Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI
PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
TIKA SARTIKA, S. Farm.
1306344311
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI
PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
TIKA SARTIKA, S. Farm.
1306344293
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan PKPA ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan
yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, Juli 2014
Tika Sartika
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Laporan ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Tika Sartika
NPM : 1306344311
Tanda Tangan :
Tanggal : 28 Juni 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini diajukan oleh
Nama : Tika Sartika
NPM : 1306344311
Program Studi : Apoteker
Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
di PT. KALBE FARMA, Tbk. Kawasan Industri Delta
Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang
Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Profesi Apoteker
pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 28 Juni 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Anne Prima Heryanti, S.Si., Apt., selaku Manager Departemen Quality
Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah mengarahkan dan membimbing
penulis selama menjalankan PKPA di bagian QA.
2. Kurnia Sari Setio Putri, M.Farm., Apt. selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan
PKPA.
3. Agung Martupa L.B.M., S.Farm., Apt., selaku Pembimbing dan Supervisor
Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah banyak memberikan
pengalaman, bimbingan dan pengetahuan selama melaksanakan PKPA di
PT. Kalbe Farma, Tbk.
4. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan selama
pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk.
5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.
6. Seluruh staf di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas kerja sama dan bantuan selama
penulis melaksanakan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA.
7. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI.
8. Keluarga tercinta atas segala dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang,
doa dan dana yang diberikan kepada penulis.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
vii
9. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVIII, khususnya Tika, Tasya dan
Rina atas motivasi, semangat, kerjasama dan keceriaan selama pelaksanaan
PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan
laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis
selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Depok, 2014
Penulis
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Tika Sartika
NPM : 1306344311
Program Studi : Profesi Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan PKPA
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Free Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. KALBE FARMA, Tbk.
Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang
Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2014
Yang menyatakan
(Tika Sartika)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
ix
ABSTRAK
Nama : Tika Sartika, S.Farm
NPM : 1306344311
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di
PT. KALBE FARMA, Tbk. Kawasan Industri
Delta Silicon Jl. M.H Thamrin Blok A3-1,
Lippo Cikarang Bekasi Periode 01 April – 30 Mei 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker diterapkan di PT. KALBE FARMA, Tbk.
Kawasan Industri Delta Silicon JL. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang
Bekasi. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar siswa dapat melihat aktivitas apoteker
profesi secara langsung yang terjadi di industri farmasi, memperoleh pengetahuan
dan wawasan mengenai segala aspek yang terkait dalam industri farmasi, terutama
dalam hal pelaksanaan GMP di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan PKPA ini bertujuan
untuk memahami peran dan tugas apoteker di industri farmasi. Tugas khusus yang
diberikan berjudul laporan validasi proses Benacol DTM sirup 60 mL. Tugas
khusus ini bertujuan untuk melaporkan hasil pelaksanaan proses validasi termasuk
pencampuran, pengisian, dan labelling Benacol DTM Sirup 60 ml sesuai dengan
data yang dikumpulkan dari tiga batch berturut-turut serta untuk memastikan
bahwa proses manufaktur telah divalidasi dan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
Kata Kunci : PT. Kalbe Farma, Tbk., Laporan Validasi Proses
Tugas Umum : xiii + 71 halaman; 2 gambar; 2 lampiran
Tugas Khusus : ii + 40 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 6 (2010 – 2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1987 - 2013)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
x
ABSTRACT
Name : Tika Sartika, S.Farm
NPM : 1306344311
Program Study : Apothecary profession
Title : Report of Apothecary Profession Internship at
PT. KALBE FARMA, Tbk. Delta Silicon Industrial Area
JL. M.H. Thamrin Block A3-1, Lippo Cikarang Bekasi
Period 01 April - 30 May 2014
Pharmacists Professional Practice implemented in PT. KALBE FARMA,
Tbk. Delta Silicon Industrial Area JL. M.H. Thamrin Block A3-1, Lippo Cikarang
Bekasi. PKPA activity is intended that students can see the direct profession
pharmacists activity that takes place in the pharmaceutical industry, gaining
knowledge and insight into everything related aspects in the pharmaceutical
industry, especially in terms of the implementation of GMP in PT. Kalbe Farma,
Tbk. and may have a deep understanding of the role and duties of the pharmacist
in the pharmaceutical industry. Special task given process validation report of
benacol DTM syrup 60 mL. This particular assignment aims to reporting the
results of implementation of the validation process including mixing, filling, and
labelling Benacol DTM Syrup 60 ml according to the collected data from three
consecutive batches and to ensure that the manufacturing process has been
validated and complies to predetermined spesifications and requirement.
Keywords : PT. Kalbe Farma, Tbk., Process Validation Report
General Assignment : xiii + 71 pages; 2 pictures; 2 appendices
Specific Assignment : ii + 40 pages
Bibliography of General Assignment: 6 (2010 – 2013)
Bibliography of Specific Assignment: 10 (1987 - 2013)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................. 3
2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 3
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ............................................ 6
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................ 14
3.1 Sejaran dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................... 14
3.2 Visi dan Misi PT. Kalbe Farma, Tbk. ................................................. 16
3.3 Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk. .................................. 18
3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. ........................................ 21
BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 42
4.1 Manajemen Mutu ................................................................................ 42
4.2 Personalia ............................................................................................ 43
4.3 Bangunan dan Fasilitas ........................................................................ 47
4.4 Peralatan .............................................................................................. 50
4.5 Sanitasi dan Higiene ............................................................................ 52
4.6 Produksi ............................................................................................... 54
4.7 Pengawasan Mutu ............................................................................... 57
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, & Persetujuan Pemasok ........................... 58
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian ........................................................................ 60
4.10 Dokumentasi ....................................................................................... 62
4,11 Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak ........................................ 63
4.12 Kualifikasi dan Validasi ..................................................................... 64
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 68
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 68
5.2 Saran .................................................................................................... 68
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 69
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk ........................................................... 18
Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC ......... 32
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk………………….70
Lampiran 2. Bagan Alur pengembangan produk………………………...………71
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri farmasi mempunyai peran penting dalam menjamin dan
memperbaiki kesehatan masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai
penyakit, minimalisasi risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Oleh
karena itu, semua industri farmasi harus berupaya agar dapat menghasilkan
produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2006).
Proses pembuatan sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan dan mampu memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Penerapan CPOB dalam
industri farmasi bertujuan untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2012). Aspek yang diatur
dalam CPOB meliputi manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas;
peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit
mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan
penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak; serta kualifikasi dan validasi.
Penerapan CPOB yang benar dan tepat berdampak pada konsistensi mutu
obat yang diproduksi sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan dan sesuai tujuan penggunaan produk. Apoteker merupakan
profesi yang mutlak diperlukan dalam proses penerapan CPOB di suatu industri
farmasi dan diperkenankan menjadi penanggung jawab bidang produksi,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Dalam memenuhi tanggung jawabnya,
seorang apoteker harus memiliki kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang
baik untuk menjamin CPOB dijalankan dengan benar dan tepat.
Kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang dibutuhkan seorang
apoteker di industri farmasi dapat dipahami lebih baik melalui adanya kesempatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam rangka pembinaan terhadap
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
2
Universitas Indonesia
generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga Apoteker, PT Kalbe Farma,
Tbk. memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melaksanakan PKPA.
Pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 1 April
sampai dengan 30 Mei 2014.
1.2. Tujuan
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang
Industri Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,
pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang farmasi.
Industri Farmasi dalam membangun usahanya perlu mendapatkan izin
industri farmasi. Izin tersebut akan dikeluarkan oleh Direktur Jendral Kementrian
Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu berbadan
usaha berupa perseroan terbatas, memiliki rencana investasi dan kegiatan
pembuatan obat, memiliki NPWP, memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga
Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu, komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik
langsung dan tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang kefarmasian.
Izin usaha pendirian industri farmasi juga membutuhkan persetujuan
prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jendral dengan
tembusan kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan kepala Dinas
Kesehatan Provinsi. Izin industri dikeluarkan setelah pihak perusahaan telah
mengajukan permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada kepala
Badan POM. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat
langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan
instalasi, peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan
dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat.
Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama
jangka waktu tersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan
laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan
c. Susunan direksi dan komisaris
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang
Gangguan (HO)
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i. Fotokopi NPWP
j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi
k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian
mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal
Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya
selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur
utama dan apoteker penganggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan,
yaitu :
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
5
Universitas Indonesia
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi
b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir
i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian
mutu
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan
perusahaan
k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung
maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan
di bidang kefarmasian.
Setelah industri farmasi dibangun maka industri tersebut wajib memenuhi
persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya
sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi
persyaratan. Setiap industri farmasi wajib menjalankan fungsi farmakovigilans
yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan
pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.
Implementasi dari farmakovigilans pada industri farmasi adalah berupa tindakan
pelaporan kepada kepala badan apabila ditemukan obat dan atau bahan obat hasil
produksi industri tersebut yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
6
Universitas Indonesia
atau mutu. Adanya perubahan yang signifikan terhadap pemenuhan CPOB yang
terjadi pada industri farmasi, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut
kepada BPOM untuk disetujui. Perubahan yang dapat terjadi mencakup perubahan
kapasitas produksi atau perubahan lokasi produksi.
Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau
penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan
diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area
produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri
farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan
perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB Cara pembuaan obat yang baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu. Pengendalian menyeluruh merupakan hal yang sangat
essensial pada pembuatan obat, untuk menjamin bahwa konsumen menggunakan
obat bermutu tinggi. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya
bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan berkualitas. Terdapat
12 aspek dalam CPOB, yaitu:
2.2.1 Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.
Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu
yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta
tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut pemastian mutu.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu :
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan;
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat
agar memperoleh perlindungan maksimal;
c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,
yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang
berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk
memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya
diatur secara logis dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang
memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis
serta terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan
pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan kawasan industri
sebagai lalu lintas umum;
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus;
e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan
aktif berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah;
f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi;
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol
serta ventilasi yang baik;
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.
2.2.4 Peralatan
Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
9
Universitas Indonesia
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang
dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk
mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan
diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci
tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua
personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah
pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau
menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
10
Universitas Indonesia
menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat
jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan
risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area
gudang, laboratorium dan area produksi.
Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
prosedur memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan
awal yaitu bahan baku dan bahan pengemas, validasi proses, pencegahan
kontaminasi silang, sistem penomoran bets/lot, penimbangan dan penyerahan,
pengolahan, pengemasan, pengawasan selama proses, penanganan bahan dan
produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, karantina dan penyerahan
produk jadi, catatan pengendalian pengiriman obat, penyimpanan bahan awal,
bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dan pengiriman dan
pengangkutan.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari
CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua
pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak
untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
11
Universitas Indonesia
distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium,
tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan
mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal
yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan.
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) bertanggung jawab
bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat
diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi
yang ditentukan. Dibuat daftar, kemudian dievaluasi sebelum pemasok disetujui
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
12
Universitas Indonesia
dan dimasukkan kedalam daftar pemasok. Evaluasi hendaklah
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika
diperlukan audit, ditetapkan dalam pemenuhan standar CPOB. Pemasok yang
telah ditetapkan dievaluasi secara teratur.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah
disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau
seluruh bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia
prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan
penarikan kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan
segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk
hendaklah didokumentasikan dengan baik
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
13
Universitas Indonesia
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu
perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan
untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi
kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung
jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu).
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu
sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB
mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama
program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni
validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses. Kualifikasi
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi,
kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
14 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, TBK.
3.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk.
PT. Kalbe Farma, Tbk., pertama kali didirikan pada tanggal 10 September
1966 sebagai industri rumah tangga dengan nama kalbe. Nama Kalbe merujuk
pada nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian
Kiok dan Boenjamin Setiawan. Pada mulanya kalbe hanya sebuah garasi rumah di
Jalan Simpang I No.1, Tanjung Priok, Jakarta Utara oleh seorang farmakolog
bernama dr. Boenjamin Setiawan.
Pendirian Kalbe bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan
nasional pada umumnya dan meningkatkan kesejahteraan serta derajat kesehatan
masyarakat pada khususnya, yang tercermin dalam moto perusahaan yaitu The
Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk
Kesehatan dan Kesejahteraan).
Pada tanggal 24 Desember 1966, Kalbe memperoleh ijin untuk melakukan
aktivitas produksi dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(DitJen POM) dan sejak mendapatkan izin tersebut Kalbe resmi menjadi sebuah
Perseroan Terbatas dan berubah nama menjadi PT.Kalbe Farma. Pada awal tahun
1967 PT. Kalbe Farma mulai melaksanakan produksinya untuk pertama kali.
Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma, adalah gel untuk luka
dengan merek Bioplacenton®,, produk ini merupakan produk yang menjadi ciri
khas PT. Kalbe Farma, hingga sekarang. Pada tahun 1969, PT.Kalbe Farma
mendirikan tiga kantor cabang, yaitu kantor cabang perwakilan Bandung,
Semarang, dan Surabaya, kemudian Produk PT. Kalbe Farma, berkembang
menjadi berbagai macam produk farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen
yang beragam. Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan obat sebagai
tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat yang berkualitas maka pada bulan
April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan perluasan usahanya dengan
memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas yaitu ke Jl. Ahmad Yani,
Pulomas, Jakarta Timur. Pada tanggal 15 Agustus 1974, berdasarkan surat
Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 352/BPKM/VII/74/PMDN,
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
15
Universitas Indonesia
pada tahun 1980, aktivitas distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan
dari kegiatan industrinya yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading
yang bertindak sebagai distributor tunggal PT. Kalbe Farma. Pada tanggal 30 Juli
1991, PT. Kalbe Farma mendaftarkan dirinya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Sejak saat itu PT.Kalbe Farma berubah nama menjadi PT.Kalbe Farma, Tbk.
Pendaftaran PT. kabe Farma di Bursa efek bertujuan memberikan kesempatan
kepada masyarakat umum untuk ikut memiliki industri ini sekaligus menanamkan
sahamnya di PT Kalbe Farma Tbk
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia
No.43/Menkes/SK/II/1998 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh industri
farmasi di Indonesia untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
dalam melakukan kegiatan produksinya, mendorong PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk
membangun pabrik baru. Pada tahun 1994, PT. Kalbe Farma, Tbk.,membangun
pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi
dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang pada tahun 1997 sampai
dengan tahun 1998. Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember
1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang lebih menekankan
pada Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap produk yang
dihasilkan. Pabrik baru PT. Kalbe Farma,Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2
dengan luas bangunan sekitar 41.027 m2. Dalam rangka memperkuat persaingan
bisnis industri farmasi PT. Kalbe Farma, Tbk., melakukan akuisisi perusahaan
seperti PT. Bintang Toedjoe (1990), Dankos Laboratories (1992), HexPharm Jaya
(1993), Saka Farma (1997), Merek Dagang Woods® (1997), Baxter Kalbe (1999),
dan PT. Erbapharma Internasional (2000). Untuk mendukung proses produksi dan
mencegah ketergantungan kebutuhan bahan pengemas, PT. Kalbe Farma, Tbk.,
melakukan akuisisi terhadap 2 perusahaan, yaitu PT. Igar Jaya dan PT. Avesta
Continental Pack. PT. Igar Jaya memproduksi vial, ampul gelas, alat kesehatan
sekali pakai, wadah, dan tutup plastik, sedangkan PT. Avesta Continental Pack
memproduksi bahan pengemas fleksibel termasuk blister dan strip obat padat, juga
untuk industri makanan, agrokimia, dan industri kosmetik. Bahan pengemasan
sekunder seperti dus, corg box, dan master box disuplai oleh PT. Kageo,
sedangkan sebagian kecil kemasan lain (kemasan primer tertentu) masih
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
16
Universitas Indonesia
bergantung pada produk impor. PT. Kalbe Farma, Tbk., mulai menerapkan
metode perjanjian lisensi dengan beberapa perusahaan farmasi dunia seperti
Pharmacia Corporation, Bristol-Myers Squibb, Daiichi Pharmaceutical, Fujisawa
Pharmaceutical, dan Pfizer, Inc.
Pada tahun 2000, PT. Kalbe Farma, Tbk., memiliki sekitar 1400 tenaga
pemasaran yang tersebar di 52 cabang perwakilan dan memiliki tugas melayani
kebutuhan di seluruh provinsi di Indonesia sehingga dapat memungkinkan PT.
Kalbe Farma, Tbk., menguasai target pasar sekitar 12.8% dari total pasar farmasi
Indonesia. Pada saat ini PT. Kalbe Farma, Tbk., telah memasuki 28 negara
termasuk empat kantor perwakilan Kalbe di Srilanka, Malaysia, Myanmar, Afrika
Selatan, dan Zimbabwe.
Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk., berhasil melakukan integrasi
sertifikat ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) versi 2000, sertifikat ISO 14001
(Sistem Manajemen Lingkungan), dan OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja) setelah menyelesaikan audit ketiga sistem
tersebut secara bersamaan pada bulan Oktober 2004., PT. Kalbe Farma, Tbk.,
melakukan perubahan logo perusahaan dengan tag line yang baru yaitu ilmu
pengetahuan untuk memperkaya kehidupan (Life Enriching Science). Logo
tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk berbagi
manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh pelanggan, yang
tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih baik, namun
juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada gilirannya akan
memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan.
3.2 Visi dan Misi
Visi PT. Kalbe Farma, Tbk., adalah ”Menjadi perusahaan perawatan
kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan
manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk.,
menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan
yang lebih baik”. Misi tersebut terfokus pada tiga elemen utama, yaitu:
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
17
Universitas Indonesia
a. Konsumen
PT. Kalbe Farma, Tbk.,mampu menyediakan produk berkualitas dengan
harga murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan
yang prima untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan
pertama konsumen.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
PT. Kalbe Farma, Tbk., mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan
kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,
berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM
melalui proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat
dan mendukung.
c. Proses dan Kualitas
PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan
efisiensi proses kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai
dengan perencanaan, usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and
action/PDCA).
Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk
mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan
pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT.
Kalbe Farma, Tbk., memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better
Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).
Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core values (nilai
inti) yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca
Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja
sehari-hari:
a. Trust is the glue of life
Saling percaya adalah perekat diantara kami.
b. Mindfulness is the foundation of our action
Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami.
c. Innovation is the key to our success
Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
18
Universitas Indonesia
d. Strive to be the best
Bertekad untuk menjadi yang terbaik.
e. Interconnectedness is a universal way of life
Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.
Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk.
Logo tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk
berbagi manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh
pelanggan, yang tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih
baik, namun juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada
gilirannya akan memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan.
3.3 Lokasi dan Tata Ruang
PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon
Jalan M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan PT. Kalbe
Farma,Tbk. Memiliki luas area 105.130 m2 dengan luas bangunan sekitar 41.027
m2. Bangunan ini terdiri dari gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan
sarana pendukung seperti pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan
kantin. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan
kantor dan bangunan pabrik.
3.3.1 Bangunan Kantor
Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:
a. Lantai 1 meliputi bagian Operasional Cikarang, Departemen Sumber Daya
Manusia dan Pengembangan (Human Resource Development),
Departemen Personalia dan Umum (Personal General Affair), Departemen
Pengembangan Proses (Process Development), Departemen Akuntansi,
ruang perpustakaan, dan kantin.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
19
Universitas Indonesia
b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan Pusat (PPIC), Departemen Veteriner, Departemen Teknologi
Informasi (IT), dan Departemen Group Process Improvement (GPI).
c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen
Quality System, dan Direksi .
d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development (R&D), yang
terdiri dari bagian pengembangan operasional Cikarang dengan
laboratorium formulasi dan laboratorium pengembangan metode analisis,
Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance), Departemen
Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan laboratorium pengawasan
mutu.
e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and
Development.
3.3.2 Bangunan Pabrik
Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai
dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk
penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan
lain-lain. Tiap lantai terdiri dari jalur-jalur produksi dengan jumlah total 11 line,
yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9,10, dan 1 1 (1 extension). Pembagian ruangan
pada gedung produksi adalah sebagai berikut:
a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang
alkohol, Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang
loker karyawan.
b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, line
11 (1 extension), gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan
gudang obat jadi.
c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.
d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam
generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.
Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., dicat dengan cat epoksi agar
mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
20
Universitas Indonesia
tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring dengan
maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat berkumpulnya
debu.
Sistem utilitas yang memiliki PT.Kalbe Farma, Tbk. Antara lain :
1. Boiler merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap panas
bertekanan (steam) sebagai sumber panas bagi mesin pengering seperti
fluid bed dryer, boiling tank.
2. Kompresor adalah alat untuk menghasilkan udara bertekanan dan dapat
pula digunakan sebagai tenaga penggerak mesin, contohnya pada mesin
stripping dan blistering. Udara yang dihasilkan harus memenuhi syarat
bebas uap air dan uap minyak.
3. Purified water generation merupakan alat untuk membuat aquademin dari
city water. Alat ini memiliki ion exchanger dan filter yang secara otomatis
dapat membersihkan (regenerasi) sendiri bila filter yang digunakan di
dalamnya kotor.
4. Chiller, alat ini fungsinya untuk menghasilkan air dingin bersuhu 5.5°C
yang akan disirkulasikan ke AHU. Air ini akan mendinginkan udara yang
disirkulasikan ke dalam ruangan. Proses yang akan terjadi berlangsung
secara berkesinambungan.
Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi dibagi
menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu kelas A,
B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan steril dan
kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah
menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan
D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)
disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area
hitam (black area).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
21
Universitas Indonesia
3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk.
Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.4.1 Departement Research and Development
Departemen Research and Development (R&D) berperan dalam dalam
pengembangan produk baru, perbaikan, atau improvement existing product,
pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi
bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelf-
life produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula,
data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D
Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:
3.4.1.1 Packaging Development (pengembangan kemasan)
Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,
melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan
atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen
spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).
3.4.1.2 Formulation (pengembangan formula)
Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC
maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses
pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar
perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga
penelitian/pendidikan.
3.4.1.3 Analytical Development (pengembangan metode analisis)
Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas,
dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai.
Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
22
Universitas Indonesia
analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid,
efektif, dan praktis.
b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di
PT. Kalbe Farma, Tbk.
c. Melakukan pengujian stabilitas pre marketing (skala laboratorium dan
skala pilot), baik dengan uji stabilitas dipercepat (accelerated stability
study) maupun uji stabilitas waktu sebenarnya (real time stability study).
Salah satu tugas dari R&D adalah mengembangkan produk baru. Bagan
alur pengembangan produk baru terlampir pada Lampiran 2. Pengembangan
produk baru diawali dengan mengumpulkan ide-ide produk baru baik dari dalam
divisi R&D maupun dari luar atau dapat berasal dari permintaan pihak marketing.
Ide-ide yang ada akan dievaluasi oleh pihak-pihak yang terkait. Evaluasi tersebut
meliputi peninjauan tren obat, besarnya pasar, pertumbuhan pasar, tren teknologi
dan kebijakan perusahaan. Dari ide tersebut akan terpilih ide yang terbaik dan
akan diberikan rekomendasikan yang sesuai. Ide yang telah mendapat
rekomendasi akan dibuat suatu program dan profil obat baru. Program dan profil
tersebut dijalankan melalui dua cara, yaitu melalui bantuan eksternal (out
sourching) atau dari dalam perusahaan sendiri (in house development). Setelah
ditentukan cara pelaksanaan program produk baru, kemudian akan dibuat jadwal
peluncuran produk baru dipasaran.
Dalam menjalankan tugasnya, R&D akan terkait dan bekerja sama secara
langsung maupun tidak langsung dengan bagian-bagian lainnya. Keterkaitan
tersebut misalnya adalah dengan :
1. Marketing, misalnya dalam hal persetujuan kemasan produk, forecasting
produk, segmentasi pasar, dan lain-lain
2. Medical, berkaitan dengan indikasi dan efek farmakologi produk yang
dihasilkan berupa brosur atau leaflet
3. Product Planning, misalnya dalam hal koordinasi peluncuran produk.
4. External, berkaitan dengan supplier raw material, bahan kemas, dan untuk
pengujian produk yang tidak bisa dilakukan pada institusi pendidikan, atau
pada pemberi lisensi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
23
Universitas Indonesia
5. Corporate Business Development dan Ethical Business Development
berkaitan dalam hal koordinasi produk baru
6. Registrasi, berkaitan dengan registrasi produk baru
3.4.2 Departemen Process Development
Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari
departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process
Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke
arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Proses Development lebih
ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen
Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing),
menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari
percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.
Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
3.4.2.1 Formulation (formulasi)
Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan
formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah
terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)
dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian
produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan
Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang
berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya. Berikut adalah bagian
formulation process meliputi :
a. Melakukan perbaikan formula
b. Meningkatkan performa produksi, misalnya : meningkatkan rendemen,
perbaikan kecepatan mesin cetak tablet
c. Melakukan trial diversifikasi bahan baku
d. Memperbaiki dan menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan
produksi
e. Memberikan bantuan teknik apabila ada perubahan pada mesin atau
peralatan yang berkaitan dengan produksi
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
24
Universitas Indonesia
f. Membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses
produksi. Misalnya : tablet gagal cetak, laju disolusi tablet tidak memenuhi
spesifikasinya.
g. Membantu melakukan validasi produk-produk exsisting
h. Mengerjakan proyek khusus, missal penggantian mesin pengayak
3.4.2.2 Packaging (kemasan)
Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan
pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika
diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan
pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,
verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk
dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang
terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production
Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain
untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti
pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian
Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian
QC.
3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/
Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di
bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk. PT. Dankos Farma, PT.
Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian
pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi
produksi masing-masing situs.
Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant.
PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist
membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing.
Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai
dari bahan baku sampai obat jadi.
b. Mengkoordinasikan kegiatan logistik
c. Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa
dipenuhi karena masih tersedia kapasitas.
Contohnya : Premaston untuk PT. Signa
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena
tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena
kapasitas tidak mencukupi.
Untuk toll out, PT. Kalbe Farma, Tbk. meminta bantuan kepada Sister
Company yaitu PT. Bintang Toedjoe, atau Kalbe Grup lainnya seperti
HexPharm Jaya, Dankos Laboratories dan PT Finusolprima, serta
industri farmasi lain yang memenuhi spesifikasi.
Contoh : Bactesyn injeksi kering (PT. Bernofarm).
d. Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor, dan narkotika/psikotropika.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:
a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6
bulan kedepan berdasarkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
26
Universitas Indonesia
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan
dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan
(RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process
(WIP), batch size, average selling out, pending order, dan day of
inventory (DOI). ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama
6 bulan mendatang dalam satuan unit. RPP merupakan rencana
produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan
Rencana Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch
dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu
bulan.
4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk
perencanaan rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan
toll in untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat
dipenuhi oleh rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila
kapasitas produksi tidak tersedia/ tidak mencukupi.
3.4.4 Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang
dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4
manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap
mini company produksi yang terdiri dari beberapa jalur produksi, yang disebut
line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company
I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada mini company I terdapat seorang
manajer produksi, yaitu manajer produksi yang mengepalai line 2, 9, dan
10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini
company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan
oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang
bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi koordinator
lapangan, administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan
packer.
Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 11 bagian
line yaitu line 1,1 extension, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut
digolongkan menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line
merupakan line yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif
sedikit, tapi dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9
dan 11. Non-dedicated line merupakan line yang memproduksi obat dengan
jenis produk relatif banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau
sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang
diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang
tidak dapat dipenuhi oleh line 1. Untuk line 1 extention sejak Agustus
2013 telah melakukan produksi karena telah lolos kualifikasi.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line
2A dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti,
sedangkan produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara
lain: Neo Entrostop®, Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®,
Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®.
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®,
dan Promag Double Action®.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup,
emulsi, dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid®, dan Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim,
semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan
ovula. Contoh produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral®
(krim),
dan Kaltrofen® (gel dan suppositoria).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
28
Universitas Indonesia
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat
namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar
merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang
menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan
produk. Pada tahun 2013 ini, line 8 mengalami penambahan area produksi
yaitu line 8 extension.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral seperti
Kalpanax Tincture®.
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk
produk impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah
melakukan proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi
produk jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat)
yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan
ketersediaan tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan
berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan)
yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya
lembur dan gaji karyawan, biaya tools and supplies (selang, solvent,
dan oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan
bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan
penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah
ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),
pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan
penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan
perawatan mesin.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
29
Universitas Indonesia
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen
yang dipakai dan dikirim ke QC.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang
(misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan,
optimalisasi cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan
(misalnya membantu masalah mereka dan memberi training).
k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal:
CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan
berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.
Ruangan di area produksi dibagi menjadi tiga jenis, berdasarkan jumlah
partikel yang diperbolehkan tiap feet3, yaitu :
1. Black area
Lantai pada black area berwarna hijau dan dinding berwarna kuning
muda. Black area terdiri atas ruangan pengemasan sekunder, ruang
antara untuk menuju grey area, ruang manajer atau supervisor , dan
ruangan administrasi. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk
Black area, yaitu baju (dilengkapi penutup kepala) dan celana putih
khusus black area, dan sandal karet.
2. Grey area
Lantai pada Grey area berwarna biru tua dan dinding berwarna kuning
muda. Grey area terdiri atas ruang gudang timbang, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, ruang penyangga atau buffer , dan
koridor. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk Grey area,
yaitu : pakaian overall (dilengkapi penutup kepala) yang melapisi pakaian
black area , masker, sarung tangan (apabila kontak langsung dengan
produk), sepatu karet atau shoe cover, dan ear protector apabila bekerja
dengan mesin yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
30
Universitas Indonesia
3. White area
Lantai pada White area berwarna biru muda dan dinding berwarna kuning
muda. White area terdiri atas ruang penyangga, ruang ganti pakaian,
ruang penyemprot udara dan ruang pengisian (filling). White area hanya
terdapat di line 6. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk
White area baju terusan bebas serat yang dilengkapi dengan penutup
kepala, sarung tangan, googles, dan sepatu khusus White area.
3.4.5 Departemen Group Process Improvement (GPI)
Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang
terbentuk pada tahun 2006. Departemen ini bertujuan untuk mengadakan
continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih
baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar
tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi
kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama.
Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah:
1. Energy Cost Saving
2. Standar Minimal Spesifikasi Mesin
3. Focus Plant
4. Proyek Lean
5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R)
6. Continual improvement (ConIm)
Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual
Improvement ada enam tahapan, yaitu:
a. Understand the customer
Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan,
harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai
persyaratan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus
mengukur kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.
b. Analisis Efisiensi
Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal,
minimasi biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
31
Universitas Indonesia
c. Analyze the Process
Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak
efektif, tidak efisien, dan proses yang buruk.
d. Improve the Process
Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Continual Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada
customer requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi.
Contohnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa,
maka aktivitas improvement yang dilakukan adalah berfokus pada
pengurangan variasi, error, serta cacat.
e. Implement changes
f. Standardize and monitor
3.4.6 Departemen Quality Operation
Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu
produk yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh
pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang
bertanggung jawab kepada Group Head Quality. Secara umum QO dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance
(QA).
3.4.6.1 Quality Control (QC)
QC merupakan bagian dari QO yang secara umum bagian QC bertugas
dalam:
a. Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan
packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
b. Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang
(rework) suatu produk.
c. Menangani pemusnahan material atau produk jadi (kadaluwarsa atau tidak
memenuhi syarat).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Bagian-bagian dalam Departemen QC:
a. Seksi Bahan Baku (Raw material)
Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang
masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b. Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan
kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh
Departemen R&D bagian packaging development.
c. Seksi Obat Jadi
Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan
atau menolak produk jadi yang akan dipasarkan. Sampel yang dikirim dari
bagian produksi ke laboratorium QC merupakan sampel obat ruah yang
belum dikemas. Jika dari hasil pemeriksaan tersebut sampel memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan, maka QC akan mengeluarkan perintah
rilis kemas kepada produk tersebut sehingga produk tersebut dapat lanjut
kepada tahap kemas.
d. Laboratorium Mikrobiologi
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan
obat sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji
pirogen/ endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk
uji sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan
hasil validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku,
seksi wadah dan kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi
juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.
Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Dalam pelaksanaan analisis produk ruahan, jika terdapat parameter yang
tidak memenuhi persyaratan, maka dipertimbangkan terlebih dahulu apakah
parameter tersebut kritis atau tidak. Setelah itu, lakukan investigasi terhadap MA,
apakah analisis telah dilakukan dengan benar. Investigasi dilakukan pada titik
yang berbeda atau analisis yang berbeda. Jika memang hasilnya tidak memenuhi
persyaratan, maka lakukan investigasi pada bets sebelumnya. Jika bets
sebelumnya memenuhi syarat, maka dilakukan pemeriksaan ulang dengan
menambahkan jumlah sampel. Jika bets sebelumnya tidak memenuhi syarat, maka
lakukan konfirmasi kepada departemen produksi. Jika dalam kurun waktu dan
jumlah bets tertentu hasilnya selalu tidak memenuhi syarat, maka lakukan
pengajuan persyaratan yang baru.
Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai
berikut:
a. Departemen Logistik
Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik
diperiksa oleh Departemen QC. Sebelum mendapat izin rilis dari QC,
maka gudang belum berhak untuk mengeluarkan barang ke bagian
produksi.
b. Departemen R&D
Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode
analisa yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging
Development yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum
suatu metode analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan
Packaging Development, dilakukan transfer metode analisa ke Departemen
QC untuk menyempurnakan metode analisa tersebut
c. Departemen Produksi
Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling
yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In
Process Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian
produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. dianggap sudah mampu untuk
melakukan IPC sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan
composit sample dari hasil suatu proses produksi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
34
Universitas Indonesia
d. Departemen Pembelian (Purchasing)
Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian
Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli
bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh
persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi.
Selanjutnya, bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru
diperiksa kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa
yang ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e. Departemen Marketing
Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang
release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan
kemasan.
3.4.6.2 Quality Assurance (QA)
Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung
jawab langsung kepada QO manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP
Compliance.
a. Audit Proses
Audit Proses/ Process Inspection dilakukan untuk memastikan proses
produksi yang sedang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Audit proses dilakukan terhadap seluruh bagian yang terlibat
dengan proses produksi. Petugas inspesksi datang ke departemen produksi
secara langsung dan berkala untuk mengamati apakah pada proses
produksi terdapat penyimpangan atau tidak, hal ini bertujuan jika terdapat
penyimpangan maka dapat dideteksi sehingga upaya perbaikan dapat
segera dilakukan. Selain itu, juga terdapat bagian evaluasi catatan bets
(Evaluation Batch Record / EBR). Bagian ini bertanggung jawab
memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari
produksi dan hasil analisa dari departemen QC, selain itu EBR juga
bertugas untuk mengontrol penyimpanan sampel tertinggal. EBR
diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
35
Universitas Indonesia
di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah
jika terjadi penyimpangan.
b. Post Marketing
Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan
terhadap kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan
dipasarkan. Tugas dari post marketing adalah menangangi keluhan
pelanggan (product complaint), menangani recall dan returned product,
menangani batch record, dan post marketing stability testing.
c. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe
Farma, Tbk.,memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan,
validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan annual product
review.
Kalibrasi dan kualifikasi merupakan suatu proses yang termasuk ke dalam
validasi fasilitas. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan semua peralatan
yang digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam
batas yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang
spesifik untuk setiap instrumen. Sedangkan kualifikasi adalah tindakan
untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi
yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation
Qualfication (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance
Qualification (PQ). Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan
interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6
bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada
perubahan yang signifikan).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
36
Universitas Indonesia
d. GMP Compliance
Pada GMP Compliance terdapat bagian pengendalian perubahan (Change
Control). Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang
berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3
serta sesuai pada ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum
diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi
penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan
perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap
departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau
tidak.
3.4.7 Departemen Quality System
Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau
pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan
mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk., Secara keseluruhan, sistem
yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001:2000, ISO
14001:2004, dan OHSAS 18001.
a. System Compliance
Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit
Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard
Development.
b. Document Compliance
Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila
terdapat dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru
atau dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh
QS. Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap
departemen lain. Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu
dilakukan pelatihan pada semua personil yang terkait. Setelah itu,
dokumen tersebut baru bisa didistribusikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
37
Universitas Indonesia
c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance
OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk
memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan
dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi,
mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak
memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara
yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control,
visual control dan administration Control, alat pelindung diri (APD).
d. Plan Do Check Action (PDCA)
Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan
dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma,
Tbk. Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada
dan mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e. Continual Improvement Program Development
Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua,
yaitu Program Development & Maintenance dan Training Development
Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan
melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,
sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga
tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang
dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual
Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group
Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk
kemudian dirancang pelaksanaannya.
3.4.8 Departemen Logistik
Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan
produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager
Logistik yang membawahi empat supervisor gudang, yaitu supervisor gudang
bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), supervisor
gudang penimbangan, supervisor gudang kemasan sekunder (secondary
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
38
Universitas Indonesia
packaging material), serta supervisor gudang produk jadi (finished good) dan
sarana promosi. Bagian Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku, wadah, kemasan,
maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen Logistik terkait
dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi,
dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:
a. Seksi gudang bahan baku / wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan
dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-
30°C), ruang AC (20-25°C), dan ruang pendingin/cool room (2-8°C) untuk
penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC
terdiri dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material halal,
ruang AC 2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk
penyimpanan bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan
berbagai macam bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku
beta laktam dalam kemasan asli, ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan
baku dan wadah yang bersifat umum, serta ruang AC khusus untuk
penyimpanan menthae peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area
atau ruang yang penting seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku
yang bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu
terkunci dan akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor
dan mengisi log book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku
dan wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum
digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan
baku dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level
(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara
komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
39
Universitas Indonesia
System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk,
nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara penyimpanan barang
di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan hal-hal berikut:
1. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan
kelembaban).
2. Kedekatan dengan pengguna (gudang timbang atau produksi).
3. Bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. Untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. Berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
b. Seksi gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan
penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi
berdasarkan JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah
yang ditimbang dan disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk
yang diturunkan yaitu: PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah
ditimbang dan disediakan dengan sistem First Expired First Out (FEFO)
oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke produksi sesuai line yang
membutuhkan.
c. Seksi gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan
sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian
mengirimkannya ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan
sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan
baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian
kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah
“BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke
produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk pengiriman kemasan
sekunder untuk produksi.
d. Seksi gudang produk dan sarana promosi
Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi
adalah sebagai berikut:
a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
40
Universitas Indonesia
b. Menata dan menyimpan produk.
c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan
sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari
marketing atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB).
d. Melaksanakan cycle count produk.
e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas
permintaan Marketing.
3.4.9. Departemen Teknik
Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara
dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak
berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik
merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen
Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan
gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.
Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Bagian Utilitas. Tugas dan tanggung jawab dari bagian utilitas adalah:
a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan
udara/uap dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan
operasi perusahaan sehari-hari.
b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi
dapat berjalan secara efisien.
2. Bagian Pemeliharaan. Tugas dan tanggung jawab dari bagian pemeliharaan
yaitu:
a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau
perbaikan mesin dan peralatan.
b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.
c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin
yang mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat
menunjang kelancaran proses produksi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan
penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi
dan sarana penunjang lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat
dioperasikan secara optimal. Sementara itu penanganan kerusakan adalah
perawatan mesin yang mengalami kerusakan dan harus segera diperbaiki
agar tidak mengganggu proses produksi.
3. Bagian Suku Cadang
Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk
mesin-mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain.
Suku cadang yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang
sangat penting yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang
pemesanannya membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan
dapat segera ditangani.
4. Administrator
ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di Bagian
Teknik.
5. Koordinator Pekerjaan Sipil
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek
pembangunan baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung
baru.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
42 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan di Indonesia yang memiliki
komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan
yang lebih baik. Hal ini diwujudkan dengan memproduksi produk - produk yang
terjamin kualitasnya sehingga tidak membahayakan masyarakat. Dalam
mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat. CPOB
merupakan suatu petunjuk yang bersifat dinamis, artinya mengikuti
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang
terus berubah
Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui
berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO
9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan
terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4.1 Manajemen Mutu
Dalam CPOB, manajemen mutu disyaratkan untuk menjamin pembuatan
obat agar sesuai dengan tujuan utama penggunaannya, memenuhi syarat izin edar,
dan bermutu dalam arti tidak menimbulkan resiko berbahaya dalam
penggunaannya. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu
adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Sistem manajemen mutu di PT.
Kalbe Farma, Tbk telah dijalankan sesuai ketentuan CPOB yaitu dilakukan upaya
penjagaan mutu produk obat sejak awal proses pengolahan karena pada
prinsipnya, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan dari hasil akhir. Hal
tersebut dilakukan agar produk obat jadi yang dihasilkan dapat memenuhi
spesifikasinya sesuai izin edar (quality) serta memenuhi kriteria safety dan
efficacy.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi
CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah Quality
Operation, di mana pada bagian ini terdapat Quality Assurance (pemastian mutu)
dan Quality Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan
dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan
kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Tugas bagian Quality Assurance / Quality Control adalah untuk
melakukan sampling, inspeksi, pengujian, pemantauan, pelulusan dan penolakan
terhadap bahan baku, bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
Selama proses, bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan, misalnya berat pencetakan tablet, ketebalan
tablet, pH larutan sirup dan lain sebaginya. Pemeriksaan kesesuaian harus
dilakukan terhadap produk antara, produk ruahan dan produk jadi sebelum
diserahkan ke gudang. Bagian Quality Control harus memiliki bangunan yang
memadai, personal yang terlatih dan prosedur yang telah disetujui. Pedoman tata
cara bekerja di laboratorium yang terperinci terdapat pada ketentuan Good
Laboratory Practices (GLP).
Pemastian mutu ini dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk
menghindarkan atau meminimalkan resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB
itu sendiri dipastikan dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini
meliputi berbagai macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan
fasilitas yang memadai, dan sebagainya.
4.2 Personalia
CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi
untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
44
Universitas Indonesia
professional. Setiap karyawan juga harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi
untuk mewujudkan CPOB, serta memahami tanggung jawabnya masing-masing.
PT Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara
teknis dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan
pengawasan mutu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur
dan spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masing-masing
bagian, yaitu bagian produksi, QA, dan QC dipimpin oleh seorang apoteker yang
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Personalia PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB di mana personil kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Jumlah karyawan di
setiap tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaknya memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaknya mempunyai sikap dan
kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Struktur organisasi perusahaan hendaknya sedemikian rupa sehingga
bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan
yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing
bagian hendaknya diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang diperlukan
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh
mempunyai kepentingan lain di luar organisasi di luar pabrik, yang dapat
menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan
pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.
Di samping manajer produksi dan manajer pengawasan mutu hendaknya
tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah memadai untuk
melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur
dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaknya memahami petunjuk
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
45
Universitas Indonesia
kerja yang tertulis. Pada saat pengangkatan, mereka diberi pelatihan (training)
yang cukup. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap karyawan tidak boleh
berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu obat.
Seluruh karyawan yang ikut serta secara langsung dalam kegiatan
pembuatan obat dan atau yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke
daerah pembuatan obat, hendaknya dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai
dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan mengenai CPOB
hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan dengan frekuensi yang
memadai untuk menjamin supaya para karyawan terbiasa dengan persyaratan
CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.
Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaknya disimpan dan
efektivitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala. Setelah
mengadakan pelatihan, prestasi karyawan dinilai untuk menentukan apakah
mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang
diberikan.
Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap
CPOB di PT. Kalbe Farma Tbk., dilakukan program pelatihan Kualitas Lima
Aspek (KUA LIMA) yang telah memasukkan unsur-unsur CPOB, K3, dan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,
manusia, bahan dan peralatan, metode serta lingkungan kerja. Penjabaran dari
lima aspek dalam KUA LIMA adalah sebagai berikut :
a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai.
d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien.
e. Lingkungan kerja yang mendorong prestasi.
Pelaksanaan Program KUA LIMA ini dilaksanakan dalam dua tingkatan,
yaitu tingkat I - V, serta plus 1 dan plus 2. Evaluasi dan ujian kenaikan tingkat
dilakukan tiap enam bulan sekali. Setiap tiga tahun sekali dilakukan refresh, yaitu
ujian yang dilakukan kepada personel yang telah mendapatkan training. Pelatihan
ini diadakan setiap 3 bulan oleh bagian Quality System (QS) seksi Training
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Program yang bekerja sama dengan Human Resource Development (HRD).
Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran
serta apoteker. Apoteker yang berkualitas dituntut untuk dapat bekerja secara
optimal mutu produk yang dihasilkan dapat berkualitas juga.
Apoteker yang bekerja di PT. Kalbe Farma, Tbk. ditempatkan secara
khusus pada bagian BO (Business Operation) karena pada bagian ini diperlukan
peran serta karyawan yang sangat kompeten dalam bidang obat. Sebagai contoh
adalah pada bagian QC, QA, R&D, produksi, dan PPIC. Bagian-bagian tersebut
sangat erat kaitannya dengan peran serta apoteker, karena apotekerlah yang sangat
mengerti dan sangat kompeten pada bidang tersebut. Apoteker yang bekerja pada
bagian QA bertanggung jawab terhadap mutu obat mulai dari awal proses
produksi dilakukan hingga dihasilkan produk jadi. Tugas utama seorang apoteker
yang bekerja pada bagian QC adalah melakukan kontrol kualitas dari bahan awal
(bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga ke produk jadi
yang siap dipasarkan. Seorang apoteker yang bekerja pada bagian produksi
bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan awal hingga menjadi produk jadi.
Apoteker yang bekerja pada bagian R&D bertanggung jawab dalam melakukan
penelitian dan pengembangan suatu produk baru. Selain itu, bagian R&D juga
bertanggung jawab dalam pengembangan kemasan, pengembangan formulasi, dan
pengembangan metode analisis. Pada bagian PPIC, apoteker bertanggung jawab
antara lain dalam perencanaan, persiapan, dan pengendalian proses produksi.
Tugas ini erat kaitannya dengan tugas yang dilakukan oleh bagian produksi,
sehingga bagian ini memerlukan apoteker yang berkualitas juga. Hal-hal di atas
merupakan gambaran bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran
apoteker dalam melaksanakan semua kegiatannya.
Kalbe Service Exellence (KSE) merupakan salah satu upaya PT. Kalbe
Farma Tbk. untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal
maupun eksternal. Setiap karyawan harus melaksanakan sebelas perilaku KSE,
yaitu senyum tulus, wajah hangat dan bersemangat, pelanggan adalah orang
penting, dengarkan kebutuhannya, menyebut namanya, bahasa tubuh positif,
bicarakan yang diminati pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, beritahukan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
47
Universitas Indonesia
proses yang sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil
dengan rapi.
4.3 Bangunan dan Fasilitas
PT. Kalbe Farma, Tbk. berada di kawasan industri Delta Silicon I,
Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga
resiko pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari lingkungan ke
pabrik, dapat dihindari. Gedung dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
dapat mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air,
maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan air,
serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga
memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mencegah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan pihak
luar.
Ketentuan CPOB mengharuskan bangunan industri farmasi agar mudah
dibersihkan, mudah dirawat dan mudah dioperasikan. Berikut ini adalah beberapa
contoh pelaksanaan ketentuan tersebut :
a. Agar mudah dibersihkan dan dirawat, sudut ruangan di area pengolahan
dibuat melengkung , serta dilapisi dengan cat khusus.
b. Agar mudah diopreasikan bangunan memiliki tata ruang, penempatan alat
dan sarana pendukung yang tertentu.
Bangunan juga harus cukup luas dan tertata baik, agar memudahkan
penempatan alat-alat dan bahan, serta memberikan area kerja yang cukup leluasa.
Hal tersebut agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lancar, dan tidak terjadi
campur baur.
Pengelolaan limbah bertujuan untuk mengatur alur pembuangan limbah
agar sesuai dengan prosedur dan keamanan. Limbah dapat dibagi menjadi :
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
48
Universitas Indonesia
1. Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).
a. Untuk limbah B3 padat, limbah dikirim ke PPLI (Pusat Penanganan
Limbah Industri) dan PT. Wastec untuk diolah dan dibuang.
b. Untuk limbah cair, dikirim ke PT. Wastec untuk diolah dan dibuang.
2. Limbah non B3
a. Limbah padat, dijual ke PT. CKU. Limbah padat ini dapat berupa
kertas, botol, kardus, dsb.
b. Limbah cair, diolah di WWTP.
Secara umum bangunan di PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki ukuran,
rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang memadai sesuai dengan
persyaratan CPOB. Hal ini menunjang pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik. Rancang bangun dan tata letak ruang
produksi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok
sehingga kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan
daerah luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan
dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses
karyawan. Lalu lintas barang dan orang dipisahkan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda
adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan
penghubung berupa kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara
grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap
ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum karyawan atau bahan.
Pada area produksi terdapat ruang staging yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in
process (WIP) untuk staging produk ruahan dan produk antara.
Desain permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap air
serta tidak terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan. Permukaan lantai
ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi, sudut-sudut ruangan
dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon rubber, dinding dan langit-
langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan instalasi
lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya celah
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
49
Universitas Indonesia
yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti Heating,
Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit
(AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan
produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga dilengkapi dengan
pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah partikel sesuai
dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. dirancang sesuai alur proses produksi
dengan menerapkan sistem line (jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap
pengolahan sampai dengan pengemasan produk sehingga kontaminasi silang
dapat dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai
dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan
kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area
merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D
(untuk produksi non-steril), dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi
steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain
disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas
ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta
tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan membedakan volume
udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki
tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara yang paling
rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya.
Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan
dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
50
Universitas Indonesia
khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti
pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada
area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang
masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,
serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.
Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk
disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan
penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau
barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah
terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana
gudang dengan kondisi khusus, seperti suhu dan kelembaban ruangan yang
terkendali misalnya penyimpanan pada suhu 2-8oC.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan
sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan
peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi
sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senantiasa di
rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan
konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian
produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran batch dari produk tersebut. Penempatan
peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses
produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang
antara produk satu dengan produk yang lain. Selain itu, untuk mencegah adanya
kontaminasi dari debu yang dihasilkan pada saat proses produksi, peralatan yang
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
51
Universitas Indonesia
menghasilkan debu dilengkapi dust collector. Peralatan juga diberi penandaan
status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung misalnya timbangan pada ruang timbang dan mesin mixing pada
ruang campur massa. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka
peralatan diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan
keleluasaan bekerja dan mencegah terjadinya cross contamination dan mix-up
antar bahan maupun produk ruahan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi (IQ), kualifikasi
operasi (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ). Sedangkan untuk peralatan lama
dilakukan secara periodik yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat
pada periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi
Alat. Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure steam,
dust collector system, instalasi aquademin, dan Heat Ventilating Air Conditioner
(HVAC) telah terkalibrasi untuk menjamin dihasilkannya produk berkualitas yang
reproducible. Penjadwalan kalibrasi tiap peralatan di Kalbe Farma dibuat secara
system komputerisasi. Dalam system ini, tercantum tanggal dilakukannya
kalibrasi dan tanggal daluwarsa kalibrasi tersebut. Setiap harinya, peralatan akan
diverifikasi kinerja peralatan tersebut bekerja. Verifikasi dilakukan untuk
memastikan bahwa peralatan yang akan digunakan tersebut masih baik digunakan,
kinerjanya sesuai dengan yang diharapkan, dan tidak adanya kerusakan.
Peralatan yang digunakan, terutama peralatan umum yang digunakan
berbagai produk akan dibersihkan secara berkala dengan metode pembersihan
yang telah divalidasi sebelumnya oleh pemastian mutu. Pembersihan ini ditujukan
untuk mencegah kontaminasi silang produk dari perlatan yang digunakan serta
sebagai salah satu bentuk perawatan perlatan tersebut.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab departemen produksi dan
juga departemen teknik yaitu bagian Planner Maintenance. Bagian ini melakukan
preventive maintenance yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian
dari mesin yang rusak dan lubrikasi mesin secara periodik. Kegiatan perawatan
dan pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan jadwal produksi sehingga
tidak mengganggu jalannya proses produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan
setiap bulan.
4.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap
hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu, diperlukan
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur
sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu
memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.
Semua karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan
kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.
Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani
pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja
optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu
penyakit yang dapat merugikan kualitas produk, seperti TBC, herpes, Cacat air,
campak, atau hepatitis dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan
yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut dinyatakan
telah sembuh.
Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung
produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,
seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan
ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi
merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.
Kantin dan koperasi di atur sedemikian rupa sehingga lokasinya dekat, namun
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
53
Universitas Indonesia
tidak berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi. PT. Kalbe
Farma pun menyediakan tempat khusus merokok yang terletak di dekat pos
satpam di gerbang masuk area PT. Kalbe Farma.
Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk
mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi
ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali
ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan
menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi
pergantian jenis produk. Pembersihan rutin dilakukan pula pada alat yang sudah
lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang
pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di
cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah
dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat.
Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang
telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di jalur produksi memiliki status yang tertempel pada pintu
ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau
”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH
DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk
alat/mesin meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK
DIBERSIHKAN”. Hanya alat/mesin berlabel ”SIAP PAKAI” saja yang dapat
digunakan untuk proses produksi.
Sebelum memasuki black area, karyawan harus menggunakan
perlengkapan berupa baju dan celana berwarna putih yang dilengkapi dengan
penutup kepala dan sandal karet. Untuk masuk ke grey area atau white area,
karyawan melalui ruang penyangga di mana tekanan udara di ruang buffer lebih
kecil daripada ruang produksi sehingga mencegah adanya kontaminasi.
Perlengkapan yang digunakan selama berada di grey area berupa baju terusan
yang dilengkapi dengan penutup kepala yang dirangkap dengan baju black area,
masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan tertutup atau menggunakan
penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan digunakan jika bersentuhan langsung
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
54
Universitas Indonesia
dengan produk, sedangkan penutup telinga digunakan untuk operator yang bekerja
dengan mesin-mesin yang bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang
digunakan berwarna merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih.
Pada white area karyawan merangkap baju grey area dengan baju terusan bebas
serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu
khusus. Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara
berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang,
termasuk pimpinan dan tamu pabrik.
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC).
Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan (PPIC).
Prosedur Pengolahan Induk (PPI) merupakan dokumen induk yang
menjadi acuan dalam proses produksi dari Raw Material hingga produk dapat
dirilis, termasuk di dalamnya berbagai parameter kritis dan pengujian yang
menentukan kualitas produk. Prosedur Pengolahan Induk (PPI) di Kalbe Farma
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu PPI 1 yaitu PPI Material di bagian penimbangan,
yang terbagi menjadi 1A untuk tablet inti dan 1B untuk salut. PPI 2 merupakan
PPI proses yang digunakan di bagian produksi. PPI 3 adalah PPI kemas yang
terdiri dari PPI 3A untuk kemas primer dan 3B untuk kemas sekunder. Formula
dan proses yang digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti
percobaan pada skala laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi.
Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk
senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas
produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan untuk
memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah pada
suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
55
Universitas Indonesia
perubahan dalam proses dicatat sebagai Kontrol Perubahan Proses (KPP) dalam
Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang
produk dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU)
dengan persetujuan dari QA.
Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian
proses produksi dalam jalur produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang
terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara
kelas yang berbeda. Setiap jalur produksi mempunyai ruang timbang yang
terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang.
Setiap jalur juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan
tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba.
Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap
kelas.
Petugas produksi di setiap line akan melakukan line cleareance di area
produksi tersebut saat proses produksi satu batch selesai dan akan berpindah ke
produksi batch atau produk selanjutnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya mix
up dalam produk yang diproduksi. Parameter kritis line cleareance yang
dilakukan adalah area produksi harus bebas dari sisa produk sebelumnya, kemasan
produk sebelumnya, dan sampah produk sebelumnya.
Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin
kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang
mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di
setiap jalur produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan
bentuk sediaan pada jalur produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama
proses, penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat
segera diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama
proses sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang
dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-
titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk
setiap spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk
jadi juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
56
Universitas Indonesia
kemas hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh
Departemen Pengawasan Mutu.
Pengemasan produk di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual
dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing jalur
produksi. Untuk produk dari line 1, line 5, dan line 11 pengemasan sudah
dilakukan dengan otomatis hingga tahap penimbangan. Setelah produk dikemas
akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan
apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil
bahwa produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa
berupa pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, atau pemusnahan.
Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada
pengajuan Kontrol Perubahan Proses yang disetujui oleh Departemen Produksi,
R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan
melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari
Departemen Pemastian Mutu.
Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di
gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained
sample) dikirim ke Pemastian Mutu bagian Pasca pemasaran dan PPI dikirim ke
bagian Evaluasi Catatan Bets.
Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang
apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang
telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan
memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan
sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta
membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin
karyawan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
57
Universitas Indonesia
4.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh bagian
Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality Operation
(QO). Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB
untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya.. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB,
bagian ini sebaiknya independen dan terpisah dari produksi hal ini bertujuan agar
Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
Untuk memproduksi produk yang bermutu, keterlibatan dan komitmen
semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah hal
yang mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal
pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk serta mencakup semua kegiatan analisis.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari
bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga
menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan
Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan
kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan
baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh
bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan
Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan
metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.
Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk
menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
58
Universitas Indonesia
pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam
keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh
digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal
kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut,
dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu, terdapat pula
Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur
Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan
operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan. Hal ini
juga untuk menghindari adanya kesalahan.
Alat pelindung diri disediakan untuk keselamatan personil, seperti masker,
kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku pembanding
disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label informasi
mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan jenis stok.
Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah
sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain
ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang
terpisah dengan ruang produksi. Laboratorium mikrobiologi juga terpisah dari
laboratorium lain. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang berkaitan
dalam hal pengujian mutu obat.
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan
CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa
yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan.
Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur.
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional
yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.
telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi
ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap sistem
manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi mendadak dari Badan POM
dalam rangka memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat melakukan inspeksi sendiri. Hasil
audit akan dibuat menjadi suatu rangkuman audit yang pada intinya adalah usulan
untuk tindakan perbaikan.
Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari
pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian
Mutu. Evaluasi dilakukan sebelum pemasok disetujui dengan mempertimbangkan
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
Untuk audit eksternal, yang menjadi fokus PT. Kalbe Farma, Tbk. saat ini
adalah vendor toll out dan vendor RM (raw material). Audit dilakukan pada tahap
awal dan selanjutnya audit dilakukan minimal 2 tahun sekali atau berdasarkan
tingkat atau standard (grade) yang telah ditetapkan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.
yaitu :
a. Grade Bronze
Level ini adalah yang paling dihindari karena tidak memenuhi spesifikasi
yang diharapkan.
b. Grade Silver
Pada tingkat ini, masih boleh digunakan dengan catatan selalu melakukan
improvement atau perbaikan hingga memenuhi spesifikasi yang diharapkan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
60
Universitas Indonesia
c. Grade Gold
Sesuai dengan spsifikasi atau standar yang ditetapkan oleh PT. Kalbe Farma,
Tbk.
d. Grade Platinum
Merupakan tingkat tertinggi/terbaik. Paling dipercaya, sehingga tidak
diperlukan pemeriksaan/audit ulang.
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali
Produk
Keluhan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan
tersebut dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan, atau
masalah efek terapetik. Pelaksanaan penanganan keluhan harus dilaksanakan
sesuai dengan prosedur tetap penanganan keluhan serta dilakukan dokumentasi
setiap keluhan yang diterima. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari
semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari
luar dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan
pemerintah. Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui
bagian pemasaran.
Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang
dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau
Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian Pasca
pemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: No, tanggal penerimaan, nama dan
alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets) serta isi
keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record dan
pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan. Catatan
tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang terkait
sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut mutu
ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan
mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis (ethical) di
bagian pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang
ada, bagian Pasca pemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
61
Universitas Indonesia
meminta saran dari pihak terkait, di PT. Kalbe Farma, Tbk. waktu untuk
memberikan jawaban atas keluhan secara resmi yakni 6 hari kerja, akan tetapi di
mini company waktu untuk memberikan jawaban atas keluhan adalah 4 hari kerja,
hal ini bertujuan untuk memuaskan para konsumen. Tindak lanjut yang dilakukan
adalah tindakan perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan
dapat merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan
tindak lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam
perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian
Produksi dan direksi.
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih
bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan
berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk
bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh
Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. jika
setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
62
Universitas Indonesia
kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati
batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4
bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus
masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan
dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari Pasca
pemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat dikembalikan
ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat
kembalian hendak diolah ulang atau dikemas ulang maka pada nomor bets obat
kembalian yang dikemas ulang diberi tambahan huruf ”R” sedangkan obat
kembalian yang diolah ulang diberi nomor bets baru. Obat kembalian yang
ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat penolakan oleh bagian
pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri oleh PT. Kalbe Farma,
Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat.
Dokumentasi spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan atau
produk disusun oleh Departemen Research and Development (R&D) bagian
Analytical Development, sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh
Departemen Pengawasan Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan
instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam
bentuk PPI. Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh departemen
produksi yang ditulis dalam PPI yang telah disediakan. PPI akan ditutup secara
online dan akan berperan sebagai batch record. Dokumen pelaksanaan produksi
akan diperiksa oleh bagian Quality Assurance (QA) dan rekaman bets akan
ditangani oleh bagian QA dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Batch
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
63
Universitas Indonesia
record dan retained sample akan disimpan oleh bagian Evaluation Batch Record
(EBR) minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe
Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian
dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen
Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping
sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem
dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
antar bagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang
membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.
Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT Kalbe Farma,
Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi, PT. Arsip Geoservis Indonesia
(AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dapat dilakukan recall berdasarkan nomor box
dan nomor batch. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama. Bila
pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang
diperlukan tersebut sudah datang.
4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus
dilakukan secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan
tidak memiliki mutu yang memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak
dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai
Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar (toll out) maupun Penerima Kontrak
dalam produksi tol masuk (toll in). Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar
bergantung pada kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain
memberikan produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap
pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal hingga akhir
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
64
Universitas Indonesia
produksi. Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke
pabrik lain.
Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu
melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk
tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk.
Seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC Manager) yang
selanjutnya diteruskan ke Manager Departemen Pemastian Mutu (QA) untuk
dilakukan audit. Untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan
tol keluar maka dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima
tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila
diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap
enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas
dan kelengkapan dokumen.
4.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian
Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk.
terdiri dari beberapa tahap, yakni DQ, IQ, OQ dan PQ yang mengacu kepada
tahap-tahap kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi kinerja yang tercantum dalam CPOB. Keempat kualifikasi tersebut
dilaksanakan terhadap instrumen baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan
yaitu 3 tahun serta dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat,
sedangkan untuk kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan bila tidak ada perubahan yang
signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi ini dapat dilaksanakan di luar jadwal yang
ditetapkan sebelumnya, yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.
Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk
Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan
secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
65
Universitas Indonesia
kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji
dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,
Pemastian Mutu / Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri
dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.
Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi
proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi
komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum
dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya
penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi
dapat tidak sesuai dengan analisis risiko.
Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten
memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan
pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam
proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam
proses tersebut perlu dilakukan revalidasi.
Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada
skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu
line dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-
produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang optimal hasil pra-
validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi proses terbagi
menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, validasi
retrospektif dan validasi ulang/ revalidasi. Jenis validasi yang dipakai di PT.
Kalbe Farma, Tbk. adalah validasi prospektif, konkuren, dan validasi ulang.
Validasi prospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap proses
pembuatan produk baru. Selama proses pembuatan produk baru tersebut mungkin
mengalami perubahan yang dapat berakibat terhadap karakteristik produk sebelum
produk tersebut didistribusikan atau dipasarkan. Perubahan yang terjadi ini
dipantau selama proses validasi prospektif. Validasi prospektif menyajikan bukti
terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, kegiatan, sistem, peralatan atau
mekanisme yang digunakan dalam pembuatan obat sesuai dengan tujuannya.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Validasi konkuren merupakan validasi yang dilakukan sambil melakukan
produksi rutin untuk dijual. Jika ada perubahan, baik dari segi sumber bahan baku
serta mesin yang digunakan, dilakukan jenis validasi ini untuk membuktikan
ketangguhan prosesnya berdasarkan parameter validasi yang diujikan. Keputusan
untuk melakukan validasi konkuren harus didokumentasikan dan disetujui oleh
personil yang berwenang. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren
adalah sama seperti yang disebutkan dalam dokumentasi validasi prospektif.
Fasilitas, peralatan dan metode analisa yang digunakan harus sudah tervalidasi
dan terkualifikasi sebelumnya.
Validasi retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk yang
telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan
pengawasan data bets yang dikumpulkan. Validasi retrospektif hanya dapat
diterima untuk proses yang telah tertata dengan baik dan akan tidak sesuai ketika
telah terjadi perubahan dalam komposisi produk, prosedur operasi atau peralatan.
Validasi dari proses tersebut harus berdasarkan riwayat produk, yang memerlukan
persiapan dari protokol spesifik dan laporan dari hasil pengkajian data,
mendorong ke arah suatu kesimpulan dan suatu rekomendasi. Jenis validasi proses
ini tidak diberlakukan dalam kegiatan penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren sendiri memerlukan tiga bets
yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut-turut.
PT. Kalbe Farma, Tbk. melaksanakan revalidasi berdasarkan RIV, yaitu
tiga tahun sekali atau jika terjadi perubahan yang harus segera ditindaklanjuti
dengan validasi. Dalam beberapa hal, validasi dilakukan pada keadaan terburuk
untuk menjamin bahwa proses tersebut dapat diterima pada situasi yang ekstrim.
Validasi proses untuk produk baru dilaksanakan setelah memperoleh formula
yang optimal hasil pra-validasi oleh departemen R&D.
Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah
digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau pengambilan sampel bahan
baku tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi
memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai
macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
67
Universitas Indonesia
terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Dalam
kasus seperti inilah perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan prioritas
produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan. Validasi fasilitas dan
sistem penunjang dilakukan terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin
udara, sistem air, sistem kompresi udara, system pengumpul debu, sistem gas,
sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
68 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan seluruh aspek Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB), sehingga produk - produk yang dihasilkan
diharapkan telah memenuhi standar keamanan, dan mutunya.
b. Apoteker memiliki peranan yang penting dalam industri farmasi, Penerapan
ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan meningkatkan kualitas
produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi akan semakin baik.
