Laporan Praktikum Biodiesel THP

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Praktikum Teknologi Proses

PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI

Disusun Oleh:

PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERKEBUNANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia memiliki beragam sumber daya energi yang berupa minyak, gas, batubara, panas bumi, air dan sebagainya yang digunakan dalam berbagai aktivitas pembangunan baik secara langsung ataupun diekspor untuk mendapatkan devisa. Sumber daya energi minyak dan gas adalah penyumbang terbesar devisa hasil ekspor. Kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri juga meningkat seiring meningkatnya pembangunan. Peningkatan ini mengakibatkan berkurangnya devisa negara disebabkan jumlah minyak sebagai andalan komoditi ekspor semakin berkurang karena dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Disisi lain, bahwa cadangan minyak yang dimiliki Indonesia semakin terbatas karena merupakan produk yang tidak dapat diperbaharui. Bersamaan dengan itu juga muncul permasalahan lain terkait dengan lingkungan yaitu pencemaran udara meningkat yang disebabkan oleh emisi gas hasil pembakaran produk minyak bumi, dimana akibat lebih lanjut dapat menyebabkan efek rumah kaca, global warming, hujan asam, dan lain-lain. Salah satu jenis bahan bakar minyak yang banyak digunakan adalah minyak diesel. Penggunaannya antara lain sebagai bahan bakar mesin truk, bis, generator listrik, alat-alat pertanian, dan alat-alat pertambangan (Srivastava dan Prasad, 2000). Mesin diesel yang menggunakan solar sebagai bahan bakar dapat mengemisikan berbagai macam gas antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2), selain itu juga menghasilkan hidrokarbon (aromatik polisiklik) dan partikulat kasar, yang semuanya berbahaya bagi kesehatan manusia (Hardjono, 2000).Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, berbagai penelitian telah banyak dilakukan sehingga menghasilkan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan. Salah satu bahan bakar alternative yang terus dikembangkan yaitu biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari bahan baku yang dapat diperbaharui, mengandung beberapa macam ester asam lemak yang diproduksi dari minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan lain di Indonesia yang berpotensi menjadi sumber energi ini. Berdasarkan beberapa kriteria, minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling potensial yang dapat digunakan sebagai bahan mentah pembuat biodiesel ( Soerawidjaja, 2006). Penggunaan biodiesel memberikan banyak keuntungan antara lain tidak perlu memodifikasi mesin, menghasilkan lebih sedikit emisi CO2, CO, SO2, karbon, dan hidrokarbon dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari fraksi minyak bumi, tidak memperparah efek rumah kaca karena rantai karbon yang terlibat dalam siklus merupakan rantai karbon yang pendek, kandungan energinya mirip dengan bahan bakar minyak (sekitar 80% dari kandungan bahan bakar minyak), mempunyai angka setana lebih tinggi dari bahan bakar minyak, penyimpanannya mudah karena titik nyalanya tinggi, biodegradable, dan tidak beracun.Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia setelah Malaysia sehingga Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi biodiesel dengan bahan baku minyak sawit. Ini merupakan potensi bahan baku yang besar untuk tujuan pengembangan BBM alternatif tersebut. Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan dengan mengkonversi trigliserida (komponen utama minyak nabati) menjadi metil ester asam lemak, dengan memanfaatkan katalis pada proses esterifikasi. B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui dan mampu melaksanakan pembuatan biodiesel dari minyak nabati (minyak kelapa sawit) dengan metode transesterifikasi.2. Mengetahui reaksi esterifikasi asam lemak dengan alkohol pada proses pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit.3. Mengatahui pengaruh lama waktu pemanasan dan pengadukan menggunakan magnetic stirrer pada saat proses esterifikasi (variasi waktu 30 menit, 45 menit dan 60 menit)

C. Manfaat PraktikumPraktikum ini diharapkan dapat menjadi alternatif teknik pembuatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar berbahan dasar minyak nabati (minyak kelapa sawit).

