45
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN Nama : Ridhofia Widya Ningtyas NIM : 125040201111209 Kelompok : Kamis, 15.05 – 16.45 Asisten : Astritia PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Laporan Praktikum Bioteknologi Kultur Organ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan materi kultur organ

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGIKULTUR ORGAN

Nama : Ridhofia Widya NingtyasNIM : 125040201111209Kelompok : Kamis, 15.05 16.45Asisten : Astritia

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGIISOLASI DNA

Nama : Ridhofia Widya NingtyasNIM : 125040201111209Kelompok : Kamis, 15.05 16.45Asisten : Astritia

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKultur jaringan merupakan suatu teknologi memperbanyak tanaman menggunakan suatu teknologi yang dapat menghasilkan anakan yang identik dengan iduknya. Kultur jaringan sangat bermanfaat untuk dilakukan dalam hal penelitian maupun melestarikan tanaman yang hampir punah. Pada kultur jaringan dibutuhkan eksplan yang sehat dan memiliki sifat unggul. Eksplan merupakan bahan tanam pada kultur jaringan yang diambil dari organ suatu tanaman. Eksplan diambil dari bagian tanaman muda yaitu bagian meristem apikal yang dapat tumbuh dengan baik pada media yang disediakan. 1.2 Tujuana) Untuk mengetahui syarat eksplan dalam kultur jaringanb) Untuk mengetahui penentu keberhasilan Kultur Jaringanc) Untuk mengetahui tahap kultur jaringand) Unuk mengetahui jenis kontaminasi pada eksplane) Untuk mengetahui pengaruh media terhadap pertumbuhan eksplanf) Untuk mengetahui tahapan eksplan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Eksplan dalam Kultur JaringanTiga aspek yang harus diperhatikan dalam seleksi bahan eksplan, yaitu: 1. Genotip Walaupun tanaman dapat diperoleh dari sejumlah besar genotip, kemampuan regenerasi setiap genotip sangat berbeda. Tanaman yang umumnya mudah diperbanyak melalui perbanyakan vegetatif konvensional akan mudah diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. 2. Umur Peluang keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro meningkat dengan digunakannnya jaringan muda sebagai bahan eksplan. Jaringan-jaringan yang sedang aktif tumbuh pada awal masa pertumbuhan biasanya merupakan bahan eksplan yang paling baik. 3. Kondisi Fisiologis BahanKondisi fisiologis eksplan memiliki peranan penting bagi keberhasilan teknik kultur jaringan. Pada umumnya bagian-bagian vegetatif lebih siap bergenerasi daripada bagaian-bagian generatif. Eksplan mata tunas yang diperoleh dari tanaman yang sedang istirahat, lebih sulit berpoliferasi daripada mata tunas yang diperoleh dari tanaman yang sedang aktif tumbuh. 4. UkuranFaktor lain yang mempangaruhi, namun bukan faktor utama adalah ukuran eksplan yang digunakan. Hal ini perlu dalam upaya memproduksi tanaman bebas virus melalui kultur meristem. Semakin kecil ukuran eksplan, maka semakin kecil pula kemungkinan terjadinya kontaminasi baik secara internal maupun eksternal. (Zulkarnain, 2011)