5.2 Saran
a. Penerapan seluruh aspek CPOB harus terus dilakukan agar mutu produk
yang dihasilkan konsisten dan terjaga.
b. PT. Kalbe Farma Tbk. sebagai perusahaan Farmasi terbesar se-Indonesia
sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap karyawannya akan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya dengan bidang
kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini harus terus diperbaharui
menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator yaitu Badan
POM.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
69 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.
03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang
Industri Farmasi. Jakarta.
Induksi QA, QC, Produksi, R&D dan Teknik. PT. Kalbe Farma., Tbk. Cikarang
PT Kalbe Farma Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Modul Initial Training. PT. Kalbe Farma, Tbk.
Cikarang
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Rencana Induk Validasi. PT. Kalbe Farma, Tbk.
Cikarang.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
BOARD OF DIRECTOR GRUOUP PRODUCTION PRODUCTION MANAGER
MANAGER
LOGISTIC MANAGER
CEO-CORPORATE
ENGINEER MANAGER
QUALITY SYSTEM
MANAGER
DIRECTOR IN CHARGE PHARMACEUTICAL HEAD MANUFACTURING HEAD SITE HEAD KALBE PROJECT MANAGER
PROCESS IMPROVEMENT
MANAGER
GROUP HEAD FINANCE & ACCOUNTING
FINANCE & ACCOUNTING MANAGER
GROUP HEAD PERSONEL MANAGER
HUMAN RESOURCES
DEVELOPMENT
GENERAL AFFAIRS
MANAGER
QUALITY ASSURANCE
MANAGER
GROUP HEAD QUALITY OPERATION
QUALITY OPERATION MANAGER QUALITY CONTROL
MANAGER
GROUP PURCHASING
MANAGER
GENERAL ITEM
GROUP HEAD GROUP PROCESS
RESEARCH & DEVELOPEMENT IMPROVEMENT MANAGER
GROUP HEAD
PROCESS DEVELOPEMENT
DEPARTMEN
T
DIVISION DIRECTION
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
Lampiran 2. Alur Pengembangan Produk Baru
Corporate Marketing Other Sources
New Product Ideas
- trend of drug
Ideas Compilation - market size
- market growth
Product Evaluation - trend of tech.
- corporate policy
Product Recommendation
New Product Program & Profile
Product
Outsourcing Licensing In House Development Development
(R&D)
New Product Launching Schedule
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT.KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1,
LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN
BENACOL DTM SYRUP / 60 ML
TIKA SARTIKA, S.Farm.
1306344311
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS
INDONESIA DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
i
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.KALBE
FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL.M.H.THAMRIN BLOK A3-1,
LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN VALIDASI PROSES KONKUREN
BENACOL DTM SYRUP / 60 ML
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker
TIKA SARTIKA, S.Farm.
1306344311
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS
INDONESIA DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
i
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menjamin mutu dari produk sediaan farmasi, maka pemerintah
melalui BPOM mengeluarkan suatu aturan yang dikenal dengan CPOB, Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
sesuai dengan ketentuan KEPMENKES No.43/Menkes/SK/II/1998. Pemastian
mutu merupakan konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang
dihasilkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Salah satu tujuan sistem pemastian mutu yang benar dan tepat
hendaklah dapat memastikan bahwa pengkajian terhadap semua dokumen
terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan
sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi.
Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi
produksi, hasil pengujian selama proses, pengkajian dokumen pembuatan
(termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah
ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir. Oleh sebab itu sistem pemastian
mutu erat kaitannya dengan validasi yang merupakan salah satu bab yang
dibahas di CPOB. Dalam CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk
melakukan validasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
kegiatan yang dilakukan.
Validasi konkuren dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi
rutin dilakukan. Pengkajian mutu pada proses validasi konkuren dapat
dilakukan karena terjadi perubahan pada parameter kritis seperti peralatan yang
digunakan, prosedur cara pembuatan dan spesifikasi bahan baku (jika terjadi
pemesanan dari supplier lain).
1
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Sasaran dalam melakukan validasi di industri farmasi yaitu menjamin
prosedur produksi yang aman, untuk menjamin reproduksibilitas (mempunyai
keterberulangan yang sedapat mungkin mempunyai efektifitas yang sama),
untuk menekan sekecil mungkin resiko penyimpangan yang mungkin timbul
jika dibandingkan dengan prosedur klasik yang lazim dilakukan dengan
prosedur (yang telah divalidasi)
1.1 Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara pembuatan protokol dan laporan validasi konkuren skala
produksi.
2. Mengetahui tujuan pelaksanaan validasi konkuren skala produksi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemastian Mutu dan Pengkajian Mutu Produk
2.1.1 Pemastian Mutu
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mepengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
pengembangan produk (Badan POM RI, 2012).
Departemen pemastian mutu / QA (Quality Assurance) dipimpin oleh
seorang QA Manager yang bertanggung jawab langsung kepada QO Manager.
Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit, Post
Marketing, Validasi, dan GMP Compliance (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2013).
2.1.2 Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkalabiasanya
dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil
kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit :
a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;
b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil
pengujian produk jadi;
c. Kajian terhadap semua batch yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
3
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
4
Universitas Indonesia
d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang
signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis;
f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen
registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk
ekspor;
g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat
yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah
dilakukan;
i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau
peralatan yang sebelumnya;
j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang
baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan
pendaftaran;
k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata
udara, air, gas bertekanan;
l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan
suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan
dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan
perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan
yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.
Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang
berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang
diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah,
pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan
padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain (Badan POM RI, 2012).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2.2 Validasi
Validasi merupakan suatu kegiatan untuk membuktikan bahwa suatu
proses dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan spesifikasi
secara konsisten dan berkelanjutan. Di dalam CPOB, validasi berfungsi sebagai
bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Pada industri farmasi, validasi umumnya
dilakukan sebelum produk dipasarkan. Hal ini untuk menjamin bahwa proses
dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Validasi
tidak dilakukan pada semua aspek di dalam kegiatan suatu industri farmasi,
melainkan hanya pada aspek-aspek yang berpengaruh secara signifikan
kepada kualitas produk yang dihasilkan. Proses validasi bertujuan untuk
mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin suatu proses tertentu akan
menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan secara
konsisten.
CPOB mensyaratkan tiga aspek yang perlu dilakukan validasi, yaitu
validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis. Validasi
proses dilakukan terhadap produk baru dan harus sudah selesai dilakukan
sebelum produk tersebut dipasarkan. Revalidasi dapat dilakukan bila terjadi
perubahan besar pada proses yang berdampak signifikan pada kualitas
produk. Validasi secara berkala perlu dilakukan untuk memelihara status
validasi melalui analisis data bets produksi yang terkumpul. Sebelum
dilakukan validasi, hendaknya fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan
telah terkualifikasi, serta metode analisis yang digunakan juga sudah
tervalidasi. Validasi pembersihan bertujuan sebagai konfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan. Parameter-parameter yang dianalisis pada validasi
pembersihan adalah kandungan residu dari suatu produk, bahan pembersih
dan pencemaran mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Penentuan batas residu dan cemaran hendaknya ditentukan secara rasional
dengan didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan.
Validasi pembersihan umumnya dilakukan hanya pada permukaan alat yang
bersentuhan langsung dengan produk. Selain itu, interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan juga perlu divalidasi. Validasi metode
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
6
Universitas Indonesia
analisis bertujuan untuk membuktikan bahwa suatu metode analisis sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan
terhadap empat jenis pengujian, yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif
kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam
sampel bahan obat atau komponen obat tertentu.
Evaluasi secara berkala perlu dilakukan terhadap aspek-aspek yang
divalidasi sebagai konfirmasi bahwa validasi masih absah. Validasi ulang
terutama perlu dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan yang berpengaruh
secara signifikan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu proses.
Pengkajian ulang terhadap data-data sebelumnya juga dapat dilakukan untuk
menunjukan bahwa suatu proses perlu divalidasi ulang.
Rangkaian validasi proses terdiri dari kualifikasi, validasi proses,
pemantauan dan pengkajian proses serta revalidasi bila diperlukan.
Kualifikasi merupakan suatu usaha untuk membuktikan bahwa perlengkapan /
mesin yang digunakan dalam suatu proses akan memberikan hasil yang
memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Proses kualifikasi
memiliki tahap-tahap (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012):
1. Kualifikasi desain, merupakan proses melengkapi dan
mendokumentasikan kajian desain (design review) untuk memastikan
bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap
perancangan.
2. Kualifikasi instalasi, merupakan proses pemeriksaan instalasi untuk
memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan telah dipasang secara tepat.
3. Kualifikasi operasional, merupakan proses pengujian untuk memastikan
bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut
berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan.
4. Kualifikasi kinerja, merupakan proses pengujian untuk memastikan bahwa
masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi
sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta
menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan
berkesinambungan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Suatu proses yang sudah tervalidasi tetap perlu dipantau dan dikaji
untuk menilai apakah proses masih mampu untuk menghasilkan produk yang
memenuhi spesifikasi atau tidak. Revalidasi dapat dilakukan bila dalam
kajian terhadap proses ditemukan kecacatan sehingga proses perlu divalidasi
ulang. Setelah dilakukan perbaikan terhadap proses, dilakukan pengkajian
apakah validasi ulang perlu dilakukan.
Ketika melaksanakan validasi, perusahaan akan mengacu pada Rencana
Induk Validasi (RIV) yang merupakan dokumen mengenai filosofi perusahaan
secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan
kinerja yang baik. RIV dibuat sesuai dengan prinsip CPOB dan diperbarui setiap 3
tahun sekali, sedangkan lampiran RIV diperbaharui tiap tahun berdasarkan
justifikasi karena perkembangannya yang cepat.
PT. Kalbe Farma, Tbk juga menerapkan role production planning plant
untuk menentukan jadwal validasi yang akan dilakukan selama 6 bulan ke depan.
Organisasi validasi terdiri dari tim pengkajian dan tim pelaksana. Tim pengkajian
terdiri dari Manajer Departemen R&D, Produksi, QA, QC, dan Teknik. Sementara
tim pelaksana terdiri dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi, dan analis dari
setiap departemen. Tahapan pembuatan validasi dimulai dari:
1) Penyiapan protokol
Menurut Pedoman CPOB 2012, protokol validasi dibuat untuk merinci
kualifikasi dan validasi yang akan digunakan. Protokol validasi memuat
rincian langkah kritis dan kriteria penerimaan
2) Penyiapan sampel dan wadah untuk validasi
3) Koordinasi dengan departemen terkait
4) Pelaksanaan validasi sesuai protokol validasi
Validasi dilakukan oleh inspektor validasi di bawah pengawasan Supervisor.
Penyimpangan yang terjadi ditulis dalam suatu Deviation Report yang
nantinya akan dievaluasi/dilakukan justifikasi.
5) Evaluasi pelaksanaan validasi
Merangkum hasil pelaksanaan validasi, menjustifikasi penyimpangan dan
menetapkan status valid suatu proses validasi yang kemudian dituangkan
dalam laporan validasi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
8
Universitas Indonesia
6) Pembuatan laporan validasi proses
Laporan validasi memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan.
Validasi yang dilakukan PT. Kalbe Farma, Tbk meliputi validasi proses;
validasi peralatan, validasi fasilitas dan sistem penunjang, validasi pembersihan,
validasi computer, validasi metode analisis dan annual product review. Semua
validasi, kecuali validasi metode analisis, dilakukan di bawah departemen QO,
sedangkan validasi metode analisis dilakukan oleh departemen R&D bagian
Analytical Development.
2.3 Validasi Proses
Pelaksanaan validasi proses terhadap produk-produk baru dilaksanakan
setelah diperoleh formula dan proses yang optimal oleh R&D dan Process
Development dengan melihat hasil pelaksanaan validasi pilot dan analisa
terhadap hasilnya. Pelaksanaan validasi proses dapat berdasarkan dari berbagai
macam sumber permintaan validasi misal dari R&D dan Process Development
yang dilakukan setiap bulan, dari bagian registrasi (untuk kepentingan dokumen
pendaftaran), projek perpindahan produk, projek penggunaan mesin dan fasilitas
baru dan perubahan-perubahan major lainnya yang perlu dilakukan validasi
proses. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak
memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin
dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan juga divalidasi
(validasi retrospektif). Validasi proses tidak harus selalu dilaksanakan terhadap
semua tahap proses. Sebagai contoh proses dari granulasi hingga cetak 3 BN
tidak mengalami masalah, namun bermasalah saat tahap coating maka validasi
dapat dimulai dari tahap coating hingga kemas pada BN berikutnya. Jika
terdapat beberapa produk yang mempunyai tahap proses dengan parameter kritis
dan testing points yang sama (mempunyai kode proses yang sama) maka cukup
dilakukan validasi terhadap 1 produk saja dan data ini digunakan untuk validasi
produk lainnya. Namun jika terdapat perbedaan pada proses pengemasan, maka
tetap dilakukan validasi terhadap tahap kemas produk terkait (validasi parsial).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Kode kemas yang berbeda (lokal dan ekspor) dapat dianggap menjadi validasi
pengemasan yang sama dengan melihat bahan baku dan spesifikasi dari bahan
kemasan untuk lokal maupun ekspor (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).
Prioritas validasi proses adalah produk-produk dengan kategori obat.
Pelaksanaan validasi untuk produk eksisting dilaksanakan sesuai dengan urutan
prioritas berdasarkan kepentingan internal perusahaan seperti: target registrasi
(pendaftaran), produk baru, produk yang belum pernah di validasi. Sementara
untuk produk-produk dengan kategori suplemen bukan merupakan prioritas
validasi. Pelaksanaan validasi proses suplemen dilakukan jika semua produk
obat sudah tervalidasi. Sementara untuk produk suplemen dilakukan
pengambilan sampel sesuai dengan sampling plan suplemen yang telah
ditetapkan. Pengambilan sampel suplemen dilakukan 3 BN berturut-turut untuk
produk suplemen baru maupun eksisting produk yang masih memerlukan
monitoring proses (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).
Laporan validasi proses dibuat setelah diperoleh hasil pengujian
terhadap 3 batch proses produksi berturut-turut memenuhi spesifikasi dan
persyaratan yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka pendek
(Accelerated Stability) dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real Time
Stability) produk disertakan tetapi status validasi dapat disimpulkan sebelum
hasil uji stabilitas diperoleh. Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat
ketidaksesuaian dengan kriteria keberhasilan maka dilakukan analisa atau
penelusuran tersebut dicantumkan dalam laporan penyimpangan validasi proses.
Jika penyimpangan tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas produk dan ada
justifikasi yang dapat dipertanggung jawabkan, maka validasi dapat dilanjutkan.
Hal ini didokumentasikan pada Validation Deviation. Setelah dilakukan validasi
dan diperoleh hasil yang valid, tidak boleh dilakukan perubahan terhadap
seluruh parameter kritis dan parameter pengujian. Jika terdapat suatu perubahan,
maka harus mengikuti prosedur change control (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).
Validasi proses dievaluasi secara berkala setiap 3 tahun untuk
konfirmasi keabsahannya selama siklus produk tersebut diproduksi. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti
bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
10
Universitas Indonesia
ditetapkan akan kebutuhan revalidasi. Revalidasi dapat dilakukan berdasarkan
usulan perubahan (change control) yang menyimpulkan perlu dilakukannya
validasi proses kembali. Tindakan untuk perlu dilakukannya validasi proses
kembali mengacu kepada pengendalian perubahan yang diatur dalam
Pharmaceutical Convention Inspection Scheme (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).
2.3.1 Protokol Validasi Proses Produksi
Protokol validasi perlu dibuat sebelum pelaksanaan validasi sebagai
pedoman selama melaksanakan validasi, yang harus direview dan disetujui.
Protokol validasi adalah dokumen yang berisi tata cara validasi yang akan
dilakukan, termasuk parameter yang diujikan, karakteristik produk, peralatan
produksi, dan parameter yang akan disimpulkan serta kriteria penerimaannya.
Protokol validasi ini dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan
dilakukan, merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Manajer QA akan
mengkaji dan menyetujui protokol validasi yang telah disiapkan. Protokol validasi
ini berisi tujuan pelaksanaan validasi, cakupan (scope), latar belakang pelaksanaan
validasi, dokumen terkait (IQ/OQ mesin/peralatan yang digunakan, SOP, sumber
rujukan yang digunakan), pembagian tugas dan tanggung jawab, garis besar
proses produksi, penentuan parameter kritis dan pengujian yang digunakan pada
setiap tahap proses produksi, rencana pengambilan sampel, rencana penanganan
sampel, rencana pengujian sampel, rencana analisa produk jadi dan kriteria
penerimaan.