D. Hipotesis

Diduga bahwa variasi lama waktu pemanasan dan pengadukan dengan magnetic stirrer pada saat proses esterifikasi (30 menit, 45 menit dan 60 menit) akan berpengaruh terhadap pembentukan metil ester (jumlah yield, viskositas maupun densitasnya). Semakin lama waktu pemanasan dan pengadukan, yield yang terbentuk semakin banyak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Kelapa SawitMenurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 7709-2012, minyak goreng sawit adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak sawit dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses pemurnian dengan penambahan vitamin A. Minyak goreng kelapa sawit tergolong sebagai minyak nabati. Unsur pokok dari minyak nabati adalah trigliserida. Minyak nabati terdiri dari 90-98% trigliserida dan sejumlah kecil mono dan digliserida. Trigliserida adalah ester dari tiga asam lemak dan satu gliserol serta mengandung sejumlah besar oksigen pada strukturnya. Asam lemak berbeda-beda dalam hal panjang rantai karbonnya, dan dalam jumlah ikatan gandanya. Pada asam lemak pada umumnya ditemukan asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam limoleat, dan asam linolenat. Minyak nabati mengandung asam lemak bebas (umumnya 1 sampai 5%), fosfilipid, fosfat, karoten, tokoferol, komponen sulfur dan sedikit air. Syarat mutu minyak goreng sawit sesuai SNI 7709-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

B. BiodieselBiodiesel termasuk bahan bakar diesel yang terbakar dengan sempurna, dihasilkan dari beberapa minyak nabati pengganti minyak bumi. Vicente dkk., (2006) juga mendefinisikan biodiesel sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Selanjutnya Soeradjaja (2005) mendefinisikan minyak lemak mentah sebagai minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak (oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk mengurangi kadar air). Minyak lemak mentah yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan asam-asam lemak bebas (dengan netralisasi dan steam refining) disebut dengan refined fatty oil atau straigth vegetable oil (SVO). SVO inilah yang kemudian dipakai sebagai bahan untuk memproduksi biodiesel atau metil ester asam lemak.Sifat biodiesel mirip dengan sifat minyak diesel, sehingga biodiesel menjadi bahan utama pengganti bahan bakar diesel. Konversi trigliserida menjadi metil atau etil ester melalui proses transesterifikasi mengurangi berat molekul trigliserida hingga sepertiganya, mengurangi viskositas hingga seperdelapannya, dan sedikit meningkatkan titik nyalanya. Viskositas biodiesel mendekati viskositas minyak diesel. Esternya mengandung 10-11% berat oksigen, yang mana mendorong pembakaran pada mesin lebih baik dibanding hidrokarbon dari minyak diesel.Biodiesel terdiri dari metil ester minyak nabati, di mana rantai hidrokarbon trigliserida dari minyak nabati mentah diubah secara kimia menjadi ester asam lemak. Ini dihasilkan dari reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol dengan minyak untuk melepaskan tiga rantai ester dan gliserin dari tiap triliserida. (Von Wedel, 1999). Campuran tersebut meninggalkan gliserin di lapisan bawah dan biodiesel di lapisan atas. Gliserin selanjutnya dapat dimurnikan untuk dijual kepada industri kosmetika ataupun farmasi.Rantai hidrokarbon biodiesel pada umumnya terdiri dari 16-20 atom karbon. Beberapa sifat kimia biodiesel membuatnya dapat terbakar dengan sempurna, dan meningkatkan pembakaran pada campurannya dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Selain itu, biodiesel juga renewable, nontoxic, dan biodegradable. Rantai karbon biodiesel bersifat sederhana, berbentuk lurus dengan dua buah atom oksigen pada tiap cabangnya (mono alkil ester), sehingga lebih mudah didegradasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon petrodiesel, yang bersifat lebih kompleks, dengan ikatan rangkap dan banyak cabang. Keuntungan dari penggunaan biodiesel antar lain : a). Terbakar lebih dari 75%; b). Perusakan ozon karena emisi biodiesel hampir 50% lebih rendah dari minyak diesel konvensional; c). Penggunaan biodiesel tidak offensive dan tidak menimbulkan iritasi mata; d). Pelumasannya lebih baik; e). Mempunyai angka setana yang lebih tinggi, yang akan meningkatkan efisiensi mesin (sebagai contoh 20% biodiesel yang ditambahkan terhadap minyak diesel konvensional akan meningkatkan angka setana 3 poin, membuatnya menjadi bensin); f). Dapat dicampur dengan bahan bakar diesel asli dengan ukuran perbandingan berapapun, meskipun sejumlah kecil biodiesel, hal itu berarti emisi yang lebih bersih dan pelumasan mesin yang lebih baik; g). Dapat dihasilkan dari segala jenis minyak nabati, termasuk minyak goreng bekas; h). Memperpanjang masa kerja mesin, sebagai contoh, truk di Jerman memenangkan pertandingan pada Guinnes Book of Record dengan mengendarai sejauh lebih dari 1.25 juta Km (780.000 mil) dengan menggunakan biodiesel pada mesin aslinya (Ju et al., 2000).

