127
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TIKA SARTIKA, S. Farm. 1306344311 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON

JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI

PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

TIKA SARTIKA, S. Farm.

1306344311

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON

JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI

PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

TIKA SARTIKA, S. Farm.

1306344293

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

laporan PKPA ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan

yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juli 2014

Tika Sartika

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Laporan ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Tika Sartika

NPM : 1306344311

Tanda Tangan :

Tanggal : 28 Juni 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

v

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini diajukan oleh

Nama : Tika Sartika

NPM : 1306344311

Program Studi : Apoteker

Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker

di PT. KALBE FARMA, Tbk. Kawasan Industri Delta

Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang

Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Profesi Apoteker

pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 28 Juni 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Anne Prima Heryanti, S.Si., Apt., selaku Manager Departemen Quality

Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah mengarahkan dan membimbing

penulis selama menjalankan PKPA di bagian QA.

2. Kurnia Sari Setio Putri, M.Farm., Apt. selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan

PKPA.

3. Agung Martupa L.B.M., S.Farm., Apt., selaku Pembimbing dan Supervisor

Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah banyak memberikan

pengalaman, bimbingan dan pengetahuan selama melaksanakan PKPA di

PT. Kalbe Farma, Tbk.

4. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

UI yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan selama

pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk.

5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

6. Seluruh staf di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas kerja sama dan bantuan selama

penulis melaksanakan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA.

7. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI.

8. Keluarga tercinta atas segala dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang,

doa dan dana yang diberikan kepada penulis.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

vii

9. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVIII, khususnya Tika, Tasya dan

Rina atas motivasi, semangat, kerjasama dan keceriaan selama pelaksanaan

PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA

ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan

laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis

selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Depok, 2014

Penulis

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Tika Sartika

NPM : 1306344311

Program Studi : Profesi Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis karya : Laporan PKPA

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Free Right) atas karya

ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. KALBE FARMA, Tbk.

Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang

Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia

/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : Juli 2014

Yang menyatakan

(Tika Sartika)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

ix

ABSTRAK

Nama : Tika Sartika, S.Farm

NPM : 1306344311

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di

PT. KALBE FARMA, Tbk. Kawasan Industri

Delta Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1,

Lippo Cikarang Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker diterapkan di PT. KALBE FARMA, Tbk.

Kawasan Industri Delta Silicon JL. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang

Bekasi. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar siswa dapat melihat aktivitas apoteker

profesi secara langsung yang terjadi di industri farmasi, memperoleh pengetahuan

dan wawasan mengenai segala aspek yang terkait dalam industri farmasi, terutama

dalam hal pelaksanaan GMP di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan PKPA ini bertujuan

untuk memahami peran dan tugas apoteker di industri farmasi. Tugas khusus yang

diberikan berjudul laporan validasi proses Benacol DTM sirup 60 mL. Tugas

khusus ini bertujuan untuk melaporkan hasil pelaksanaan proses validasi termasuk

pencampuran, pengisian, dan labelling Benacol DTM Sirup 60 ml sesuai dengan

data yang dikumpulkan dari tiga batch berturut-turut serta untuk memastikan

bahwa proses manufaktur telah divalidasi dan sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan.

Kata Kunci : PT. Kalbe Farma, Tbk., Laporan Validasi Proses

Tugas Umum : xiii + 71 halaman; 2 gambar; 2 lampiran

Tugas Khusus : ii + 40 halaman

Daftar Acuan Tugas Umum : 6 (2010 – 2013)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1987 - 2013)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

x

ABSTRACT

Name : Tika Sartika, S.Farm

NPM : 1306344311

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at

PT. KALBE FARMA, Tbk. Delta Silicon Industrial Area

JL. M.H. Thamrin Block A3-1, Lippo Cikarang Bekasi

Period 01 April - 30 May 2014

Pharmacists Professional Practice implemented in PT. KALBE FARMA,

Tbk. Delta Silicon Industrial Area JL. M.H. Thamrin Block A3-1, Lippo Cikarang

Bekasi. PKPA activity is intended that students can see the direct profession

pharmacists activity that takes place in the pharmaceutical industry, gaining

knowledge and insight into everything related aspects in the pharmaceutical

industry, especially in terms of the implementation of GMP in PT. Kalbe Farma,

Tbk. and may have a deep understanding of the role and duties of the pharmacist

in the pharmaceutical industry. Special task given process validation report of

benacol DTM syrup 60 mL. This particular assignment aims to reporting the

results of implementation of the validation process including mixing, filling, and

labelling Benacol DTM Syrup 60 ml according to the collected data from three

consecutive batches and to ensure that the manufacturing process has been

validated and complies to predetermined spesifications and requirement.

Keywords : PT. Kalbe Farma, Tbk., Process Validation Report

General Assignment : xiii + 71 pages; 2 pictures; 2 appendices

Specific Assignment : ii + 40 pages

Bibliography of General Assignment: 6 (2010 – 2013)

Bibliography of Specific Assignment: 10 (1987 - 2013)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................. 3

2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 3

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ............................................ 6

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................ 14

3.1 Sejaran dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................... 14

3.2 Visi dan Misi PT. Kalbe Farma, Tbk. ................................................. 16

3.3 Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk. .................................. 18

3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................................ 21

BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 42

4.1 Manajemen Mutu ................................................................................ 42

4.2 Personalia ............................................................................................ 43

4.3 Bangunan dan Fasilitas ........................................................................ 47

4.4 Peralatan .............................................................................................. 50

4.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................................ 52

4.6 Produksi ............................................................................................... 54

4.7 Pengawasan Mutu ............................................................................... 57

4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, & Persetujuan Pemasok ........................... 58

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian ........................................................................ 60

4.10 Dokumentasi ....................................................................................... 62

4,11 Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ........................................ 63

4.12 Kualifikasi dan Validasi ..................................................................... 64

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 68

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 68

5.2 Saran .................................................................................................... 68

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 69

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk ........................................................... 18

Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC ......... 32

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk………………….70

Lampiran 2. Bagan Alur pengembangan produk………………………...………71

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri farmasi mempunyai peran penting dalam menjamin dan

memperbaiki kesehatan masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai

penyakit, minimalisasi risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang

berkesinambungan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Oleh

karena itu, semua industri farmasi harus berupaya agar dapat menghasilkan

produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2006).

Proses pembuatan sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh industri

farmasi yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan dan mampu memenuhi

persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Penerapan CPOB dalam

industri farmasi bertujuan untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai

dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2012). Aspek yang diatur

dalam CPOB meliputi manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas;

peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit

mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan

penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan

kontrak; serta kualifikasi dan validasi.

Penerapan CPOB yang benar dan tepat berdampak pada konsistensi mutu

obat yang diproduksi sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan

mutu yang ditetapkan dan sesuai tujuan penggunaan produk. Apoteker merupakan

profesi yang mutlak diperlukan dalam proses penerapan CPOB di suatu industri

farmasi dan diperkenankan menjadi penanggung jawab bidang produksi,

pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Dalam memenuhi tanggung jawabnya,

seorang apoteker harus memiliki kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang

baik untuk menjamin CPOB dijalankan dengan benar dan tepat.

Kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang dibutuhkan seorang

apoteker di industri farmasi dapat dipahami lebih baik melalui adanya kesempatan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam rangka pembinaan terhadap

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

2

Universitas Indonesia

generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga Apoteker, PT Kalbe Farma,

Tbk. memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melaksanakan PKPA.

Pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 1 April

sampai dengan 30 Mei 2014.

1.2. Tujuan

a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek

CPOB di PT Kalbe Farma, Tbk.

b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

Peraturan Menteri Kesehatan No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang

Industri Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha

yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan

obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,

pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan terhadap ilmu pengetahuan

dan teknologi di bidang farmasi.

Industri Farmasi dalam membangun usahanya perlu mendapatkan izin

industri farmasi. Izin tersebut akan dikeluarkan oleh Direktur Jendral Kementrian

Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu berbadan

usaha berupa perseroan terbatas, memiliki rencana investasi dan kegiatan

pembuatan obat, memiliki NPWP, memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga

Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,

produksi dan pengawasan mutu, komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik

langsung dan tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang kefarmasian.

Izin usaha pendirian industri farmasi juga membutuhkan persetujuan

prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jendral dengan

tembusan kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan kepala Dinas

Kesehatan Provinsi. Izin industri dikeluarkan setelah pihak perusahaan telah

mengajukan permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada kepala

Badan POM. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat

langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan

instalasi, peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan

dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat.

Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama

jangka waktu tersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan

laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

4

Universitas Indonesia

Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :

a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan

b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan

c. Susunan direksi dan komisaris

d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi

e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan

f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang

Gangguan (HO)

g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan

h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan

i. Fotokopi NPWP

j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi

k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan

l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing

apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian

mutu

n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung

jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan

permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal

Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya

selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur

utama dan apoteker penganggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan,

yaitu :

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

5

Universitas Indonesia

a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi

b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka

Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN)

c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan

d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya

e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi

g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.

h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir

i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing

apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian

mutu

j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung

jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan

perusahaan

k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung

jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu

l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung

maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan

di bidang kefarmasian.

Setelah industri farmasi dibangun maka industri tersebut wajib memenuhi

persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya

sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi

persyaratan. Setiap industri farmasi wajib menjalankan fungsi farmakovigilans

yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan

pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.

Implementasi dari farmakovigilans pada industri farmasi adalah berupa tindakan

pelaporan kepada kepala badan apabila ditemukan obat dan atau bahan obat hasil

produksi industri tersebut yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

6

Universitas Indonesia

atau mutu. Adanya perubahan yang signifikan terhadap pemenuhan CPOB yang

terjadi pada industri farmasi, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut

kepada BPOM untuk disetujui. Perubahan yang dapat terjadi mencakup perubahan

kapasitas produksi atau perubahan lokasi produksi.

Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau

penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan

diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area

produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan

industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri

farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan

perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB Cara pembuaan obat yang baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin

obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan

sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi

dan pengendalian mutu. Pengendalian menyeluruh merupakan hal yang sangat

essensial pada pembuatan obat, untuk menjamin bahwa konsumen menggunakan

obat bermutu tinggi. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya

bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi

kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan berkualitas. Terdapat

12 aspek dalam CPOB, yaitu:

2.2.1 Manajemen Mutu

Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian

rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.

Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu

kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di

semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

7

Universitas Indonesia

Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu

yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta

tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan

tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut

disebut pemastian mutu.

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.

Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil

hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang

berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan

pekerjaan.

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian

Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan

Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

8

Universitas Indonesia

Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu :

a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan;

b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat

agar memperoleh perlindungan maksimal;

c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah

dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,

yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang

berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk

memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya

diatur secara logis dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan

menurut kelas kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang

memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis

serta terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan

pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan kawasan industri

sebagai lalu lintas umum;

d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta

dirancang dan dibangun secara khusus;

e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan

aktif berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah;

f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)

hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta

mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi;

g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol

serta ventilasi yang baik;

h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.

2.2.4 Peralatan

Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain

dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

9

Universitas Indonesia

terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan

perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk

antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang

dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah

ditentukan.

Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan

ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk

mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan

diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko

kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah

ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan

memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi

dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses

sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber

kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci

tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua

personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah

pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja

dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau

menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

10

Universitas Indonesia

menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat

jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan

risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area

gudang, laboratorium dan area produksi.

Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan

untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk

memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan

diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets

sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene

hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas

prosedur memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi

Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan

awal yaitu bahan baku dan bahan pengemas, validasi proses, pencegahan

kontaminasi silang, sistem penomoran bets/lot, penimbangan dan penyerahan,

pengolahan, pengemasan, pengawasan selama proses, penanganan bahan dan

produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, karantina dan penyerahan

produk jadi, catatan pengendalian pengiriman obat, penyimpanan bahan awal,

bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dan pengiriman dan

pengangkutan.

2.2.7 Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari

CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu

yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua

pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak

untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

11

Universitas Indonesia

distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium,

tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian

serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan

untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah

dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan

mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal

yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan

memuaskan.

2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua

aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan

CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi

kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan

yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci

oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan

secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri

hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.

Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang

dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) bertanggung jawab

bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat

diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi

yang ditentukan. Dibuat daftar, kemudian dievaluasi sebelum pemasok disetujui

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

12

Universitas Indonesia

dan dimasukkan kedalam daftar pemasok. Evaluasi hendaklah

mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika

diperlukan audit, ditetapkan dalam pemenuhan standar CPOB. Pemasok yang

telah ditetapkan dievaluasi secara teratur.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan

prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah

disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang

diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau

seluruh bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia

prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan

penarikan kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan

segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan

mengenai reaksi yang merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk

hendaklah didokumentasikan dengan baik

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen

dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi

induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus

bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah

sangat penting.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

13

Universitas Indonesia

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu

perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan

analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan

untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi

kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung

jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara

jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung

jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu).

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu

sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB

mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu

dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang

dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama

program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam

Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni

validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses. Kualifikasi

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi,

kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

14 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, TBK.

3.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk., pertama kali didirikan pada tanggal 10 September

1966 sebagai industri rumah tangga dengan nama kalbe. Nama Kalbe merujuk

pada nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian

Kiok dan Boenjamin Setiawan. Pada mulanya kalbe hanya sebuah garasi rumah di

Jalan Simpang I No.1, Tanjung Priok, Jakarta Utara oleh seorang farmakolog

bernama dr. Boenjamin Setiawan.

Pendirian Kalbe bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan

nasional pada umumnya dan meningkatkan kesejahteraan serta derajat kesehatan

masyarakat pada khususnya, yang tercermin dalam moto perusahaan yaitu The

Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk

Kesehatan dan Kesejahteraan).

Pada tanggal 24 Desember 1966, Kalbe memperoleh ijin untuk melakukan

aktivitas produksi dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

(DitJen POM) dan sejak mendapatkan izin tersebut Kalbe resmi menjadi sebuah

Perseroan Terbatas dan berubah nama menjadi PT.Kalbe Farma. Pada awal tahun

1967 PT. Kalbe Farma mulai melaksanakan produksinya untuk pertama kali.

Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma, adalah gel untuk luka

dengan merek Bioplacenton®,, produk ini merupakan produk yang menjadi ciri

khas PT. Kalbe Farma, hingga sekarang. Pada tahun 1969, PT.Kalbe Farma

mendirikan tiga kantor cabang, yaitu kantor cabang perwakilan Bandung,

Semarang, dan Surabaya, kemudian Produk PT. Kalbe Farma, berkembang

menjadi berbagai macam produk farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen

yang beragam. Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan obat sebagai

tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat yang berkualitas maka pada bulan

April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan perluasan usahanya dengan

memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas yaitu ke Jl. Ahmad Yani,

Pulomas, Jakarta Timur. Pada tanggal 15 Agustus 1974, berdasarkan surat

Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 352/BPKM/VII/74/PMDN,

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

15

Universitas Indonesia

pada tahun 1980, aktivitas distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan

dari kegiatan industrinya yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading

yang bertindak sebagai distributor tunggal PT. Kalbe Farma. Pada tanggal 30 Juli

1991, PT. Kalbe Farma mendaftarkan dirinya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Sejak saat itu PT.Kalbe Farma berubah nama menjadi PT.Kalbe Farma, Tbk.

Pendaftaran PT. kabe Farma di Bursa efek bertujuan memberikan kesempatan

kepada masyarakat umum untuk ikut memiliki industri ini sekaligus menanamkan

sahamnya di PT Kalbe Farma Tbk

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia

No.43/Menkes/SK/II/1998 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh industri

farmasi di Indonesia untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

dalam melakukan kegiatan produksinya, mendorong PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk

membangun pabrik baru. Pada tahun 1994, PT. Kalbe Farma, Tbk.,membangun

pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi

dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang pada tahun 1997 sampai

dengan tahun 1998. Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember

1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang lebih menekankan

pada Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap produk yang

dihasilkan. Pabrik baru PT. Kalbe Farma,Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2

dengan luas bangunan sekitar 41.027 m2. Dalam rangka memperkuat persaingan

bisnis industri farmasi PT. Kalbe Farma, Tbk., melakukan akuisisi perusahaan

seperti PT. Bintang Toedjoe (1990), Dankos Laboratories (1992), HexPharm Jaya

(1993), Saka Farma (1997), Merek Dagang Woods® (1997), Baxter Kalbe (1999),

dan PT. Erbapharma Internasional (2000). Untuk mendukung proses produksi dan

mencegah ketergantungan kebutuhan bahan pengemas, PT. Kalbe Farma, Tbk.,

melakukan akuisisi terhadap 2 perusahaan, yaitu PT. Igar Jaya dan PT. Avesta

Continental Pack. PT. Igar Jaya memproduksi vial, ampul gelas, alat kesehatan

sekali pakai, wadah, dan tutup plastik, sedangkan PT. Avesta Continental Pack

memproduksi bahan pengemas fleksibel termasuk blister dan strip obat padat, juga

untuk industri makanan, agrokimia, dan industri kosmetik. Bahan pengemasan

sekunder seperti dus, corg box, dan master box disuplai oleh PT. Kageo,

sedangkan sebagian kecil kemasan lain (kemasan primer tertentu) masih

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

16

Universitas Indonesia

bergantung pada produk impor. PT. Kalbe Farma, Tbk., mulai menerapkan

metode perjanjian lisensi dengan beberapa perusahaan farmasi dunia seperti

Pharmacia Corporation, Bristol-Myers Squibb, Daiichi Pharmaceutical, Fujisawa

Pharmaceutical, dan Pfizer, Inc.