Protokol validasi terdiri atas:
1. Cover
2. Protokol validasi proses (disertai lokasi/line) tempat produksi
3. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)
4. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)
5. Bentuk sediaan (diisi bentuk/sediaan produk yang akan divalidasi)
6. Ukuran Batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)
7. Nomor protokol (disii nomor protokol produk yang akan divalidasi)
8. Tanggal (diisi tanggal pembuatan protokol validasi)
9. Jenis Validasi (disi jenis validasi yang akan dilakukan)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
11
Universitas Indonesia
- Baru / validasi ulang
- Prospektif
- Konkuren
- Retrospektif
10. Daftar isi
11. Komposisi (diisi komposisi dari produk yang akan divalidasi)
12. Tujuan (diisi tujuan pelaksanaan validasi)
13. Penanggung jawab (diisi penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab
personel yang terlibat dalam pelaksanaan validasi)
14. Ruang lingkup
15. Pemeriksaan raw material
16. Deskripsi proses (diisi ringkasan proses produksi produk yang akan divalidasi
dalam bentuk chart dan diagram)
17. Deskripsi alat (diisi nama dan nomor dokumen yang akan digunakan dalam
porduksi produk yang akan divalidasi)
18. Sistem penunjang (diisi sistem penunjang yang akan digunakan dalam produk
yang akan divalidasi)
19. Proses (diisi keterangan mengenai kualifikasi ruangan, kalibrasi peralatan,
kualifikasi peralatan, rencana pengambilan sampel, serta parameter kritis dan
pengujian yang dilakukan pada masing-masing tahap proses produksi)
20. Kriteria penerimaan (diisi penetapan kriteria keberhasilan yang dipersyaratkan
dan diinginkan yang memastikan bahwa proses dapat diproduksi secara
konsisten dan reprodusibel)
21. Revalidasi (diisi acuan pelaksanaan revalidasi / validasi ulang)
Protokol validasi memuat lampiran yang meliputi :
1. Review Dokumen Acuan
2. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Produk
3. Spesifikasi Bahan
4. Process Flow Diagram
5. Process Flow Chart
6. Kualifikasi Ruangan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
12
Universitas Indonesia
7. Kalibrasi peralatan
8. Kualifikasi Peralatan
9. Rencana Pengambilan Sampel
10. Pemeriksaan Hasil Nyata Penimbangan
11. Tahap produksi: Pencampuran / mixing
12. Tahap produksi: Pengisian / filling
13. Tahap produksi : Labelling
14. Evaluasi
2.3.2 Laporan Validasi Proses Produksi
Laporan validasi adalah laporan yang harus dibuat setelah pelaksanaan
proses validasi. Laporan validasi mengacu pada protokol validasi. Laporan ini
berisi ringkasan hasil validasi dibandingkan dengan kriteria penerimaan,
tanggapan terhadap penyimpangan, kesimpulan serta rekomendasi perbaikan. Jika
ada perubahan dari rencana yang ada dalam protokol harus didokumentasikan.
Data-data yang diperoleh dari pengawasan proses produksi akan dianalisis dan
dievaluasi dengan menggunakan metode statistik. Hasil analisis statistik
digunakan dalam evaluasi pada laporan validasi proses produksi.
Berikut format laporan validasi proses (untuk validasi Prospektif dan
Konkuren) di PT Kalbe Farma, Tbk. :
1. Cover
a. Jenis laporan
b. Nama produk
c. Kode produk
2. Laporan validasi proses
a. Laporan validasi proses
b. Nama produk (diisi nama produk yang akan divalidasi)
c. Kode produk (diisi kode produk yang akan divalidasi)
d. Bentuk sediaan (diisi bentuk sediaan produk yang akan divalidasi)
e. Ukuran batch (diisi ukuran batch produk yang akan divalidasi)
f. Nomor Protokol (diisi nomor protokol produk yang akan divalidasi)
g. Tanggal (diisi tanggal penyusunan laporan validasi proses)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
13
Universitas Indonesia
h. Ringkasan
i. Hasil
j. Evaluasi (kesesuaian dengan protokol validasi proses, perbandingan
dengan kriteria keberhasilan)
k. Kesimpulan
l. Revalidasi
m. Persetujuan
Dokumen penunjang yang dibutuhkan dalam penyusunan protokol dan
laporan validasi antara lain :
1. PPI (Prosedur Pengolahan Induk)
2. MA (Metode Analisa)
3. Protokol dan laporan kualifikasi mesin dan kalibrasi alat
4. Kalibrasi
2.4 Jenis Validasi
Jenis validasi yang digunakan pada pelaksanaan validasi proses di PT.
Kalbe Farma Tbk. adalah sebagai berikut (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013) :
2.4.1 Validasi Prospektif
Dilaksanakan terhadap produk selama proses pengembangan (sebelum
dipasarkan). Validasi prospektif dilakukan dengan membagi proses produksi
menjadi beberapa tahap dan dilakukan pengalaman atau pertimbangan teoritis,
masing-masing tahap dievaluasi, untuk mengidentifikasi parameter-parameter
kritis yang mungkin berdampak terhadap kualitas produk jadi. Serangkaian
penelitian dilakukan untuk menentukan parameter-parameter kritis dengan
adanya kontribusi dan keterlibatan dari seluruh departemen yang terkait
(Produksi, QA, QC, Teknik). Setiap penelitian direncanakan dan
didokumentasikan secara menyeluruh dalam suatu protokol yang disahkan.
Seluruh peralatan, fasilitas produksi dan metode analisa harus sudah tervalidasi
dan terkualifikasi, sebelum melaksanakan validasi proses.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
14
Universitas Indonesia
2.4.2 Validasi Konkuren
Dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin dilakukan.
Validasi ini juga dilakukan terhadap produk-produk yang jarang diproduksi atau
terhadap produk baru sejenis dimana memiliki karakteristik yang tidak terlalu
berbeda seperti bentuk tablet, dosis, ukuran kemasan dan sebagainya dengan
produk lain dimana sebelumnya sudah divalidasi. Pendokumentasiannya sama
dengan validasi prospektif. Fasilitas, peralatan, dan metoda analisa yang
digunakan harus sudah tervalidasi dan terkualifikasi.
2.4.3 Validasi Retrospektif
Validasi Retrospektif merupakan validasi proses pembuatan produk
yang telah dipasarkan yang dilaksanakan berdasarkan data pembuatan,
pengujian dan pengawasan data batch yang dikumpulkan. Validasi retrospektif
dilakukan terhadap produk-produk yang sudah tangguh prosesnya, mempunyai
prosedur yang sudah tetap, rutin digunakan dan tidak dapat dilakukan jika
terdapat perubahan komposisi produk, prosedur atau peralatan. Validasi ini
dilakukan dengan menggunakan data historis untuk memperoleh bukti-bukti
yang cukup yang terdokumentasi, bahwa proses dilakukan sesuai dengan apa
yang seharusnya. Data yang digunakan dalam validasi retrospektif antara 10 -
30 bets. Suatu produk disebut produk tangguh, bila memiliki nilai indeks
kapabilitas proses yang baik serta testing point yang diujikan memenuhi
persyaratan.
2.4.4 Validasi Ulang
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan
hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti
bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang
ditetapkan akan kebutuhan revalidasi.
Validasi ulang untuk validasi metoda analisa dilakukan jika terjadi
perubahan atas alat, perubahan metoda dan perubahan formula yang
memerlukan modifikasi prosedur pemeriksaan (PT. Kalbe Farma. Tbk, 2013).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Validasi ulang untuk validasi proses dilakukan jika :
1. Jika dalam jangka waktu 3 tahun sejak selesainya pelaksanaan validasi tidak
terjadi perubahan.
2. Jika terjadi perubahan maka dilakukan validasi ulang. Adapun jenis
perubahan yang direkomendasikan untuk validasi ulang yaitu :
a. Terjadi perubahan spesifikasi raw material (karakteristik bahan seperti
density, viskositas, distribusi ukuran partikel yang mungkin
berpengaruh terhadap proses atau produk).
b. Terjadi perubahan pabrik (manufacturer) bahan baku
c. Terjadi perubahan bahan kemasan (misalnya penggantian bahan gelas
dengan bahan plastik)
d. Terjadi perubahan dalam proses (misalnya waktu pencampuran, suhu
pengeringan, perubahan metode pembuatan dari granulasi basah
menjadi cetak langsung).
e. Terjadi perubahan yang signifikan/bermakna pada peralatan yang
digunakan untuk produksi (misalnya penambahan sistem deteksi
secara otomatis, setelah dilakukan perbaikan atau overhaul peralatan).
Perubahan peralatan yang melibatkan pergantian peralatan tetapi tidak
berpengaruh terhadap parameter kritis dan fungsi kerja dari alat tidak
membutuhkan validasi ulang.
f. Penggunaan peralatan atau fasilitas baru.
g. Perubahan sistem penunjang dan area produksi (misalnya pengaturan
kembali area produksi, sistem baru pengolahan air).
h. Pemindahan proses ke site lain.
i. Perubahan yang tidak terduga (misalnya hal tersebut teramati sewaktu
melakukan self-inspection atau analisa rutin terhadap kecenderungan
data selama proses).
j. Perubahan besar pada metoda analisa atau spesifikasi produk.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
16
Universitas Indonesia
2.5 Validasi Konkuren
Dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin dilakukan.
Validasi ini juga dilakukan terhadap produk-produk yang jarang diproduksi atau
terhadap produk baru sejenis dimana memiliki karakteristik yang tidak terlalu
berbeda seperti bentuk tablet, dosis, ukuran kemasan dan sebagainya dengan
produk lain dimana sebelumnya sudah divalidasi. Validasi konkuren dapat
dilakukan jika terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti peralatan yang
digunakan, prosedur cara pembuatan, spesifikasi bahan baku (jika terjadi
pemesanan dari suplier lain). Keputusan melakukan validasi konkuren
hendaklah memiliki alasan yang kuat dan disetujui oleh kepala bagian
pemastian mutu. Dokumen yang tertera pada validasi konkuren terdiri dari
beberapa elemen, yaitu (PIC/S, 2007) :
a. Deskripsi dari proses (A description of the process)
b. Deskripsi dari hasil penelitian (a description of the experiment)
c. Peralatan dan fasilitas yang digunakan (Details of the equipment/facilities to
be used)
d. Variabel yang harus di monitoring (The variabels to be monitored)
e. Pengambilan sampel - dimana, kapan, bagaimana dan jumlah. (The samples
to be taken – where, when, how and how many)
f. Karakteristik performance produk / atribut yang harus dimonitoring dengan
pengujian. (The product performance characteristics / attributes to be
monitored, together with the test methods)
g. Batas persyaratan yang diterima (The acceptable limits)
h. Waktu pelaksanaan (Time schedules)
i. Respon personel (Personnel responsibilities)
j. Dokumen metode yang digunakan secara rinci dan hasil evaluasi yang
diperoleh termasuk analisis data statistik. (Details of methods for recording
and evaluating results, including statistikal analysis)
Dalam validasi proses terdapat penyimpangan yang tidak sesuai dengan
PPI (Prosedur Pengolahan / Pengemasan Induk). Penyimpangan tersebut harus
didokumentasikan ke dalam laporan penyimpangan (deviation report). Laporan
penyimpangan mencakup antara lain sebagai berikut (PICS/2007):
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
17
Universitas Indonesia
a. Deskripsi / penjelasan dari proses dan penjelasan dari tahap kritis secara
rinci selama proses produksi.
b. Ringkasan dari tahap proses awal sampai pengujian akhir, termasuk hasil
pengujian yang tidak sesusai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan.
c. Tambahan dari protokol atau beberapa penyimpangan dari protokol
didokumentasikan dan dijelaskan secara rinci.
d. Review dan perbandingan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang
sudah ditetapkan.
e. Kriteria penerimaan atau penolakan terhadap hasil validasi.
2.6 Validasi Syrup
Syrup adalah bentuk sediaan cair yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan-bahan tambahan yang sesuai. Parameter-parameter
uji yang perlu dikaji antara lain suhu, waktu pencampuran, kecepatan
pencampuran, kecepatan sirkulasi, waktu sirkulasi, waktu pendinginan, jumlah
aqua purificata, turbomixer yang digunakan, waktu pengambilan sampel. Pada
proses pencampuran (mixing), perlu diperhatikan kecepatan pencampuran, suhu
dan waktu pencampuran dari alat mixing, yang akan mempengaruhi parameter-
parameter kritis dari sediaan syrup tersebut. Penampilan syrup juga perlu
dipertimbangkan, seperti warna yang berpengaruh terhadap persepsi
pelanggan dan logo yang tertera pada botol untuk meningkatkan pengenalan
akan merek.
2.7 Kriteria Keberhasilan Validasi Proses
Validasi dinyatakan berhasil dan dapat diterima jika seluruh hasil
pengujian terhadap 3 batch berturut-turut memenuhi spesifikasi dan persyaratan
yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka pendek (Accelerated Stabilty)
dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real Time Stability) produk disertakan
tetapi status validasi dapat disimpulkan sebelum hasil uji stabilitas diperoleh.
Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat ketidaksesuaian dengan kriteria
keberhasilan maka dilakukan analisa atau penelusuran tersebut dicantumkan
dalam laporan penyimpangan validasi proses.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
18
Universitas Indonesia
2.8 Parameter kritis
Proses validasi tidak dilakukan pada semua parameter yang terdapat
dalam proses karena akan menghabiskan waktu dan biaya. Parameter-
parameter yang wajib dikaji hanyalah parameter-parameter kritis yang dapat
berdampak signifikan terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Standar parameter-parameter kritis yang harus dipenuhi dan peralatan-
peralatan atau fasilitas-fasilitas dan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan
berada dalam batas-batas yang termonitor dan terkontrol. Beberapa contoh
parameter-parameter kritis tersebut pada sediaan cair (syrup) dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan Syrup
Tahapan
proses
Contoh peralatan Parameter kritis Contoh pengujian
Penimbangan Timbangan Kebersihan Cemaran mikroba
Pencampuran
(mixing)
Boiling Tank
Tangki SS 1,2 L
Fristam
Kain nylon
rangkap 2
Mesin mixing
pump fristam
Turbomixer
M0501 MXTK
002/004
Batang pengaduk
Wadah yang
sesuai
Suhu
Waktu
pencampuran
Kecepatan
pencampuran
Kecepatan
sirkulasi
Waktu sirkulasi
Waktu
pendinganan
Jumlah aqua
purificata.
Appearance Larutan
Suhu Larutan
pH Syrup Siap Isi
Bobot Jenis Syrup
Siap Isi
Keseragaman Syrup
Siap Isi
Microbial Count
Syrup Siap Isi
Yield
Pengisian
(Filling)
Tangki SS 1,2 L
Turbomixer M0501
MXTK 006 / 007 / 009
Mesin filling Bausch &
Strobel
Kain strimin rangkap 4
Turbomixer yang
digunakan
Kecepatan
pencampuran
Waktu
pencampuran
Waktu
pengambilan
sampel
Appearance Benacol
DTM Syrup 60 mL
Volume individu
pH tahap isi
Bobot jenis tahap isi
Penetapan Kadar
Microbial count tahap
isi
Test kebocoran
Test torque
Yield Labelling Mesin Labelling Speed labelling
Waktu
pengambilan
sampel
Mesin labelling
yang digunakan.
Isi botol (botol terisi)
Coding etiket (jelas
terbaca, BN, ED, HET
sesuai PPI)
Fisik etiket (tidak
miring, tertempel baik)
Fisik botol (baik dan
bersih)
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
20
Universitas Indonesia
2.9 Analisis Kapabilitas Proses (Process Capability Analysis)
Analisis kapabilitas proses adalah suatu analisis untuk mengetahui
apakah proses kerja yang sedang berjalan memenuhi spesifikasi. Proses tersebut
dikatakan “capable” jika mampu menghasilkan hampir 100% output sesuai
spesifikasinya. Dalam melakukan analisis kapabilitas proses diperlukan
capability index, yaitu suatu indeks yang menggambarkan seberapa jauh proses
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dengan mengetahui capability index
akan membantu memfokuskan pada nilai target, yaitu nilai yang paling
diinginkan pelanggan.
Ada dua indikator utama untuk analisis kapabilitas proses, yaitu (Winton, 1999):
2.9.1 Process Capability Index
Process capability index adalah indeks yang menggambarkan kapabilitas
potensial yang digunakan untuk menilai potensial kapabilitas sistem.
Process capability index meliputi :
1. Cp (indeks kapabilitas proses) merupakan indeks yang menunjukkan
kemampuan suatu sistem dalam memenuhi spesifikasi batas atas dan bawah.
Dalam Cp tidak diperhitungkan rata-rata proses, tetapi terfokus pada pola
penyebaran data. Jika pola penyebaran data tidak terfokus di dalam batas
spesifikasi, maka nilai CP kurang memberikan gambaran yang sebenarnya.
