15
Laporan Praktikum Asidimetri | 1 Laporan Praktikum Asidimetri I. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaOH. II. Tinjauan Pustaka Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994). Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990). Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan:

Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 1

Laporan Praktikum Asidimetri

I. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaOH.

II. Tinjauan Pustaka

Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam

kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang

bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau

garamnya).

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran

yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan

saling menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah

salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis

titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang

terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu

standar (asidimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion

hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994).

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan

bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari

buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit)

kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat,

reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990).

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting :

asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam

air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya

ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang

sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya

sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990).

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka

terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa

konjugatnya. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut

sebelum digunakan:

Page 2: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 2

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu.

Tidak boleh ada reaksi samping.

2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik

ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat

besar.

3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi

tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara

instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan

penambahan titran dihentikan.

4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja)

(Day dan Underwood, 1999).

Larutan standard adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot di

ketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Terdapat dua macam

larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan

standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan

larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan

standar adalah tepat dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia yang

menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua

macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder.

Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh

dengan cara menimbang.

Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:

1. Memiliki kemurnian 100%.

2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan

(pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu

sebelum ditimbang.

3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).

4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari

kesalahan relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang

besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan

dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu.

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh

dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai

untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu maka

NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar

primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar

primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan

larutan standar primer NaCO3.

Page 3: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 3

Mempelajari titrasi amatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil

jurusan kimia dan bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai

sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat

dan tidak membutuhkan banyak reagen.

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang

dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana

penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui

konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan

yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang

menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.

Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui

konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan

standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui

konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit.

Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh

keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran

habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin

kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna

seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik

equivalent?. Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara

yang umum adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna

dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat

langsung menghentikan proses titrasi.

Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator

fenolpthalein (pp). Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH

maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna

menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita

hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna

indicator disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik

equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.

Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:

V.N titran = V.N analit

Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan

molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna

(reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol.

Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume. Tidak semua

zat bisa ditentukan dengan cara titrasi akan tetapi kita harus memperhatikan syarat-

syarat titrasi untuk mengetahui zat apa saja yang dapat ditentukan dengan metode

Page 4: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 4

titrasi untuk berbagai jenis titrasi yang ada. Mengenal berbagai macam peralatan

yang dipergunakan dalam titrasipun sangat berguna agar kita mahir melakukan

teknik titrasi. Cara Melakukan Titrasi Asam Basa:

1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam

buret

2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau

erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran.

3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien

4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat

dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di

bawah wadah titrat

5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit)

sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan

diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi!!

Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, maka dapat

menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran

titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini

bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik dalam

titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir ( Day dan

Underwood).

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara

stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik

ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.Ketelitian

dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu

senyawa.Untuk menggetahui kesempurnaan berlansungnya reaksi maka

digunakan suatu zat yang disebut indicator.

Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas

dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik

yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator

yang baik mempunyai intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya

beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan

yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir

tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan

pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001).

Page 5: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 5

III. Cara Kerja

3.1. Pembuatan larutan standar primer

3.2. Pembuatan larutan standar sekunder

3.3. Pembuatan sampel

3.4. Pembakuan

Page 6: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 6

3.4. Penetapan kadar

IV. Hasil Percobaan dan Pembahasan

4.1. Data Pengamatan

- Standarisasi HCl

I II III Rata-rata

Titik Akhir 16,35 mL 13,35 mL 13,75 mL

Titik Awal 3,2 mL 0 mL 0 mL

Selisih 13,15 mL 13,35 mL 13,75 mL 13,41 mL

- Penetapan Konsentrasi NaOH

I II III Rata-rata

Titik Akhir 3,60 mL 6,70 mL 10,25 mL

Titik Awal 0 mL 3,60 mL 6,70 mL

Selisih 3,60 mL 3,10 mL 3,55 mL 3,41 mL

4.2. Perhitungan, dan Persamaan Reaksi

Pembakuan HCl dengan Na2B4O7.10H2O

Dik : - massa Na2B4O7.10H2O = 9,55 gram - BM = 382 g/mol

- Volume larutan = 250 mL

asus
Typewriter
asus
Typewriter
Page 7: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 7

Dit : N HCl =.....?