Pada tahun 2000, PT. Kalbe Farma, Tbk., memiliki sekitar 1400 tenaga

pemasaran yang tersebar di 52 cabang perwakilan dan memiliki tugas melayani

kebutuhan di seluruh provinsi di Indonesia sehingga dapat memungkinkan PT.

Kalbe Farma, Tbk., menguasai target pasar sekitar 12.8% dari total pasar farmasi

Indonesia. Pada saat ini PT. Kalbe Farma, Tbk., telah memasuki 28 negara

termasuk empat kantor perwakilan Kalbe di Srilanka, Malaysia, Myanmar, Afrika

Selatan, dan Zimbabwe.

Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk., berhasil melakukan integrasi

sertifikat ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) versi 2000, sertifikat ISO 14001

(Sistem Manajemen Lingkungan), dan OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja) setelah menyelesaikan audit ketiga sistem

tersebut secara bersamaan pada bulan Oktober 2004., PT. Kalbe Farma, Tbk.,

melakukan perubahan logo perusahaan dengan tag line yang baru yaitu ilmu

pengetahuan untuk memperkaya kehidupan (Life Enriching Science). Logo

tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk berbagi

manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh pelanggan, yang

tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih baik, namun

juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada gilirannya akan

memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan.

3.2 Visi dan Misi

Visi PT. Kalbe Farma, Tbk., adalah ”Menjadi perusahaan perawatan

kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan

manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk.,

menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan

yang lebih baik”. Misi tersebut terfokus pada tiga elemen utama, yaitu:

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

17

Universitas Indonesia

a. Konsumen

PT. Kalbe Farma, Tbk.,mampu menyediakan produk berkualitas dengan

harga murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan

yang prima untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan

pertama konsumen.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

PT. Kalbe Farma, Tbk., mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan

kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,

berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM

melalui proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat

dan mendukung.

c. Proses dan Kualitas

PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan

efisiensi proses kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai

dengan perencanaan, usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and

action/PDCA).

Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk

mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan

pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT.

Kalbe Farma, Tbk., memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better

Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).

Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core values (nilai

inti) yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca

Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja

sehari-hari:

a. Trust is the glue of life

Saling percaya adalah perekat diantara kami.

b. Mindfulness is the foundation of our action

Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.

c. Innovation is the key to our success

Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

18

Universitas Indonesia

d. Strive to be the best

Bertekad untuk menjadi yang terbaik.

e. Interconnectedness is a universal way of life

Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.

Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.

Logo tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk

berbagi manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh

pelanggan, yang tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih

baik, namun juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada

gilirannya akan memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan.

3.3 Lokasi dan Tata Ruang

PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon

Jalan M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan PT. Kalbe

Farma,Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2 dengan luas bangunan sekitar 41.027

m2. Bangunan ini terdiri dari gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan

sarana pendukung seperti pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan

kantin. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan

kantor dan bangunan pabrik.

3.3.1 Bangunan Kantor

Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:

a. Lantai 1 meliputi bagian Operasional Cikarang, Departemen Sumber Daya

Manusia dan Pengembangan (Human Resource Development),

Departemen Personalia dan Umum (Personal General Affair), Departemen

Pengembangan Proses (Process Development), Departemen Akuntansi,

ruang perpustakaan, dan kantin.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

19

Universitas Indonesia

b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian

Persediaan Pusat (PPIC), Departemen Veteriner, Departemen Teknologi

Informasi (IT), dan Departemen Group Process Improvement (GPI).

c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen

Quality System, dan Direksi .

d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development (R&D), yang

terdiri dari bagian pengembangan operasional Cikarang dengan

laboratorium formulasi dan laboratorium pengembangan metode analisis,

Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance), Departemen

Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan laboratorium pengawasan

mutu.

e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and

Development.

3.3.2 Bangunan Pabrik

Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai

dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk

penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan

lain-lain. Tiap lantai terdiri dari jalur-jalur produksi dengan jumlah total 11 line,

yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9,10, dan 1 1 (1 extension). Pembagian ruangan

pada gedung produksi adalah sebagai berikut:

a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang

alkohol, Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang

loker karyawan.

b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, line

11 (1 extension), gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan

gudang obat jadi.

c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.

d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam

generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.

Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., dicat dengan cat epoksi agar

mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

20

Universitas Indonesia

tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring dengan

maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat berkumpulnya

debu.

Sistem utilitas yang memiliki PT.Kalbe Farma, Tbk. Antara lain :

1. Boiler merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap panas

bertekanan (steam) sebagai sumber panas bagi mesin pengering seperti

fluid bed dryer, boiling tank.

2. Kompresor adalah alat untuk menghasilkan udara bertekanan dan dapat

pula digunakan sebagai tenaga penggerak mesin, contohnya pada mesin

stripping dan blistering. Udara yang dihasilkan harus memenuhi syarat

bebas uap air dan uap minyak.

3. Purified water generation merupakan alat untuk membuat aquademin dari

city water. Alat ini memiliki ion exchanger dan filter yang secara otomatis

dapat membersihkan (regenerasi) sendiri bila filter yang digunakan di

dalamnya kotor.

4. Chiller, alat ini fungsinya untuk menghasilkan air dingin bersuhu 5.5°C

yang akan disirkulasikan ke AHU. Air ini akan mendinginkan udara yang

disirkulasikan ke dalam ruangan. Proses yang akan terjadi berlangsung

secara berkesinambungan.

Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi dibagi

menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu kelas A,

B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan steril dan

kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah

menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.

Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan

D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)

disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area

hitam (black area).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

21

Universitas Indonesia

3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk.

Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.4.1 Departement Research and Development

Departemen Research and Development (R&D) berperan dalam dalam

pengembangan produk baru, perbaikan, atau improvement existing product,

pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi

bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelf-

life produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula,

data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D

Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:

3.4.1.1 Packaging Development (pengembangan kemasan)

Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,

melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan

atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen

spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).

3.4.1.2 Formulation (pengembangan formula)

Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC

maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses

pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar

perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga

penelitian/pendidikan.

3.4.1.3 Analytical Development (pengembangan metode analisis)

Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas,

dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai.

Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

22

Universitas Indonesia

analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid,

efektif, dan praktis.

b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di

PT. Kalbe Farma, Tbk.

c. Melakukan pengujian stabilitas pre marketing (skala laboratorium dan

skala pilot), baik dengan uji stabilitas dipercepat (accelerated stability

study) maupun uji stabilitas waktu sebenarnya (real time stability study).

Salah satu tugas dari R&D adalah mengembangkan produk baru. Bagan

alur pengembangan produk baru terlampir pada Lampiran 2. Pengembangan

produk baru diawali dengan mengumpulkan ide-ide produk baru baik dari dalam

divisi R&D maupun dari luar atau dapat berasal dari permintaan pihak marketing.

Ide-ide yang ada akan dievaluasi oleh pihak-pihak yang terkait. Evaluasi tersebut

meliputi peninjauan tren obat, besarnya pasar, pertumbuhan pasar, tren teknologi

dan kebijakan perusahaan. Dari ide tersebut akan terpilih ide yang terbaik dan

akan diberikan rekomendasikan yang sesuai. Ide yang telah mendapat

rekomendasi akan dibuat suatu program dan profil obat baru. Program dan profil

tersebut dijalankan melalui dua cara, yaitu melalui bantuan eksternal (out

sourching) atau dari dalam perusahaan sendiri (in house development). Setelah

ditentukan cara pelaksanaan program produk baru, kemudian akan dibuat jadwal

peluncuran produk baru dipasaran.

Dalam menjalankan tugasnya, R&D akan terkait dan bekerja sama secara

langsung maupun tidak langsung dengan bagian-bagian lainnya. Keterkaitan

tersebut misalnya adalah dengan :

1. Marketing, misalnya dalam hal persetujuan kemasan produk, forecasting

produk, segmentasi pasar, dan lain-lain

2. Medical, berkaitan dengan indikasi dan efek farmakologi produk yang

dihasilkan berupa brosur atau leaflet

3. Product Planning, misalnya dalam hal koordinasi peluncuran produk.

4. External, berkaitan dengan supplier raw material, bahan kemas, dan untuk

pengujian produk yang tidak bisa dilakukan pada institusi pendidikan, atau

pada pemberi lisensi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

23

Universitas Indonesia

5. Corporate Business Development dan Ethical Business Development

berkaitan dalam hal koordinasi produk baru

6. Registrasi, berkaitan dengan registrasi produk baru

3.4.2 Departemen Process Development

Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari

departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process

Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke

arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Proses Development lebih

ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen

Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing),

menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari

percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.

Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

3.4.2.1 Formulation (formulasi)

Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan

formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah

terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)

dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian

produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan

Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang

berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya. Berikut adalah bagian

formulation process meliputi :

a. Melakukan perbaikan formula

b. Meningkatkan performa produksi, misalnya : meningkatkan rendemen,

perbaikan kecepatan mesin cetak tablet

c. Melakukan trial diversifikasi bahan baku

d. Memperbaiki dan menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan

produksi

e. Memberikan bantuan teknik apabila ada perubahan pada mesin atau

peralatan yang berkaitan dengan produksi

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

24

Universitas Indonesia

f. Membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses

produksi. Misalnya : tablet gagal cetak, laju disolusi tablet tidak memenuhi

spesifikasinya.

g. Membantu melakukan validasi produk-produk exsisting

h. Mengerjakan proyek khusus, missal penggantian mesin pengayak

3.4.2.2 Packaging (kemasan)

Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan

pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan

pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika

diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan

pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,

verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk

dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang

terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production

Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain

untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti

pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian

Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian

QC.

3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/

Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.

merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di

bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk. PT. Dankos Farma, PT.

Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian

pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi

produksi masing-masing situs.

Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant.

PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist

membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

25

Universitas Indonesia

Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing.

Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai

dari bahan baku sampai obat jadi.

b. Mengkoordinasikan kegiatan logistik

c. Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:

1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa

dipenuhi karena masih tersedia kapasitas.

Contohnya : Premaston untuk PT. Signa

2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena

tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena

kapasitas tidak mencukupi.

Untuk toll out, PT. Kalbe Farma, Tbk. meminta bantuan kepada Sister

Company yaitu PT. Bintang Toedjoe, atau Kalbe Grup lainnya seperti

HexPharm Jaya, Dankos Laboratories dan PT Finusolprima, serta

industri farmasi lain yang memenuhi spesifikasi.

Contoh : Bactesyn injeksi kering (PT. Bernofarm).

d. Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian

material seperti prekursor, dan narkotika/psikotropika.

Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:

a. Inventory Planning Control (IPC):

1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6

bulan kedepan berdasarkan Rolling Production Plan (RPP).

2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan

mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.

3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.

4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur

Pengolahan Induk (PPI).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

26

Universitas Indonesia

b. Production Planning Control (PPC):

1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan

dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan

(RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process

(WIP), batch size, average selling out, pending order, dan day of

inventory (DOI). ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama

6 bulan mendatang dalam satuan unit. RPP merupakan rencana

produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch.

2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan

Rencana Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.

3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch

dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu

bulan.

4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk

perencanaan rencana produksi bulan berikutnya

c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan

toll in untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat

dipenuhi oleh rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila

kapasitas produksi tidak tersedia/ tidak mencukupi.

3.4.4 Departemen Produksi

Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang

dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4

manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap

mini company produksi yang terdiri dari beberapa jalur produksi, yang disebut

line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company

I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada mini company I terdapat seorang

manajer produksi, yaitu manajer produksi yang mengepalai line 2, 9, dan

10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini

company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan

oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang

bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

27

Universitas Indonesia

Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi koordinator

lapangan, administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan

packer.

Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 11 bagian

line yaitu line 1,1 extension, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut

digolongkan menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line

merupakan line yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif

sedikit, tapi dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9

dan 11. Non-dedicated line merupakan line yang memproduksi obat dengan

jenis produk relatif banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau

sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang

diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut:

1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet

Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus

memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang

tidak dapat dipenuhi oleh line 1. Untuk line 1 extention sejak Agustus

2013 telah melakukan produksi karena telah lolos kualifikasi.

2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line

2A dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti,

sedangkan produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara

lain: Neo Entrostop®, Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®,

Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®.

3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®,

dan Promag Double Action®.

4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup,

emulsi, dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid®, dan Woods®.

5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti

Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.

6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim,

semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan

ovula. Contoh produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral®

(krim),

dan Kaltrofen® (gel dan suppositoria).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

28

Universitas Indonesia

7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat

namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar

merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang

menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan

produk. Pada tahun 2013 ini, line 8 mengalami penambahan area produksi

yaitu line 8 extension.

8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral seperti

Kalpanax Tincture®.

9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk

produk impor.

Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah

melakukan proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi

produk jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:

a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat)

yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan

ketersediaan tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan

berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM).

b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan)

yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya

lembur dan gaji karyawan, biaya tools and supplies (selang, solvent,

dan oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).

c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan

bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan

penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah

ditetapkan standarnya setiap tahun.

d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),

pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.

e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).

f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan

penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan

perawatan mesin.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

29

Universitas Indonesia

g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen

yang dipakai dan dikirim ke QC.

h. Membimbing supervisor dan subordinat.

i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang

(misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan,

optimalisasi cara kerja).

j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan

(misalnya membantu masalah mereka dan memberi training).

k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal:

CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan

berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.

Ruangan di area produksi dibagi menjadi tiga jenis, berdasarkan jumlah

partikel yang diperbolehkan tiap feet3, yaitu :

1. Black area

Lantai pada black area berwarna hijau dan dinding berwarna kuning

muda. Black area terdiri atas ruangan pengemasan sekunder, ruang

antara untuk menuju grey area, ruang manajer atau supervisor , dan

ruangan administrasi. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk

Black area, yaitu baju (dilengkapi penutup kepala) dan celana putih

khusus black area, dan sandal karet.

2. Grey area

Lantai pada Grey area berwarna biru tua dan dinding berwarna kuning

muda. Grey area terdiri atas ruang gudang timbang, ruang proses

produksi, ruang pengemasan primer, ruang penyangga atau buffer , dan

koridor. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk Grey area,

yaitu : pakaian overall (dilengkapi penutup kepala) yang melapisi pakaian

black area , masker, sarung tangan (apabila kontak langsung dengan

produk), sepatu karet atau shoe cover, dan ear protector apabila bekerja

dengan mesin yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

30

Universitas Indonesia

3. White area

Lantai pada White area berwarna biru muda dan dinding berwarna kuning

muda. White area terdiri atas ruang penyangga, ruang ganti pakaian,

ruang penyemprot udara dan ruang pengisian (filling). White area hanya

terdapat di line 6. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk

White area baju terusan bebas serat yang dilengkapi dengan penutup

kepala, sarung tangan, googles, dan sepatu khusus White area.

3.4.5 Departemen Group Process Improvement (GPI)

Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang

terbentuk pada tahun 2006. Departemen ini bertujuan untuk mengadakan

continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih

baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar

tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi

kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama.

Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah:

1. Energy Cost Saving

2. Standar Minimal Spesifikasi Mesin

3. Focus Plant

4. Proyek Lean

5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R)

6. Continual improvement (ConIm)

Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual

Improvement ada enam tahapan, yaitu:

a. Understand the customer

Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan,

harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai

persyaratan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus

mengukur kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.

b. Analisis Efisiensi

Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal,

minimasi biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

31

Universitas Indonesia

c. Analyze the Process

Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak

efektif, tidak efisien, dan proses yang buruk.

d. Improve the Process

Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

Continual Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada

customer requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi.

Contohnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa,

maka aktivitas improvement yang dilakukan adalah berfokus pada

pengurangan variasi, error, serta cacat.

e. Implement changes

f. Standardize and monitor

3.4.6 Departemen Quality Operation

Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu

produk yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh

pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang

bertanggung jawab kepada Group Head Quality. Secara umum QO dibagi

menjadi dua kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance

(QA).

3.4.6.1 Quality Control (QC)

QC merupakan bagian dari QO yang secara umum bagian QC bertugas

dalam:

a. Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan

packaging material), produk ruahan dan produk jadi.

b. Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang

(rework) suatu produk.

c. Menangani pemusnahan material atau produk jadi (kadaluwarsa atau tidak

memenuhi syarat).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

32

Universitas Indonesia

Bagian-bagian dalam Departemen QC:

a. Seksi Bahan Baku (Raw material)

Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang

masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.

b. Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan

kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh

Departemen R&D bagian packaging development.

c. Seksi Obat Jadi

Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan

atau menolak produk jadi yang akan dipasarkan. Sampel yang dikirim dari

bagian produksi ke laboratorium QC merupakan sampel obat ruah yang

belum dikemas. Jika dari hasil pemeriksaan tersebut sampel memenuhi

spesifikasi yang dipersyaratkan, maka QC akan mengeluarkan perintah

rilis kemas kepada produk tersebut sehingga produk tersebut dapat lanjut

kepada tahap kemas.

d. Laboratorium Mikrobiologi

Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan

obat sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D.

