Nama Umur Pend. PekerjaanHubungan Keluarga

Status Perkawinan

Keteterangan Kesehatan

1 Supriyati 54th SD Ibu Rumah Tangga

Istri Menikah Sehat

2 Mujiyanto 34th SMA Buruh Pabrik

Anak Pertama

Menikah Sehat

3 Sukarti 31 th SMP Karyawan Toko

Kelontong

Anak Kedua

Menikah Sehat

4 Tri Purwati 29 th SMA Usaha Anak Ketiga Menikah Sehat

12

Page 13: Laporan PPK

Warung5 Salastri 27 th SMA Ibu Rumah

TanggaAnak

KeempatMenikah Sehat

III. GENOGRAM

Murjiyono Supriyati (57 tahun) (54 tahun)

Mujiyanti Sukarti T. Purwati Salastri (34 tahun) (31 thn) (29 thn) (27 thn)

B. Denah rumah dari Puskesmas

C. EKONOMI KELUARGA

13

Puskesmas

Rumah Pasien

Page 14: Laporan PPK

1. Rumah (permanen, semidarurat, temlan)

2. Barang mewah (TV, Video, AC, Kulkas, Setrika Listrik, dll)

3. Daya listrik (cantolan, KPA)

4. Lain-lainTidak termasuk penilaian:- Penghasilan keluarga perbulan

- Pengeluaran keluarga perbulan

D. PERILAKU KESEHATAN KELUARGA1. Pelayanan promotif dan

preventif bayi dan balita

2. Pembinaan kesehatan anggota keluarga lainnya

3. Pelayanan pengobatan

4. Jaminan kesehatan

E. POLA MAKAN KELUARGABayi, balita, anak, dewasa, usia lanjut

F. AKTIVITAS KELUARGA/PENGISIAN WAKTU LUANG1. Aktivitas fisik

Rumah semi permanen milik pribadi

setrika listrik, tv, radio

450 watt

600 ribu/bulan600-700 ribu/ bulan

Rajin mengikuti posyandu setiap bulannya.

Jika sakit keluarga selalu berobat ke puskesmas, sering juga konsultasi tentang penyakit di puskesmas.

Puskesmas Mertoyudan 1 Magelang, RS. Sardjito.

Bapak Murjiyono dan Ibu Supriyati mengikuti Jamkesmas.

Pola makan 3 kali sehari menggunakan nasi, sayur, lauk-pauk: tahu, tempe, dan ikan.

Bapak dan ibu sering olahraga jalan santai berkeliling lingkungan sekitar.

Keluarga sering mengikuti pengajian

14

Page 15: Laporan PPK

2. Aktivitas mental

G. LINGKUNGAN1. Sosial rumah asal

2. Fisik rumah asal:- luas bangunan

- ventilasi dan cahaya

- limbah dan jamban

- tempat bermain

- sumber air bersih

H. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA1. Penyakit turunan2. Riwayat penyakit keluarga

(jenis, siapa, kapan, tindakan)

dan kegiatan-kegiatann keagamaan lain, serta kegiatan PKK.

Lingkungan rumah berada di kawasan desa, lingkungan kurang bersih, hubungan dengan tetangga baik.

Luas bangunan 36m2

Ventilasi dan pencahayaan cukup.Kamar mandi hanya 1, terdapat jamban, namun dengan keadaan yang kurang bersih

Terasa depan rumah, dengan keadaan kurang bersih.

Dari sumur, ada pompanya. Air biasanya ditampung dulu lalu dimasak.

HipertensiIbu & Tante : Hipertensi, sudah lama, meninggal dunia.

I. DAFTAR PERMASALAHAN DALAM KELUARGA

No Jenis Permasalahan Waktu Terjadinya

Rencana Penatalaksanaan

Sasaran

15

Page 16: Laporan PPK

1

2

Kepala keluarga mengidap penyakit hipertensi

Beban psikis keluarga karena kepala keluarga yang tidak produktiv menyebabkan keadaan ekonomi keluarga terganggu.

4 tahun yang lalu sampai sekarang.

Sekarang

Memberikan terapi berupa medikamentosa, dan masukan agar pasien mengontrol penyakitnya guna untuk menghindari komplikasi, dan mengembalikan produktivitas kerja (menjaga keadaan ekonomi keluarga)

Edukasi keluarga agar sabar dan mendukung Kepala Keluarga.