Jawab

Mol Na2B4O7.10H2O = massa / BM

= 9,55 gram / 382 g/mol

= 0,025 mol

M Na2B4O7.10H2O = mol Na2B4O7.10H2O / V

= 0,025 mol / 0.25 L

= 0,1 M

N Na2B4O7.10H2O = M Na2B4O7.10H2O x n

= 0,1 M x 1

= 0,1 N

Na2B4O7.10H2O + 2HCl → 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O

2 x N1 x V1 = N2 x V2

2 x (0,1N) x 10 mL = N2 x Vtitrasi/3

2 x (0,1 N) x 10 mL = N2 x 40,25/3 mL

0,002 = N2 x 13,41 mL

N2 = 0,00015 N = 1,5 x 10-4

N

Jadi, Normalitas HCl adalah 1,5 x 10-4

N.

Penentuan kadar NaOH

NaOH + HCl → NaCl + H2O

N1 x V1 = N2 x V2

NNaOH x 10 mL = N HCl x Vtitrasi/3

NNaOH x 10 mL = (1,5 x 10-4

N )x 10,25 / 3 mL

NNaOH x 10 mL = 0,00004

N NaOH = 0,0004 N = 4 X 10-4

N

% kadar b/v = N NaOH x BM x (10/100) 100 %

= (4 X 10-4

N x 40 g/mol x 0,1) 100 %

= (0,0016) 100 %

= 0,16 %

Jadi, kadar NaOH adalah 0,16 %.

Page 8: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 8

4.3. Pembahasan

Praktikum dimulai dengan mempersiapkan perlengkapan

keamanan seperti jas lab, masker, dan sarung tangan. Kemudian

dilanjutkan dengan menyiapkan alat serta bahan seperti : Buret, Pipet

tetes, Erlenmeyer 250 ml, Corong kaca, gelas beker, Batang pengaduk,

Gelas ukur 100 ml, Labu ukur 250 ml, Aquadest, Na2B4O7.10H2O, NaOH,

dan HCl.

Pada praktikum asidimetri ini, sampel yang akan ditentukan

konsentrasi atau kadarnya adalah senyawa basa kuat yaitu natrium

hidroksida atau soda kaustik (NaOH). Pada saat pembuatan sample NaOH

masih berbentuk kristal, kemudian NaOH ditumbuk menjadi bubuk hal ini

dilakukan agar NaOH dapat cepat larut dalam aquades. Kemudian setelah

NaOH menjadi bubuk ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik

sampai massanya 0,1 gram, setelah ditimbang kemudian NaOH di larutkan

dengan aquades pada gelas beker sebanyak 100 mL, setelah itu larutan

NaOH dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.

Larutan HCl yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam

buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini

bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan

jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan

sesudah titrasi. Larutan Na2B4O7.10H2O yang dititrasi dimasukkan

kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih

dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai

indicator metil orange.

Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator metil orange

yang akan berubah warna menjadi jingga pada saat telah tercapainya titik

ekivalen, namun pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi

adalah jingga agak kegelapan karena titik ekivalennya telah terlampaui.

Pada saat melakukan titrasi natrium tetraboraks dengan asam

klorida dilakukan selama 3 kali, hal ini di lakukan agar kita dapat nilai

rata-rata yang lebih tepat dan lebih akurat.

Setelah selesai melakukan pembakuan natrium tetraboraks dengan

asam klorida sebanyak 3 kali, kami langsung mentitrasi sample yaitu

NaOH dititrasi dengan HCl. Sama halnya dengan cara pembakuan natrium

tetraboraks dengan HCl, mula-mula kami menuangkan larutan HCl

kedalam buret dengan menggunakan corong kaca, hal ini di lakukan agar

Page 9: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 9

menghindari larutan HCl tumpah, karena larutan HCl adalah asam kuat

yang berbahaya jika terkena kulit atau anggota tubuh lainnya.

Kemudian Larutan NaOH yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas

kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu yaitu

sebanyak 10 mL dengan memakai pipet. Untuk mengamati titik ekivalen,

dipakai indicator metil red.

Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator metil red

yang akan berubah warna menjadi merah muda pada saat telah tercapainya

titik ekivalen.

Untuk perhitungan kadar dari natrium tetraboraks digunakan rumus :

% (b/v) sampel = N x BM x (10/100) 100%

Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, kadar natrium hidroksida

adalah 0,16 % (b/v).

Dan reaksi yang terjadi pada praktikum asidimetri ini adalah :

Na2B4O7.10H2O + 2HCl → 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O

Dan

NaOH + HCl → NaCl + H2O

Adapun untuk reaksi antara metil orange dengan HCl yaitu:

HCl + C14H14N3NaO3S → H(N3)Na(O3)S + C14H14Cl

Reaksi antara metal merah dengan NaOH yaitu:

NaOH + C15H15N3O2 → C15H14N3O2 + H2O + Na

Seperti kita ketahui bahwa metil orange berwarna kuning dalam

larutan basa dan berwarna merah dalam larutan asam. Struktur dalam

larutan basa:

Dalam larutan asam, ion hidrogen (barangkali tidak diharapkan)

menempel pada salah satu nitrogen pada ikatan rangkap dua nitrogen-

nitrogen.