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji

pirogen/ endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk

uji sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan

hasil validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku,

seksi wadah dan kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi

juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.

Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

33

Universitas Indonesia

Dalam pelaksanaan analisis produk ruahan, jika terdapat parameter yang

tidak memenuhi persyaratan, maka dipertimbangkan terlebih dahulu apakah

parameter tersebut kritis atau tidak. Setelah itu, lakukan investigasi terhadap MA,

apakah analisis telah dilakukan dengan benar. Investigasi dilakukan pada titik

yang berbeda atau analisis yang berbeda. Jika memang hasilnya tidak memenuhi

persyaratan, maka lakukan investigasi pada bets sebelumnya. Jika bets

sebelumnya memenuhi syarat, maka dilakukan pemeriksaan ulang dengan

menambahkan jumlah sampel. Jika bets sebelumnya tidak memenuhi syarat, maka

lakukan konfirmasi kepada departemen produksi. Jika dalam kurun waktu dan

jumlah bets tertentu hasilnya selalu tidak memenuhi syarat, maka lakukan

pengajuan persyaratan yang baru.

Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai

berikut:

a. Departemen Logistik

Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik

diperiksa oleh Departemen QC. Sebelum mendapat izin rilis dari QC,

maka gudang belum berhak untuk mengeluarkan barang ke bagian

produksi.

b. Departemen R&D

Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode

analisa yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging

Development yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum

suatu metode analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan

Packaging Development, dilakukan transfer metode analisa ke Departemen

QC untuk menyempurnakan metode analisa tersebut

c. Departemen Produksi

Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling

yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In

Process Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian

produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. dianggap sudah mampu untuk

melakukan IPC sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan

composit sample dari hasil suatu proses produksi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

34

Universitas Indonesia

d. Departemen Pembelian (Purchasing)

Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian

Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli

bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh

persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi.

Selanjutnya, bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru

diperiksa kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa

yang ditetapkan oleh bagian Analytical Development.

e. Departemen Marketing

Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang

release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan

kemasan.

3.4.6.2 Quality Assurance (QA)

Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung

jawab langsung kepada QO manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat

kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP

Compliance.

a. Audit Proses

Audit Proses/ Process Inspection dilakukan untuk memastikan proses

produksi yang sedang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Audit proses dilakukan terhadap seluruh bagian yang terlibat

dengan proses produksi. Petugas inspesksi datang ke departemen produksi

secara langsung dan berkala untuk mengamati apakah pada proses

produksi terdapat penyimpangan atau tidak, hal ini bertujuan jika terdapat

penyimpangan maka dapat dideteksi sehingga upaya perbaikan dapat

segera dilakukan. Selain itu, juga terdapat bagian evaluasi catatan bets

(Evaluation Batch Record / EBR). Bagian ini bertanggung jawab

memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari

produksi dan hasil analisa dari departemen QC, selain itu EBR juga

bertugas untuk mengontrol penyimpanan sampel tertinggal. EBR

diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

35

Universitas Indonesia

di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah

jika terjadi penyimpangan.

b. Post Marketing

Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan

terhadap kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan

dipasarkan. Tugas dari post marketing adalah menangangi keluhan

pelanggan (product complaint), menangani recall dan returned product,

menangani batch record, dan post marketing stability testing.

c. Validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa

tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau

mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan

senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe

Farma, Tbk.,memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan,

validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan annual product

review.

Kalibrasi dan kualifikasi merupakan suatu proses yang termasuk ke dalam

validasi fasilitas. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan semua peralatan

yang digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam

batas yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang

spesifik untuk setiap instrumen. Sedangkan kualifikasi adalah tindakan

untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi

yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation

Qualfication (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance

Qualification (PQ). Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan

interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6

bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada

perubahan yang signifikan).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

36

Universitas Indonesia

d. GMP Compliance

Pada GMP Compliance terdapat bagian pengendalian perubahan (Change

Control). Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang

berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja) dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3

serta sesuai pada ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum

diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi

penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan

perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap

departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau

tidak.

3.4.7 Departemen Quality System

Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau

pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan

mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk., Secara keseluruhan, sistem

yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001:2000, ISO

14001:2004, dan OHSAS 18001.

a. System Compliance

Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit

Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard

Development.

b. Document Compliance

Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila

terdapat dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru

atau dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh

QS. Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap

departemen lain. Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu

dilakukan pelatihan pada semua personil yang terkait. Setelah itu,

dokumen tersebut baru bisa didistribusikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

37

Universitas Indonesia

c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance

OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk

memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan

dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi,

mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak

memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara

yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control,

visual control dan administration Control, alat pelindung diri (APD).

d. Plan Do Check Action (PDCA)

Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan

dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma,

Tbk. Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada

dan mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.

e. Continual Improvement Program Development

Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua,

yaitu Program Development & Maintenance dan Training Development

Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan

melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,

sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga

tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang

dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual

Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group

Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk

kemudian dirancang pelaksanaannya.

3.4.8 Departemen Logistik

Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas

penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan

produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager

Logistik yang membawahi empat supervisor gudang, yaitu supervisor gudang

bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), supervisor

gudang penimbangan, supervisor gudang kemasan sekunder (secondary

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

38

Universitas Indonesia

packaging material), serta supervisor gudang produk jadi (finished good) dan

sarana promosi. Bagian Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan

penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku, wadah, kemasan,

maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen Logistik terkait

dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi,

dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:

a. Seksi gudang bahan baku / wadah

Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan

dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-

30°C), ruang AC (20-25°C), dan ruang pendingin/cool room (2-8°C) untuk

penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC

terdiri dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material halal,

ruang AC 2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk

penyimpanan bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan

berbagai macam bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku

beta laktam dalam kemasan asli, ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan

baku dan wadah yang bersifat umum, serta ruang AC khusus untuk

penyimpanan menthae peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area

atau ruang yang penting seperti:

1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku

yang bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu

terkunci dan akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor

dan mengisi log book.

2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku

dan wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum

digunakan.

3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan

baku dan wadah yang ditolak oleh QC.

Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system

racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level

(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara

komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

39

Universitas Indonesia

System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk,

nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara penyimpanan barang

di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan hal-hal berikut:

1. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan

kelembaban).

2. Kedekatan dengan pengguna (gudang timbang atau produksi).

3. Bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).

4. Untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.

5. Berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).

b. Seksi gudang penimbangan

Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan

penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi

berdasarkan JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah

yang ditimbang dan disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk

yang diturunkan yaitu: PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah

ditimbang dan disediakan dengan sistem First Expired First Out (FEFO)

oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke produksi sesuai line yang

membutuhkan.

c. Seksi gudang kemasan

Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan

sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian

mengirimkannya ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan

sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan

baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian

kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah

“BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke

produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk pengiriman kemasan

sekunder untuk produksi.

d. Seksi gudang produk dan sarana promosi

Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi

adalah sebagai berikut:

a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

40

Universitas Indonesia

b. Menata dan menyimpan produk.

c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan

sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari

marketing atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB).

d. Melaksanakan cycle count produk.

e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.

f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas

permintaan Marketing.

3.4.9. Departemen Teknik

Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara

dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak

berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik

merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen

Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan

gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.

Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Bagian Utilitas. Tugas dan tanggung jawab dari bagian utilitas adalah:

a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan

udara/uap dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan

operasi perusahaan sehari-hari.

b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi

dapat berjalan secara efisien.

2. Bagian Pemeliharaan. Tugas dan tanggung jawab dari bagian pemeliharaan

yaitu:

a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau

perbaikan mesin dan peralatan.

b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.

c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin

yang mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat

menunjang kelancaran proses produksi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

41

Universitas Indonesia

Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan

penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan

pemeliharaan yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi

dan sarana penunjang lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat

dioperasikan secara optimal. Sementara itu penanganan kerusakan adalah

perawatan mesin yang mengalami kerusakan dan harus segera diperbaiki

agar tidak mengganggu proses produksi.

3. Bagian Suku Cadang

Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk

mesin-mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain.

Suku cadang yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang

sangat penting yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang

pemesanannya membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan

dapat segera ditangani.

4. Administrator

ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di Bagian

Teknik.

5. Koordinator Pekerjaan Sipil

Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek

pembangunan baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung

baru.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

42 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang

bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan di Indonesia yang memiliki

komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan

yang lebih baik. Hal ini diwujudkan dengan memproduksi produk - produk yang

terjamin kualitasnya sehingga tidak membahayakan masyarakat. Dalam

mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat. CPOB

merupakan suatu petunjuk yang bersifat dinamis, artinya mengikuti

perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang

terus berubah

Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui

berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO

9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan

terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.1 Manajemen Mutu

Dalam CPOB, manajemen mutu disyaratkan untuk menjamin pembuatan

obat agar sesuai dengan tujuan utama penggunaannya, memenuhi syarat izin edar,

dan bermutu dalam arti tidak menimbulkan resiko berbahaya dalam

penggunaannya. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu

adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Sistem manajemen mutu di PT.

Kalbe Farma, Tbk telah dijalankan sesuai ketentuan CPOB yaitu dilakukan upaya

penjagaan mutu produk obat sejak awal proses pengolahan karena pada

prinsipnya, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan dari hasil akhir. Hal

tersebut dilakukan agar produk obat jadi yang dihasilkan dapat memenuhi

spesifikasinya sesuai izin edar (quality) serta memenuhi kriteria safety dan

efficacy.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

43

Universitas Indonesia

Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi

CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah Quality

Operation, di mana pada bagian ini terdapat Quality Assurance (pemastian mutu)

dan Quality Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu adalah totalitas semua

pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan

dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu

bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan

kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan

meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.

Tugas bagian Quality Assurance / Quality Control adalah untuk

melakukan sampling, inspeksi, pengujian, pemantauan, pelulusan dan penolakan

terhadap bahan baku, bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.

Selama proses, bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan terhadap

spesifikasi yang telah ditetapkan, misalnya berat pencetakan tablet, ketebalan

tablet, pH larutan sirup dan lain sebaginya. Pemeriksaan kesesuaian harus

dilakukan terhadap produk antara, produk ruahan dan produk jadi sebelum

diserahkan ke gudang. Bagian Quality Control harus memiliki bangunan yang

memadai, personal yang terlatih dan prosedur yang telah disetujui. Pedoman tata

cara bekerja di laboratorium yang terperinci terdapat pada ketentuan Good

Laboratory Practices (GLP).

Pemastian mutu ini dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk

menghindarkan atau meminimalkan resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB

itu sendiri dipastikan dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini

meliputi berbagai macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan

fasilitas yang memadai, dan sebagainya.

4.2 Personalia

CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi

untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan

mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

44

Universitas Indonesia

professional. Setiap karyawan juga harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi

untuk mewujudkan CPOB, serta memahami tanggung jawabnya masing-masing.

PT Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara

teknis dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan

pengawasan mutu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur

dan spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masing-masing

bagian, yaitu bagian produksi, QA, dan QC dipimpin oleh seorang apoteker yang

tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Apoteker ini diberi

wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara efektif.

Personalia PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan oleh CPOB di mana personil kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan

Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin

oleh seorang apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Jumlah karyawan di

setiap tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaknya memiliki kesehatan

mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara

profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaknya mempunyai sikap dan

kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.

Struktur organisasi perusahaan hendaknya sedemikian rupa sehingga

bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan

yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing

bagian hendaknya diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang diperlukan

untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh

mempunyai kepentingan lain di luar organisasi di luar pabrik, yang dapat

menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan

pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.

Di samping manajer produksi dan manajer pengawasan mutu hendaknya

tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah memadai untuk

melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur

dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaknya memahami petunjuk

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

45

Universitas Indonesia

kerja yang tertulis. Pada saat pengangkatan, mereka diberi pelatihan (training)

yang cukup. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap karyawan tidak boleh

berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu obat.

Seluruh karyawan yang ikut serta secara langsung dalam kegiatan

pembuatan obat dan atau yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke

daerah pembuatan obat, hendaknya dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai

dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan mengenai CPOB

hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan dengan frekuensi yang

memadai untuk menjamin supaya para karyawan terbiasa dengan persyaratan

CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.

Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaknya disimpan dan

efektivitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala. Setelah

mengadakan pelatihan, prestasi karyawan dinilai untuk menentukan apakah

mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang

diberikan.

Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap

CPOB di PT. Kalbe Farma Tbk., dilakukan program pelatihan Kualitas Lima

Aspek (KUA LIMA) yang telah memasukkan unsur-unsur CPOB, K3, dan 5R

(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,

manusia, bahan dan peralatan, metode serta lingkungan kerja. Penjabaran dari

lima aspek dalam KUA LIMA adalah sebagai berikut :

a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar

b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas

c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai.

d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien.

e. Lingkungan kerja yang mendorong prestasi.

Pelaksanaan Program KUA LIMA ini dilaksanakan dalam dua tingkatan,

yaitu tingkat I - V, serta plus 1 dan plus 2. Evaluasi dan ujian kenaikan tingkat

dilakukan tiap enam bulan sekali. Setiap tiga tahun sekali dilakukan refresh, yaitu

ujian yang dilakukan kepada personel yang telah mendapatkan training. Pelatihan

ini diadakan setiap 3 bulan oleh bagian Quality System (QS) seksi Training

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

46

Universitas Indonesia

Program yang bekerja sama dengan Human Resource Development (HRD).

Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran

serta apoteker. Apoteker yang berkualitas dituntut untuk dapat bekerja secara

optimal mutu produk yang dihasilkan dapat berkualitas juga.

Apoteker yang bekerja di PT. Kalbe Farma, Tbk. ditempatkan secara

khusus pada bagian BO (Business Operation) karena pada bagian ini diperlukan

peran serta karyawan yang sangat kompeten dalam bidang obat. Sebagai contoh

adalah pada bagian QC, QA, R&D, produksi, dan PPIC. Bagian-bagian tersebut

sangat erat kaitannya dengan peran serta apoteker, karena apotekerlah yang sangat

mengerti dan sangat kompeten pada bidang tersebut. Apoteker yang bekerja pada

bagian QA bertanggung jawab terhadap mutu obat mulai dari awal proses

produksi dilakukan hingga dihasilkan produk jadi. Tugas utama seorang apoteker

yang bekerja pada bagian QC adalah melakukan kontrol kualitas dari bahan awal

(bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga ke produk jadi

yang siap dipasarkan. Seorang apoteker yang bekerja pada bagian produksi

bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan awal hingga menjadi produk jadi.

Apoteker yang bekerja pada bagian R&D bertanggung jawab dalam melakukan

penelitian dan pengembangan suatu produk baru. Selain itu, bagian R&D juga

bertanggung jawab dalam pengembangan kemasan, pengembangan formulasi, dan

pengembangan metode analisis. Pada bagian PPIC, apoteker bertanggung jawab

antara lain dalam perencanaan, persiapan, dan pengendalian proses produksi.

Tugas ini erat kaitannya dengan tugas yang dilakukan oleh bagian produksi,

sehingga bagian ini memerlukan apoteker yang berkualitas juga. Hal-hal di atas

merupakan gambaran bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran

apoteker dalam melaksanakan semua kegiatannya.

Kalbe Service Exellence (KSE) merupakan salah satu upaya PT. Kalbe

Farma Tbk. untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal

maupun eksternal. Setiap karyawan harus melaksanakan sebelas perilaku KSE,

yaitu senyum tulus, wajah hangat dan bersemangat, pelanggan adalah orang

penting, dengarkan kebutuhannya, menyebut namanya, bahasa tubuh positif,

bicarakan yang diminati pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, beritahukan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

47

Universitas Indonesia

proses yang sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil

dengan rapi.

4.3 Bangunan dan Fasilitas

PT. Kalbe Farma, Tbk. berada di kawasan industri Delta Silicon I,

Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga

resiko pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari lingkungan ke

pabrik, dapat dihindari. Gedung dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang

dapat mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air,

maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan air,

serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga

memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mencegah terjadinya pencemaran

terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan pihak

luar.

Ketentuan CPOB mengharuskan bangunan industri farmasi agar mudah

dibersihkan, mudah dirawat dan mudah dioperasikan. Berikut ini adalah beberapa

contoh pelaksanaan ketentuan tersebut :

a. Agar mudah dibersihkan dan dirawat, sudut ruangan di area pengolahan

dibuat melengkung , serta dilapisi dengan cat khusus.

b. Agar mudah diopreasikan bangunan memiliki tata ruang, penempatan alat

dan sarana pendukung yang tertentu.

Bangunan juga harus cukup luas dan tertata baik, agar memudahkan

penempatan alat-alat dan bahan, serta memberikan area kerja yang cukup leluasa.

Hal tersebut agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lancar, dan tidak terjadi

campur baur.

Pengelolaan limbah bertujuan untuk mengatur alur pembuangan limbah

agar sesuai dengan prosedur dan keamanan. Limbah dapat dibagi menjadi :

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

48

Universitas Indonesia

1. Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).

a. Untuk limbah B3 padat, limbah dikirim ke PPLI (Pusat Penanganan

Limbah Industri) dan PT. Wastec untuk diolah dan dibuang.

b. Untuk limbah cair, dikirim ke PT. Wastec untuk diolah dan dibuang.