2.2 Faktor Penentu Keberhasilan Kultur Organa. Genotipe TanamanSalah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan dalam kultur in-vitro adalah genotip tanaman asal eksplan diisolasi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang di gunakan sama. Perbedaan respon genotip tanaman tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan masing-masing varietas untuk tumbuh dan beregenerasi. Masing-masing varietas tanaman berbeda kemampuannya dalam merangsang pertumbuhan tunas aksilar, baik jumlah tunas maupun kecepatan pertumbuhan tunas aksilarnya. Hal serupa juga terjadi pada pembentukan kalus, laju pertumbuhan kalus serta regenerasi kalus menjadi tanaman lengkap baik melalui pembentukan organ-organ adventif maupun embrio somatik. Regenerasi dan perkembangan organ adventif dan embrio somatik juga sangat ditentukan oleh varietas tanaman induk. Perbedaan pengaruh genetik ini disebabkan karena perbedaan kontrol genetik dari masing-masing varietas serta jenis kelamin tanaman induk yang dijadikan media tanam untuk kultur organ tersebut. (Yusnita, 2005)b. Media KulturBeberapa jenis formulasi media bahkan digunakan secara umum untuk berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS. Namun ada juga beberapa jenis media yang diformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentu misalnya WPM,VW dll. Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti perkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan embriogenesis. Media yang dibutuhkan untuk perkecambahan biji, perangsangan tunas-tunas aksilar umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk regenerasi kalus baik melalui organogenesis maupun embryogenesis.Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan dalam media sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan ke dalam media kultur sangat tergantung dari jenis eksplan yang dikulturkan dan tujuan pengkulturannya. Konsentrasi hormon pertumbuhan optimal yang ditambahkan ke dalam media tergantung pula dari eksplan yang dikulturkan serta kandungan hormon pertumbuhan endogen yang terdapat pada eksplan tersebut.Komposisi yang sesuai ini dapat diperkirakan melalui percobaan-percobaan yang telah dilakukan sebelumnya disertai percobaan untuk mengetahui komposisi hormon pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan arah pertumbuhan eksplan yang diinginkan. (Yusnita, 2005)c. Lingkungan tumbuh SuhuUmumnya temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu in vivo. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25C (kisaran suhu 17-32C).Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27C (kisaran suhu 24-32C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25C siang dan 20C malam, atau 28C siang dan 24C malam. Kelembaban RelatifKelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut vitrifikasi atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol dengan tutup yang agak longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol kultur dapat membantu mengatasi masalah ini. CahayaSeperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi in vitro, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ atau jaringan tanaman dalam kultur invitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan kalus umumnya dihambat oleh cahaya. Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah. d. Kondisi EksplanUmur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi.Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil. (Yusnita, 2005)

2.3 Tahap Kultur JaringanTahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:1) Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber EksplanSebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Untuk tanaman yang akan di kultur jaringkan. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukkan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca (greenhouse) agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro. (Yusnita, 2005)2) Pembuatan Media Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. (Wetherell,1975)3) InisiasiTujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. (Wetherell,1975)4) Sterilisasi Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi kultur jaringan juga harus steril. (Williams, 2003)

5) Multiplikasi Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. (Williams, 2003)

6) Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan. (Williams,1975)