C. Reaksi EsterifikasiEsterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Reaksi esterifikasi dapat dilihat pada persamaan berikut

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam 5 mg-KOH/g). Jika prosedur-prosedur alkoholisis diterapkan pada minyak lemak yang memiliki kadar asam lemak bebas lebih dari 0,5% berat, maka sebagian besar atau bahkan seluruh katalis akan musnah bereaksi dengan asam lemak bebas menjadi sabun (Akhirudin, 2006).

D. Reaksi Transesterifikasi Transesterifikasi (disebut juga alkoholisis) merupakan reaksi antara minyak (trigliserida) dan alkohol dimana alkohol direaksikan dengan ester untuk menghasilkan ester baru, sehingga terjadi pemecahan senyawa trigliserida untuk mengadakan migrasi gugus alkil antar ester. (Darnoko dan Cheryan, 2000). Proses transesterfikasi mensyaratkan bilangan asam minyak sebagai bahan pembuatan biodiesel berada pada kisaran 1 atau ekivalen dengan kadar asam lemak bebas 0,5% (Prawitasari, 2006). Jika bilangan asam diatas kriteria tersebut maka pembuatan biodiesel disarankan melalui proses esterifikasi dengan menambah katalis asam atau basa sesuai bilangan asam yang didapatnya.Pertukaran antara alkohol dengan suatu ester untuk membentuk ester lain pada suatu proses transesterifikasi mirip dengan hidrolisis, kecuali pada penggunaan alkohol untuk menggantikan air. Secara umum, reaksi kimia yang terjadi pada proses pembuatan biodiesel adalah sbb :

E. Syarat Mutu BiodieselSuatu teknik pembuatan biodiesel hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkannya sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tanggal 22 Februari. Tabel berikut menyajikan persyaratan kualitas biodiesel yang diinginkan menurut SNI-04-7182-2006.

*) berdasarkan angka penyabunan, angka asam, serta kadar gliserol total dan gliserol bebas; rumus perhitungan dicantumkan dalam FBI-A03-03Sumber: Soerawidjaja, 2006