2. Limbah non B3

a. Limbah padat, dijual ke PT. CKU. Limbah padat ini dapat berupa

kertas, botol, kardus, dsb.

b. Limbah cair, diolah di WWTP.

Secara umum bangunan di PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki ukuran,

rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang memadai sesuai dengan

persyaratan CPOB. Hal ini menunjang pelaksanaan kerja, pembersihan, dan

pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik. Rancang bangun dan tata letak ruang

produksi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok

sehingga kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan

daerah luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan

dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses

karyawan. Lalu lintas barang dan orang dipisahkan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda

adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan

penghubung berupa kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara

grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap

ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum karyawan atau bahan.

Pada area produksi terdapat ruang staging yang digunakan sebagai tempat

penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in

process (WIP) untuk staging produk ruahan dan produk antara.

Desain permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap air

serta tidak terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan. Permukaan lantai

ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi, sudut-sudut ruangan

dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon rubber, dinding dan langit-

langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan instalasi

lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya celah

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

49

Universitas Indonesia

yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti Heating,

Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit

(AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan

produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga dilengkapi dengan

pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah partikel sesuai

dengan kelas ruangan masing-masing.

Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. dirancang sesuai alur proses produksi

dengan menerapkan sistem line (jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap

pengolahan sampai dengan pengemasan produk sehingga kontaminasi silang

dapat dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai

dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan

kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area

merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D

(untuk produksi non-steril), dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi

steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain

disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas

ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta

tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan membedakan volume

udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki

tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara yang paling

rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya.

Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan

dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang

penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti

pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan

dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang

berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor

penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses

produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai

white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

50

Universitas Indonesia

khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti

pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada

area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang

masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,

serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.

Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk

disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan

penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau

barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah

terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana

gudang dengan kondisi khusus, seperti suhu dan kelembaban ruangan yang

terkendali misalnya penyimpanan pada suhu 2-8oC.

4.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.

memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta

ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan

sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan

peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi

sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senantiasa di

rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan

konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian

produk.

Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan

produk yang dihasilkan dan ukuran batch dari produk tersebut. Penempatan

peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses

produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang

antara produk satu dengan produk yang lain. Selain itu, untuk mencegah adanya

kontaminasi dari debu yang dihasilkan pada saat proses produksi, peralatan yang

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

51

Universitas Indonesia

menghasilkan debu dilengkapi dust collector. Peralatan juga diberi penandaan

status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan penggunaan alat.

Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang

berlangsung misalnya timbangan pada ruang timbang dan mesin mixing pada

ruang campur massa. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka

peralatan diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan

keleluasaan bekerja dan mencegah terjadinya cross contamination dan mix-up

antar bahan maupun produk ruahan.

Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,

dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama

dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui

tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi (IQ), kualifikasi

operasi (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ). Sedangkan untuk peralatan lama

dilakukan secara periodik yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan terhadap

peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat

pada periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi

Alat. Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure steam,

dust collector system, instalasi aquademin, dan Heat Ventilating Air Conditioner

(HVAC) telah terkalibrasi untuk menjamin dihasilkannya produk berkualitas yang

reproducible. Penjadwalan kalibrasi tiap peralatan di Kalbe Farma dibuat secara

system komputerisasi. Dalam system ini, tercantum tanggal dilakukannya

kalibrasi dan tanggal daluwarsa kalibrasi tersebut. Setiap harinya, peralatan akan

diverifikasi kinerja peralatan tersebut bekerja. Verifikasi dilakukan untuk

memastikan bahwa peralatan yang akan digunakan tersebut masih baik digunakan,

kinerjanya sesuai dengan yang diharapkan, dan tidak adanya kerusakan.

Peralatan yang digunakan, terutama peralatan umum yang digunakan

berbagai produk akan dibersihkan secara berkala dengan metode pembersihan

yang telah divalidasi sebelumnya oleh pemastian mutu. Pembersihan ini ditujukan

untuk mencegah kontaminasi silang produk dari perlatan yang digunakan serta

sebagai salah satu bentuk perawatan perlatan tersebut.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

52

Universitas Indonesia

Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab departemen produksi dan

juga departemen teknik yaitu bagian Planner Maintenance. Bagian ini melakukan

preventive maintenance yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian

dari mesin yang rusak dan lubrikasi mesin secara periodik. Kegiatan perawatan

dan pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan jadwal produksi sehingga

tidak mengganggu jalannya proses produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan

setiap bulan.

4.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap

hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu, diperlukan

suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur

sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu

memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.

Semua karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan

kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.

Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani

pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja

optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu

penyakit yang dapat merugikan kualitas produk, seperti TBC, herpes, Cacat air,

campak, atau hepatitis dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan

yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut dinyatakan

telah sembuh.

Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung

produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,

seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan

ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi

merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.

Kantin dan koperasi di atur sedemikian rupa sehingga lokasinya dekat, namun

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

53

Universitas Indonesia

tidak berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi. PT. Kalbe

Farma pun menyediakan tempat khusus merokok yang terletak di dekat pos

satpam di gerbang masuk area PT. Kalbe Farma.

Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk

mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi

ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali

ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan

menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi

pergantian jenis produk. Pembersihan rutin dilakukan pula pada alat yang sudah

lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang

pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di

cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah

dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat.

Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang

telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.

Semua ruang di jalur produksi memiliki status yang tertempel pada pintu

ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau

”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH

DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk

alat/mesin meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK

DIBERSIHKAN”. Hanya alat/mesin berlabel ”SIAP PAKAI” saja yang dapat

digunakan untuk proses produksi.

Sebelum memasuki black area, karyawan harus menggunakan

perlengkapan berupa baju dan celana berwarna putih yang dilengkapi dengan

penutup kepala dan sandal karet. Untuk masuk ke grey area atau white area,

karyawan melalui ruang penyangga di mana tekanan udara di ruang buffer lebih

kecil daripada ruang produksi sehingga mencegah adanya kontaminasi.

Perlengkapan yang digunakan selama berada di grey area berupa baju terusan

yang dilengkapi dengan penutup kepala yang dirangkap dengan baju black area,

masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan tertutup atau menggunakan

penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan digunakan jika bersentuhan langsung

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

54

Universitas Indonesia

dengan produk, sedangkan penutup telinga digunakan untuk operator yang bekerja

dengan mesin-mesin yang bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang

digunakan berwarna merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih.

Pada white area karyawan merangkap baju grey area dengan baju terusan bebas

serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu

khusus. Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara

berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang,

termasuk pimpinan dan tamu pabrik.

4.6 Produksi

Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk

sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama

dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC).

Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang

disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan

Pengendalian Persediaan (PPIC).

Prosedur Pengolahan Induk (PPI) merupakan dokumen induk yang

menjadi acuan dalam proses produksi dari Raw Material hingga produk dapat

dirilis, termasuk di dalamnya berbagai parameter kritis dan pengujian yang

menentukan kualitas produk. Prosedur Pengolahan Induk (PPI) di Kalbe Farma

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu PPI 1 yaitu PPI Material di bagian penimbangan,

yang terbagi menjadi 1A untuk tablet inti dan 1B untuk salut. PPI 2 merupakan

PPI proses yang digunakan di bagian produksi. PPI 3 adalah PPI kemas yang

terdiri dari PPI 3A untuk kemas primer dan 3B untuk kemas sekunder. Formula

dan proses yang digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti

percobaan pada skala laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi.

Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk

senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas

produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan untuk

memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah pada

suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

55

Universitas Indonesia

perubahan dalam proses dicatat sebagai Kontrol Perubahan Proses (KPP) dalam

Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang

produk dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU)

dengan persetujuan dari QA.

Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian

proses produksi dalam jalur produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang

terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara

kelas yang berbeda. Setiap jalur produksi mempunyai ruang timbang yang

terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang.

Setiap jalur juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan

tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba.

Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap

kelas.

Petugas produksi di setiap line akan melakukan line cleareance di area

produksi tersebut saat proses produksi satu batch selesai dan akan berpindah ke

produksi batch atau produk selanjutnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya mix

up dalam produk yang diproduksi. Parameter kritis line cleareance yang

dilakukan adalah area produksi harus bebas dari sisa produk sebelumnya, kemasan

produk sebelumnya, dan sampah produk sebelumnya.

Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin

kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang

mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di

setiap jalur produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan

bentuk sediaan pada jalur produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama

proses, penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat

segera diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama

proses sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang

dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-

titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk

setiap spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk

jadi juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

56

Universitas Indonesia

kemas hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh

Departemen Pengawasan Mutu.

Pengemasan produk di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual

dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing jalur

produksi. Untuk produk dari line 1, line 5, dan line 11 pengemasan sudah

dilakukan dengan otomatis hingga tahap penimbangan. Setelah produk dikemas

akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan

apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil

bahwa produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa

berupa pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, atau pemusnahan.

Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada

pengajuan Kontrol Perubahan Proses yang disetujui oleh Departemen Produksi,

R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan

melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari

Departemen Pemastian Mutu.

Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di

gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan

kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained

sample) dikirim ke Pemastian Mutu bagian Pasca pemasaran dan PPI dikirim ke

bagian Evaluasi Catatan Bets.

Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang

apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang

telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan

memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan

sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta

membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin

karyawan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

57

Universitas Indonesia

4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh bagian

Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality Operation

(QO). Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB

untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaannya.. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB,

bagian ini sebaiknya independen dan terpisah dari produksi hal ini bertujuan agar

Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

Untuk memproduksi produk yang bermutu, keterlibatan dan komitmen

semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah hal

yang mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal

pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada

kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

terkait dengan mutu produk serta mencakup semua kegiatan analisis.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian

serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan

untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah

dibuktikan memenuhi persyaratan.

Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari

bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga

menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan

Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan

kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan

mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan

baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh

bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan

Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan

metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.

Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk

menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

58

Universitas Indonesia

pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam

keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh

digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal

kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut,

dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu, terdapat pula

Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur

Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan

operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan. Hal ini

juga untuk menghindari adanya kesalahan.

Alat pelindung diri disediakan untuk keselamatan personil, seperti masker,

kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku pembanding

disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label informasi

mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan jenis stok.

Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.

Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah

sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain

ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang

terpisah dengan ruang produksi. Laboratorium mikrobiologi juga terpisah dari

laboratorium lain. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang berkaitan

dalam hal pengujian mutu obat.

4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu & Persetujuan Pemasok

Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh

aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan

CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa

yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan.

Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur.

PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui

Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan

sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi

proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

59

Universitas Indonesia

Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.

Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe

Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil

audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan

laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil

tindakan perbaikan yang diperlukan.

Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional

yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.

telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi

ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap sistem

manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.

PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi mendadak dari Badan POM

dalam rangka memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat melakukan inspeksi sendiri. Hasil

audit akan dibuat menjadi suatu rangkuman audit yang pada intinya adalah usulan

untuk tindakan perbaikan.

Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari

pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian

Mutu. Evaluasi dilakukan sebelum pemasok disetujui dengan mempertimbangkan

riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.

Untuk audit eksternal, yang menjadi fokus PT. Kalbe Farma, Tbk. saat ini

adalah vendor toll out dan vendor RM (raw material). Audit dilakukan pada tahap

awal dan selanjutnya audit dilakukan minimal 2 tahun sekali atau berdasarkan

tingkat atau standard (grade) yang telah ditetapkan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.

yaitu :

a. Grade Bronze

Level ini adalah yang paling dihindari karena tidak memenuhi spesifikasi

yang diharapkan.

b. Grade Silver

Pada tingkat ini, masih boleh digunakan dengan catatan selalu melakukan

improvement atau perbaikan hingga memenuhi spesifikasi yang diharapkan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

60

Universitas Indonesia

c. Grade Gold

Sesuai dengan spsifikasi atau standar yang ditetapkan oleh PT. Kalbe Farma,

Tbk.

d. Grade Platinum

Merupakan tingkat tertinggi/terbaik. Paling dipercaya, sehingga tidak

diperlukan pemeriksaan/audit ulang.

4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali

Produk

Keluhan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan

tersebut dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan, atau

masalah efek terapetik. Pelaksanaan penanganan keluhan harus dilaksanakan

sesuai dengan prosedur tetap penanganan keluhan serta dilakukan dokumentasi

setiap keluhan yang diterima. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari

semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari

luar dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan

pemerintah. Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui

bagian pemasaran.

Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang

dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau

Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian Pasca

pemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: No, tanggal penerimaan, nama dan

alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets) serta isi

keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record dan

pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan. Catatan

tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang terkait

sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut mutu

ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan

mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis (ethical) di

bagian pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang

ada, bagian Pasca pemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

61

Universitas Indonesia

meminta saran dari pihak terkait, di PT. Kalbe Farma, Tbk. waktu untuk

memberikan jawaban atas keluhan secara resmi yakni 6 hari kerja, akan tetapi di

mini company waktu untuk memberikan jawaban atas keluhan adalah 4 hari kerja,

hal ini bertujuan untuk memuaskan para konsumen. Tindak lanjut yang dilakukan

adalah tindakan perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan

dapat merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan

tindak lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam

perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian

Produksi dan direksi.

Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih

bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan

sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan

berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu

atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk

bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh

Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang

dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan

Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke

pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,

dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu

perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan

produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan

karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan

dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. jika

setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

62

Universitas Indonesia

kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati

batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4

bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus

masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan

dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari Pasca

pemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat dikembalikan

ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat

kembalian hendak diolah ulang atau dikemas ulang maka pada nomor bets obat

kembalian yang dikemas ulang diberi tambahan huruf ”R” sedangkan obat

kembalian yang diolah ulang diberi nomor bets baru. Obat kembalian yang

ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat penolakan oleh bagian

pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri oleh PT. Kalbe Farma,

Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka

memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi

menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen

pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk

dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang

dibuat.

Dokumentasi spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan atau

produk disusun oleh Departemen Research and Development (R&D) bagian

Analytical Development, sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh

Departemen Pengawasan Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan

instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam

bentuk PPI. Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh departemen

produksi yang ditulis dalam PPI yang telah disediakan. PPI akan ditutup secara

online dan akan berperan sebagai batch record. Dokumen pelaksanaan produksi

akan diperiksa oleh bagian Quality Assurance (QA) dan rekaman bets akan

ditangani oleh bagian QA dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Batch

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

63

Universitas Indonesia

record dan retained sample akan disimpan oleh bagian Evaluation Batch Record

(EBR) minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi.

Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe

Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian

dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen

Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping

sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem

dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi

antar bagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang

membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.

Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT Kalbe Farma,

Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi, PT. Arsip Geoservis Indonesia

(AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dapat dilakukan recall berdasarkan nomor box

dan nomor batch. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama. Bila

pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang

diperlukan tersebut sudah datang.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus

dilakukan secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari

kesalahpahaman yang dapat menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan

tidak memiliki mutu yang memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak

dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung

jawab dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai

Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar (toll out) maupun Penerima Kontrak

dalam produksi tol masuk (toll in). Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar

bergantung pada kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain

memberikan produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap

pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal hingga akhir

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

64

Universitas Indonesia

produksi. Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke

pabrik lain.

Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu

melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk

tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk.

Seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen

Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC Manager) yang

selanjutnya diteruskan ke Manager Departemen Pemastian Mutu (QA) untuk

dilakukan audit. Untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan

tol keluar maka dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.

Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima

tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila

diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap

enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan

keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas

dan kelengkapan dokumen.

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian

Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.

terdiri dari beberapa tahap, yakni DQ, IQ, OQ dan PQ yang mengacu kepada

tahap-tahap kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan

kualifikasi kinerja yang tercantum dalam CPOB. Keempat kualifikasi tersebut

dilaksanakan terhadap instrumen baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan

yaitu 3 tahun serta dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat,

sedangkan untuk kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan bila tidak ada perubahan yang

signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi ini dapat dilaksanakan di luar jadwal yang

ditetapkan sebelumnya, yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.

Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk

Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan

secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

65

Universitas Indonesia

kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji

dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,

Pemastian Mutu / Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri

dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.

Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi

proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi

komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum

dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya

penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi

dapat tidak sesuai dengan analisis risiko.

Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten

memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan

pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam

proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam

proses tersebut perlu dilakukan revalidasi.

Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada

skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu

line dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-

produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang optimal hasil pra-

validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi proses terbagi

menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, validasi

retrospektif dan validasi ulang/ revalidasi. Jenis validasi yang dipakai di PT.

Kalbe Farma, Tbk. adalah validasi prospektif, konkuren, dan validasi ulang.

Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses

pembuatan produk baru. Selama proses pembuatan produk baru tersebut mungkin

mengalami perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum

produk tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini

dipantau selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti

terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau

mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

66

Universitas Indonesia

Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan

produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku

serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan

ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan

untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh

personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren

adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif.

Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi

dan terkualifikasi sebelumnya.

Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang

telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan

pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat

diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika

telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan.