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). (Williams,1975)Dalam Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar. Ada beberapa hal perlakuan yang bisa dilakukan sebagai berikut: 1. Mengondisikan kultur di tempat yang pencahaannya berintensitas lebih tinggi (contohnya 10000 lux) dan suhunya lebih tinggi.2. Pemanjangan dan pemanjangan tnas mikro dilakukan dalam media kultur dengan hara mineral dan sukrosa lebih rendah dan konsentrasi agar-agar lebih tinggi. (Lilik Setyorini, 2006)7) AklimatisasiAklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. (Yusnita, 2005)2.4 Jenis Kontaminasi pada Eksplan Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminan adalah spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer. Banyak yang bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal. a. Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia. Keterbatasan utama adalah untuk memberikan perlakuan yang cukup kuat untuk mengeliminasi kontaminasi tanpa merusak jaringan tanaman. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen, agitasi (digoyang-goyang), atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme. b. Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme endofilik (organisme yang hidup di dalam sel atau ruang antar sel tanaman) yang sering merupakan biotik dari tanaman sumber eksplan, sulit diatasi dengan sterilisasi permukaan. Keadaan ini disebabkan oleh koloni baktri sering tidak muncul pada saat eksplan baru dikulturkan pertama kali, tetapi beberapa minggu kemudian muncul koloni bakteri. Bakteri tersebut tetap ada setelah disubkulturkan berkali-kali, karena hidupnya memang secara epifit di dalam jaringan tanaman. c. Eksudasi dari eksplan merupakan tipe kontaminasi yang lain, bukan dari organisme lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan cara pemotongan atau perlakuan bahan kimia seperti larutan klorin, reaksi fisiologis terjadi pada sel sekitar luka. Salah satu prosesnya adalah produksi bahan biokimia apakah sebagai produk pecahan atau sintesa sebagai mekanisme perlindungan. Keluarnya substansi dari jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini mungkin atau mungkin tidak memberi pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur. (Hendaryono, 1994) 2.5 Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan EksplanKomposisi media bagi pertumbuhan eksplan adalah yang banyak diteliti dan dicoba oleh pakar kultur jaringan. Media tumbuha pada kultur jaringan sangat besar pengeruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan. Medium yang digunakan mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh, bahan organik dan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, tunas, perkecambahan dan sebagainya. Oleh karena itu, pemilihan komposisi media yang tepat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kultur jaringan. (Hendaryono, 1994)2.6 Tahapan Pertumbuhan EksplanPertumbuhan eksplan ada dua tipe, yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. a. Organogenesis adalah proses perkembangan pucuk atau akar adventif dari dalam sel-sel kalus. Proses tersebut terjadi setelah periode istirahat pada pertumbuhan kalus, antara saat pengkulturan eksplan dengan terjadinya induksi (Zulkarnain 2011). Organogenesis merujuk kepada proses yang menginduksi pembentukan jaringan, sel, atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna. Proses ini diawali oleh hormon pertumbuhan. Benziladenin dan sitokinin lainnya, baik sendiri maupun dengan kombinasi dengan asam naftalenasetat atau asam indolasetat dan kadang-kadang dengan asam giberelat menyebabkan diferensiasi tunas. Pembentukan akar dapat terjadi serentak atau dapat diinduksi sesudahnya. Kondisi khas yang menguntungkan bagi regenerasi tanaman harus dikembangkan untuk masing-masing spesies. b. Embriogenesis somatik pada tanaman kehutanan mempunyai beberapa tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan, pendewasaan, perkecambahan, dan aklimatisasi. Pembentukan embrio somatik secara langsung lebih disukai karena dapat menekan masalah sulitnya pembentukan benih somatik pada tahap perkecambahan. Embriogenesis mempunyai beberapa tahap spesifik, yaitu (1) induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pendewasan, (3) perkecambahan, dan (4) hardening. Pada tahap induksi kalus embriogenik dilakukan isolasi eksplan dan penanaman pada media tumbuh. Untuk induksi kalus embriogenik kultur umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung auksin yang mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan konsentrasi tinggi. Tahap pendewasaan adalah tahap perkembangan dari struktur globular membentuk kotiledon dan primordia akar. Pada tahap ini sering digunakan auksin dengan konsentrasi rendah. Tahap perkecambahan adalah fase di mana embrio somatic membentuk tunas dan akar. Pada media perkecambahan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan sangat rendah atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Tahap hardening, yaitu tahap aklimatisasi bibit embrio somatik dari kondisi in vitro ke lingkungan baru di rumah kaca dengan penurunan kelembaban dan peningkatan intensitas cahaya. (Nugrahani dkk, 2011)

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat, Bahan dan Fungsi3.1.1 Alat:a. Gelas Ukur 100 ml (3 buah): sebagai wadah larutan fungisida, detergen dan desinfektanb. Neraca Digital: untuk menimbang berat fungisida dan detergenc. Gelas Ukur: untuk mengukur volume baycleand. Botol Kultur: sebagai tempat media kultur organe. Pisau: untuk memotong jaringan tanamanf. Penyaring: untuk wadah organ ketika dibilas dengan air mengalirg. Cawan Petri: untuk alas pemotongan organ tanaman ketika di dalam LAFh. Spatula: untuk mengaduk larutani. Bunsen: untuk memanaskan alat yang akan dipakaij. LAFC: sebagai tempat steril penanaman organ kedalam botol kulturk. Kamera: untuk dokumentasil. Stopwatch: untuk mengukur ketepatan waktu perlakuan.3.1.2 Bahan:a. Tunas Krisan: sebagai bahan kultur organb. Aquades: untuk membersihkan alat sebelum dipakai dan membilas jaringan tanamanc. Banlate 3%: sebagai fungisidad. Detergen 5%: sebagai pembersih kotoran pada organe. Bayclean/Chorox: sebagai desinfektanf. Kertas Whatman: untuk menyerap air pada tunasg. Plastik Wrap dan Alumunium Foil: untuk menutup botol kulturh. Karet: untuk mengikat plastik wrap dan alumunium foili. Kertas Label: untuk memberi tanda botol kultur3.2 Cara Kerja a. Sterilisasi Awal

Ambil eksplan dari tanaman hidup

Gojok eksplan dengan detergen 10% selama 5 menit (50 ml, timbang 5 g + 50 ml aquades)