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PraktikumPraktikum dilaksanakan di Laboratorium KPB Jurusan Teknologi Pangan Hasil Pertanian Universitas Gajah Mada yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013. B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: timbangan analitik, erlenmeyer, labu pemisah, gelas ukur, spatula, propipet, pipet tetes, pendingin balik, magnetic stirrer, viskometer dan kertas PH.Sedangkan bahan yang di gunakan adalah: minyak goreng kelapa sawit merk MADINA, H2SO4 98%, NaOH 1M, metanol 95%, aquades dan air panas.C. Rancangan PraktikumPraktikum ini dilakukan dengan menggunakan satu faktor perlakuan yakni lama waktu pemanasan dan pengadukan menggunakan magnetic stirrer ketika proses esterifikasi dengan 3 variasi perlakuan (waktu pengadukan 30 menit, 45 menit dan 60 menit) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap yield biodiesel yang diperoleh, viskositas dan densitas dari biodiesel tersebut. D. Prosedur PraktikumPada praktikum ini digunakan minyak goreng kelapa sawit bermerek yang sudah di RBD (refined, bleached, deodorized) sehingga kadar asam lemak bebasnya tidak lebih dari 0,5%. Dengan demikian dapat langsung menjalani proses transesterifikasi tanpa adanya proses esterifikasi. Pembuatan biodiesel dari minyak goreng kelapa sawit menggunakan metode transesterifikasi dengan katalis H2SO4 adalah sbb:1. Dilakukan pengujian densitas dan viskositas dari minyak goreng kelapa sawit yang akan digunakan.2. Sebanyak 500 gram minyak kelapa sawit dimasukkan ke dalam erlenmeyer.3. Penambahan metanol 95% dengan perbandingan 1:4 (dibanding dengan berat minyak kelapa sawit).4. Penambahan H2SO4 sebanyak 0,5% dari massa minyak ke dalam erlenmeyer yang telah berisi minyak kelapa sawit dan metanol.5. Pemanasan sampel pada suhu sekitar 60oC sambil dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 500-1000 rpm selama waktu tertentu sesuai variasi (30 menit, 45 menit dan 60 menit) yang dihubungkan dengan pendingin balik untuk mencegah penguapan larutan.6. Setelah pemanasan selesai, campuran dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian diamkan beberapa saat sampai terbentuk 2 lapisan.7. Gliserol dikeluarkan dan metil ester yang diperoleh dimasukkan ke dalam gelas piala.8. Metil ester dititrasi hingga mencapai pH netral (pH 7) dengan menggunakan larutan NaOH 1 N (dicek dengan manggunakan kertas pH). 9. Metil ester dicuci dengan cara menambahkan air hangat ke dalam biodiesel kemudian aduk dengan menggunakan pengaduk kaca, selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pisah, didiamkan beberapa saat dan kemudian airnya dikeluarkan.10. Proses pencucian tersebut diulangi berulang-ulang sampai air pencuci ke dalam corong pisah menjadi jernih. 11. Metil ester yang sudah dipisahkan tersebut merupakan biodiesel yang kemudian dilakukan analisis jumlah yield (rendemen), viskositas dan densitasnya.E. Minyak gorengditimbang 500 grdimasukkan dalam erlenmeyerDipanaskan dengan pendingin balik T=60oC & diaduk 500-1000 rpm, t= 30, 45 & 60 menit (proses transesterifikasi)dimasukkan ke corong pisah (2 lapisan)dipisahkan+ Metanol 95% (1:4)+ H2SO4 0,5% minyakGliserolMetil EsterDititrasi hingga pH netral (7)NaOH 1 MDicuci dan dipisahkan dengan corong pisahAir panasAirDiulangi hingga air pencuci jernihBiodieselAnalisis: yield viskositas densitasAnalisis: viskositas densitasGaftar Alir PraktikumF. Analisis Pengujian atau analisis yang dilakukan terhadap biodiesel yang dihasilkan adalah rendemen (yield), densitas dan viskositas. Yield dapat diketahui menimbang beratnya pada timbangan analit kemudian dapat dikonversikan ke dalam satuan mL dengan perhitungan melibatkan viskositas biodiesel tsb. Viskositas dapat diketahui dengan menggunakan alat viskometer, sedangkan densitas dapat diketahui dengan menggunakan metode piknometer. Analisis terhadap bahan awal (minyak goreng kelapa sawit) pun juga dilakukan.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Bahan Dasar (Minyak Goreng Kelapa Sawit)Setelah dilakukan analisis terhadap densitas dan viskositas bahan dasar, diketahui bahwa densitas minyak goreng kelapa sawit adalah 0,9100 kg/L dan viskositasnya adalah 56,9 cP pada suhu 29,2oC. B. Analisis Metil Ester (Biodiesel) dan Pengaruh Waktu ReaksiPada praktikum ini digunakan tiga variasi waktu pemanasan dan pengadukan dengan magnetic stirrer pada proses esterifikasi yakni 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Dari hasil praktikum dengan tiga variasi variasi waktu pemanasan dan pengadukan dengan magnetic stirrer pada proses esterifikasi yakni 30 menit, 45 menit dan 60 menit dengan bahan dasar minyak kelapa sawit 500 gram (549,45 mL atau sekitar 550 mL) dihasilkan biodiesel dengan keterangan data sbb:NoLama pemanasan dan pengadukanDensitas (kg/L)Viskositas (cP)Yield (gram)Yield(mL)% Yield