Validasi dari proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang memerlukan

persiapan dari protokol spesifik dan laporan dari hasil pengkajian data,

mendorong ke arah suatu kesimpulan dan suatu rekomendasi. Jenis validasi proses

ini tidak diberlakukan dalam kegiatan penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk.

Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren sendiri memerlukan tiga bets

yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut-turut.

PT. Kalbe Farma, Tbk. melaksanakan revalidasi berdasarkan RIV, yaitu

tiga tahun sekali atau jika terjadi perubahan yang harus segera ditindaklanjuti

dengan validasi. Dalam beberapa hal, validasi dilakukan pada keadaan terburuk

untuk menjamin bahwa proses tersebut dapat diterima pada situasi yang ekstrim.

Validasi proses untuk produk baru dilaksanakan setelah memperoleh formula

yang optimal hasil pra-validasi oleh departemen R&D.

Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah

digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau pengambilan sampel bahan

baku tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi

memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai

macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

67

Universitas Indonesia

terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Dalam

kasus seperti inilah perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan prioritas

produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan. Validasi fasilitas dan

sistem penunjang dilakukan terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin

udara, sistem air, sistem kompresi udara, system pengumpul debu, sistem gas,

sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

68 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan seluruh aspek Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB), sehingga produk - produk yang dihasilkan

diharapkan telah memenuhi standar keamanan, dan mutunya.

b. Apoteker memiliki peranan yang penting dalam industri farmasi, Penerapan

ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan meningkatkan kualitas

produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi akan semakin baik.

5.2 Saran

a. Penerapan seluruh aspek CPOB harus terus dilakukan agar mutu produk

yang dihasilkan konsisten dan terjaga.

b. PT. Kalbe Farma Tbk. sebagai perusahaan Farmasi terbesar se-Indonesia

sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap karyawannya akan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya dengan bidang

kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini harus terus diperbaharui

menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator yaitu Badan

POM.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

69 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.

03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang

Industri Farmasi. Jakarta.

Induksi QA, QC, Produksi, R&D dan Teknik. PT. Kalbe Farma., Tbk. Cikarang

PT Kalbe Farma Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Modul Initial Training. PT. Kalbe Farma, Tbk.

Cikarang

PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Rencana Induk Validasi. PT. Kalbe Farma, Tbk.

Cikarang.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

BOARD OF DIRECTOR GRUOUP PRODUCTION PRODUCTION MANAGER

MANAGER

LOGISTIC MANAGER

CEO-CORPORATE

ENGINEER MANAGER

QUALITY SYSTEM

MANAGER

DIRECTOR IN CHARGE PHARMACEUTICAL HEAD MANUFACTURING HEAD SITE HEAD KALBE PROJECT MANAGER

PROCESS IMPROVEMENT

MANAGER

GROUP HEAD FINANCE & ACCOUNTING

FINANCE & ACCOUNTING MANAGER

GROUP HEAD PERSONEL MANAGER

HUMAN RESOURCES

DEVELOPMENT

GENERAL AFFAIRS

MANAGER

QUALITY ASSURANCE

MANAGER

GROUP HEAD QUALITY OPERATION

QUALITY OPERATION MANAGER QUALITY CONTROL

MANAGER

GROUP PURCHASING

MANAGER

GENERAL ITEM

GROUP HEAD GROUP PROCESS

RESEARCH & DEVELOPEMENT IMPROVEMENT MANAGER

GROUP HEAD

PROCESS DEVELOPEMENT

DEPARTMEN

T

DIVISION DIRECTION

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

Lampiran 2. Alur Pengembangan Produk Baru

Corporate Marketing Other Sources

New Product Ideas

- trend of drug

Ideas Compilation - market size

- market growth

Product Evaluation - trend of tech.

- corporate policy

Product Recommendation

New Product Program & Profile

Product

Outsourcing Licensing In House Development Development

(R&D)

New Product Launching Schedule

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT.KALBE FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1,

LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN

BENACOL DTM SYRUP / 60 ML

TIKA SARTIKA, S.Farm.

1306344311

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS

INDONESIA DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

i

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.KALBE

FARMA, Tbk.

KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1,

LIPPO CIKARANG, BEKASI

PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN

BENACOL DTM SYRUP / 60 ML

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker

TIKA SARTIKA, S.Farm.

1306344311

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS

INDONESIA DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

i

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menjamin mutu dari produk sediaan farmasi, maka pemerintah

melalui BPOM mengeluarkan suatu aturan yang dikenal dengan CPOB, Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB

sesuai dengan ketentuan KEPMENKES No.43/Menkes/SK/II/1998. Pemastian

mutu merupakan konsep luas yang mencakup semua hal baik secara

tersendiri maupun kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang

dihasilkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Salah satu tujuan sistem pemastian mutu yang benar dan tepat

hendaklah dapat memastikan bahwa pengkajian terhadap semua dokumen

terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan

sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi.

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi

produksi, hasil pengujian selama proses, pengkajian dokumen pembuatan

(termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah

ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan

pemeriksaan produk dalam kemasan akhir. Oleh sebab itu sistem pemastian

mutu erat kaitannya dengan validasi yang merupakan salah satu bab yang

dibahas di CPOB. Dalam CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk

melakukan validasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari

kegiatan yang dilakukan.

Validasi konkuren dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi

rutin dilakukan. Pengkajian mutu pada proses validasi konkuren dapat

dilakukan karena terjadi perubahan pada parameter kritis seperti peralatan yang

digunakan, prosedur cara pembuatan dan spesifikasi bahan baku (jika terjadi

pemesanan dari supplier lain).

1

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

2

Universitas Indonesia

Sasaran dalam melakukan validasi di industri farmasi yaitu menjamin

prosedur produksi yang aman, untuk menjamin reproduksibilitas (mempunyai

keterberulangan yang sedapat mungkin mempunyai efektifitas yang sama),

untuk menekan sekecil mungkin resiko penyimpangan yang mungkin timbul

jika dibandingkan dengan prosedur klasik yang lazim dilakukan dengan

prosedur (yang telah divalidasi)

1.1 Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui cara pembuatan protokol dan laporan validasi konkuren skala

produksi.

2. Mengetahui tujuan pelaksanaan validasi konkuren skala produksi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

3

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemastian Mutu dan Pengkajian Mutu Produk

2.1.1 Pemastian Mutu

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik

secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mepengaruhi mutu dari obat

yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat

dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB

ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan

pengembangan produk (Badan POM RI, 2012).

Departemen pemastian mutu / QA (Quality Assurance) dipimpin oleh

seorang QA Manager yang bertanggung jawab langsung kepada QO Manager.

Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit, Post

Marketing, Validasi, dan GMP Compliance (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2013).

2.1.2 Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap

semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan

produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan

untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkalabiasanya

dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil

kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit :

a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk

produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;

b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil

pengujian produk jadi;

c. Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;

3

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 91: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

4

Universitas Indonesia

d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang

signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;

e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau

metode analisis;

f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen

registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk

ekspor;

g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang

tidak diinginkan;

h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat

yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah

dilakukan;

i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau

peralatan yang sebelumnya;

j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang

baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan

pendaftaran;

k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata

udara, air, gas bertekanan;

l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.

Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan

suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan

dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan

perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan

yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.

Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang

berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang

diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah,

pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan

padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain (Badan POM RI, 2012).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 92: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

5

Universitas Indonesia

2.2 Validasi

Validasi merupakan suatu kegiatan untuk membuktikan bahwa suatu

proses dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan spesifikasi

secara konsisten dan berkelanjutan. Di dalam CPOB, validasi berfungsi sebagai

bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Pada industri farmasi, validasi umumnya

dilakukan sebelum produk dipasarkan. Hal ini untuk menjamin bahwa proses

dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Validasi

tidak dilakukan pada semua aspek di dalam kegiatan suatu industri farmasi,

melainkan hanya pada aspek-aspek yang berpengaruh secara signifikan

kepada kualitas produk yang dihasilkan. Proses validasi bertujuan untuk

mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin suatu proses tertentu akan

menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan secara

konsisten.

CPOB mensyaratkan tiga aspek yang perlu dilakukan validasi, yaitu

validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis. Validasi

proses dilakukan terhadap produk baru dan harus sudah selesai dilakukan

sebelum produk tersebut dipasarkan. Revalidasi dapat dilakukan bila terjadi

perubahan besar pada proses yang berdampak signifikan pada kualitas

produk. Validasi secara berkala perlu dilakukan untuk memelihara status

validasi melalui analisis data bets produksi yang terkumpul. Sebelum

dilakukan validasi, hendaknya fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan

telah terkualifikasi, serta metode analisis yang digunakan juga sudah

tervalidasi. Validasi pembersihan bertujuan sebagai konfirmasi efektivitas

prosedur pembersihan. Parameter-parameter yang dianalisis pada validasi

pembersihan adalah kandungan residu dari suatu produk, bahan pembersih

dan pencemaran mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Penentuan batas residu dan cemaran hendaknya ditentukan secara rasional

dengan didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan.

Validasi pembersihan umumnya dilakukan hanya pada permukaan alat yang

bersentuhan langsung dengan produk. Selain itu, interval waktu antara

penggunaan alat dan pembersihan juga perlu divalidasi. Validasi metode

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 93: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

6

Universitas Indonesia

analisis bertujuan untuk membuktikan bahwa suatu metode analisis sesuai

dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan

terhadap empat jenis pengujian, yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif

kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam

sampel bahan obat atau komponen obat tertentu.

Evaluasi secara berkala perlu dilakukan terhadap aspek-aspek yang

divalidasi sebagai konfirmasi bahwa validasi masih absah. Validasi ulang

terutama perlu dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan yang berpengaruh

secara signifikan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu proses.

Pengkajian ulang terhadap data-data sebelumnya juga dapat dilakukan untuk

menunjukan bahwa suatu proses perlu divalidasi ulang.

Rangkaian validasi proses terdiri dari kualifikasi, validasi proses,

pemantauan dan pengkajian proses serta revalidasi bila diperlukan.

Kualifikasi merupakan suatu usaha untuk membuktikan bahwa perlengkapan /

mesin yang digunakan dalam suatu proses akan memberikan hasil yang

memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Proses kualifikasi

memiliki tahap-tahap (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012):

1. Kualifikasi desain, merupakan proses melengkapi dan

mendokumentasikan kajian desain (design review) untuk memastikan

bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap

perancangan.

2. Kualifikasi instalasi, merupakan proses pemeriksaan instalasi untuk

memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan dan telah dipasang secara tepat.

3. Kualifikasi operasional, merupakan proses pengujian untuk memastikan

bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut

berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan.

4. Kualifikasi kinerja, merupakan proses pengujian untuk memastikan bahwa

masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi

sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta

menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan

berkesinambungan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 94: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

7

Universitas Indonesia

Suatu proses yang sudah tervalidasi tetap perlu dipantau dan dikaji

untuk menilai apakah proses masih mampu untuk menghasilkan produk yang

memenuhi spesifikasi atau tidak. Revalidasi dapat dilakukan bila dalam

kajian terhadap proses ditemukan kecacatan sehingga proses perlu divalidasi

ulang. Setelah dilakukan perbaikan terhadap proses, dilakukan pengkajian

apakah validasi ulang perlu dilakukan.

Ketika melaksanakan validasi, perusahaan akan mengacu pada Rencana

Induk Validasi (RIV) yang merupakan dokumen mengenai filosofi perusahaan

secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan

kinerja yang baik. RIV dibuat sesuai dengan prinsip CPOB dan diperbarui setiap 3

tahun sekali, sedangkan lampiran RIV diperbaharui tiap tahun berdasarkan

justifikasi karena perkembangannya yang cepat.

PT. Kalbe Farma, Tbk juga menerapkan role production planning plant

untuk menentukan jadwal validasi yang akan dilakukan selama 6 bulan ke depan.

Organisasi validasi terdiri dari tim pengkajian dan tim pelaksana. Tim pengkajian

terdiri dari Manajer Departemen R&D, Produksi, QA, QC, dan Teknik. Sementara

tim pelaksana terdiri dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi, dan analis dari

setiap departemen. Tahapan pembuatan validasi dimulai dari:

1) Penyiapan protokol

Menurut Pedoman CPOB 2012, protokol validasi dibuat untuk merinci

kualifikasi dan validasi yang akan digunakan. Protokol validasi memuat

rincian langkah kritis dan kriteria penerimaan

2) Penyiapan sampel dan wadah untuk validasi

3) Koordinasi dengan departemen terkait

4) Pelaksanaan validasi sesuai protokol validasi

Validasi dilakukan oleh inspektor validasi di bawah pengawasan Supervisor.

Penyimpangan yang terjadi ditulis dalam suatu Deviation Report yang

nantinya akan dievaluasi/dilakukan justifikasi.

5) Evaluasi pelaksanaan validasi

Merangkum hasil pelaksanaan validasi, menjustifikasi penyimpangan dan

menetapkan status valid suatu proses validasi yang kemudian dituangkan

dalam laporan validasi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 95: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

8

Universitas Indonesia

6) Pembuatan laporan validasi proses

Laporan validasi memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap

penyimpangan, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan.

Validasi yang dilakukan PT. Kalbe Farma, Tbk meliputi validasi proses;

validasi peralatan, validasi fasilitas dan sistem penunjang, validasi pembersihan,

validasi computer, validasi metode analisis dan annual product review. Semua

validasi, kecuali validasi metode analisis, dilakukan di bawah departemen QO,

sedangkan validasi metode analisis dilakukan oleh departemen R&D bagian

Analytical Development.

2.3 Validasi Proses

Pelaksanaan validasi proses terhadap produk-produk baru dilaksanakan

setelah diperoleh formula dan proses yang optimal oleh R&D dan Process

Development dengan melihat hasil pelaksanaan validasi pilot dan analisa

terhadap hasilnya. Pelaksanaan validasi proses dapat berdasarkan dari berbagai

macam sumber permintaan validasi misal dari R&D dan Process Development

yang dilakukan setiap bulan, dari bagian registrasi (untuk kepentingan dokumen

pendaftaran), projek perpindahan produk, projek penggunaan mesin dan fasilitas

baru dan perubahan-perubahan major lainnya yang perlu dilakukan validasi

proses. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan

(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak

memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin

dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan juga divalidasi

(validasi retrospektif). Validasi proses tidak harus selalu dilaksanakan terhadap

semua tahap proses. Sebagai contoh proses dari granulasi hingga cetak 3 BN

tidak mengalami masalah, namun bermasalah saat tahap coating maka validasi

dapat dimulai dari tahap coating hingga kemas pada BN berikutnya. Jika

terdapat beberapa produk yang mempunyai tahap proses dengan parameter kritis

dan testing points yang sama (mempunyai kode proses yang sama) maka cukup

dilakukan validasi terhadap 1 produk saja dan data ini digunakan untuk validasi

produk lainnya. Namun jika terdapat perbedaan pada proses pengemasan, maka

tetap dilakukan validasi terhadap tahap kemas produk terkait (validasi parsial).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 96: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

9

Universitas Indonesia

Kode kemas yang berbeda (lokal dan ekspor) dapat dianggap menjadi validasi

pengemasan yang sama dengan melihat bahan baku dan spesifikasi dari bahan

kemasan untuk lokal maupun ekspor (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Prioritas validasi proses adalah produk-produk dengan kategori obat.

Pelaksanaan validasi untuk produk eksisting dilaksanakan sesuai dengan urutan

prioritas berdasarkan kepentingan internal perusahaan seperti: target registrasi

(pendaftaran), produk baru, produk yang belum pernah di validasi. Sementara

untuk produk-produk dengan kategori suplemen bukan merupakan prioritas

validasi. Pelaksanaan validasi proses suplemen dilakukan jika semua produk

obat sudah tervalidasi. Sementara untuk produk suplemen dilakukan

pengambilan sampel sesuai dengan sampling plan suplemen yang telah

ditetapkan. Pengambilan sampel suplemen dilakukan 3 BN berturut-turut untuk

produk suplemen baru maupun eksisting produk yang masih memerlukan

monitoring proses (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Laporan validasi proses dibuat setelah diperoleh hasil pengujian

terhadap 3 batch proses produksi berturut-turut memenuhi spesifikasi dan

persyaratan yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka pendek

(Accelerated Stability) dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real Time

Stability) produk disertakan tetapi status validasi dapat disimpulkan sebelum

hasil uji stabilitas diperoleh. Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat

ketidaksesuaian dengan kriteria keberhasilan maka dilakukan analisa atau

penelusuran tersebut dicantumkan dalam laporan penyimpangan validasi proses.

Jika penyimpangan tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas produk dan ada

justifikasi yang dapat dipertanggung jawabkan, maka validasi dapat dilanjutkan.

Hal ini didokumentasikan pada Validation Deviation. Setelah dilakukan validasi

dan diperoleh hasil yang valid, tidak boleh dilakukan perubahan terhadap

seluruh parameter kritis dan parameter pengujian. Jika terdapat suatu perubahan,

maka harus mengikuti prosedur change control (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Validasi proses dievaluasi secara berkala setiap 3 tahun untuk

konfirmasi keabsahannya selama siklus produk tersebut diproduksi. Jika tidak

ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti

bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 97: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

10

Universitas Indonesia

ditetapkan akan kebutuhan revalidasi. Revalidasi dapat dilakukan berdasarkan

usulan perubahan (change control) yang menyimpulkan perlu dilakukannya

validasi proses kembali. Tindakan untuk perlu dilakukannya validasi proses

kembali mengacu kepada pengendalian perubahan yang diatur dalam

Pharmaceutical Convention Inspection Scheme (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

2.3.1 Protokol Validasi Proses Produksi

Protokol validasi perlu dibuat sebelum pelaksanaan validasi sebagai

pedoman selama melaksanakan validasi, yang harus direview dan disetujui.