Page 10: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 10

Muatan positif pada nitrogen terdelokalisasi (menyebar ke seluruh

struktur) – khususnya ke bagian molekul sebelah kiri. Umumnya

penggambaran struktur untuk metil orange yang berwarna merah adalah . .

.

Struktur manakah yang lebih terdelokalisasi – merah atau kuning?

Mari lihat ke belakang pada bagian spektra serapan untuk melihat apakah

hal tersebut dapat membantu.

Bentuk kuning mempunyai serapan sekitar 440 nm. Ini berada di daerah

biru dari spektrum, dan warna komplementer biru adalah kuning. Ini

seperti yang kita harapkan.

Bentuk merah mempunyai puncak serapan sekitar 520 nm. Ini terdapat

pada ujung daerah sian dari spektrum, dan warna komplementer sian

adalah merah. Sekali lagi sesuai harapan kita.

Perlu diingat bahwa perubahan dari bentuk kuning ke merah menghasilkan

peningkatan panjang gelombang serapan. Peningkatan panjang gelombang

menunjukan kenaikan delokalisasi. Itu artinya bahwa harus ada

delokalisasi yang lebih besar pada bentuk merah daripada bentuk kuning.

Berikut adalah struktur bentuk kuning:

Delokalisasi akan melebar ke seluruh struktur – hingga pasangan

elektron bebas di sebelah kiri atom nitrogen. Jika kita menuliskan struktur

yang umum untuk bentuk merah, delokalisasi rusak di bagian tengah –

pola selang-seling ikatan tunggal dan rangkap dua hilang.

Page 11: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 11

Jika kita menggambarkan dua strktur Kekulé yang mungkin untuk

benzena, anda akan tahu bahwa struktur benzena sebenarnya tidaklah

seperti itu. Struktur yang sebenarnya adalah diantara keduanya – semua

ikatan adalah identik dan berada diantara karakter ikatan tunggal dan

rangkap dua. Hal ini karena adanya delokalisasi pada benzena.

Dua struktur itu disebut sebagai struktur yang diterima, dan

keduanya dapat dipakai untuk menggambarkan struktur yang sebenarnya.

Sebagai contoh, penggambaran ikatan pada sisi kanan atas molekul tidak

benar-benar tunggal atau rangkap dua, tetapi diantara keduanya. Demikian

juga untuk semua ikatan yang ada. Dua struktur yang kita miliki

sebelumnya yang menggambarkan bentuk merah dari metil orange juga

merupakan bentuk yang dapat diterima – struktur metil orange dapat

digambarkan dalam dua bentuk. Kita dapat menunjukan struktur

terdelokalisasinya:

Dua bentuk ini merupakan hasil pergerakan elektron dalam struktur, tanda

panah bergelombang dipakai untuk menunjukan bagaimana struktur

tersebut berubah.

Page 12: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 12

Dalam kenyataannya, elektron tidak bergeser penuh. Hanya dalam

kasus benzena, struktur yang sebenarnya berada diantaranya. Kita dapat

juga memahami bahwa penggambaran bentuk yang dapat diterima tidak

berpengaruh pada geometri struktur. Jenis, panjang dan sudut ikatan tidak

berubah pada struktur sebenarnya. Sebagai contoh, pasangan elektron

bebas pada atom nitrogen yang ditunjukan dalam gambar terakhir

keduanya terlibat delokalisasi. Untuk terjadinya hal ini semua ikatan di

sekitar nitrogen harus berada dalam sisi yang sama dengan pasangan

elektron bebas sehingga dapat terjadi tumpang-tindih dengan orbital atom

tetangga pada sisi-sisinya. Kenyataannya pada masing-masing bentuk

yang dapat diterima satu dari nitrogen ini ditunjukan berlaku seperti pada

amonia – seperti terjadi kesalahan pengaturan ikatan – dan terlihat jika

delokalisasi dirusak.

Masalahnya adalah tidak mudah menggambarkan struktur

delokalisasi yang rumit dengan gambar sederhana. Hal ini cukup sulit

untuk benzena – untuk metil oranye ada metode yang memberikan

kemungkinan kekeliruan jika anda tidak menggunakan bentuk yang dapat

diterima.

Akan lebih rumit, Jika kita melakukan hal ini dengan hati-hati akan ada

bentuk lain yang dapat diterima dengan penataan ikatan tunggal dan

rangkap yang berbeda dan dengan posisi muatan positif pada berbagai

tempat di sekitar cincin dan pada atom nitrogen lain.