Bilas dengan air yang biasanya mengalir

Rendam dengan clorox 30%, gojok selama 10 menit(buat 50 ml, ambil 15 ml clorox + 35 ml aquades)

Bilas dengan air yang mengalir

Rendam dengan fungsida 5% selama 5 menit, 50 ml, timbang 25 g + 50 ml aquadest

Bilas dengan aquades

Rendam dengan aquades steril, simpan di LAFC

a. Siapkan alat, bahan, serta planlet yang telah di sterilisasiPenanaman

Sebelum digunakan, bersihkan LAFC kemudian sterilkan dengan UV selama 20 menit

Sebelum melakukan penanaman, semprotkan alkohol 70% pada tangan dan semua botol yang akan digunakan

Alat-alat yang digunakan diatur rapi pada LAFC, posisi scalpel dan pinset serta alcohol 90% yang digunakan untuk mensterilkan dissecting kit di sebelah kiri Bunsen sedangkan botol kultur di sebelah kanan

Masukkan planlet ke dalam LAFC

Ambil planlet dan keringkan dengan tissue steril

Planlet dipotong dengan pisau scalpel di atas petridish

Sebelum dan sesudah menggunakan pin set maupul scalpel celupkan ke dalam ethanol 90%, lalu dibakar pada nyala api bunsen

Tanam eksplan pada media tanam yang bibir botolnya sudah disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api bunsen

Botol kultur ditutup kertas wraping atau aluminium foil lalu diikat dengan karet gelang

Simpan botol kultur yang telah ditanami eksplan pada ruang kultur

Amati perkembangan selama 14 hari

3.3 Analisa PerlakuanPada praktikum kultur organ, hal yang perlu dilakukan pertama adalah saat pembilasan air haruslah dengan air yang mengalir. Hal ini disebabkan agar eksplan tidak terkontaminasi dengan air bekas bilasan yang telah digunakan. Lalu, pencucian dengan Clorox atau bayclean dilakukan karena bayclean memiliki kandungan yang dapat membersihkan eksplan dari berbagai macam kontaminan. Selanjutnya pada saat penanaman ekpslan, hal yang paling penting yang sangat diperhatikan adalah sterilisasi. Sebelum digunakan, bersihkan LAFC dan disterilkan dengan UV selama 20 menit. Saat melakukan penanaman, sebelumnya tangan dan botol yang digunakan disemprot dengan alkohol. Alat-alat yang digunakan harus rapi, untuk memudahkan mengambil alat yang akan digunakan. Setelah siap, planlet diambil dan dikeringkan dengan tissue steril. Planlet dipotong dengan pisau diatas petridish. Setelah planlet dipotong bagian yang tidak perlu, lalu tanam di media. Sebelumnya botol bibir media disterilkan dengan memanaskan bibir botol dengan bunsen. Botol ditutup dan siap ditanam. Lalu, selanjutnya pengamatan terhadap perkembangan planlet.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilNo.TanggalDokumentasiKondisiKeterangan

1.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

2.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

3.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

4.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

5.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

6.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

7.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

8.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

9.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

10.18-11-13Tidak kontamTidak terdapat kontaminasi

11.20-11-13

KontamTerdapat banyak jamurMedia menjadi merah kecokelatan

12.20-11-13

KontamTerdapat jamurMedia menjadi merah kecokelatan

13.20-11-13

KontamTerdapat sedikit jamurMedia sedikit cokelat di sekitar eksplan

14.20-11-13

KontamTerdapat sedikit jamurMedia sedikit cokelat

15.20-11-13

KontamTerdapat jamur disekitar eksplanMedia sedikit cokelat

16.20-11-13

KontamTerdapat busa di sekitar eksplanMedia sedikit cokelat di sekitar eksplan

17.20-11-13

KontamTerdapat jamur di permukaan mediaMedia menjadi merah kecokelatan

18.20-11-13

KontamTerdapat sedikit jamur di permukaan mediaMedia menjadi sedikit cokelat

19.20-11-13

KontamTerdapat jamur di sekitar eksplanMedia menjadi sedikit cokelat

20.20-11-13

KontamTerdapat sedikit jamur disekitar eksplanMedia menjadi sedikit cokelat

21.25-11-13KontamTerdapat banyak jamur disekitar eksplanMedia menjadi sedikit cokelat