Protokol validasi adalah dokumen yang berisi tata cara validasi yang akan

dilakukan, termasuk parameter yang diujikan, karakteristik produk, peralatan

produksi, dan parameter yang akan disimpulkan serta kriteria penerimaannya.

Protokol validasi ini dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan

dilakukan, merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Manajer QA akan

mengkaji dan menyetujui protokol validasi yang telah disiapkan. Protokol validasi

ini berisi tujuan pelaksanaan validasi, cakupan (scope), latar belakang pelaksanaan

validasi, dokumen terkait (IQ/OQ mesin/peralatan yang digunakan, SOP, sumber

rujukan yang digunakan), pembagian tugas dan tanggung jawab, garis besar

proses produksi, penentuan parameter kritis dan pengujian yang digunakan pada

setiap tahap proses produksi, rencana pengambilan sampel, rencana penanganan

sampel, rencana pengujian sampel, rencana analisa produk jadi dan kriteria

penerimaan.

Protokol validasi terdiri atas:

1. Cover

2. Protokol validasi proses (disertai lokasi/line) tempat produksi

3. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)

4. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)

5. Bentuk sediaan (diisi bentuk/sediaan produk yang akan divalidasi)

6. Ukuran Batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)

7. Nomor protokol (disii nomor protokol produk yang akan divalidasi)

8. Tanggal (diisi tanggal pembuatan protokol validasi)

9. Jenis Validasi (disi jenis validasi yang akan dilakukan)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 98: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

11

Universitas Indonesia

- Baru / validasi ulang

- Prospektif

- Konkuren

- Retrospektif

10. Daftar isi

11. Komposisi (diisi komposisi dari produk yang akan divalidasi)

12. Tujuan (diisi tujuan pelaksanaan validasi)

13. Penanggung jawab (diisi penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab

personel yang terlibat dalam pelaksanaan validasi)

14. Ruang lingkup

15. Pemeriksaan raw material

16. Deskripsi proses (diisi ringkasan proses produksi produk yang akan divalidasi

dalam bentuk chart dan diagram)

17. Deskripsi alat (diisi nama dan nomor dokumen yang akan digunakan dalam

porduksi produk yang akan divalidasi)

18. Sistem penunjang (diisi sistem penunjang yang akan digunakan dalam produk

yang akan divalidasi)

19. Proses (diisi keterangan mengenai kualifikasi ruangan, kalibrasi peralatan,

kualifikasi peralatan, rencana pengambilan sampel, serta parameter kritis dan

pengujian yang dilakukan pada masing-masing tahap proses produksi)

20. Kriteria penerimaan (diisi penetapan kriteria keberhasilan yang dipersyaratkan

dan diinginkan yang memastikan bahwa proses dapat diproduksi secara

konsisten dan reprodusibel)

21. Revalidasi (diisi acuan pelaksanaan revalidasi / validasi ulang)

Protokol validasi memuat lampiran yang meliputi :

1. Review Dokumen Acuan

2. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Produk

3. Spesifikasi Bahan

4. Process Flow Diagram

5. Process Flow Chart

6. Kualifikasi Ruangan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 99: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

12

Universitas Indonesia

7. Kalibrasi peralatan

8. Kualifikasi Peralatan

9. Rencana Pengambilan Sampel

10. Pemeriksaan Hasil Nyata Penimbangan

11. Tahap produksi: Pencampuran / mixing

12. Tahap produksi: Pengisian / filling

13. Tahap produksi : Labelling

14. Evaluasi

2.3.2 Laporan Validasi Proses Produksi

Laporan validasi adalah laporan yang harus dibuat setelah pelaksanaan

proses validasi. Laporan validasi mengacu pada protokol validasi. Laporan ini

berisi ringkasan hasil validasi dibandingkan dengan kriteria penerimaan,

tanggapan terhadap penyimpangan, kesimpulan serta rekomendasi perbaikan. Jika

ada perubahan dari rencana yang ada dalam protokol harus didokumentasikan.

Data-data yang diperoleh dari pengawasan proses produksi akan dianalisis dan

dievaluasi dengan menggunakan metode statistik. Hasil analisis statistik

digunakan dalam evaluasi pada laporan validasi proses produksi.

Berikut format laporan validasi proses (untuk validasi Prospektif dan

Konkuren) di PT Kalbe Farma, Tbk. :

1. Cover

a. Jenis laporan

b. Nama produk

c. Kode produk

2. Laporan validasi proses

a. Laporan validasi proses

b. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)

c. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)

d. Bentuk sediaan (diisi bentuk sediaan produk yang akan divalidasi)

e. Ukuran batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)

f. Nomor Protokol (diisi nomor protokol produk yang akan divalidasi)

g. Tanggal (diisi tanggal penyusunan laporan validasi proses)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 100: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

13

Universitas Indonesia

h. Ringkasan

i. Hasil

j. Evaluasi (kesesuaian dengan protokol validasi proses, perbandingan

dengan kriteria keberhasilan)

k. Kesimpulan

l. Revalidasi

m. Persetujuan

Dokumen penunjang yang dibutuhkan dalam penyusunan protokol dan

laporan validasi antara lain :

1. PPI (Prosedur Pengolahan Induk)

2. MA (Metode Analisa)

3. Protokol dan laporan kualifikasi mesin dan kalibrasi alat

4. Kalibrasi

2.4 Jenis Validasi

Jenis validasi yang digunakan pada pelaksanaan validasi proses di PT.

Kalbe Farma Tbk. adalah sebagai berikut (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013) :

2.4.1 Validasi Prospektif

Dilaksanakan terhadap produk selama proses pengembangan (sebelum

dipasarkan). Validasi prospektif dilakukan dengan membagi proses produksi

menjadi beberapa tahap dan dilakukan pengalaman atau pertimbangan teoritis,

masing-masing tahap dievaluasi, untuk mengidentifikasi parameter-parameter

kritis yang mungkin berdampak terhadap kualitas produk jadi. Serangkaian

penelitian dilakukan untuk menentukan parameter-parameter kritis dengan

adanya kontribusi dan keterlibatan dari seluruh departemen yang terkait

(Produksi, QA, QC, Teknik). Setiap penelitian direncanakan dan

didokumentasikan secara menyeluruh dalam suatu protokol yang disahkan.

Seluruh peralatan, fasilitas produksi dan metode analisa harus sudah tervalidasi

dan terkualifikasi, sebelum melaksanakan validasi proses.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 101: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

14

Universitas Indonesia

2.4.2 Validasi Konkuren

Dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin dilakukan.

Validasi ini juga dilakukan terhadap produk-produk yang jarang diproduksi atau

terhadap produk baru sejenis dimana memiliki karakteristik yang tidak terlalu

berbeda seperti bentuk tablet, dosis, ukuran kemasan dan sebagainya dengan

produk lain dimana sebelumnya sudah divalidasi. Pendokumentasiannya sama

dengan validasi prospektif. Fasilitas, peralatan, dan metoda analisa yang

digunakan harus sudah tervalidasi dan terkualifikasi.

2.4.3 Validasi Retrospektif

Validasi Retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk

yang telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan,

pengujian dan pengawasan data batch yang dikumpulkan. Validasi retrospektif

dilakukan terhadap produk-produk yang sudah tangguh prosesnya, mempunyai

prosedur yang sudah tetap, rutin digunakan dan tidak dapat dilakukan jika

terdapat perubahan komposisi produk, prosedur atau peralatan. Validasi ini

dilakukan dengan menggunakan data historis untuk memperoleh bukti-bukti

yang cukup yang terdokumentasi, bahwa proses dilakukan sesuai dengan apa

yang seharusnya. Data yang digunakan dalam validasi retrospektif antara 10 -

30 bets. Suatu produk disebut produk tangguh, bila memiliki nilai indeks

kapabilitas proses yang baik serta testing point yang diujikan memenuhi

persyaratan.

2.4.4 Validasi Ulang

Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan

hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak

ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti

bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang

ditetapkan akan kebutuhan revalidasi.

Validasi ulang untuk validasi metoda analisa dilakukan jika terjadi

perubahan atas alat, perubahan metoda dan perubahan formula yang

memerlukan modifikasi prosedur pemeriksaan (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 102: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

15

Universitas Indonesia

Validasi ulang untuk validasi proses dilakukan jika :

1. Jika dalam jangka waktu 3 tahun sejak selesainya pelaksanaan validasi tidak

terjadi perubahan.

2. Jika terjadi perubahan maka dilakukan validasi ulang. Adapun jenis

perubahan yang direkomendasikan untuk validasi ulang yaitu :

a. Terjadi perubahan spesifikasi raw material (karakteristik bahan seperti

density, viskositas, distribusi ukuran partikel yang mungkin

berpengaruh terhadap proses atau produk).

b. Terjadi perubahan pabrik (manufacturer) bahan baku

c. Terjadi perubahan bahan kemasan (misalnya penggantian bahan gelas

dengan bahan plastik)

d. Terjadi perubahan dalam proses (misalnya waktu pencampuran, suhu

pengeringan, perubahan metode pembuatan dari granulasi basah

menjadi cetak langsung).

e. Terjadi perubahan yang signifikan/bermakna pada peralatan yang

digunakan untuk produksi (misalnya penambahan sistem deteksi

secara otomatis, setelah dilakukan perbaikan atau overhaul peralatan).

Perubahan peralatan yang melibatkan pergantian peralatan tetapi tidak

berpengaruh terhadap parameter kritis dan fungsi kerja dari alat tidak

membutuhkan validasi ulang.

f. Penggunaan peralatan atau fasilitas baru.

g. Perubahan sistem penunjang dan area produksi (misalnya pengaturan

kembali area produksi, sistem baru pengolahan air).

h. Pemindahan proses ke site lain.

i. Perubahan yang tidak terduga (misalnya hal tersebut teramati sewaktu

melakukan self-inspection atau analisa rutin terhadap kecenderungan

data selama proses).

j. Perubahan besar pada metoda analisa atau spesifikasi produk.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 103: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

16

Universitas Indonesia

2.5 Validasi Konkuren

Dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin dilakukan.

Validasi ini juga dilakukan terhadap produk-produk yang jarang diproduksi atau

terhadap produk baru sejenis dimana memiliki karakteristik yang tidak terlalu

berbeda seperti bentuk tablet, dosis, ukuran kemasan dan sebagainya dengan

produk lain dimana sebelumnya sudah divalidasi. Validasi konkuren dapat

dilakukan jika terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti peralatan yang

digunakan, prosedur cara pembuatan, spesifikasi bahan baku (jika terjadi

pemesanan dari suplier lain). Keputusan melakukan validasi konkuren

hendaklah memiliki alasan yang kuat dan disetujui oleh kepala bagian

pemastian mutu. Dokumen yang tertera pada validasi konkuren terdiri dari

beberapa elemen, yaitu (PIC/S, 2007) :

a. Deskripsi dari proses (A description of the process)

b. Deskripsi dari hasil penelitian (a description of the experiment)

c. Peralatan dan fasilitas yang digunakan (Details of the equipment/facilities to

be used)

d. Variabel yang harus di monitoring (The variabels to be monitored)

e. Pengambilan sampel - dimana, kapan, bagaimana dan jumlah. (The samples

to be taken – where, when, how and how many)

f. Karakteristik performance produk / atribut yang harus dimonitoring dengan

pengujian. (The product performance characteristics / attributes to be

monitored, together with the test methods)

g. Batas persyaratan yang diterima (The acceptable limits)

h. Waktu pelaksanaan (Time schedules)

i. Respon personel (Personnel responsibilities)

j. Dokumen metode yang digunakan secara rinci dan hasil evaluasi yang

diperoleh termasuk analisis data statistik. (Details of methods for recording

and evaluating results, including statistikal analysis)

Dalam validasi proses terdapat penyimpangan yang tidak sesuai dengan

PPI (Prosedur Pengolahan / Pengemasan Induk). Penyimpangan tersebut harus

didokumentasikan ke dalam laporan penyimpangan (deviation report). Laporan

penyimpangan mencakup antara lain sebagai berikut (PICS/2007):

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 104: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

17

Universitas Indonesia

a. Deskripsi / penjelasan dari proses dan penjelasan dari tahap kritis secara

rinci selama proses produksi.

b. Ringkasan dari tahap proses awal sampai pengujian akhir, termasuk hasil

pengujian yang tidak sesusai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan.

c. Tambahan dari protokol atau beberapa penyimpangan dari protokol

didokumentasikan dan dijelaskan secara rinci.

d. Review dan perbandingan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang

sudah ditetapkan.

e. Kriteria penerimaan atau penolakan terhadap hasil validasi.

2.6 Validasi Syrup

Syrup adalah bentuk sediaan cair yang mengandung bahan obat

dengan atau tanpa bahan-bahan tambahan yang sesuai. Parameter-parameter

uji yang perlu dikaji antara lain suhu, waktu pencampuran, kecepatan

pencampuran, kecepatan sirkulasi, waktu sirkulasi, waktu pendinginan, jumlah

aqua purificata, turbomixer yang digunakan, waktu pengambilan sampel. Pada

proses pencampuran (mixing), perlu diperhatikan kecepatan pencampuran, suhu

dan waktu pencampuran dari alat mixing, yang akan mempengaruhi parameter-

parameter kritis dari sediaan syrup tersebut. Penampilan syrup juga perlu

dipertimbangkan, seperti warna yang berpengaruh terhadap persepsi

pelanggan dan logo yang tertera pada botol untuk meningkatkan pengenalan

akan merek.

2.7 Kriteria Keberhasilan Validasi Proses

Validasi dinyatakan berhasil dan dapat diterima jika seluruh hasil

pengujian terhadap 3 batch berturut-turut memenuhi spesifikasi dan persyaratan

yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka pendek (Accelerated Stabilty)

dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real Time Stability) produk disertakan

tetapi status validasi dapat disimpulkan sebelum hasil uji stabilitas diperoleh.

Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat ketidaksesuaian dengan kriteria

keberhasilan maka dilakukan analisa atau penelusuran tersebut dicantumkan

dalam laporan penyimpangan validasi proses.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 105: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

18

Universitas Indonesia

2.8 Parameter kritis

Proses validasi tidak dilakukan pada semua parameter yang terdapat

dalam proses karena akan menghabiskan waktu dan biaya. Parameter-

parameter yang wajib dikaji hanyalah parameter-parameter kritis yang dapat

berdampak signifikan terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Standar parameter-parameter kritis yang harus dipenuhi dan peralatan-

peralatan atau fasilitas-fasilitas dan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan

berada dalam batas-batas yang termonitor dan terkontrol. Beberapa contoh

parameter-parameter kritis tersebut pada sediaan cair (syrup) dapat dilihat

pada Tabel 2.1

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 106: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

19

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan Syrup

Tahapan

proses

Contoh peralatan Parameter kritis Contoh pengujian

Penimbangan Timbangan Kebersihan Cemaran mikroba

Pencampuran

(mixing)

Boiling Tank

Tangki SS 1,2 L

Fristam

Kain nylon

rangkap 2

Mesin mixing

pump fristam

Turbomixer

M0501 MXTK

002/004

Batang pengaduk

Wadah yang

sesuai

Suhu

Waktu

pencampuran

Kecepatan

pencampuran

Kecepatan

sirkulasi

Waktu sirkulasi

Waktu

pendinganan

Jumlah aqua

purificata.

Appearance Larutan

Suhu Larutan

pH Syrup Siap Isi

Bobot Jenis Syrup

Siap Isi

Keseragaman Syrup

Siap Isi

Microbial Count

Syrup Siap Isi

Yield

Pengisian

(Filling)

Tangki SS 1,2 L

Turbomixer M0501

MXTK 006 / 007 / 009

Mesin filling Bausch &

Strobel

Kain strimin rangkap 4

Turbomixer yang

digunakan

Kecepatan

pencampuran

Waktu

pencampuran

Waktu

pengambilan

sampel

Appearance Benacol

DTM Syrup 60 mL

Volume individu

pH tahap isi

Bobot jenis tahap isi

Penetapan Kadar

Microbial count tahap

isi

Test kebocoran

Test torque

Yield Labelling Mesin Labelling Speed labelling

Waktu

pengambilan

sampel

Mesin labelling

yang digunakan.

Isi botol (botol terisi)

Coding etiket (jelas

terbaca, BN, ED, HET

sesuai PPI)

Fisik etiket (tidak

miring, tertempel baik)

Fisik botol (baik dan

bersih)

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 107: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

20

Universitas Indonesia

2.9 Analisis Kapabilitas Proses (Process Capability Analysis)

Analisis kapabilitas proses adalah suatu analisis untuk mengetahui

apakah proses kerja yang sedang berjalan memenuhi spesifikasi. Proses tersebut

dikatakan “capable” jika mampu menghasilkan hampir 100% output sesuai

spesifikasinya. Dalam melakukan analisis kapabilitas proses diperlukan

capability index, yaitu suatu indeks yang menggambarkan seberapa jauh proses

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dengan mengetahui capability index

akan membantu memfokuskan pada nilai target, yaitu nilai yang paling

diinginkan pelanggan.