2. Cpk (indeks kinerja kane) merupakan indeks yang menunjukkan seberapa
baik suatu sistem dapat memenuhi spesifikasi batas. Dalam Cpk, rata-rata
proses diperhitungkan sehingga proses tidak perlu terfokus terhadap nilai
target.
3. Cpki dan Cpk1 merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses
pada salah satu sisi dari spesifikasi batas berdasarkan titik tengah penyebaran
dan standar deviasi data. Cpku adalah indeks kapabilitas proses pada
spesifikasi batas atas, sedangkan CPk1 adalah indeks kapabilitas proses pada
spesifikasi batas bawah. Perhitungan indeks-indeks ini menggunakan nilai
estimated sigma.
Indeks kemampuan proses (CpK) merupakan suatu ukuran sebenernya
dari kemampuan suatu proses.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
21
Universitas Indonesia
CpK =
CpK =
Keterangan :
LSL : Lower Specification Limit (Batas Spesifikasi Bawah)
USL : Upper Spesification Limit (Batas Spesifikasi Atas)
X : rata-rata
S : Standar Deviasi
Interpretasi Hasil :
CpK ≥ 1.3 : Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil
kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi.
1.1 ≤ CpK < 1.3 : Kondisi ideal , variasi dalam bebas diizinkan.
1.0 ≤ CpK < 1.1 : Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan
munculnya penyimpangan.
0.9 ≤ CpK < 1.0 : Penyimpangan produk kadang kala muncul, proses harus
diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi penyimpangan.
CpK < 0.9 : Penyimpangan produk terjadi secara teratur, proses tidak
terkontrol, harus diperiksa bagaimana proses kerja, atau
design spesifikasi perlu ditinjau ulang.
PpK : Proses berjalan dengan baik.
2.9.2 Process Performance Index
Process performance index adalah indeks yang menggambarkan
kapabilitas aktual yang digunakan untuk menilai kesesuaian sistem terhadap
spesifikasinya. Process performance index meliputi (Winton, 1999):
a. Pp merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses berdasarkan
standar deviasi data dari seluruh pengamatan tanpa melihat titik tengah dari
penyebaran data.
b. Ppk merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses berdasarkan
titik tengah penyebaran dan standar deviasi data.
c. Ppku dan Ppk1 merupakan indeks yang menggambarkan kapabilitas proses
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
22
Universitas Indonesia
pada salah satu sisi dari spesifikasi batas berdasarkan standar deviasi data.
Ppku adalah indeks kapabilitas proses pada spesifikasi batas atas, sedangkan
Ppk1 adalah indeks kapabilitas proses pada spesifikasi batas bawah.
Perhitungan indeks-indeks ini menggunakan nilai calculated sigma (sigma of
the individuals).
Process performance Index (Ppk) memiliki beberapa interpretasi, yaitu :
a. Ppk ≥ 1.00 berarti performa proses baik.
b. Ppk < 1.00 berarti performa proses tidak baik.
Hasil dari analisa statistik seperti yang telah dijelaskan di atas dapat
bermakna jika data terdistribusi normal. Jika distribusi data tidak normal harus
digunakan metode lain agar diperoleh nilai kapabilitas proses yang valid,
diantaranya (Winton, 1999) :
a. Melakukan tranformasi data, dan menggunakan nilai indeks kapabilitas
proses dari data hasil transformasi.
b. Menggunakan teknik distribusi Johnson atau Pearson, dan menentukan
kapabilitas proses dari persen point distribusi yang tersedia.
c. Menggunakan “Estimated Accumulative Frequency” dan “Mirroring
Technique” untuk menangani data yang tidak terdistribusi normal.
2.1 Dokumentasi Validasi
Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices bahwa setiap
aktivitas dalam suatu proses produksi haruslah didokumentasikan dengan baik.
Salah satu penerapan dari kaidah ini adalah pembuatan laporan hasil validasi
proses yang terdiri atas:
2.10.1 Tujuan
Tujuan dari laporan validasi konkuren adalah untuk membuktikan dan
mendokumentasikan bahwa proses pembuatan suatu produk akan
menghasilkan produk yang secara konsisten memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan.
2.10.2 Ruang lingkup
Ruang lingkup dari validasi konkuren adalah validasi proses
yang dilaksanakan terhadap produk selama proses produksi rutin
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
23
Universitas Indonesia
dilakukan. Validasi ini dilakukan pada 3 batch berturut-turut yang
dihasilkan dari suatu proses produksi yang memenuhi kaidah CPOB
yang berlaku.
2.10.3 Referensi
Referensi yang digunakan dalam pembuatan sebuah laporan validasi
konkuren meliputi data batch record produk, Prosedur Pengolahan
Induk (PPI), protokol dari validasi proses, instruksi kerja dari
pembuatan protokol validasi proses, serta instruksi kerja dari pembuatan
laporan validasi proses.
2.10.4 Tinjauan
Dokumen-dokumen yang ditinjau dalam laporan validasi konkuren
meliputi:
a. Catatan pengolahan batch (CPB)
b. Riwayat vendor bahan baku dan bahan kemas
c. Riwayat perubahan proses yang terjadi
d. Riwayat penyimpangan selama proses yang terjadi
e. Hasil uji di luar spesifikasi
f. Quality surveaillance
g. Status validasi
2.10.5 Formula
Formula baku yang digunakan untuk memproduksi suatu produk
berisikan daftar bahan baku yang digunakan beserta kode produknya,
jumlah yang digunakan dan kegunaannya.
2.10.6 Peralatan dan perlengkapan
Status peralatan dan perlengkapan yang meliputi preventive
maintenance, status kualifikasi dan kalibrasi, daftar peralatan yang
digunakan selama produksi serta catatan-catatan variasi mesin yang
terjadi.
2.10.7 Hasil dan pembahasan
Hasil dan pembahasan berisikan evaluasi hasil dari parameter kritis dan
parameter uji serta justifikasi terhadap penyimpangan yang terjadi
terhadap kualitas produk.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
24
Universitas Indonesia
2.10.8 Kesimpulan
Kesimpulan berisikan rangkuman profil data dan deskripsi distribusi data
dari parameter yang dianalisis. Kesimpulan menyatakan apakah proses
masih valid atau tidak.
2.10.9 Rekomendasi
Rekomendasi yang bisa diberikan terhadap hasil analisis proses yang
dilakukan. Rekomendasi dapat berupa saran untuk dilakukannya
perbaikan pada proses, peninjauan desain proses ataupun investigasi
terhadap proses yang terjadi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
25 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
pada periode 1 April – 30 Mei 2014 di Departemen Quality Assurance
Line 6, PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di jalan M. H. Thamrin Blok
A1-3, kawasan industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi.
1.2 Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data untuk pembuatan protokol Validasi Konkuren
berpedoman pada Prosedur Pengolahan Induk (PPI) baik PPI 1 hingga PPI
3, sedangkan untuk pembuatan laporan Validasi Proses dilakukan dengan
mengkaji batch record dan protokol validasi yang telah diisi oleh inspektor
QA pada line 5 skala produksi.
Kegiatan yang diamati dimulai dari proses awal pembuatan hingga
proses akhir produksi Benacol DTM Syrup 60 mL, mencakup pencampuran,
pengisian dan labelling produksi 3 batch Benacol DTM Syrup 60 mL.
1.3 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari PPI diolah untuk dijadikan suatu protokol
validasi proses yang kemudian akan diisi oleh inspektor QA ketika proses
produksi berjalan. Protokol yang berisi data-data produksi kemudian akan diolah
dan disusun menjadi suatu laporan validasi proses untuk dijadikan evaluasi yang
akan digunakan untuk membuktikan bahwa proses yang dilakukan mampu
menghasilkan Benacol DTM Syrup / 60 ml (LBND1/LBNDA) dengan kualitas
yang konsisten dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
26
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Proses produksi harus menghasilkan produk yang memenuhi syarat
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk itulah dilakukan
pengkajian terhadap proses untuk memastikan bahwa proses dapat menghasilkan
produk dengan spesifikasi mutu yang ditentukan secara konsisten beserta
dokumentasinya dikenal sebagai validasi. Status validasi dari suatu proses perlu
dikaji baik sebelum produk dipasarkan maupun secara berkala dan
berkesinambungan untuk melihat apakah proses tersebut masih konsisten. Hal
ini dilakukan untuk melindungi konsumen / pasien dari produk yang tidak
memenuhi kualitas mutu.
Validasi proses yang dilakukan adalah validasi konkuren terhadap produksi
rutin untuk dijual. Validasi proses konkuren menggunakan riwayat data produk,
pengujian dan pengendalian bets untuk menganalisis tren yang terjadi dan
menilai kapabilitas proses dan dilakukan terhadap 3 bets berturut - turut,
sehingga dapat digunakan untuk evaluasi dan panduan untuk validasi proses
selanjutnya pada produk yang sama.
4.1 Protokol Validasi Proses
Protokol validasi dibuat untuk menjelaskan kualifikasi dan validasi yang
akan dilakukan. Protokol validasi dikaji dan disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu atau Pemastian Mutu. Protokol validasi harus dapat
menjelaskan langkah kritis dan kriteria penerimaan dari produk yang akan
diproduksi. Protokol validasi terdiri atas:
1. Cover
2. Lembar Persetujuan yang ditanda tangani oleh Supervisor QA yang
bertanggung jawab (sebagai penyusun protokol), Deputi Director R&D
Formulation Process Manager, Production Manager, dan QA Manager.
3. Daftar isi
4. Dokumen Acuan
26
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Pada dokumen acuan terdiri dari nomor Prosedur Pengolahan Induk proses,
nomor Prosedur Pengemasan Induk kemas, nomor metode analisa produk, dan
nomor dokumen validasi pembersihan.
5. Komposisi
Komposisi terdiri dari nama komponen yang digunakan dalam formula dan
jumlah bahan yang digunakan dengan satuan per satuan dosis dan per batch
6. Tujuan
Tujuan menjabarkan tentang tujuan dilakukan validasi proses terhadap
Benacol DTM Syrup 60 mL sehingga mampu membuktikan bahwa proses
yang dilakukan (pencampuran, pengisian dan labelling) dapat menghasilkan
Benacol DTM Syrup 60 mL dengan kualitas yang konsisten dan reprodusibel
serta sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
7. Penanggung jawab
Penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab personel yang terlibat dalam
pelaksanaan validasi proses
8. Ruang lingkup
Ruang lingkup meliputi Prosedur Pengolahan Induk proses Benacol DTM
Syrup 60 mL, Prosedur Pengemasan Induk kemas Benacol DTM Syrup 60
mL, pelaksanaan validasi, kegiatan validasi (pemeriksaan raw material,
pemeriksaan ruangan dan peralatan, rencana pengambilan sampel,
pelaksanaan proses, evaluasi, laporan)
9. Pemeriksaan raw material
Pemeriksaan raw material dilakukan sampling raw material dan pengujian
dilakukan oleh QC terhadap seluruh material mengacu kepada metode analisa
masing-masing bahan.
10. Deskripsi proses
Deskripsi proses meliputi Process Flow Diagram dan Process Flow Chart
11. Deskripsi alat
Deskripsi alat meliputi alat yang digunakan dan nomor dokumen Performance
Qualification pada setiap peralatan yang digunakan pada setiap tahapan proses
(Pencampuran, Pengisian dan Labelling).
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
28
Universitas Indonesia
12. Sistem penunjang
Sistem penunjang merupakan rincian sistem penunjang yang digunakan
selama proses dan nomor dokumen dari tiap sistem penunjang.
13. Proses Validasi
Proses validasi meliputi tahapan-tahapan yang dilakukan selama proses
validasi yang meliputi kualifikasi ruangan, kalibrasi peralatan, kualifikasi
peralatan, rencana pengambilan sampel, pemeriksaan hasil nyata
penimbangan, dan tahapan proses pembuatan Benacol DTM Syrup 60 mL.
(pencampuran, pengisian dan labelling)
14. Kriteria penerimaan
Hasil pengujian terhadap 3 batch proses produksi berturut-turut memenuhi
spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan. Hasil uji stabilitas jangka
pendek (Accelerated Stability) dan hasil uji stabilitas jangka panjang (Real
Time Stability) produk disertakan tetapi status validasi dapat disimpulkan
sebelum hasil uji stabilitas diperoleh. Jika dalam pelaksanaan validasi terdapat
ketidaksesuaian dengan kriteria keberhasilan maka dilakukan analisa atau
penelusuran penyebab penyimpangan. Hasil analisa atau penelusuran tersebut
dicantumkan dalam Validation Deviation yang terdapat dalam evaluasi
validasi.
15. Revalidasi
Protokol validasi memuat lampiran yang meliputi :
1. Review Dokumen Acuan
2. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk Benacol DTM
Syrup 60 mL
3. Spesifikasi Bahan
4. Process Flow Diagram
5. Process Flow Chart
6. Kualifikasi Ruangan
7. Kalibrasi peralatan
8. Kualifikasi Peralatan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
29
Universitas Indonesia
9. Rencana Pengambilan Sampel
10. Pemeriksaan Hasil Nyata Penimbangan
11. Tahap produksi: Pencampuran / mixing
12. Tahap produksi: Pengisian / filling
13. Tahap produksi : Labelling
14. Evaluasi
4.2 Laporan Validasi Proses
Laporan validasi proses disusun setelah dilakukan proses validasi terhadap
3 batch proses produksi sedian liquid Benacol DTM Syrup 60 mL. Susunan dari
laporan validasi sedian liquid Benacol DTM Syrup 60 mL di PT Kalbe Farma,
Tbk. terdiri dari :
1. Cover
Cover terdiri dari nama Benacol DTM Syrup 60 mL dan nomor protokol
validasi proses yang dilakukan.
2. Ringkasan
Ringkasan memuat rangkuman dan kesimpulan dari hasil pelaksanaan validasi
proses yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk memastikan
bahwa proses pembuatan telah tervalidasi sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang ditetapkan
3. Hasil
Hasil validasi menunjukkan apakah validasi yang dilakukan telah dinyatakan
valid atau tidak.
4. Evaluasi
Evaluasi mencakup kesesuaian antara protokol validasi Benacol DTM Syrup
60 mL dengan proses pembuatan Benacol DTM Syrup 60 mL telah dilakukan
dengan tepat atau tidak dan perbandingan kriteria keberhasilan yang mengacu
pada parameter kritis dan testing points validation menunjukkan adanya
penyimpangan dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan atau tidak. Pada
evaluasi memuat hasil perhitungan process capability index untuk 3 BN
validasi Benacol DTM Syrup 60 mL.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
30
Universitas Indonesia
5. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan rangkuman dari hasil akhir yang didapatkan yang
mengacu pada hasil validasi proses yang didapatkan.
6. Revalidasi
7. Persetujuan
Persetujuan dilakukan oleh Formulation Process Manager, Production
Manager dan Quality Assurance Manager.
8. Laporan penyimpangan validasi
9. Laporan penyimpangan validasi dibuat apabila dari hasil pelaksanaan validasi
proses terdapat penyimpangan. Laporan penyimpangan validasi memuat nama
produk, kode, nomor batch, penyimpangan, justifikasi, rekomendasi tindakan
korektif dan komentar dari QA Manager. Hasil validasi yang menyimpang
ditulis pada penyimpangan dan dilakukan justifikasi yang memuat alasan
untuk memberikan keputusan untuk menerima atau tidak menerima terhadap
hasil penyimpangan. Rekomendasi tindakan korektif merupakan tindakan
yang dilakukan pada proses selanjutnya agar tidak terjadi penyimpangan
kembali. Laporan penyimpangan validasi ini disusun oleh Supervisor QA dan
disetujui oleh Manager QA.
4.3 Parameter yang Dikaji
Proses validasi tidak mengkaji semua parameter yang berkaitan dengan
proses produksi, namun hanya parameter-parameter yang berpengaruh secara
signifikan dengan kualitas produk yang dihasilkan dan efisiensi proses.
Pengkajian parameter-parameter tersebut dilakukan untuk membuktikan
bahwa proses produksi yang dilakukan benar dan konsisten sesuai dengan
syarat yang telah ditentukan.