22.25-11-13KontamTerdapat jamurMedia menjadi merah kecokelatanPertumbuhan: tumbuh

23.25-11-13KontamTerdapat jamur di sekitar eksplanMedia menjadi sedikit cokelat

24.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamur di permukaan mediaMedia menjadi sedikit cokelat

25.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamurMedia menjadi merah kecokelatan

26.25-11-13

KontamTerdapat busa di sekitar eksplanMedia sedikit cokelat

27.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamurMedia sedikit cokelat

28.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamurMedia menjadi merah kecokelatan

29.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamur. Media sedikit cokelat

30.25-11-13KontamTerdapat sedikit jamur. Media sedikit cokelat di sekitar eksplanPertumbuhan: tumbuh

4.2 PembahasanDari hasil pengamatan pertama tanggal 18 November 2013, belum ditemukan adanya kontaminasi pada media dan belum pula terlihat perkembangan yang nyata pada eksplan. Namun, pada pengamatan kedua tanggal 20 November 2013 sudah nampak adanya kontaminasi disekitar ekplan. Dan media juga mengalami perubahan warna sedikit merah kecoklatan. Dan, pengamatan ketiga tanggal 25 November 2013, kontaminasi semakin jelas terlihat dengan adanya cendawan atau jamur dan busa-busa disekitar eksplan. Kontaminasi yang terdapat pada ekplan merupakan cendawan atau jamur yang menghambat pertumbuhan eksplan. Kontaminasi dalam kultur organ dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kultur jaringan menyebabkan perubahan warna pada media dan pertumbuhan eksplan pada media. Menurut Susilowati dan Listyawati (2001), sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan: sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman.

BAB VPENUTUP5.1KESIMPULANPada praktikum kultur organ, hal utama yang harus diperhatikan adalah sterilisasi alat-alat maupun eksplan yang digunakan. Sterilisasi eksplan dapat menggunakan clorox maupun alkohol dan untuk alat-alat dapat disterilkan dengan dibakar/dipanaskan dan dengan alkohol 96%. Pada praktikum kultur organ, perkembangan eksplan sangat rentan terserang kontaminasi yang disebabkan oleh jamur. Dan pada praktikum yang kamu lakukan, pada pengamatan kedua didapat semua media tampak terkontaminasi dan pertumbuhan eksplan terhambat. Hal ini dapat menjelaskan, itu berarti alat atau ekaplan yang digunakan kurang steril. 5.2SaranSebaiknya alat yang digunakan dapat lebih dilengkapi dan ruangan dapat digunakan maksimal.

DAFTAR PUSTAKAHendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Media). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Nugrahani, Pangesti dkk. 2011. Modul-3 Dasar Bioteknologi Tanaman: Regenerasi Eksplan melalui Organogenesis dan Embriogenesis Somatik. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jawa Timur.Setyorini, Lilik.2006. Tunas Kultur Jaringan/Kultur Organ Mikroorganisme/Biologi/Bioteknologi. Balai Pustaka Ilmiah : Jakarta.Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta. Susilowati, Ari & Listyawati, Shanti. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In Vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS. Jurnal. Surakarta: UNS Press. Syarifah Iis Aisyah, Surjono H. Sutjahjo, Rustikawati dan Catur Herison . 2009. Induksi Kalus Embriogenik pada Kultur In Vitro Jagung (Zea mays) dalam Rangka Peningkatan Keragaman Genetik Melalui Variasi Somaklonal. ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No. 3 2007, Hlm. 344 - 350 344.Wetherel.1975. Tissue Culture for Eksplaned To Plants. University of Chicago : USA.Williams.2003. Teknik Multiplikasi Pada Kultur Organ. Bioteknologi Modern. Biologi : Tissue Culture of Multiplication For organisms. New York : USA.Wulandari S., Wan Syafii dan Yossilia, 2004. Respon Eksplan Daun Tanaman Jeruk Manis (Citrus sinensis L.) Secara In Vitro Akibat Pemberian NAA Dan BA, Jurnal Biogenesis.Yusnita. 2005. Kultur Organ Tanaman Eksplan. Balai Pengakajian Ilmiah. Universitas Sudirman: Yogyakarta.Zulkarnain. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.