Kepala Keluarga

Keluarga

J. DIAGNOSIS KELUARGA

Keluarga yang cukup besar dengan kepala keluarga mengidap hipertensi

yang menyebabkan penderita tak lagi produktivitas menyebabkan keadaan

ekonomi terganggu.

K. PROGNOSIS

Penyakit hipertensi yang diderita kepala keluarga memiliki prognosis

kurang baik, mengingat usia pasien yang memang sudah tidak muda lagi.

Keadaan ekonomi keluarga terancam menurun karena produktivitas kepala

keluarga sudah berkurang.

L. PENATALAKSANAAN MASALAH KELUARGA

Memberikan edukasi, informasi, dan anjuran yang mampu menumbuhkan

kesadaran pasien dan keluarga untuk bersama-sama mengontrol penyakit

16

Page 17: Laporan PPK

hipertensi yang diderita guna memperbaiki produktivitas yang menurun guna

menjaga kesejahteraan keluarga. Memberikan motivasi pada pasien dan

keluarga untuk sabar dan berusaha.

L.1. MEDIKAMENTOSA DAN/ATAU TINDAKAN

NoPermasalahan

KeluargaTindakan

PenyelesaianSasaran Hasil Ket.

1 Kepala keluarga menderita hipertensi

Kontrol rutin puskesmas

Kepala Keluarga

Kondisi membaik, keparahan menurun.

Dengan kontrol rutin, diharapkan membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien.

L.2. EDUKASI DAN PEMBINAAN KELUARGA

Tanggal Pelaksanaan

Topik Sasaran Hasil tindakanNama

Pelaksana2-9-2010 Hipertensi dan cara

mengontrolnyaKeluarga Pasien dan keluarga lebih

memahami tentang hipertensi, terutama komplikasi dan cara pencegahannya.

Catatan : (kesan mahasiswa terhadap penerimaan keluarga)

Penerimaan pasien terhadap mahasiswa baik. Keluarga sangat

bersahabat dan selalu menjawab pertanyaan dengan ramah dan

terbuka.

17

Page 18: Laporan PPK

KEDOKTERAN KELUARGABAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Nomor Status:Nomor Berkas Keluarga:Tgl Kunjungan Pertama:

BERKAS KESEHATAN PASIEN Nama Mahasiswa : Reza K. A. RusandiNIM : 07711030Kelompok / tahun : 14 / 2010

BERKAS KESEHATAN PASIEN

IdentitasNamaUmurJenis KelaminAgamaSuku BangsaPendidikanPekerjaanStatus PerkawinanPasien datang sendiri/rujukanWaktu kunjungan awalAlamat

Riwayat PenyakitKeluhan utama

Keluhan tambahan

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu

Murjiyono57 tahunLIslamJawa STNBuruh pelabuhanMenikah

2 Sept 2010RT 05, RW 02 Sumberejo, Mertoyudan, Magelang

Pusing, kepala terasa berputar.

Badan lemas, kadang dada terasa sesak dan keseimbangan menurun.

Kepala terasa pusing, pandangan tidak bisa fokus lantaran perasaan berputar-putar yang dirasakan pasien. Badan terasa lemas, dan saat berjalan terasa hilang keseimbangan sehingga sempat terjatuh. Terkadang dada terasa sesak sehingga sulit bernafas.

Semenjak Sekolah Dasar pasien mengaku sudah sering merasakan sakit kepala yang demikian, terutama saat berjalan kaki pulang dari sekolah. Namun pasien menganggapnya sebagai sakit kepala biasa, keadaan terus berlanjut sampai pasien menikah. Akhirnya pasien memeriksakan kedokter dan didiagnosis hipertensi pada tahun 1971. Pasien masih belum begitu memperhatikan penyakitnya, cenderung membiarkannya, sampai ketika usia

18

Page 19: Laporan PPK

Riwayat kelahiran, pertumbuhan perkembanga

Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan FisikTinggi badanBerat badanNadiNafasSuhuTekanan darahKeadaan umumKeadaan giziMata MulutTHTLeherJantungParuAbdomen Ektremitas AtasEkstremitas BawahPalpasi arteri

Pola makan/minum

Aktivitas mental dan fisik

Lingkungan sosial

Ciri kepribadian /

mencapai 50 tahun pasien merasakan penyakitnya mulai mengganggu. Pada tahun 2006, setelah pasien solat maghrib tiba-tiba pasien tak bisa berbicara dan bergerak selama 4 jam, pasien dilarikan ke rumah sakit. Semenjak saat itu pasien mulai memperhatikan penyakitnya.