Dibawah ini parameter-parameter uji yang dilakukan pada produk
Benacol DTM Syrup 60 mL skala produksi :
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Tabel 2. Parameter-parameter uji pada Benacol DTM syrup 60 mL
No. Testing point Syarat Hasil Keterangan
1 pH SSI 5.4 – 6.4 5.745 – 5.856 Memenuhi
syarat
2 BJ SSI
1.200 – 1.300 g/ml
(Berdasarkan DR
No.POV/2014/02/060)
1.2385 – 1.2453 g/ml Memenuhi
syarat
3 Keseragaman
Kadar SSI
90.0 – 110.0 % ; RSD
≤ 5.0 %
Zat aktif A:
96.90 – 101.9 % ;
RSD 0.64 – 1.63 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif B:
100.80 - 104.40 % ;
RSD 0.17 - 1.22 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif C:
102.10 - 105.60 % ;
RSD 0.26 - 1.74 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif D:
101.04 - 105.81 % ;
RSD 0.38 - 0.68 %
Memenuhi
syarat
4 Microbial
Count SSI
Angka Mikroba :
≤ 1000 cfu/ml
Angka Mikroba :
< 10 cfu/ml
Memenuhi
syarat
Angka Jamur & Ragi :
≤ 100 cfu/ml
Angka Jamur & Ragi :
< 10 cfu/ml
Memenuhi
syarat
E. coli : Negatif E. coli : Negatif Memenuhi
syarat
5 Volume
Individu 61 - 63 ml 61 – 62.5 ml
Memenuhi
syarat
6 BJ Tahap isi
1.200 – 1.300 g/ml
(Berdasarkan DR
No.PxOV/2014/02/06)
1.2374 - 1.2469 g/ml Memenuhi
syarat
7 pH Tahap Isi 5.4 – 6.4 5.721 - 5.830 Memenuhi
syarat
8
Penetapan
Kadar Tahap
Isi
90.0 – 110.0 %
Zat aktif A:
95.40 - 107.70 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif B:
94.90 - 106.90 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif C:
99.9 - 111.40 %
Memenuhi
syarat
Zat aktif D:
98.27 - 110.20 %
Memenuhi
syarat
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
32
Universitas Indonesia
9
Microbial
Count Tahap
Isi
Angka Mikroba :
≤ 100 cfu/ml
Angka Mikroba :
< 10 cfu/ml
Memenuhi
syarat
Angka Jamur & Ragi :
≤ 10 cfu/ml
Angka Jamur & Ragi :
< 10 cfu/ml
Memenuhi
syarat
E. coli : Negatif E. coli : Negatif Memenuhi
syarat
10 Test Torque 6 – 18 lbs 6.0 – 22,7 lbs Tidak
memenuhi
syarat
11 Tes Kebocoran 0 % 0 % Memenuhi
syarat
4.4 Dokumentasi Validasi Konkuren Benacol DTM Syrup 60 mL
4.4.1 Kualifikasi ruangan
Hasil kualifikasi ruangan berupa Relative Humidity (RH), temperatur,
Absolute Moisture Content (AMC), jumlah partikel saat validasi proses 3 batch
berturut-turut sudah memenuhi persyaratan, baik untuk ruang mixing maupun
ruang filling. Untuk pemantauan jumlah mikroba dari validasi 3 batch berturut-
turut, monitoring dengan menggunakan contact plate terhadap ruang mixing
terdapat hasil yang menyimpang, sedangkan untuk monitoring dengan media
ekspose memenuhi syarat. Untuk monitoring terhadap ruang filling, baik dengan
metode contact plate maupun media ekspose, sudah memenuhi syarat. Dari
checklist penelusuran terhadap hasil yang menyimpang, kondisi media, alat serta
ruangan lab QC mikroba tidak ditemukan adanya penyimpangan. Hal ini
menunjukkan perlu dilakukannya review terhadap proses pembersihan ruang
produksi line 5 termasuk proses dan frekuensi dilakukannya sanitasi
ruangan.Kalibrasi peralatan.
4.4.2 Kalibrasi Peralatan
Hasil kalibrasi peralatan baik peralatan di produksi maupun laboratorium
pada saat pelaksanaan validasi memenuhi syarat dan dinyatakan terkalibrasi.
4.4.3 Hasil Kualifikasi Mesin
Hasil kualifikasi mesin (equipment) produksi pada saat pelaksanaan
validasi memenuhi syarat dan dinyatakan terkualifikasi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
33
Universitas Indonesia
4.4.4 Penampilan (Appearance)
Hasil pengujian penampilan (appearance) Benacol DTM Syrup 60 ml
untuk ketiga BN berupa syrup bening berwarna merah, rasa manis, pedas, asin
dan berbau khas.
4.4.5 pH Syrup Siap Isi dan pH Syrup Tahap Isi
Hasil pengujian pH syrup siap isi dan pH syrup tahap isi untuk ketiga BN
memberikan hasil yang memenuhi syarat dengan nilai pH 5.745 - 5.856 dan pH
5.721 - 5.830 masih berada pada rentang syarat pH 5.4 - 6.4 (pH meter).
4.4.6 Bobot Jenis Syrup Siap Isi dan Bobot Jenis Syrup Tahap Isi
Hasil pengujian BJ syrup siap isi dan BJ syrup tahap isi untuk ketiga BN
memberikan hasil yang tidak memenuhi syarat dengan nilai BJ antara 1.2385 –
1.2453 g/ml dan 1.2374 - 1.2469 g/ml masih berada diluar rentang syarat BJ
1.260 – 1.290 g/ml.
4.4.7 Penetapan Kadar
Hasil pengujian penetapan kadar pada tahap pengisian untuk ketiga BN
memberikan hasil yang memenuhi syarat dengan kadar Zat aktif A antara 95.40 -
107.70 %, Zat aktif B antara 94.90 - 106.90 %; Zat aktif C antara 99.9 - 111.40 %
dan Zat aktif D antara 98.27 - 110.20 % (rentang syarat keseragaman kadar 90.0-
110.0 % ; RSD ≤ 5.0 %). Hal ini menunjukkan bahwa proses pengisian yang
dilakukan dapat menghasilkan syrup yang homogen.
4.4.8 Cemaran Mikroba
Hasil pengujian cemaran mikroba (microbial count) pada syrup siap isi
dan syrup tahap isi untuk ketiga BN memenuhi syarat yang ditetapkan. Angka
mikroba tidak lebih dari 10 CFU/ml masih memenuhi syarat angka
mikroba/bakteri ≤ 1000 CFU/ml, angka jamur & ragi tidak lebih dari 10 CFU/ml
masih memenuhi syarat angka jamur & ragi ≤ 100 CFU/ml. Selain itu hasil yang
didapat menunjukkan tidak ada cemaran E. coli dalam produk yang dihasilkan
(syarat cemaran E. coli negatif). Hal ini menunjukkan bahwa bahan, peralatan,
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
34
Universitas Indonesia
personil, maupun proses (pencampuran & pengisian) yang dilakukan tidak
memberikan cemaran mikroba yang berarti terhadap produk yang dihasilkan.
4.4.9 Volume Individu
Testing points volume individu digunakan sebagai parameter ketangguhan
atau kapabilitas proses produksi tersebut. Indeks kapabilitas proses dapat diketahui
menggunakan metode statistik dengan bantuan perangkat lunak MINITAB® 14,
dengan tahapan perhitungan sebagai berikut :
Gambar 4.1. Menyusun data statistik hasil pengamatan testing points antar 3 bets
validasi.
Gambar 4.2. Menggunakan fasilitas statistik Capability Sixpack
Stat Quality tools Capability sixpack Normal
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Sa
mp
le M
ea
n
321
62.05
62.00
61.95
__X=62.0018
UCL=62.0456
LCL=61.9580
Sa
mp
le S
tDe
v
321
0.25
0.20
0.15
_S=0.1999
UCL=0.2310
LCL=0.1689
Sample
Va
lue
s
3.02.52.01.51.0
62.4
61.6
60.8
63.062.762.462.161.861.561.2
LSL USL
LSL 61
USL 63
Specifications
62.562.061.561.0
Within
O v erall
Specs
StDev 0.200196
C p 1.67
C pk 1.66
Within
StDev 0.208122
Pp 1.6
Ppk 1.6
C pm *
O v erall
1
1
1
11
Process Capability Sixpack of Volume Individu LBND1/LBNDA 3 BN
Xbar Chart
Tests performed with unequal sample sizes
S Chart
Tests performed with unequal sample sizes
Last 3 Subgroups
Capability Histogram
Normal Prob Plot
A D: 125.770, P: < 0.005
Capability Plot
Gambar 4.3. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack
Benacol DTM Syrup 60 mL.
Nilai Cpk (1.67) keseragaman volume individu menunjukkan bahwa kecil
kemungkinannya terjadi penyimpangan di masa yang akan datang. Nilai Ppk (1.6)
menunjukkan performa proses pada tahap pengisian memberikan keseragaman
volume individu yang baik dan cukup stabil. Dari peta kendali X-Bar Chart dan S-
Chart hasil yang diperoleh menunjukkan data yang tidak terkendali dimana
terdapat data yang melewati limit control (LCL dan UCL). Sebaran data yang
dihasilkan bersifat tidak normal dengan tingkat kepercayaan (P) < 0.005 dan
transformasi Johnson tidak dapat dilakukan. Sebaran data yang tidak normal
mengakibatkan nilai Cpk dan Ppk tidak dapat menginterpretasikan Proses
Kapabilitas volume individu pada LBND1.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
36
Universitas Indonesia
4.4.10 Test Torque
Sa
mp
le M
ea
n
321
12
11
10
__X=11.312UCL=11.605
LCL=11.018
Sa
mp
le S
tDe
v
321
2.4
2.2
2.0
_S=2.3192
UCL=2.5266
LCL=2.1118
Sample
Va
lue
s
3.02.52.01.51.0
24
16
8
22.520.017.515.012.510.07.5
LSL USL
LSL 6
USL 18
Specifications
2015105
Within
O v erall
Specs
StDev 2.32024
C p 0.86
C pk 0.76
Within
StDev 2.4585
Pp 0.81
Ppk 0.72
C pm *
O v erall
1
11
1
1
Process Capability Sixpack of C1, ..., C564
Xbar Chart
Tests performed with unequal sample sizes
S Chart
Tests performed with unequal sample sizes
Last 3 Subgroups
Capability Histogram
Normal Prob Plot
A D: 2.264, P: < 0.005
Capability Plot
Gambar 4.3. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack
Benacol DTM Syrup 60 mL.
Sam
ple
Mean
321
0.3
0.0
-0.3
__X=-0.0142
UCL=0.1075
LCL=-0.1360
Sam
ple
StD
ev
321
1.0
0.9
0.8
_S=0.9635
UCL=1.0496
LCL=0.8773
Sample
Valu
es
3.02.52.01.51.0
8
4
0
7.56.04.53.01.50.0-1.5
LSL* USL*
LSL* -2.60270
USL* 2.72597
Specifications
50-5
Overall
Specs
Location -0.0142147
Scale 1.02192
Pp 0.87
Ppk 0.84
Overall
Process Capability Sixpack of C1, ..., C564Johnson Transformation with SB Distribution Type
0.710 + 1.922 * Log( ( X - 2.918 ) / ( 23.282 - X ) )
Xbar Chart
S Chart
Last 3 Subgroups
Capability Histogram
Normal Prob Plot
AD: 0.492, P: 0.219
T ransformed Capa Plot
Gambar 4.4. Menginterpretasikan grafik Process Capability Sixpack Benacol
DTM Syrup 60 mL.
Hasil pengujian Torque Test untuk BN 621011 terdapat beberapa data
yang lebih besar dari persyaratan, yaitu dengan nilai terbesar 22.7 lbs (syarat 6 -
18 lbs). Sementara 2 BN lainnya telah memenuhi syarat dengan hasil 6.0 - 17.5
lbs. Distribusi data tidak normal (P< 0.005) dengan nilai Cpk 0.76 dan Ppk 0.72,
namun Transformasi Johnson dapat dilakukan (P = 0.203) dan dihasilkan nilai
Ppk 0.84. Hal ini menunjukkan bahwa proses yang telah dilakukan belum cukup
baik. Bila dilihat dari peta kendali X-Bar Chart dan S Chart, hasil yang diperoleh
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
37
Universitas Indonesia
menunjukkan data yang tidak terkendali dimana terdapat data yang melewati
limit control (LCL dan UCL). Dari data histogram yang terbentuk
memperlihatkan terdapat data yang berada di luar spesifikasi. Pada batch 621011
dan 622012 hasil pengujian torque ditemukan kondisi tutup botol loss/dol
sehingga masih perlu diperhatikan setting mesin saat proses cramping. Lihat
laporan penyimpangan untuk nilai torque > 18 lbs.
4.4.11 Uji Kebocoran
Hasil pengujian kebocoran kemasan primer untuk ketiga BN
menunjukkan hasil yang baik dimana nilai kebocoran yang didapat 0%. Hal ini
menunjukkan proses pengemasan primer telah berjalan baik.
4.5 Validation Deviation
Validation deviation dapat dilaporkan oleh bagian produksi, QC, QA dan
departemen lain yang berkaitan dengan penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan
ini kemudian ditulis dalam laporan penyimpangan, selanjutnya bagian QA dan
departemen terkait yang akan menganalisis penyimpangan yang terjadi.
Penyimpangan tersebut kemudian di investigasi dan dilakukan tindakan perbaikan
yaitu perbaikan untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi (corrective action)
atau tindakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan di masa mendatang
(preventif action). Bagian QA membuat rekomendasi agar penyimpangan tersebut
tidak terulang kembali dan dampak yang dihasilkan setelah rekomendasi
dilaksanakan.
Validation Deviation pada Benacol DTM Syrup 60 mL terletak pada
pengambilan sampel pada pengujian Tes Torque dilakukan dengan interval lebih
dari 20 menit dan beberapa data hasil pengujian tes torque pada BN 621011 Tidak
Memenuhi Syarat (TMS). Pada BN 621011 dan 622012, ditemukan kondisi tuup
botol yang loss/dol. Penyimpangan ini di justifikasi berdasarkan protokol
pengujian Test Torque dilakukan oleh bagian produksi setiap 20 menit selama
waktu pengisian. Jumlah sampel masing-masing titik sampling sejumlah holder
pada starwheel mesin capping untuk produksi. Beberapa titik sampling dalam
pengujian tes torque yang dilakukan oleh bagian produksi dilakukan dengan
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
38
Universitas Indonesia
interval lebih dari 20 menit karena sedang dilakukan pengaturan terhadap pisau
head cramper.
Kondisi pengaturan pisau head cramper pada alat pengujian test torque
yang tidak tepat menyebabkan hasil pengujian tes torque tidak memenuhi syarat.
Hal ini juga yang menyebabkan tutup botol ditemukan menjadi loss/dol. Apabila
pengaturan head cramper direnggangkan maka al cap akan terlepas sehingga
pengaturan pisau head cramper tidak diatur ulang walaupun terdapat sampel pada
pengujian tes torque yang tidak memenuhi syarat namun tutup botol masih dapat
dibuka dengan tangan. Hasil pengujian tes torque yang tidak memenuhi syarat
dapat diterima karena tutup botol masih dapat dibuka menggunakan tangan dan
tidak menyebabkan kebocoran pada botol namun perlu diperbaiki karena kondisi
tutup botol yang loss berpotensi untuk menimbulkan keluhan dari market.
Namun untuk keseluruhan perubahan parameter selama proses masih
dapat diterima dengan catatan perubahan tersebut dapat menghasilkan produk
yang sesuai spesifikasi dengan kualitas yang baik. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa validasi proses Benacol DTM Syrup 60 mL memenuhi
spesifikasi.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
39 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan kesimpulan:
1. Cara pembuatan protokol di PT. Kalbe Farma, Tbk. berdasarkan pada
Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (PPI) yang
kemudian akan dievaluasi dan dibuat laporan serta tren analisanya.
2. Proses validasi proses pada skala produksi dilakukan untuk membuktikan
bahwa proses produksi skala produksi (komersil) dari Benacol DTM Syrup
60 mL memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Laporan validasi ini
digunakan untuk membuktikan bahwa proses yang dilakukan mampu
menghasilkan Benacol DTM Syrup / 60 ml dengan kualitas yang konsisten
dan reprodusibel serta sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
Hendaknya melakukan pengkajian yang konsisten dalam tiap
parameter-parameter kritis dan uji pada segala aspek manajemen mutu obat.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014
40 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta: BPOM RI.
Dekker, Marcel (2003). Pharmaceutical Process Validation Third
Edition. New York: Marcel Dekker, Inc.
EMEA. (2001). Note for Guidance on Process Validation. London: The
European Agency for the Evaluation of Medicinal Products.
EMEA (2012). Guideline on Process Validation. United Kingdom: The
European Medicines Agency for Medicinal Products for Human Use.
Kalbe Farma. (2013). Protokol Validasi Proses Benacol DTM Syrup 60
mL Tablet. Bekasi: PT. Kalbe Farma, Tbk.
Kalbe Farma. (2013). Rencana Induk Validasi (RIV). Bekasi: PT. Kalbe
Farma, Tbk.
FDA. (2011). Guidance for Industry Process Validation : General
Principles and Practices. United States: U.S. Departement of Health
and Human Services.
PIC/S, “Validation Master Plan Installation and Operational Qualification
Non-Sterile Process Validation Cleaning Validation”. (PIC/S,
September. 2007)
WHO. (1997). Guide to Good Manufacturing Practice (GMP) Requirements,
Part 2 : Validation, Ganewa.
Food and Drugs Administration (FDA). (1987). Guidelines on general
Principles of Process Validation, USA.
Laporan praktek…, Tika Sartika, F Far UI, 2014