Upload
melissa-lenardi
View
1.233
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KERJA
ENZIM
Kelompok 2
Aghnia Permatasari, 0906507753
Ayesya Nasta Lestari, 0906507841
Dina Elita, 0906552580
Junaida Afifa, 0906487852
Melissa Lenardi, 0906508296
Rian Septian, 0906487934
Rizky Dwinovyatmojo, 0906639884
Wahyu Permatasari, 0906639972
Wendy Damar Aprilano, 0906487985
Yashinta, 0906640021
Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu
sebanding dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.
Dasar teori
Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversibel
karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel E (enzim) dan S
(substrat). Akibatnya, kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak
terbentuk sehingga P (produk) juga tidak terbentuk. Bila suhu dinaikkan sedikit demi
sedikit, benturan E dan S untuk membentuk kompleks E-S akan makin gencar
sehingga P yang terbentuk makin banyak. Keadaan ini terjadi sampai pada suhu
tertentu, yaitu suhu optimum.
Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim terdenaturasi.
Akibatnya, meskipun benturan E dengan S lebih gencar lagi, kompleks E-S tidak
terbentuk karena enzim terdenaturasi sehingga pembentukan P berkurang. Denaturasi
enzim dapat terjadi ireversibel terutama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu
optimum.
Bahan dan pereaksi:
1. Liur, sebagai sumber amilase. Tampung 0,2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Larutan pati 0,4 mg/mL
3. Larutan iodium
Cara kerja :
1. Encerkan liur 100 X dengan air suling.
2. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih.
a. Pasangan pertama ditempatkan dalam bejana berisi es (0o C).
b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air yang suhunya
dipertahankan tetap pada 25o C.
c. Pasangan ketiga ditempatkan di rak tabung pada suhu ruang.
d. Pasangan keempat ditempatkan dalam penangas air yang suhunya
dipertahankan tetap pada 37o C.
e. Pasangan kelima ditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan
tetap pada 60o C.
f. Pasangan keenam ditempatkan dalam penangas air mendidih (100o C).
Tiap pasang tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji.
Lakukan percobaan sebanyak 2 kali untuk tiap tabung.
Keram pasangan tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit.
3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung
LARUTAN TABUNG B TABUNG U
Larutan pati 1 mL 1 mL
Keram pasangan tabung dari tiap suhu paling sedikit 5 menit
Liur (diencerkan 100 X) - 200 µL
Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit
Larutan iodium (untuk
suhu 60o C dan 100o C
penambahan dilakukan
di luar penangas)
1 mL 1 mL
Air suling 8 mL 8 mL
Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
(Δ A) antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu.
4. Catat hasilnya dalam tabel dan buat kurva yang menggambarkan hubungan
kecepatan reaksi enzimatik (v= ΔA/menit) dengan suhu
Hasil percobaan :
SUHU AB AU ΔA/menit (v)
0o C 0,140 0,120 0,020
25o C 0,130 0,075 0,055
37o C 0,130 0,035 0,095
60o C 0,120 0,070 0,050
100o C 0,060 0,045 0,015
Kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi
enzimatik (v= ΔA/menit) dengan suhu.
Kesimpulan dan pembahasan:
Enzim amilase bereaksi paling optimum pada suhu 37o C. Sedangkan pada suhu
lainnya, kerja enzim akan berkurang. Percobaan tersebut membuktikan bahwa suhu
mempengaruhi kerja enzim.
Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Tujuan:
Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.
Dasar Teori:
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai
reaksi kimia dalam sistem biologik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kerja enzim, salah satunya adalah pH. Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika
dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan,
sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara
pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzim puncaknya pada pH maksimum. Ada
enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang
mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh diluar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan
dengan substrat.1
Gambar 1. Pengaruh pH
terhadap kecepatan reaksi
enzimatik
Dasar:
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja maksimum pada pH
optimum. Di luar pH optimum aktivitas enzim dapat terganggu.
Bahan dan Pereaksi:
1. Liur sebagai sumber amilase. Tampunglah 2 mL dalam gelas kimia atau tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Larutan pati 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1,3,5,7,9)
3. Larutan iodium
Cara Kerja:
1. Encerkan liur 100X dengan air suling.
2. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda B
untuk blanko dan U untuk uji.
3. Pipetkan bahan dan pereaksi ke dalam tiap-tiap tabung sesuai langkah-langkah
yang telah ditentukan.
