17
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA MODUL PENGINDERAAN Disusun Oleh : 1. Esti Nur Ekasari (I11110025) 2. Ferawati (I11110041) 3. Herlida (I11110048) 4. Wastri G. Manik (I11110052) 5. Asep Nurman Hidayat (I11110054) 6. Ika Purwanti (I11110057 ) 7. Sulastri (I11110066 ) 8. Rayung Cahyaning Astuti ( I11110068) 9. Ririn Sumantri (I11109087) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

MODUL PENGINDERAAN

Disusun Oleh :

1. Esti Nur Ekasari (I11110025)2. Ferawati (I11110041)3. Herlida (I11110048)4. Wastri G. Manik (I11110052)5. Asep Nurman Hidayat (I11110054)6. Ika Purwanti (I11110057 )7. Sulastri (I11110066 )8. Rayung Cahyaning Astuti ( I11110068)9. Ririn Sumantri (I11109087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

A. AudiometerPertanyaan Praktikum

1. Apa guna audiometer dan bagaimana prinsip kerjanya ?

Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan

frekuensi tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang

pendengaran seseorang. Audiometer digunakan untuk mengukur ketajaman

pendengaran seseorang pada nada-nada tertentu, baik melalui hantaran

aerotimpanal maupun hantaran tulang. Audiometri tidak saja dipergunakan

untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk

menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan

pendengaran.

Membangkitkan nada murni maupun nada desah dengan berbagai

frekuensi Audiometer bekerja sebagai osilator elektronik yang dapat yang

kekuatannya dapat diatur, serta dapat menyalurkan bunyi atau suara dari tape

recorder ke fono-kepala. Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan

frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas

ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran

normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan

gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.

Pada audiometer sistem manual, proses pemeriksaan dilakukan dengan

cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui penekanan tombol

untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone,

kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar

bunyi . Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar

bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan pada sebuah kartu hasil

pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingakt bunyi

dalam intensitas 0 dB-20 dB dan frekuensi 125 Hz-8000 Hz. Menggunakan

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

audiometer akan dapat ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan

selanjutnya.

Sumber :

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA:

The McGraw-Hill companies

Syaiful Bahtiar dkk.Tanpa tahun . AUDIOMETER BERBASIS SOUNDCARD

PADA KOMPUTER PRIBADI. Universitas Diponegoro

2. Apa yang dimaksud dengan satuan frekuensi Hertz ?

Satuan Hertz menyatakan jumlah getaran per detiknya

Sumber :

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan

Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

3. Apa yang dimaksud dengan skala satuan decibel ?

Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel

ekuivalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf

besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell. Desibel juga

merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio

tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan

atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang.

dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan

dengan kekerasan suara). Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk

menentukan nilai kebisingan suatu tempat dengan membandingkan antara

lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan gangguan dalam proses

transmisi tersebut.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

Sumber :

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA:

The McGraw-Hill companies

4. Jelaskan perbedaan skala satuan dB SPL dan dB HL !

dB SPL digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya secara fisika (ilmu alam).

dB HL dasarnya adalah subyektif, dan inilah yang biasanya digunakan pada

audiometer

Sumber :

Soetirto, Indro , dkk. 2007. Gangguan Pendengan dan Kelainan Telinga dalam

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.

Jakarta: FKUI

5. Apa arti intensitas 0 dB pada audiometer ?

Nilai nol audimetrik ( audimetri zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal (10-30 tahun). Pada setiap frekuensi intensitas nol audiometrik tidak sama.

Sumber :

Soetirto, Indro , dkk. 2007. Gangguan Pendengan dan Kelainan Telinga dalam

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.

Jakarta: FKUI

6. Jelaskan mengenai hantaran aerotimpanal (air-conduction) dan hantaran tulang

(bone-conduction) ?

Konduksi gelombang suara untuk cairan dari telinga bagian dalam melalui

membran timpani dan ossicles pendengaran, jalur utama untuk pendengaran

normal, disebut konduksi tulang pendengaran. Gelombang suara juga memulai

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

getaran dari membran timpani sekunder yang menutup jendela bulat. Proses

ini, penting dalam pendengaran normal, adalah konduksi udara.

Sumber :

Ganong, William. 2010. Sound Waves dalam Ganong’s review of medical physiology, 23rd ed; hal 208-209.

7. Jelaskan arti lateralisasi dan pendengaran unilateral ?

Lateralisasi adalah peristiwa terdengarnya suara lebih keras di salah satu

telinga. Sedangkan pendengaran unilateral adalah pendengaran yang hanya

mengenai satu sisi telinga

Sumber :

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan

Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

8. Apakah fungsi masking dalam pemeriksaan audiometer ?

Suara masking diberikan berupa suara seperti angin atau bising pada

headphone telinga yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa

tidak dapat mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa,

terutama diberikan apabila telinga yang diperiksa mempunyai perbedaan

pendengaran dari telinga lainnya.

