17
LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI PESTISIDA ACARA 2 FORMULASI PESTISIDA Oleh Nama : HENDRA PANGARIBUAN NPM : E1J012075 Co-Ass : Goklasni Manullang Shift : Jumat,10:00 – Selesai

Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

Embed Size (px)

DESCRIPTION

help your problem

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI PESTISIDA

ACARA 2

FORMULASI PESTISIDA

Oleh

Nama : HENDRA PANGARIBUAN

NPM : E1J012075

Co-Ass : Goklasni Manullang

Shift : Jumat,10:00 – Selesai

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU2015

Page 2: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Formulasi pestisida adalah campuran bahan aktif pestisida dengan bahan tambahan

tertentu yang menghasilkan bentuk pestisida yang dapat dipergunakan secara efektif, aman

dan ekonomis. Komponen pembentuk suatu jenis formulasi dapat berupa satu atau lebih jenis

bahan aktif (active ingredient) dan beberapa bahan tambahan (inert ingredient) seperti pelarut

(solvent), pengisi (diluent), pembasah (wetting agent), pengemulsi (emulsifler), penstabil

(stabilizer), anti-busa (anti foaming), minyak (oil), pewarna (colouring agent), dan perekat

(stiker).

Formulasi dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: formulasi cair, padat, dan

formulasi antara (pada dan cair). Pestisida yang termasuk formulasi cair adalah EC

(Emulsifiable Concentratate), S (Solution), AS (Aqueous Solution), AC (Aqueous

Concentrate), SC (Solube Concentrate), WSC (Water soluble Concentrate), OC (Oil

Concentrate), dan ULV (Ultra Low Volume). Sedangkan formulasi padat terdiri dapat berupa

D (Dust), WP (Wattable Powder), WDP (Water Dipersible Powder), SC (Suspension

Concentrate), SP (Soluble Powder), G (Granular). Formulasi antara dapat berupa A

(Aerosol), B (Bait;umpan beracun), SD (Seed-dressing) dan CRF (Controled release

formulation).

B.Tujuan

Untuk membedakan wujud fisik serta formulasi pestisida yang masih dalam kemasan dan

siap semprot /aplikasi.

Page 3: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

   Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat

luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh

fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan

ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi

kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang

mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput,

kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu

kesejahteraannya. ( Munaf, Sjamsuir 1997)

Dari artinya, pestisida adalah semua bahan atau campurah bahan, baik kimia maupun

biologi yang digunakan untuk mengendalikan (sida=cide=membunuh) jasad pengganggu

(pest). Pada masa sebelum masehi, telah dikenal bongkah belerang sebagai fumigan dan

penggunaan batu empedu kadal untuk membunuh cacing. Menjelang abad X masehi, bangsa

cina telah menggunakan senyawa arsenik untuk membunuh serangga. Pada tahun 1700 –

1800, telah digunakan racun nikotin, piretrin dan rotenon. Pada era 1800 – 1900 telah

ditemukan produk-produk petroleum, pestisida anorganik (CS2, HCN dan senyawa tembaga),

serta penemuan senyawa organosintetik (2,4 –dinitro-6-cresol). Pada tahun 1930 – 1950,

pestisida organik berkembang pesat (DDT dan derivatnya). Setelah tahun 1950, banyak

pengembangan pestisida baru (golongan karbamat, piretroid sintetik dan sejenis hormon

juvenil). Dewasa ini, pengembangan pestisida mengarah pada pengembangan bahan alam dan

sintesis terarah yang bersifat atraktan, repelen atau yang berupa Zat Pengatur Tubuh

Serangga (Insect Growth Regulator). ( Panut Djojosumarto 2006)

            Perkembangan pestisida membawa kemajuan pesat dalam bidang pertanian, pada

awal perkembangannya para petani umumnya cenderung menggunakan pestisida, karena

dapat meningkatkan hasil pertanian dengan cepat, tetapi tanpa disadari bahwa penggunaan

pestisida yang terlalu lama dan berlebihan dapat membuat tanah akan menjadi rusak, bahan

organi nya hilang terlebih lagi dapat mengganggu kestabilitasan sistem rantai makanan. Hal

ini disebabkan karena pestisida yang digunakan mengandung racun atau bahan aktif yang

berbahaya yang dapat membunuh semua makhluk hidup yang ada di dalam tanah, maupun

diluar tanah. (Djojosumarto 2006)

Page 4: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

Dalam penggunaan pestisida kita harus tahu susuan dari suatu formulasi pestisida tersebut,

hal ini bertujuan agar mudah diaplikasikan selain itu kita dapat mengetahui kandungan bahan

aktif yang terdapat pada pestisida tersebut dan apa-apa saja yang dugunakan dalam

membantu pstisida agar dapat berfungsi dengan baik.