4.
Segera baca serapan (A) pada 680nm. Hitung ∆A antara tabung B (A pada t = 0
menit) dengan tabung U.
Hasil dan Pembahasan
Tabel Hubungan Kecepatan Enzimatik dan pH
pH AB AU ΔA/menit (v)
1 0,136 0,098 0,036
3 0,131 0,084 0,047
5 0,113 0,077 0,036
7 0,087 0,081 0,006
9 0,102 0,100 0,002
Berikut ini adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi
enzimatik (v = ΔA/menit) dengan pH.
LARUTAN TABUNG B TABUNG U
Larutan pati dalam berbagai pH 1 mL 1 mL
Keram pada suhu 37° paling sedikit 5 menit
Liur diencerkan 200µL
Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit
Larutan iodium 1 mL 1 mL
Air suling 8 mL 8 mL
Kesimpulan
1. Perubahan serapan (A) pada tabung B dan tabung U menyatakan kecepatan reaksi
enzimatik.
2. Ada pH optimum di mana enzim dapat bekerja secara maksimum.
Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kerja Enzim
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lururs dengan
konsentrasi enzim.
Dasar Teori
Enzim dapat didefinisikan sebagai suatu protein yang bersifat katalis. Definisi
ini diberikan oleh Dixon dan Web karena kemampuan enzim untuk mengaktifkan
senyawa lain secara spesifik. Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja sangat
spesifik terhadap substrat. Enzim mempercepat reaksi kimiawi secara spesifik tanpa
pembentukan hasil samping dan bekerja pada larutan dengan keadaan suhu dan pada
pH tertentu. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, suhu dan pH. Konsentrasi enzim yang ada akan
menentukan laju reaksi yang terjadi antara enzim dengan substrat nya. Jika
konsentrasi enzim banyak, maka reaksi akan lebih cepat. Jika jumlah enzim dua kali
lipat, maka kecepatan reaksi akan menjadi dua kali lipat. Jadi ada hubungan linier
antara kecepatan reaksi enzim dengan jumlah enzim
Hal ini dapat dilihat melalui percobaan yang membeda-bedakan konsentrasi
enzim dalam tabung berbeda dengan jumlah substrat yang sama dan menghasilkan
volume yang sama. Hasil dari percobaan akan menunjukan bahwa semakin besar
konsentrasi enzim, maka makin banyak pula produk yang terbentuk dalam tiap waktu
pengamatan. Pada waktu awal pengamatan akan terlihat bahwa laju reaksi akan
berbanding lurus. Namun, seiring berjalannya waktu akan terlihat bahwa pada tiap
konsentrasi enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukan defleksi. Hal ini
dikarenakan, setelah selang beberapa waktu akan terlihat bahwa jumlah substrat sudah
mulai berkurang, sehingga dengan sendirinya produk hasil enzim pun akan mulai
berkurang.
Hubungan yang dibentuk antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim adalah
berbanding lurus. Semakin besar konsentrasinya, maka akan semakin cepat pula laju
reaksi karena peluang untuk substrat yang diolah semakin besar. Terkadang terjadi
penyimpangan yang disebabkan oleh enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan
murni. Namun, penyimpangan juga dapat terjadi apabila enzim yang diteliti memiliki
kemurnian yang tinggi. Dalam hal ini, penyimpangan terjadi karena adanya senyawa
pengaktif (aktivator).
Laju reaksi
Konsentrasi enzim
Grafik hubungan konsentrasi enzim terhadap laju reaksi enzimatik
Bahan dan Cara Kerja
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Liur sebagai enzim
Air suling untuk melarutkan liur
Larutan pati 0,4 mg/ml sebagai substrat
Larutan iodium
Cara Kerja
1. Tampung liur pada gelas kimia
2. Encerkan liur 100x, 200x, 300x, 400x, dan 500x
3. Siapkan 6 tabung reaksi untuk diisi dan diperlakukan sesuai tabel ini
Blanko Tabung Reaksi Uji
Lrtn Pati (ml) 1 1 1 1 1 1
Keram pada suhu 37°C selama 5 menit
Liur diencerkan-
100x 200x 300x 400x 500x
volume (μl) 200 200 200 200 200
Campurkan dan keram selama 1 menit
Lrtn iodium (ml) 1 1 1 1 1 1
Air suling (ml) 8 8 8 8 8 8
Baca absorbansi (A) dengan
spektrofotometer pada λ = 680 nm
4. Catat nilai absorbansi. Kecepatan reaksi dapat dilihat dari selisih absorbansi pada
tabung reaksi uji dengan tabung reaksi blanko.