130 menit0,890058,6225 250 45,0

245 menit0,870057,423827347,6

360 menit0,850056,325230550,4

Pada praktikum ini, proses transesterifikasi berlangsung pada suhu 60o C dengan variasi waktu pemanasan disertai pengadukan 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pemanasan dan pengadukan pada proses esterifikasi maka yield biodiesel yang dihasilkan semakin tinggi, dengan viskositas dan densitas yang semakin rendah. Akan tetapi nilai densitas dan viskositas yang dihaasilkan masih memenuhi sayarat mutu SNI-04-7182-2006. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi dalam pembuatan biodiesel adalah waktu reaksi, dimana semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan waktu reaksi akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun jika kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi reaksi. Darnoko dan Cheryan (2000) mendapatkan waktu tinggal yang optimum selama 60 menit untuk reaksi esterifikasi minyak sawit dalam reaktor alir tangki berpengaduk. Penelitian lain yang juga menggunakan waktu reaksi selama 60 menit diantaranya adalah Azis (2005).Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan reaksi pada pembuatan biodiesel adalah temperatur reaksi. Pada umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (60-70oC) pada tekanan 1 atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Semakin tinggi temperatur, berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi. Ini akan menyebabkan tumbukan terjadi lebih sering diantara molekul-molekul reaktan untuk kemudian melakukan reaksi (Rahayu, 2003), sehingga kecepatan reaksi meningkat. Darnoko dan Cheryan (2000) juga menggunakan suhu 60oC untuk reaksi. Arhenius mengatakan bahwa hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan temperatur mengikuti persamaan:

Selain suhu dan lama waktu reaksi, katalis juga mempengaruhi reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis, reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250oC. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun penukar ion. Konsentrasi katalis basa divariasikan antara 0,5-1% dari massa minyak untuk menghasilkan 94-99% konversi minyak nabati menjadi ester. Lebih lanjut, peningkatan konsentrasi katalis tidak meningkatkan konversi dan sebaliknya menambah biaya karena perlunya pemisahan katalis dari produk. Pada praktikum ini digunakan katalis asam yakni H2SO4 pada proses transesterifikasi. Dengan demikian, rendahnya yield yang diperolehPada praktikum ini konversi biodiesel atau yield yang dihasilkan adalah 45% untuk waktu reaksi 30 menit; 47,6 % untuk waktu reaksi 45 menit dan 50,4 % untuk waktu reaksi 60 menit pada suhu pemanasan yang sama yakni 60oC. Yield yang dihasilkan masih tergolong rendah, diduga disebabkan oleh suhu reaksi yang kurang tinggi untuk penggunaan katalis asam. Menurut Kirk dan Othmer (1992) dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan suhu reaksi diatas 100oC.

V. PENUTUP

A. KesimpulanAdapun dari praktikum ini dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Faktor variasi waktu pada reaksi esterifikasi memberikan pengaruh terhadap yield, densitas dan viskositas biodiesel yang dihasilkan dari bahan dasar minyak kelapa sawit. 2. Semakin lama waktu reaksi, maka semakin besar yield biodiesel yang dihasilkan 3. Sebaliknya waktu reaksi yang semakin lama menghasilkan biodiesel dengan viskositas dan densitas yang semakin kecil, akan tetapi seluruhnya masih memenuhi batasan syarat mutu SNI-04-7182-2006.

B. SaranPada praktikum ini, yield biodiesel yang dihasilkan masih tergolong rendah yakni berkisar 45-50 %. Untuk itu disarankan untuk melakukan variasi perlakuan yang lain misalnya suhu transesterifikasi yang perlu ditingkatkan mengingat penggunaan katalis H2SO4 kemungkinan memerlukan suhu yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Akhirudin. 2006. Perguruan Tinggi Minati Biodiesel. Website Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat.

Azis, I. 2005. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk dan Uji Performance Biodiesel pada Mesin Diesel. Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Darnoko, D dan Cheryan M. 2000. Continous Production of Palm Methyl Ester. J. Am. Oil Chem. Soc, 77, 1269-1272.

Hardjono, A., 2000, Teknologi Minyak Bumi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kirk, R. E. and Othmer, D. F. 1992. Encyclopedia of Chemical Technology. The Interscience Encyclopedia Inc. New York.

Prawitasari, T. 2006. Status Pengembangan Tanaman Bioenergi Berbasis Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) Sebagai Bahan Baku Biodiesel. Fakultas Pertanian. IPB.

Soeradjaja, T. H. 2005. Modifikasi Mesin Atau Kimia?. Ketua Forum Biodiesel Indonesia. Subbid Promosi Karya Ilmiah LIPI.

Soerawidjaja, T. H., 2006, Fondasi-fondasi Ilmiah dan Keteknikan dari Teknologi Pembuatan Biodiesel, Makalah Seminar Nasional.

Vicente, G., Martinez, M., Aracil, J. 2006. A Comparative Study of Vegetable Oils for Biodiesel Production In Spain. Energy and Fuels, 20, 394-398.

Von Wedel, R. 1999. Technical Handbook for Marine Biodiesel. Department Of Energy. San Fransisco Bay and Northen California.

4