Struktur yang sebenarnya tak dapat ditunjukan dengan salah satu dari

bentuk-bentuk yang mungkin, tetapi masing-masing memberikan petunjuk

bagaimana terjadinya delokalisasi.

Jika kita mengambil dua bentuk dan menuliskan kemungkinan yang paling

besar, ini menunjukan bahwa ada delokalisasi elektron di seluruh struktur,

tetapi kerapatan elektron yang sedikit agak rendah di sekitar dua nitrogen

menyebabkan muatan positif muncul pada salah satu bentuk yang diterima

atau lainnya.Lalu mengapa bentuk merah lebih terdelokalisasi daripada

bentuk kuning?

Akhirnya, kita menerima penjelasan mengapa delokalisasi lebih

besar pada bentuk merah metil orange dalam larutan asam daripada bentuk

kuning dalam larutan basa.

Page 13: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 13

Jawaban dapat didasarkan pada fakta bahwa pasangan elektron

bebas terlibat penuh dalam delokalisasi bentuk merah sebagaimana yang

kita gambarkan. Bentuk yang dapat diterima dengan muatan positif pada

nitrogen menunjukan gerakan yang signifikan bahwa pasangan elektron

bebas bergerak ke seluruh molekul. Bukankah hal yang sama juga terjadi

pada pasangan elektron bebas nitrogen yang sama dalam bentuk kuning

metil orange? Secara keseluruhan tidak sama.

Bentuk yang dapat diterima yang kita gambar menghasilkan atom

bermuatan negatif lain pada seluruh struktur. Pemisahan muatan negatif

dan positif secara energetika tidak disukai. Pada bentuk merah, tidak ada

pemisahan muatan yang baru – hanya menggeser muatan positif di sekitar

struktur. (Sumber: http://www.chem-is-try.org)

Methyl red biasa digunakan sebagai zat warna monoazo di

laboratorium dan industri tekstil, serta industri-industri lainnya. Struktur

molekul methy red dapat dilihat pada Gambar 2.

Penggunaan methyl red dapat menyebabkan gangguan/iritasi pada

mata dan kulit (Hayes, et.al,, 2004), iritasi pada saluran pencernaan,

faringeal bila terhirup atau tertelan (Badr, Y, et al., 2008), terlebih methyl

red bersifat mutagenik pada kondisi aerobik, mengalami biotransformasi

menjadi asam 2-aminobenzoat dan N-N’ dimetil-p-fenilen diamin (Vijaya,

P. P, S. Sandhya, 2003).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rosemal, Haris,

dan Sathasivam, pada tahun 2009 tentang adsorpsi zat warna methyl red

menggunakan serat pseudotesm pada pisang didapatkan hasil panjang

gelombang maksimum zat warna methyl red pada berbagai variasi pH

seperti tercantum pada Tabel 1(Rosemal, Haris,dan Sathasivam, 2009:

1694).

Page 14: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 14

V. Kesimpulan

Dari percobaan pembakuan larutan HCL dengan natrium tetraboraks kami

mendapatkan normalitas sebesar 1,5 x 10-4

N.

Dari percobaan penetapan kadar natrium hidroksida didapat % kadar b/v

nya sebesar 0,16 % (b/v).

Titik Akhir berwarna jingga pada pembakuan HCL di pengaruhi oleh

reaksi antara natrium tetraboraks dengan titran, sedangkan pada Penetapan

kadar perubahan warna menjadi merah jambu dikarenakan pengaruh

reaksi NaOH dengan titran.

Digunakan titran HCL sebagai pemberi suasana asam, sehingga

menjadikan larutan yang ada dalam erlenmeyer menjadi netral, terjadilah

reaksi netralisasi yaitu :

Na2B4O7.10H2O + 2HCl → 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O

Dan

NaOH + HCl → NaCl + H2O

Page 15: Laporan Praktikum Asidimetri.pdf

Laporan Praktikum Asidimetri | 15

VI. Daftar Pustaka

http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/asidimetri-dan-alkalimetri.html

diakses 26 Desember 2014

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press: Jakarta

Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422,

Erlangga, Jakarta

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1998. Anilisa Kimia Kuantitafif.

Erlangga: Jakarta

http://kimiaanalisa.web.id/apa-itu-titrasi/ diakes 26 Desember 2014

http://hikaride.blogspot.com/2013/12/laporan-titrasi-asidimetri.html

diakses 26 Desember 2014

http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_serapan_ultraviolet-

tampak__uv-vis_/spektra_serapan_uv_tampak/ diakses 2 Januari 2015

Cirebon, 17 Desember 2014

Asisten Praktikan Praktikan

Tania Avianda Gusman M,Sc. Nurazizah Fitriyani Nahri