5. Buat tabel data dan grafik yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi
enzimatik dengan konsentrasi enzim.
Hasil dan Pembahasan
Pengukuran kecepatan reaksi dengan membandingkan absorbansi antara tabung
blanko dengan tabung uji sudah dilakukan. Tiap – tiap larutan akan menghasilkan
data absorbansi yang berbeda dengan tingkat konsentrasi enzim yang berbeda pula.
Bila nilai Absorban tinggi maka kecepatan tidak akan berjalan cepar karena
konsentrasi pati masih tinggi, begitu juga sebaliknya. Suhu 37oC merupakan suhu
yang optimum bagi enzim yang terdapat di air liur.
Pada percobaan kelompok kami, kami mendapatkan hasil yang kurang
memuaskan. Data-data atau angka yang diharapkan tidak muncul sesuai teori yang
ada. Ada beberapa faktor kesalahan yang kami alami ketika kami melakukan
praktikum yang dirasa menjadi faktor kegagalan kami ketika kami bekerja, kesalahan
itu antara lain:
1. Kurang bersihnya peralatan yang kami gunakan, hal ini dirasakan sebagai faktor
U yang sangat mempengaruhi berjalannya reaksi kimia dan juga pihak kelompok
kami yang mencuci peralatan praktikum dirasa kurang bersih.
2. Adanya kesalahan komunikasi dan pemahaman kami ketika kami melakukan
praktikum. Kami melakukan kesalahan ketika pencampuran berbagai senyawa
kimia.
3. Tidak membawa buku panduan praktikum merupakan faktor penghambat kami
dalam melakukan praktikum, yang juga menyebabkan kekurangpahaman dalam
proses penatalaksanaan praktikum.
Kami telah mencoba untuk mencari kelompok yang berhasil dalam melakukan
praktikum 3 ini, namun kami tidak menemukan kelompok yang mendapatkan data
yang benar sesuai dengan teori yang ada. Jadi kami memutuskan untuk tetap
menuliskan data kelompok kami, namun kami akan berusaha menjelaskan secara
teoritis, bagaimana praktikum kali ini berjalan sesuai yang dikehendaki.
Data hasil praktikum adalah sebagai berikut:
Pengenceran liur AB Au ΔA/menit
100x 0,063 -0,004 0,067
200x 0,063 -0,004 0,067
300x 0,063 -0,002 0,065
400x 0,063 -0,001 0,064
500x 0,063 0,001 0,062
Grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi enzim dengan kecepatan
reaksi adalah sebagai berikut:
Grafik tersebut menunjukkan kecepatan reaksi paling cepat terjadi pada larutan
dengan liur yang diencerkan 100x dan semakin encer liur, semakin rendah pula
kecepatan reaksi enzimatiknya.
Dalam volume yang sama, liur yang konsentrasinya lebih tinggi atau jika dilihat
mata lebih kental, memiliki enzim yang lebih banyak. Banyaknya kompleks enzim
substrat yang terbentuk dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh jumlah enzim.
Jika telah terbentuk kompleks tersebut, makan dalam keadaan metastabil, substrat
akan diubah menjadi produk. Lebih banyak enzim yang tersedia maka lebih banyak
pati yang ditangkap menjadi kompleks enzim –substrat dan kemudian diubah. Maka
reaksi berjalan cepat ketika berada dalam konsentrasi enzim yang tinggi.
Kesimpulan
1. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim yang mengkatalis reaksi
tersebut.
2. Semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat jalannya reaksi.
3. Reaksi yang optimal dan paling cepat berjalan pada pengenceran liur 100x.
4. Air liur yang padat menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan
dengan air liur yang encer, karena air liur yang padat mengandung lebih banyak
enzim.
Daftar Pustaka
Prijanti AR. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. In: Bagian Biokimia
FKUI. Biokimia: eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika, 2000.
Sadikin M. Biokimia enzim. Jakarta: Widya Medika, 2002.
Kennelly PJ, Rodwell VW. Enzymes: kinetics. In: Murray RK, Granner DK, and
Rodwell VW. Harper’s illustrated biochemistry. 27th ed. McGraw-Hill, 2006.