-

-Ibu dan tante pasien mengidap hipertensi-Ibu dan tante pasien meninggal lantaran serangan jantung.

Tanggal 2 September 20101737082x/ menit30 kali/menit-185/ 145Lemah

----(tidak mau diperiksa)(tidak mau diperiksa)(tidak mau diperiksa)Normal/normalNormal/ normal-

Makan tiga kali sehari menu utama tahu, tempe, ikan, minum cukup.

Mengikuti kegiatan RT setiap bulannya, pengajian setiap malam jumat, dan sering olahraga berjalan kaki disekitar lingkungan.

Sering berinteraksi dengan tetangga, rajin mengikuti kegiatan lingkungan.

Bersemangat, ramah, sabar.

19

Page 20: Laporan PPK

klasifikasi psikiatri

Hasil pemeriksaan penunjang

-

EKG (data dari puskesmas)-Normal synus rhythm-Left atrial enlargement-Borderline ECG

Daftar Masalah Pasien

Masalah Saat Timbul Rencana Tindakan KetrPusing serasa berputar

Hipertensi

Sekarang

Sekarang

Dilakukan pemeriksaan CT scan untuk kecurigaan adanya neoplasma dikepala.

Meneruskan pengobatan yang diberikan dokter, dan memastikan pasien memiliki kesadaran untuk mengontrol penyakitnya.

Diagnosis Kerja

Aksis I : Pusing serasa berputar, dan tekanan darah yang tinggi.

Aksis II : Pasien merasa sedih karena keterbatasan aktivitas

Aksis III : -

Aksis IV : -

Aksis V : Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Prognosis

Kurang baik, karena mengingat usia pasien yang sudah tidak muda dan hasil

pemeriksaan penunjang pasien memperlihatkan adanya perubahan kelainan

anatomi jantung pasien (hipertropi atrium kiri).

Catatan tindakan / pengobatan / konseling

Masalah Tindakan Hasil KetrPusing serasa

Medikamentosa:Diberikan analgetik untuk

Berdasarkan hasil yang

20

Page 21: Laporan PPK

berputar

Hipertensi

mengurangi rasa pusing.Nonmedikamentosa (edukasi):Banyak istirahat, untuk sementara hindari kegiatan yang membutuhkan banyak energi.

MedikamentosaMengikuti yang diberikan dokter di puskesmas: Piracetam 400mg 1x sehari Nifedipin 2x sehari HCT 1x sehari Vit 2x sehari

didapat dari pengakuan pasien setelah mendapat resep obat dari dokter puskesmas:Dada sesak berkurang, pusing sedikit berkurang, sudah bisa berjalan walaupun perlahan..

Instruksi penatalaksanaan pasien selanjutnya

Pasien tetap diberikan pengobatan yang sama, dengan tambahan berupa saran-saran

guna membantu pencegahan komplikasi yang terjadi karena hipertensi. Pasien

diberikan surat pengantar untuk melakukan pemeriksaan kepala CT scan.

Catatan pemeriksaan selanjutnya

Pemeriksaan kepala CT scan untuk menegaskan ada tidaknya pertumbuhan

neoplasma.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Lapangan

( dr. Umi )

21

Page 22: Laporan PPK

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S. A., Wilson L. M., 2002, Patofisiologi Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit Jilid 2., Edisi 6, EGC, Jakarta

2. Rilantono, L.I., et al., 1996. Buku Ajar Kardiologi., FKUI, Jakarta

3. Gray, H.H., et al., 2002, Lecture Notes Kardiologi., Edisi 4, Erlangga,

Jakarta.

4. Dreisbach, A. W., Sharma, S.,Hypertension., eMedicine Journal. 2010.

5. Wahyuni, A. S., Pelayanan Dokter Keluarga, USU Library. 2003

6. Asmah N., et al., Implementasi Pelayanan Kesehatan Model Dokter Keluarga Di Kota Bontang., KMPK UGM, Yogyakarta. 2008.

22