22
Laporan Praktikum FARMAKOGNOSI I PEMBUATAN SIMPLISI A DAN PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN PADA JAHE (  Zingiber Officin ale ) (tanggal 20/10/11) Kelompok : 5 Anggota : Riska Ravidah ( 066109075 )  Restu Restiani ( 06610906 )  Ahmad !a"han ( 066109056 )  R # Asih $ina"ti ( 066109065 ) $os en pem%im%ing : $"a# &ke 'ul ia ienda" lina# Apt  $"s# *u+ta%adiha"d,a# Apt  Asisten dosen : -u".adilla  Ria *aasa"i PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIERSITAS PAKUAN BOGOR !"##

laporan praktek kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Praktikum

FARMAKOGNOSI IPEMBUATAN SIMPLISIA DAN PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN PADA JAHE (Zingiber Officinale )(tanggal 20/10/11)

Kelompok

: 5Anggota

: Riska Ravidah ( 066109075 ) Restu Restiani ( 066109046 )

Ahmad Farhan ( 066109056 )

R . Asih Dinarti ( 066109065 )

Dosen pembimbing: Dra. Ike Yulia Wiendarlina., Apt

Drs. Muztabadihardja., Apt

Asisten dosen : Nurfadilla Ria Mayasari

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2011

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan obat terutama Jahe.

2. Mengetahui hasil rendemen simplisia yang di dapat serta susut pengeringan pada rimpang Jahe.

3. Memberikan batasan maksimal ( rentang ) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

1.2 Dasar TeoriSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsia dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Serbuk simplisia adalah serbuk yang dibuat dari simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu, tergantung bahan simplisia yang digunakan.

Pengertian susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperature 105 0C selama 30 menit atau sampai berat konstan. 1.2.1. Tanaman Jahe ( Zingiber Officinale )

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional.A. Klasifikasi Tanaman Zingiber officinale (nama simplisia : Zingiber Rhizome) a. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinaleb. Nama umum : Jahe

c. Nama daerah : halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.B. Deskripsi Jahe

Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 23 mm, lebar 8 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 5 cm, lebar 1,5 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 2,5 mm, lebar 3 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2.C. Macam-macam Jenis Jahe Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak.

Ditandai ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning, berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam. Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dan minuman.

2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.

Jahe ini ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe merah.

Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

D. Kandungan Kimia.

Rimpang jahe mengandung 2 komponen, yaitu:

1. Volatile oil (minyak menguap)

Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.

2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap)

Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan.

-Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri Senyawa fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe sedangkan senyawa terpenoida adalah merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan biosintesa senyawa terpenoida, disebut juga senyawa essence dan memiliki bau spesifik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik, sedative, dan bahan pemberi aroma makanan dan parfum.

Antioksidan Pada Jahe. Kemampuan jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya, dimana jahe memiliki kadar fenol total yang tinggi dibandingkan kadar fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe. Rimpang jahe juga bersifat nefroprotektif terhadap mencit yang diinduksi oleh gentamisin, dimana gentamisin meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) dan jahe yang mengandung flavanoida dapat menormalkan kadar serum kreatinin, urea dan asam urat.E. Farmakokinetik Jahe

Menurut Zick SM, et al ., 2008. Pada manusia konjugat jahe mulai muncul 30 menit setelah pemberian melalui oral, dan mencapai Tmax antara 45 -120 menit, dengan t eliminasi 75 120 menit pada dosis dua gram. Pada uji ini tidak ada efek samping dilaporkan setelah menggunakan 2 g ekstrak jahe.

F. Manfaat

Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.G. Masa Panen

Ciri dan Umur Panen

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih. Pemanenan jahe tergantung pada produk akhir yang diinginkan walaupun umumnya jahe dipanen setelah umur 8-12 bulan. Untuk konsumsi segar sebagai bumbu dipanen pada umur 8 bulan, sedang untuk keperluan bibit dipanen umur 10bulan atau lebih. Sementara untuk keperluan asinan jahe, jahe awet dipanen muda berumur 3-4 bulan. Cara Panen Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu.

Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.

Periode Panen

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya. Perkiraan Hasil Panen

Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

H. Pembuatan Simplisia Pengadaan bahan baku yang segar

Bahan baku merupakan suatu hal yang penting pada pembuatan simplisia karena kandungan bahan baku akan berbeda setiap bahan baku satu dengan bahan baku yang lainya. Banyak factor yang mempengaruhi perbedaan kandungan senyawanya meski spesiesnya sama namun jika tempat tumbuhnya berbeda akan berbeda juga kandunganya. Beberapa factor yang mempengaruhi adalah tempat tumbuh, kandungan tanah, penambahan zat kimia seperti pestisida dll.

Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar

kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah

plastik/ember.

Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

Penyortiran Kering.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. Karena pentingnya Rimpang Jahe dalam pengobatan, maka mutu, keamanan dan kemaanfaatannya harus ditingkatkan melalui penelitian dan pengembangan. Untuk meningkatkan mutu, keamanan dan kemanfaatan Rimpang Jahe sebagai obat bahan alam Indonesia, perlu dilakukan standardisasi terhadap bahan bakunya, baik yang berupa simplisia maupun yang berbentuk ekstrak atau sediaan galenik. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu adalah kondisi proses pengeringan tumbuhan obat terutama untuk yang berasal dari tumbuhan liar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan kondisi optimum pada pengeringan daun jambu biji menjadi simplisia yang bermutu baik.

I. Mamfaat Jahe Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluhdarah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain : o Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.

o Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..

o Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.

o Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok perjalanan.

o Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan angin.

o Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.

BAB IIMETODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan1. Pisau

2. Talenan3. Glinder4. Pengayak Mes no. 20

5. Loyang

6. Timbangan

7. Pot plastik / Toples

8. Rimpang Jahe

9. Air10. Kipas angin3.2 Metode Kerja

1. Bagian yang digunakan :

Rimpang Jahe badak China,dengan nama latin ( Zingiber Officinale ). Yang dibeli di daerah pasar Bogor pada pukul 20.00 wib. Dengan harga 10.000/kg2. Cara pembuatan : Dikumpulkan Jahe segar dari tumbuhan ( Zingiber Officinale ). Ditimbang sebanyak 1500 gram jahe segar. Dicuci dengan air bersih dan mengalir sampai bersih. Ditiriskan sampai tidak ada sisa-sisa air cucian pada jahe tersebut. Di sortasi basah artinya dipilih jahe yang baik dan jahe kurang baik serta dipisahkan dari kotoran-kotoran yang masih ada di jahe tersebut, jahe yang kurang baik kondisinya serta kotoran-kotoran yang terdapat pada jehe dibuang sedangkan jahe yang kondisinya baik di simpan dan akan dilakukan perlakuan selanjutnya. Jahe yang telah di sortasi basah di timbang terlebih dahulu sebelum di rajang karena berat setelah sortasi basah merupakan berat awal (Wo) pada perhitungan susut pengeringan dan rendemen simplisia.

Jahe yang telah ditimbang dirajang melintang dengan ketebalan kira-kira 3 mm 5 mm, dengan pisau tajam. Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dengan menggunakan kipas angin sampai benar-benar kering, pengeringan ini dilakukan selama 4 hari. Setelah kering ranjangan jahe disortasi kering yaitu dipisahkan kembali ranjangan jahe yang baik dan yang kurang baik serta dibersihkan dari kotoran-kotoran yang masih menempel. Dihaluskan dengan menggunakan Glinder sampai menjadi serbuk yang masih kasar. Serbuk yang masih kasar diayak dengan dengan pengayak Mesh no. 20 agar serbuk yang dihasilkan lebih halus dan ukuran partikelnya lebih kecil. Serbuk yang sudah diayak di timbang dan berat hasil ini merupakan berat akhir dari simplisia jahe. Dihitung rendemen simplisia dan susut pengeringan. Disimpan dalam toples kedap udara kemudian, diberi label kelompok dan simplisia.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan

1. Nama dan jenis simplisia : Zingiber officinale Varietas Rimpang Jahe badak China, ukuran besar. 2. Jumlah yang ditimbang sebelum di sortasi : 1500 gram / 1.5 kg3. Berat setelah sortasi ( Pencucian / berat awal): 1400 gram / 1.4 kg4. Lama pengeringan

: 4 hari5. Jumlah simplisia setelah pengeringan

: 150 gram6. Serbuk simplisia setelah di ayak ( berat akhir): 97 gram 3.2. Perhitungan

a. Perhitungan rendemen simplisia.Rendemen simplisia = X 100 %

= X 100 %

= 6,958 %

b. Perhitungan Susut pengeringan simplisia

3.3 Pembahasan

Pada percobaan pembuatan simplisia ini digunakan simplisia nabati dari tumbuhan Zingiber Officinale ( Jahe ). Varietas jahe yang digunakan adalah jahe yang berasal dari China berdaging buah putih merupakan varietas jahe badak yang ukuranya lebih besar dari ukuran jahe yang lainya seperti jahe kuning dan jahe merah yang ukuran lebih normal, bagian yang diambil adalah rimpangnya yang di iris secara melintang dengan ketebalan 3-5 mm dengan tujuan agar pengeringan simplisia lebih cepat.