Ada dua indikator utama untuk analisis kapabilitas proses, yaitu (Winton, 1999):

2.9.1 Process Capability Index

Process capability index adalah indeks yang menggambarkan kapabilitas

potensial yang digunakan untuk menilai potensial kapabilitas sistem.

Process capability index meliputi :

1. Cp (indeks kapabilitas proses) merupakan indeks yang menunjukkan

kemampuan suatu sistem dalam memenuhi spesifikasi batas atas dan bawah.

Dalam Cp tidak diperhitungkan rata-rata proses, tetapi terfokus pada pola

penyebaran data. Jika pola penyebaran data tidak terfokus di dalam batas

spesifikasi, maka nilai CP kurang memberikan gambaran yang sebenarnya.

2. Cpk (indeks kinerja kane) merupakan indeks yang menunjukkan seberapa

baik suatu sistem dapat memenuhi spesifikasi batas. Dalam Cpk, rata-rata

proses diperhitungkan sehingga proses tidak perlu terfokus terhadap nilai

target.

3. Cpki dan Cpk1 merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses

pada salah satu sisi dari spesifikasi batas berdasarkan titik tengah penyebaran

dan standar deviasi data. Cpku adalah indeks kapabilitas proses pada

spesifikasi batas atas, sedangkan CPk1 adalah indeks kapabilitas proses pada

spesifikasi batas bawah. Perhitungan indeks-indeks ini menggunakan nilai

estimated sigma.

Indeks kemampuan proses (CpK) merupakan suatu ukuran sebenernya

dari kemampuan suatu proses.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 108: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

21

Universitas Indonesia

CpK =

CpK =

Keterangan :

LSL : Lower Specification Limit (Batas Spesifikasi Bawah)

USL : Upper Spesification Limit (Batas Spesifikasi Atas)

X : rata-rata

S : Standar Deviasi

Interpretasi Hasil :

CpK ≥ 1.3 : Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil

kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi.

1.1 ≤ CpK < 1.3 : Kondisi ideal , variasi dalam bebas diizinkan.

1.0 ≤ CpK < 1.1 : Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan

munculnya penyimpangan.

0.9 ≤ CpK < 1.0 : Penyimpangan produk kadang kala muncul, proses harus

diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi penyimpangan.

CpK < 0.9 : Penyimpangan produk terjadi secara teratur, proses tidak

terkontrol, harus diperiksa bagaimana proses kerja, atau

design spesifikasi perlu ditinjau ulang.

PpK : Proses berjalan dengan baik.

2.9.2 Process Performance Index

Process performance index adalah indeks yang menggambarkan

kapabilitas aktual yang digunakan untuk menilai kesesuaian sistem terhadap

spesifikasinya. Process performance index meliputi (Winton, 1999):

a. Pp merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses berdasarkan

standar deviasi data dari seluruh pengamatan tanpa melihat titik tengah dari

penyebaran data.

b. Ppk merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses berdasarkan

titik tengah penyebaran dan standar deviasi data.

c. Ppku dan Ppk1 merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 109: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

22

Universitas Indonesia

pada salah satu sisi dari spesifikasi batas berdasarkan standar deviasi data.

Ppku adalah indeks kapabilitas proses pada spesifikasi batas atas, sedangkan

Ppk1 adalah indeks kapabilitas proses pada spesifikasi batas bawah.

Perhitungan indeks-indeks ini menggunakan nilai calculated sigma (sigma of

the individuals).

Process performance Index (Ppk) memiliki beberapa interpretasi, yaitu :

a. Ppk ≥ 1.00 berarti performa proses baik.

b. Ppk < 1.00 berarti performa proses tidak baik.

Hasil dari analisa statistik seperti yang telah dijelaskan di atas dapat

bermakna jika data terdistribusi normal. Jika distribusi data tidak normal harus

digunakan metode lain agar diperoleh nilai kapabilitas proses yang valid,

diantaranya (Winton, 1999) :

a. Melakukan tranformasi data, dan menggunakan nilai indeks kapabilitas

proses dari data hasil transformasi.

b. Menggunakan teknik distribusi Johnson atau Pearson, dan menentukan

kapabilitas proses dari persen point distribusi yang tersedia.

c. Menggunakan “Estimated Accumulative Frequency” dan “Mirroring

Technique” untuk menangani data yang tidak terdistribusi normal.

2.1 Dokumentasi Validasi

Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices bahwa setiap

aktivitas dalam suatu proses produksi haruslah didokumentasikan dengan baik.

Salah satu penerapan dari kaidah ini adalah pembuatan laporan hasil validasi

proses yang terdiri atas:

2.10.1 Tujuan

Tujuan dari laporan validasi konkuren adalah untuk membuktikan dan

mendokumentasikan bahwa proses pembuatan suatu produk akan

menghasilkan produk yang secara konsisten memenuhi spesifikasi yang

telah ditetapkan.

2.10.2 Ruang lingkup

Ruang lingkup dari validasi konkuren adalah validasi proses

yang dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 110: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

23

Universitas Indonesia

dilakukan. Validasi ini dilakukan pada 3 batch berturut-turut yang

dihasilkan dari suatu proses produksi yang memenuhi kaidah CPOB

yang berlaku.

2.10.3 Referensi

Referensi yang digunakan dalam pembuatan sebuah laporan validasi

konkuren meliputi data batch record produk, Prosedur Pengolahan

Induk (PPI), protokol dari validasi proses, instruksi kerja dari

pembuatan protokol validasi proses, serta instruksi kerja dari pembuatan

laporan validasi proses.

2.10.4 Tinjauan

Dokumen-dokumen yang ditinjau dalam laporan validasi konkuren

meliputi:

a. Catatan pengolahan batch (CPB)

b. Riwayat vendor bahan baku dan bahan kemas

c. Riwayat perubahan proses yang terjadi

d. Riwayat penyimpangan selama proses yang terjadi

e. Hasil uji di luar spesifikasi

f. Quality surveaillance

g. Status validasi

2.10.5 Formula

Formula baku yang digunakan untuk memproduksi suatu produk

berisikan daftar bahan baku yang digunakan beserta kode produknya,

jumlah yang digunakan dan kegunaannya.

2.10.6 Peralatan dan perlengkapan

Status peralatan dan perlengkapan yang meliputi preventive

maintenance, status kualifikasi dan kalibrasi, daftar peralatan yang

digunakan selama produksi serta catatan-catatan variasi mesin yang

terjadi.

2.10.7 Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan berisikan evaluasi hasil dari parameter kritis dan

parameter uji serta justifikasi terhadap penyimpangan yang terjadi

terhadap kualitas produk.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 111: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

24

Universitas Indonesia

2.10.8 Kesimpulan

Kesimpulan berisikan rangkuman profil data dan deskripsi distribusi data

dari parameter yang dianalisis. Kesimpulan menyatakan apakah proses

masih valid atau tidak.

2.10.9 Rekomendasi

Rekomendasi yang bisa diberikan terhadap hasil analisis proses yang

dilakukan. Rekomendasi dapat berupa saran untuk dilakukannya

perbaikan pada proses, peninjauan desain proses ataupun investigasi

terhadap proses yang terjadi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 112: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

25 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker

pada periode 1 April – 30 Mei 2014 di Departemen Quality Assurance

Line 6, PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di jalan M. H. Thamrin Blok

A1-3, kawasan industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi.

1.2 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data untuk pembuatan protokol Validasi Konkuren

berpedoman pada Prosedur Pengolahan Induk (PPI) baik PPI 1 hingga PPI

3, sedangkan untuk pembuatan laporan Validasi Proses dilakukan dengan

mengkaji batch record dan protokol validasi yang telah diisi oleh inspektor

QA pada line 5 skala produksi.

Kegiatan yang diamati dimulai dari proses awal pembuatan hingga

proses akhir produksi Benacol DTM Syrup 60 mL, mencakup pencampuran,

pengisian dan labelling produksi 3 batch Benacol DTM Syrup 60 mL.

1.3 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari PPI diolah untuk dijadikan suatu protokol

validasi proses yang kemudian akan diisi oleh inspektor QA ketika proses

produksi berjalan. Protokol yang berisi data-data produksi kemudian akan diolah

dan disusun menjadi suatu laporan validasi proses untuk dijadikan evaluasi yang

akan digunakan untuk membuktikan bahwa proses yang dilakukan mampu

menghasilkan Benacol DTM Syrup / 60 ml (LBND1/LBNDA) dengan kualitas

yang konsisten dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 113: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

26

Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Proses produksi harus menghasilkan produk yang memenuhi syarat

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk itulah dilakukan

pengkajian terhadap proses untuk memastikan bahwa proses dapat menghasilkan

produk dengan spesifikasi mutu yang ditentukan secara konsisten beserta

dokumentasinya dikenal sebagai validasi. Status validasi dari suatu proses perlu

dikaji baik sebelum produk dipasarkan maupun secara berkala dan

berkesinambungan untuk melihat apakah proses tersebut masih konsisten. Hal

ini dilakukan untuk melindungi konsumen / pasien dari produk yang tidak

memenuhi kualitas mutu.

Validasi proses yang dilakukan adalah validasi konkuren terhadap produksi

rutin untuk dijual. Validasi proses konkuren menggunakan riwayat data produk,

pengujian dan pengendalian bets untuk menganalisis tren yang terjadi dan

menilai kapabilitas proses dan dilakukan terhadap 3 bets berturut - turut,

sehingga dapat digunakan untuk evaluasi dan panduan untuk validasi proses

selanjutnya pada produk yang sama.

4.1 Protokol Validasi Proses

Protokol validasi dibuat untuk menjelaskan kualifikasi dan validasi yang

akan dilakukan. Protokol validasi dikaji dan disetujui oleh kepala bagian

Manajemen Mutu atau Pemastian Mutu. Protokol validasi harus dapat

menjelaskan langkah kritis dan kriteria penerimaan dari produk yang akan

diproduksi. Protokol validasi terdiri atas:

1. Cover

2. Lembar Persetujuan yang ditanda tangani oleh Supervisor QA yang

bertanggung jawab (sebagai penyusun protokol), Deputi Director R&D

Formulation Process Manager, Production Manager, dan QA Manager.

3. Daftar isi

4. Dokumen Acuan

26

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 114: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

27

Universitas Indonesia

Pada dokumen acuan terdiri dari nomor Prosedur Pengolahan Induk proses,

nomor Prosedur Pengemasan Induk kemas, nomor metode analisa produk, dan

nomor dokumen validasi pembersihan.

5. Komposisi

Komposisi terdiri dari nama komponen yang digunakan dalam formula dan

jumlah bahan yang digunakan dengan satuan per satuan dosis dan per batch

6. Tujuan

Tujuan menjabarkan tentang tujuan dilakukan validasi proses terhadap

Benacol DTM Syrup 60 mL sehingga mampu membuktikan bahwa proses

yang dilakukan (pencampuran, pengisian dan labelling) dapat menghasilkan

Benacol DTM Syrup 60 mL dengan kualitas yang konsisten dan reprodusibel

serta sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

7. Penanggung jawab

Penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab personel yang terlibat dalam

pelaksanaan validasi proses

8. Ruang lingkup

Ruang lingkup meliputi Prosedur Pengolahan Induk proses Benacol DTM

Syrup 60 mL, Prosedur Pengemasan Induk kemas Benacol DTM Syrup 60

mL, pelaksanaan validasi, kegiatan validasi (pemeriksaan raw material,

pemeriksaan ruangan dan peralatan, rencana pengambilan sampel,

pelaksanaan proses, evaluasi, laporan)

9. Pemeriksaan raw material

Pemeriksaan raw material dilakukan sampling raw material dan pengujian

dilakukan oleh QC terhadap seluruh material mengacu kepada metode analisa

masing-masing bahan.

10. Deskripsi proses

Deskripsi proses meliputi Process Flow Diagram dan Process Flow Chart

11. Deskripsi alat

Deskripsi alat meliputi alat yang digunakan dan nomor dokumen Performance

Qualification pada setiap peralatan yang digunakan pada setiap tahapan proses

(Pencampuran, Pengisian dan Labelling).

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 115: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

28

Universitas Indonesia

12. Sistem penunjang

Sistem penunjang merupakan rincian sistem penunjang yang digunakan

selama proses dan nomor dokumen dari tiap sistem penunjang.

13. Proses Validasi

Proses validasi meliputi tahapan-tahapan yang dilakukan selama proses

validasi yang meliputi kualifikasi ruangan, kalibrasi peralatan, kualifikasi

peralatan, rencana pengambilan sampel, pemeriksaan hasil nyata

penimbangan, dan tahapan proses pembuatan Benacol DTM Syrup 60 mL.

(pencampuran, pengisian dan labelling)

14. Kriteria penerimaan

Hasil pengujian terhadap 3 batch proses produksi berturut-turut memenuhi

spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka

pendek (Accelerated Stability) dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real

Time Stability) produk disertakan tetapi status validasi dapat disimpulkan

sebelum hasil uji stabilitas diperoleh. Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat

ketidaksesuaian dengan kriteria keberhasilan maka dilakukan analisa atau

penelusuran penyebab penyimpangan. Hasil analisa atau penelusuran tersebut

dicantumkan dalam Validation Deviation yang terdapat dalam evaluasi

validasi.

15. Revalidasi

Protokol validasi memuat lampiran yang meliputi :

1. Review Dokumen Acuan

2. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Benacol DTM

Syrup 60 mL

3. Spesifikasi Bahan

4. Process Flow Diagram

5. Process Flow Chart

6. Kualifikasi Ruangan

7. Kalibrasi peralatan

8. Kualifikasi Peralatan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 116: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

29

Universitas Indonesia

9. Rencana Pengambilan Sampel

10. Pemeriksaan Hasil Nyata Penimbangan

11. Tahap produksi: Pencampuran / mixing

12. Tahap produksi: Pengisian / filling

13. Tahap produksi : Labelling

14. Evaluasi

4.2 Laporan Validasi Proses

Laporan validasi proses disusun setelah dilakukan proses validasi terhadap

3 batch proses produksi sedian liquid Benacol DTM Syrup 60 mL. Susunan dari

laporan validasi sedian liquid Benacol DTM Syrup 60 mL di PT Kalbe Farma,

Tbk. terdiri dari :

1. Cover

Cover terdiri dari nama Benacol DTM Syrup 60 mL dan nomor protokol

validasi proses yang dilakukan.

2. Ringkasan

Ringkasan memuat rangkuman dan kesimpulan dari hasil pelaksanaan validasi

proses yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk memastikan

bahwa proses pembuatan telah tervalidasi sesuai dengan kriteria keberhasilan

yang ditetapkan

3. Hasil

Hasil validasi menunjukkan apakah validasi yang dilakukan telah dinyatakan

valid atau tidak.

4. Evaluasi

Evaluasi mencakup kesesuaian antara protokol validasi Benacol DTM Syrup

60 mL dengan proses pembuatan Benacol DTM Syrup 60 mL telah dilakukan

dengan tepat atau tidak dan perbandingan kriteria keberhasilan yang mengacu

pada parameter kritis dan testing points validation menunjukkan adanya

penyimpangan dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan atau tidak. Pada

evaluasi memuat hasil perhitungan process capability index untuk 3 BN

validasi Benacol DTM Syrup 60 mL.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 117: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

30

Universitas Indonesia

5. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan rangkuman dari hasil akhir yang didapatkan yang

mengacu pada hasil validasi proses yang didapatkan.

6. Revalidasi

7. Persetujuan

Persetujuan dilakukan oleh Formulation Process Manager, Production

Manager dan Quality Assurance Manager.

8. Laporan penyimpangan validasi

9. Laporan penyimpangan validasi dibuat apabila dari hasil pelaksanaan validasi

proses terdapat penyimpangan. Laporan penyimpangan validasi memuat nama

produk, kode, nomor batch, penyimpangan, justifikasi, rekomendasi tindakan

korektif dan komentar dari QA Manager. Hasil validasi yang menyimpang

ditulis pada penyimpangan dan dilakukan justifikasi yang memuat alasan

untuk memberikan keputusan untuk menerima atau tidak menerima terhadap

hasil penyimpangan. Rekomendasi tindakan korektif merupakan tindakan

yang dilakukan pada proses selanjutnya agar tidak terjadi penyimpangan

kembali. Laporan penyimpangan validasi ini disusun oleh Supervisor QA dan

disetujui oleh Manager QA.

4.3 Parameter yang Dikaji

Proses validasi tidak mengkaji semua parameter yang berkaitan dengan

proses produksi, namun hanya parameter-parameter yang berpengaruh secara

signifikan dengan kualitas produk yang dihasilkan dan efisiensi proses.

Pengkajian parameter-parameter tersebut dilakukan untuk membuktikan

bahwa proses produksi yang dilakukan benar dan konsisten sesuai dengan

syarat yang telah ditentukan.