a. Bahan Aktif

            Bahan aktif merupakan senyawa kimia atau bahan-bahan lain yang memiliki efek

sebagai pestisida. Bahan aktif pestisida dapat berbentuk cairan, padat, dan gas. Bahan aktif

yang digunakan dalam formulasi biasa berasal dari dalam bentuk aslinya, yang dikemudian

dicampur  dengan bahan-bahan pembantu lainnya dan bahan pembawa. Namun beberapa

bahan aktif kimia dalam bentuk sintetiknya dalam bentuk aslinya terutama herbisida yang

bahan aktifnya berbentuk asam seringkali sulit diformulasikan. Oleh karena itu, bahan aktif

semacam ini sering menggunakan bentuk garam atau ester. Sebagai contoh, glifosfat

(fosfonometil glisin) murini adalah asam yang tidak mudah larut dalam solvent organic yang

biasa digunakan dalam formulasi. Oleh karena itu harus terlebih dahulu diubah menjadi

garam, misalnya glifosfat ammonium, glifosfat-isopropilamina, dll.

            Disamping itu, beberapa bahan aktif pestisida terdiri atas beberapa isomer aktif.

Sebagai contoh adalah insektisida sipermetrin. Dari bahan aktif ini dipisahkan alfa-

sipermetrin, beta-sipermetrin, dan zeta-sipemetrin.

b. Bahan Pembantu (Adjuvant)

            Bahan-bahan pembantu merupakan bahan-bahan atau senyawa kimia yang

ditambahkan kedalam pestisida dalam proses formulasinya agar mudah untuk diaplikasikan.

Bahan-bahan Bahan-bahan pembantu sering ditambahkan pada formulasi adalah solvent atau

bahan pelarut, diluents atau bahan pembasah, emetik tau digunakan sebagai bahan penambah

bau, dll.

c. Bahan Pembawa

            Bahan pembawa digunakan untuk menurunkan konsentrasi produk pestisida,

tergantung pada cara penggunaan yang diinginkan. Bahan pembawa dapat berupa air,

minyak, talk, attapulgit, bentonit, tepung, pasir,dll.

Kode Formulasi Pestisida

            Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum

digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan

(processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan

keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida.

Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal

Page 5: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang

dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang

dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif

100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat

pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi campuran

dari 2 atau lebih pestisida.

            Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran

fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi

sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus

digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval

penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat

digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan

penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi

Bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan dibelakang nama

dagangnya. Global Crop Protection Federation (GCPF)  adalah federasi perlindungan

tanaman dunia menyusun berbagai kode dasar untuk berbagai macam formulasi pestisida.

a. Formulasi Cair

            Menurut Butarbutar (2009), EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah

larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan

penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air.

Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen

(sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air

pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun

yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran. Penyemprotan

merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari seluruh pemakaian insektisida, yang

sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan

dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah

diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam.

Contoh: grothion 50 EC, Basudin 60 EC

b. Water Soluble Concentrate (WCS)

Merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem

solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,

melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan

cara disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC.

Page 6: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang

diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B

(emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang

menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen

berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga

komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut

bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan

membentuk emulsi.

b. Berbentuk Butiran

            Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai

insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman

pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan

pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif

biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran

lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang

nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).

c. Bebentuk Tepung

            Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan

bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal

pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP

(wettable powder) atau WSP (water soluble powder).

d. Bentuk Minyak

            Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble

concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau

aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan

menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.

e. Fumigansia (fumigant)

Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi

untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.

f. Bentuk Tablet

Terdapat dalam dua bentuk :

1) Tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigant, yang umumnya

digunakan untuk gudang-gundang atau perpustakaan. Contoh: Phostoxin tablet.

Page 7: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

2) Tablet yang pada pengunaannya memerlukan pemanasan. Uap dari hasil pemanasan dapat

membunuh atau mengusir hama (nyamuk). Contoh: Fumakkila.

Page 8: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

BAB III

METODOLOGI

A.Alat dan Bahan

Baycarb 500 EC

Sevin 5 D

Sidazone 600 EC

Excocet 50 EC

Regent 5 C

Kanon EC

Dipel WP

Green Nature EC

Coracion EC

Mipcin WP

Dithine M-45

Indodan EC

Erlemeyer 250 cc

Batang pengaduk

Air aquades

B.Cara kerja

Menulis nama dagang dari setiapformulasi pestisida yang tersedia dan mencatat

komposisinya

Mengambil sedikit masing-masing formulasi tersebut dan mengamati wujud fisiknya

Mengencerkan pestisida dan melihat bentuk campuran siap pakai

Memeriksa pH dengan kertas pH untuk melihat tingkat kemasaman larutan.