Jumlah yang pertama kami beli di pasar Bogor yaitu 1500 gram jahe badak impor dari China selain harganya murah jahe badak ini ukuranya lebih besar dari jahe normal. Setelah disortasi basah dimana dipilih jahe yang masih dalam kondisi baik dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang terdapat pada jahe berat total jahe berkurang menjadi 1400 gram. Bobot jahe badak China mengalami pengurangan 100 gram karena jahe yang kami dapat secara kasat mata bersih, tidak terdapat rimpang yang busuk serta warnanya masih segar tanpa tanah yang menyelimutinya, mungkin karena jahe badak China merupakan impor jadi pengemasan lebih baik atau bisa juga di tambahkan pengawet atau yang faktor yang lainya. Namun secara penciuman jahe badak China ini kurang berbau khas jahe. 1400 gram ini merupakan berat awal simplisia (Wo).

Setelah di sortasi basah diiris tipis menggunakan pisau dengan irisan melintang, alasan kami mengiris jahe dengan irisan melintang yaitu tujuan pembuatan simplisia kami yang bertujuan membuat simplisia jahe dengan pengeringan yang lebih cepat sedangkan jika bertujuan mengambil minyak atsiri pada jahe maka harus mengiris jahe tersebut secara membujur namun pengeringan akan lebih lama. Ketebalan dari peranjangn juga sangat berpengaruh pada pengeringan karena jika terlalu tebal maka simplisia akan sukar kering dan jika terlalu tipis kandunganya akan sedikit atau kurang maksimal.

Pengeringan adalah hal yang paling penting pada pembuatan simplisia. Pengeringan simplisia bisa dilakukan dengan dijemur langsung di bawah sinar matahari, di oven, atau diangin-anginkan. Untuk simplisia jahe yang kita buat ,kita keringkan dengan cara di angin-anginkan sehingga memerlukan waktu yang lama, mengapa kita tidak mengovenya karena kita tidak menginginkan simplisia yang terlalu kering sedangkan zat yang paling banyak pada jahe badak China ini adalah air bukan minyak atsirinya demikian juga tidak di keringkan di sinar matahari karena sinar matahari terutama pada saat siang hari bisa lebih suhunya dari 40 derajat.

Setelah tahap demi tahap pembuatan simplisia telah dilakukan maka pembuatan simplisia menjadi serbuk juga sangat penting karena serbuk yang sudah di glinder pertama masih kasar sehingga harus di ayak di ayakan mes no.20 agar ukuran partikelnya lebih sama besar, ayakan ini juga ukuran partikelnya tidak terlalu kecil dibanding ayakan yang lainya . Serbuk hasil dari pengayakan merupakan berat akhir (Wt). Wt atau berat akhir yang kami dapat adalah 97 gram dengan warna coklat muda dan berbau khas jahe, lalu dari hasil berat awal dan akhir tersebut kami dapat menghitung rendemen simplisia dan susut pengeringan. Rendemen simplisia yang kita dapat adalah 6,958 % sedangkan susut pengeringanya adalah 93,07 %

Hal ini terjadi karena jahe badak dari China mempunyai kadar air yang lebih banyak dibanding minyak atsirinya sehingga pada saat pengeringan air menguap sehingga simplisia yang di hasilkan sangatlah sedikit itu yang membedakan jahe yang berasal dari Indonesia atau bisa disebut jahe kuning dengan jahe badak China karena jahe Indonesia ( jahe kuning) terutama jahe yang berasal dari jawa kandungan airnya lebih sedikit daripada minyak atsiri dan kandungan yang lainya pada jahe tersebut.BAB 1V

KESIMPULANTahapan pembuatan simplisia adalah suatu perlakuan yang sistematis yang tahap demi tahap harus dilakukan dengan baik dan benar karena mempengaruhi perlakuan selanjutnya juga kualitas simplisia tersebut. Pada pembuatan simplisia rimpang jahe yang kita buat mempunyai rendemen simplisia 6.958 % dan susut pengeringanya 93.07 %. Hal ini disebabkan kandungan kadar air pada jahe berpengaruh pada penyusutan simplisia sehingga hasil serbuk simplisia yang dihasilkan sedikit terutama jahe yang kita gunakan adalah jahe badak dari China yang mempunyai kadar air yang banyak sedangkan kandungan minyak atsirinya sedikit.Daftar Pustaka

Tanaman Obat Indonesia (Zingiber officinale) 23 Oktober 2011. Available from URL: http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php

http://dolphin-yulyepurpleblack.blogspot.com/2010/11/kontrol kualitas simplisia.html Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik (Katzung BG,2004) Zingiber officinale L.

Teks : Drs. Ikhsan Matondang, MSi. (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tumbuhan Obat UNAS/ P3TO UNAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Materia Medika Indonesia, jilid II, Jakarta, 1995. Muclas , Slamato, Teknologi Budaya Jahe, Balai Besar Pengkajian dan Teknolgi Pertanian, Bandar Lampung, 2008.

= Berat awal ( w ) Berat akhir ( w o ) x 100 %

Berat awal ( w )

= 1400 gram - 97 gramX 100%

1400 gram

= 93.07 %