Dibawah ini parameter-parameter uji yang dilakukan pada produk

Benacol DTM Syrup 60 mL skala produksi :

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 118: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

31

Universitas Indonesia

Tabel 2. Parameter-parameter uji pada Benacol DTM syrup 60 mL

No. Testing point Syarat Hasil Keterangan

1 pH SSI 5.4 – 6.4 5.745 – 5.856 Memenuhi

syarat

2 BJ SSI

1.200 – 1.300 g/ml

(Berdasarkan DR

No.POV/2014/02/060)

1.2385 – 1.2453 g/ml Memenuhi

syarat

3 Keseragaman

Kadar SSI

90.0 – 110.0 % ; RSD

≤ 5.0 %

Zat aktif A:

96.90 – 101.9 % ;

RSD 0.64 – 1.63 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif B:

100.80 - 104.40 % ;

RSD 0.17 - 1.22 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif C:

102.10 - 105.60 % ;

RSD 0.26 - 1.74 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif D:

101.04 - 105.81 % ;

RSD 0.38 - 0.68 %

Memenuhi

syarat

4 Microbial

Count SSI

Angka Mikroba :

≤ 1000 cfu/ml

Angka Mikroba :

< 10 cfu/ml

Memenuhi

syarat

Angka Jamur & Ragi :

≤ 100 cfu/ml

Angka Jamur & Ragi :

< 10 cfu/ml

Memenuhi

syarat

E. coli : Negatif E. coli : Negatif Memenuhi

syarat

5 Volume

Individu 61 - 63 ml 61 – 62.5 ml

Memenuhi

syarat

6 BJ Tahap isi

1.200 – 1.300 g/ml

(Berdasarkan DR

No.PxOV/2014/02/06)

1.2374 - 1.2469 g/ml Memenuhi

syarat

7 pH Tahap Isi 5.4 – 6.4 5.721 - 5.830 Memenuhi

syarat

8

Penetapan

Kadar Tahap

Isi

90.0 – 110.0 %

Zat aktif A:

95.40 - 107.70 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif B:

94.90 - 106.90 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif C:

99.9 - 111.40 %

Memenuhi

syarat

Zat aktif D:

98.27 - 110.20 %

Memenuhi

syarat

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 119: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

32

Universitas Indonesia

9

Microbial

Count Tahap

Isi

Angka Mikroba :

≤ 100 cfu/ml

Angka Mikroba :

< 10 cfu/ml

Memenuhi

syarat

Angka Jamur & Ragi :

≤ 10 cfu/ml

Angka Jamur & Ragi :

< 10 cfu/ml

Memenuhi

syarat

E. coli : Negatif E. coli : Negatif Memenuhi

syarat

10 Test Torque 6 – 18 lbs 6.0 – 22,7 lbs Tidak

memenuhi

syarat

11 Tes Kebocoran 0 % 0 % Memenuhi

syarat

4.4 Dokumentasi Validasi Konkuren Benacol DTM Syrup 60 mL

4.4.1 Kualifikasi ruangan

Hasil kualifikasi ruangan berupa Relative Humidity (RH), temperatur,

Absolute Moisture Content (AMC), jumlah partikel saat validasi proses 3 batch

berturut-turut sudah memenuhi persyaratan, baik untuk ruang mixing maupun

ruang filling. Untuk pemantauan jumlah mikroba dari validasi 3 batch berturut-

turut, monitoring dengan menggunakan contact plate terhadap ruang mixing

terdapat hasil yang menyimpang, sedangkan untuk monitoring dengan media

ekspose memenuhi syarat. Untuk monitoring terhadap ruang filling, baik dengan

metode contact plate maupun media ekspose, sudah memenuhi syarat. Dari

checklist penelusuran terhadap hasil yang menyimpang, kondisi media, alat serta

ruangan lab QC mikroba tidak ditemukan adanya penyimpangan. Hal ini

menunjukkan perlu dilakukannya review terhadap proses pembersihan ruang

produksi line 5 termasuk proses dan frekuensi dilakukannya sanitasi

ruangan.Kalibrasi peralatan.

4.4.2 Kalibrasi Peralatan

Hasil kalibrasi peralatan baik peralatan di produksi maupun laboratorium

pada saat pelaksanaan validasi memenuhi syarat dan dinyatakan terkalibrasi.

4.4.3 Hasil Kualifikasi Mesin

Hasil kualifikasi mesin (equipment) produksi pada saat pelaksanaan

validasi memenuhi syarat dan dinyatakan terkualifikasi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 120: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

33

Universitas Indonesia

4.4.4 Penampilan (Appearance)

Hasil pengujian penampilan (appearance) Benacol DTM Syrup 60 ml

untuk ketiga BN berupa syrup bening berwarna merah, rasa manis, pedas, asin

dan berbau khas.

4.4.5 pH Syrup Siap Isi dan pH Syrup Tahap Isi

Hasil pengujian pH syrup siap isi dan pH syrup tahap isi untuk ketiga BN

memberikan hasil yang memenuhi syarat dengan nilai pH 5.745 - 5.856 dan pH

5.721 - 5.830 masih berada pada rentang syarat pH 5.4 - 6.4 (pH meter).

4.4.6 Bobot Jenis Syrup Siap Isi dan Bobot Jenis Syrup Tahap Isi

Hasil pengujian BJ syrup siap isi dan BJ syrup tahap isi untuk ketiga BN

memberikan hasil yang tidak memenuhi syarat dengan nilai BJ antara 1.2385 –

1.2453 g/ml dan 1.2374 - 1.2469 g/ml masih berada diluar rentang syarat BJ

1.260 – 1.290 g/ml.

4.4.7 Penetapan Kadar

Hasil pengujian penetapan kadar pada tahap pengisian untuk ketiga BN

memberikan hasil yang memenuhi syarat dengan kadar Zat aktif A antara 95.40 -

107.70 %, Zat aktif B antara 94.90 - 106.90 %; Zat aktif C antara 99.9 - 111.40 %

dan Zat aktif D antara 98.27 - 110.20 % (rentang syarat keseragaman kadar 90.0-

110.0 % ; RSD ≤ 5.0 %). Hal ini menunjukkan bahwa proses pengisian yang

dilakukan dapat menghasilkan syrup yang homogen.

4.4.8 Cemaran Mikroba

Hasil pengujian cemaran mikroba (microbial count) pada syrup siap isi

dan syrup tahap isi untuk ketiga BN memenuhi syarat yang ditetapkan. Angka

mikroba tidak lebih dari 10 CFU/ml masih memenuhi syarat angka

mikroba/bakteri ≤ 1000 CFU/ml, angka jamur & ragi tidak lebih dari 10 CFU/ml

masih memenuhi syarat angka jamur & ragi ≤ 100 CFU/ml. Selain itu hasil yang

didapat menunjukkan tidak ada cemaran E. coli dalam produk yang dihasilkan

(syarat cemaran E. coli negatif). Hal ini menunjukkan bahwa bahan, peralatan,

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 121: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

34

Universitas Indonesia

personil, maupun proses (pencampuran & pengisian) yang dilakukan tidak

memberikan cemaran mikroba yang berarti terhadap produk yang dihasilkan.

4.4.9 Volume Individu

Testing points volume individu digunakan sebagai parameter ketangguhan

atau kapabilitas proses produksi tersebut. Indeks kapabilitas proses dapat diketahui

menggunakan metode statistik dengan bantuan perangkat lunak MINITAB® 14,

dengan tahapan perhitungan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Menyusun data statistik hasil pengamatan testing points antar 3 bets

validasi.

Gambar 4.2. Menggunakan fasilitas statistik Capability Sixpack

Stat Quality tools Capability sixpack Normal

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 122: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

35

Universitas Indonesia

Sa

mp

le M

ea

n

321

62.05

62.00

61.95

__X=62.0018

UCL=62.0456

LCL=61.9580

Sa

mp

le S

tDe

v

321

0.25

0.20

0.15

_S=0.1999

UCL=0.2310

LCL=0.1689

Sample

Va

lue

s

3.02.52.01.51.0

62.4

61.6

60.8

63.062.762.462.161.861.561.2

LSL USL

LSL 61

USL 63

Specifications

62.562.061.561.0

Within

O v erall

Specs

StDev 0.200196

C p 1.67

C pk 1.66

Within

StDev 0.208122

Pp 1.6

Ppk 1.6

C pm *

O v erall

1

1

1

11

Process Capability Sixpack of Volume Individu LBND1/LBNDA 3 BN

Xbar Chart

Tests performed with unequal sample sizes

S Chart

Tests performed with unequal sample sizes

Last 3 Subgroups

Capability Histogram

Normal Prob Plot

A D: 125.770, P: < 0.005

Capability Plot

Gambar 4.3. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack

Benacol DTM Syrup 60 mL.

Nilai Cpk (1.67) keseragaman volume individu menunjukkan bahwa kecil

kemungkinannya terjadi penyimpangan di masa yang akan datang. Nilai Ppk (1.6)

menunjukkan performa proses pada tahap pengisian memberikan keseragaman

volume individu yang baik dan cukup stabil. Dari peta kendali X-Bar Chart dan S-

Chart hasil yang diperoleh menunjukkan data yang tidak terkendali dimana

terdapat data yang melewati limit control (LCL dan UCL). Sebaran data yang

dihasilkan bersifat tidak normal dengan tingkat kepercayaan (P) < 0.005 dan

transformasi Johnson tidak dapat dilakukan. Sebaran data yang tidak normal

mengakibatkan nilai Cpk dan Ppk tidak dapat menginterpretasikan Proses

Kapabilitas volume individu pada LBND1.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 123: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

36

Universitas Indonesia

4.4.10 Test Torque

Sa

mp

le M

ea

n

321

12

11

10

__X=11.312UCL=11.605

LCL=11.018

Sa

mp

le S

tDe

v

321

2.4

2.2

2.0

_S=2.3192

UCL=2.5266

LCL=2.1118

Sample

Va

lue

s

3.02.52.01.51.0

24

16

8

22.520.017.515.012.510.07.5

LSL USL

LSL 6

USL 18

Specifications

2015105

Within

O v erall

Specs

StDev 2.32024

C p 0.86

C pk 0.76

Within

StDev 2.4585

Pp 0.81

Ppk 0.72

C pm *

O v erall

1

11

1

1

Process Capability Sixpack of C1, ..., C564

Xbar Chart

Tests performed with unequal sample sizes

S Chart

Tests performed with unequal sample sizes

Last 3 Subgroups

Capability Histogram

Normal Prob Plot

A D: 2.264, P: < 0.005

Capability Plot

Gambar 4.3. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack

Benacol DTM Syrup 60 mL.

Sam

ple

Mean

321

0.3

0.0

-0.3

__X=-0.0142

UCL=0.1075

LCL=-0.1360

Sam

ple

StD

ev

321

1.0

0.9

0.8

_S=0.9635

UCL=1.0496

LCL=0.8773

Sample

Valu

es

3.02.52.01.51.0

8

4

0

7.56.04.53.01.50.0-1.5

LSL* USL*

LSL* -2.60270

USL* 2.72597

Specifications

50-5

Overall

Specs

Location -0.0142147

Scale 1.02192

Pp 0.87

Ppk 0.84

Overall

Process Capability Sixpack of C1, ..., C564Johnson Transformation with SB Distribution Type

0.710 + 1.922 * Log( ( X - 2.918 ) / ( 23.282 - X ) )

Xbar Chart

S Chart

Last 3 Subgroups

Capability Histogram

Normal Prob Plot

AD: 0.492, P: 0.219

T ransformed Capa Plot

Gambar 4.4. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack Benacol

DTM Syrup 60 mL.

Hasil pengujian Torque Test untuk BN 621011 terdapat beberapa data

yang lebih besar dari persyaratan, yaitu dengan nilai terbesar 22.7 lbs (syarat 6 -

18 lbs). Sementara 2 BN lainnya telah memenuhi syarat dengan hasil 6.0 - 17.5

lbs. Distribusi data tidak normal (P< 0.005) dengan nilai Cpk 0.76 dan Ppk 0.72,

namun Transformasi Johnson dapat dilakukan (P = 0.203) dan dihasilkan nilai

Ppk 0.84. Hal ini menunjukkan bahwa proses yang telah dilakukan belum cukup

baik. Bila dilihat dari peta kendali X-Bar Chart dan S Chart, hasil yang diperoleh

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 124: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

37

Universitas Indonesia

menunjukkan data yang tidak terkendali dimana terdapat data yang melewati

limit control (LCL dan UCL). Dari data histogram yang terbentuk

memperlihatkan terdapat data yang berada di luar spesifikasi. Pada batch 621011

dan 622012 hasil pengujian torque ditemukan kondisi tutup botol loss/dol

sehingga masih perlu diperhatikan setting mesin saat proses cramping. Lihat

laporan penyimpangan untuk nilai torque > 18 lbs.

4.4.11 Uji Kebocoran

Hasil pengujian kebocoran kemasan primer untuk ketiga BN

menunjukkan hasil yang baik dimana nilai kebocoran yang didapat 0%. Hal ini

menunjukkan proses pengemasan primer telah berjalan baik.

4.5 Validation Deviation

Validation deviation dapat dilaporkan oleh bagian produksi, QC, QA dan

departemen lain yang berkaitan dengan penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan

ini kemudian ditulis dalam laporan penyimpangan, selanjutnya bagian QA dan

departemen terkait yang akan menganalisis penyimpangan yang terjadi.

Penyimpangan tersebut kemudian di investigasi dan dilakukan tindakan perbaikan

yaitu perbaikan untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi (corrective action)

atau tindakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan di masa mendatang

(preventif action). Bagian QA membuat rekomendasi agar penyimpangan tersebut

tidak terulang kembali dan dampak yang dihasilkan setelah rekomendasi

dilaksanakan.

Validation Deviation pada Benacol DTM Syrup 60 mL terletak pada

pengambilan sampel pada pengujian Tes Torque dilakukan dengan interval lebih

dari 20 menit dan beberapa data hasil pengujian tes torque pada BN 621011 Tidak

Memenuhi Syarat (TMS). Pada BN 621011 dan 622012, ditemukan kondisi tuup

botol yang loss/dol. Penyimpangan ini di justifikasi berdasarkan protokol

pengujian Test Torque dilakukan oleh bagian produksi setiap 20 menit selama

waktu pengisian. Jumlah sampel masing-masing titik sampling sejumlah holder

pada starwheel mesin capping untuk produksi. Beberapa titik sampling dalam

pengujian tes torque yang dilakukan oleh bagian produksi dilakukan dengan

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 125: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

38

Universitas Indonesia

interval lebih dari 20 menit karena sedang dilakukan pengaturan terhadap pisau

head cramper.

Kondisi pengaturan pisau head cramper pada alat pengujian test torque

yang tidak tepat menyebabkan hasil pengujian tes torque tidak memenuhi syarat.

Hal ini juga yang menyebabkan tutup botol ditemukan menjadi loss/dol. Apabila

pengaturan head cramper direnggangkan maka al cap akan terlepas sehingga

pengaturan pisau head cramper tidak diatur ulang walaupun terdapat sampel pada

pengujian tes torque yang tidak memenuhi syarat namun tutup botol masih dapat

dibuka dengan tangan. Hasil pengujian tes torque yang tidak memenuhi syarat

dapat diterima karena tutup botol masih dapat dibuka menggunakan tangan dan

tidak menyebabkan kebocoran pada botol namun perlu diperbaiki karena kondisi

tutup botol yang loss berpotensi untuk menimbulkan keluhan dari market.

Namun untuk keseluruhan perubahan parameter selama proses masih

dapat diterima dengan catatan perubahan tersebut dapat menghasilkan produk

yang sesuai spesifikasi dengan kualitas yang baik. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa validasi proses Benacol DTM Syrup 60 mL memenuhi

spesifikasi.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 126: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

39 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan kesimpulan:

1. Cara pembuatan protokol di PT. Kalbe Farma, Tbk. berdasarkan pada

Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (PPI) yang

kemudian akan dievaluasi dan dibuat laporan serta tren analisanya.

2. Proses validasi proses pada skala produksi dilakukan untuk membuktikan

bahwa proses produksi skala produksi (komersil) dari Benacol DTM Syrup

60 mL memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Laporan validasi ini

digunakan untuk membuktikan bahwa proses yang dilakukan mampu

menghasilkan Benacol DTM Syrup / 60 ml dengan kualitas yang konsisten

dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

5.2 Saran

Hendaknya melakukan pengkajian yang konsisten dalam tiap

parameter-parameter kritis dan uji pada segala aspek manajemen mutu obat.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014

Page 127: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20390837-PR-Tika...LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI

40 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (2012). Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta: BPOM RI.

Dekker, Marcel (2003). Pharmaceutical Process Validation Third

Edition. New York: Marcel Dekker, Inc.

EMEA. (2001). Note for Guidance on Process Validation. London: The

European Agency for the Evaluation of Medicinal Products.

EMEA (2012). Guideline on Process Validation. United Kingdom: The

European Medicines Agency for Medicinal Products for Human Use.

Kalbe Farma. (2013). Protokol Validasi Proses Benacol DTM Syrup 60

mL Tablet. Bekasi: PT. Kalbe Farma, Tbk.

Kalbe Farma. (2013). Rencana Induk Validasi (RIV). Bekasi: PT. Kalbe

Farma, Tbk.

FDA. (2011). Guidance for Industry Process Validation : General

Principles and Practices. United States: U.S. Departement of Health

and Human Services.

PIC/S, “Validation Master Plan Installation and Operational Qualification

Non-Sterile Process Validation Cleaning Validation”. (PIC/S,

September. 2007)

WHO. (1997). Guide to Good Manufacturing Practice (GMP) Requirements,

Part 2 : Validation, Ganewa.

Food and Drugs Administration (FDA). (1987). Guidelines on general

Principles of Process Validation, USA.

Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014