Page 9: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

No Formulas

i

Nama

dagang

Wuju

d fisik

Warna Komposisi B.campuran

siap pakai

pH Keterangan

1 600 EC Sidazinon Cair Kuning

pekat

B.A :

Diazinon

60 g/l

Cair 3 Berubah

warna jadi

kuning

telur

2 50 EC Excocet Cair Kuning

coklat

B.A :

Sipermetri

n 50 g/l

Cair 4 Berubah

warna jadi

Putih Susu

3 SC Regent Cair Putih

cream

Fipronil

sopil

Cair 6 Tidak ada

perubahan

warna

4 EC Kanon Cair Kuning Donafoat cair 3 Berubah

warna jadi

putih pekat

5 WP Dipel Cair Kuning

Emas

Proferofos

500 g/l

cair 1 Berubah

warna jadi

putih susu

6 S Sevin Bubuk Putih

abu2

Karbonat

85 %

Cair 6 Memiliki

endapan

7 EC Green

Nature

Cair Kuning

coklat

Bacilus

pumilus

Cair 3 Tidak ada

perubahan

8 EC Coracion Cair Kuning Proferofus

500 g/l

Cair 1 Berubah

warna jadi

putih susu

9 WP Mipcin Bubuk putih - Cair 8 Tidak ada

Perubahan

10 EC Baycarb Cair Coklat

jernih

BPMC 9l Cair 7 Berubah

warna jadi

putih susu

Page 10: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

11 M-45 Dithine Bubuk Kuning

abu2

Mankozeb

80 %

Cair 7 Tidak ada

Perubahan

12 EC Indodan Cair Coklat

kuning

Endosulfan

353,9 9/l

Cair 7 Ada

endapan

Proses pencampuran larutan:

B.Pembahasan

Pada Diazinon dengan formulasi 600 EC memiliki wujud fisik cair berwarna kuning

pekat, dan setelah dilarutkan dengan aquades larutan diazinon berubah warna menjadi kuning

telur yang dapat dilihat dari gambar diatas. Setelah campuran terlarut selanjutnya larutan

diukur pH. pH yang didapat adalah 3. Sedangkan pada Exocet dengan formulasi 50 EC juga

memiliki wujud fisik cair akan tetapi warnanya berbeda dengan diazinon yaitu kuning coklat,

setelah dilarutkan dengan Aquades larutan berubah warna menjadi putih susu seperti gambar

diatas. Dan ph yang dimiliki adalah 4.

Pestisida yang memiliki wujud fisik bubuk yaitu Sevin dengan Mipcin dengan

formulasi WP yang memiliki warna awal putih dan setelah dilarutkan tidak mengalami

perbuahan warna, akan tetapi larutan tersebut memiliki endapan. Hal ini tentunya berbeda

dengan yang memiliki wujud fisik cair bahwa wujud fisik cair tidak memiliki endapan dan

AQUADES

AQUADES

Page 11: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

mengalami perubahan warna, akan tetapi wujud fisik bubuk tidak mengalami perubahan

warna akan tetapi memiliki endapa setelah dilarutkan.

Dari semua jenis pestisida yang dilarutkan memiliki pH yang berbeda , hal ini

kemungkinan terjadi karena komposisi yang dimiliki oleh setiap jenis pestisida berbeda-beda.

Pada Sidazinon komposisinya adalah dengan bahan aktif diazinon 60 d/l, sedangkan pada

Exocet memiliki komposisi bahan aktif sipermetrin 50 g/l.

Page 12: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

Insektisida yang memiliki wujud fisik cair setelah dilarutkan tidak memiliki endapan

akan tetapi mengalami perubahan warna.

Insektisida yang memiliki wujud fisik bubuk setelah dilarutkan tidak mengalami

perubahn warna akan tetapi memiliki endapan.

pH yang dimiliki setiap pestisida berbeda setelah dilarutkan dengan aquades

B. Saran

Agar praktikum berjalan dengan baik, sebaiknya para praktikan lebih serius

dalam mendengarkan asisten dosen saat menerangkan prosedur praktikum. Dan pada

saat melakukan praktikum, sebaiknya praktikan lebih tentram agar tidak menimbulkan

keribuatan.

Page 13: Laporan Praktikum Aplikasi pestisida

DAFTAR PUSTAKA

Munaf, Sjamsuir . 1997. Hama rumah tangga

Panut Djojosumarto . 2006. pengembangan pestisida mengarah pada Zat Pengatur Tubuh

Serangga .(Insect Growth Regulator)

Djojosumarto . 2006. pestisida mengandung racun atau bahan aktif yang berbahaya

Menurut Butarbutar . 2009. Formulasi pestisida untuk meningkatkan sifat-sifat yang

berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan

keefektifan pestisida.

Menurut Djojosumarto (2008), produk jadi campuran fisik antara bahan aktif dan bahan

tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Runia