Sumber :

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan

Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

9. Sebutkan apa saja tujuan pemeriksaan pendengaran dengan audiometer nada murni ?

1. Untuk mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan

hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan

didapatkan kurva hantaran tulang dan hantaran udara

2. Mengetahui jenis dan derajat kurang atau gangguan pendengaran seseorang

3. Mengetahui jenis ketulian (konduktif/sensorineural/campuran) dan derajat

ketulian dengan menggunakan index fletcher

4. Menentukan tingkat intensitas terendah dalam desibel (dB) dari tiap

frekuensi yang masih dapat terdengar pada telinga seseorang (ambang

pendengaran seseorang terhadap bunyi)

Sumber :

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan

Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

10. Tempelkan hasil audiogram disini (Subjek 1) ?

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

11. Tempelkan hasil audiogram disini (subjek 2 )

12. Analisis hasil audiogram untuk kedua subjek diatas ! Apakah ada perbedaan ?

Apakah ada lateralisasi ? Mengapa hasil audiogram beberapa tidak mencapai 0

dB HL (untuk subjek yang diasumsikan memiliki pendengaran normal ) ?

Hasil audiogram kedua subjek menunjukkan adanya perbedaan yang dapat

dilihat dari intensitas ambang kedua telinga yang berbeda. Subjek pertama

menunjukkan rerata intensitas ambang telinga kiri dan telinga kanan 5 dBHL,

sedangkan pada subjek kedua rerata intensitas ambang telinga kiri 5 dBHL dan

telinga kanan 1,25 dBHL. Hasil audiogram subjek pertama tidak menunjukkan

adanya lateralisasi dimana selama pemeriksaan subjek menginterpretasikan

suara sesuai dengan arah sumber suara yang diberikan (kiri atau kanan).

Namun, pada subjek kedua, terdapat lateralisasi yang tidak bermakna pada

kedua telinga OP, perbedaan ambang pada kedua telinga OP yang kedua ini

masih dapat dikatakan kecil, hanya berkisar antara 5-10dB. Hal ini juga dapat

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

dikarenakan faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga salah dalam

menginterpretasikan.

Dari hasil audiogram, intensitas ambang di beberapa frekuensi tidak

mencapai 0 dBHL dikarenakan adanya faktor-faktor pengganggu yang

mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak valid. Faktor-faktor pengganggu

tersebut antara lain adalah suasana ruangan pemeriksaan yang ribut dan

menyebabkan subjek pemeriksaan salah dalam menginterpretasikan suara

audiogram. Selain itu ruang pemeriksaan seharusnya benar-benar kosong

dengan hanya pemeriksa dan subjek pemeriksaan saja yang berada dalam

ruangan tersebut. Kondisi ruangan juga harus diperhatikan misalnya

keberadaan kipas angin, jendela yang terbuka dan hal lain yang dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Hal ini dikarenakan suara kecil saja pun

dapat sangat mempengaruhi pemeriksaan ini. Selain itu juga konsentrasi dari

pasien yang diperiksa, hal ini juga berpengaruh karena jika pasien tidak

berkonsentrasi akan mengurangi kemampuan mendengarnya. Faktor lain yang

juga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan adalah pemeriksa dan subjek

pemeriksaan yang belum benar-benar mengerti mengenai urutan prosedur

pemeriksaan menggunakan audiogram dan kesalahan pemeriksa dalam

menekan tombol pada software audiogram.

Sumber :

Guyton,Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran.Jakarta:EGC

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

B. Cochlear Simulation

250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz 8000 HzIntensitas Ambang(dB SPL)

34 dB 33 dB 31 dB 27 dB 22 dB 39 dB

Pertanyaan Praktikum

1. Buatlah grafik intensitas ambang (dB SPL) terhadap frekuensi (Hz) dari

tabel !

Cat : Gunakan skala logaritmik untuk frekuensi

200 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz 8000 Hz0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Intensitas Ambang (dB SPL)

2. Mengapa ambang ini tidak sama untuk tiap frekuensi ? Jelaskan !

Ambang intensitas tidak sama untuk tiap frekuensi dikarenakan terdapat

sensitifitas telinga pada tingkatan frekuensi tertentu.Telingakita lebih sensitif

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

untuk beberapa frekuensi dan kurang sensitif untuk frekuensi lain. Telinga

tidak sensitif untu frekuensi rendah. Telinga manusia mampu mendengar

bunyi pada frekuensi 20Hz hingga 20Khz, namun, telinga sesungguhnya tidak

sensitf pada semua frekuensi dalam batas tersebut. Telinga sangat sensitif

pada frekuensi 3000 Hz-4000 Hz dan kurang sensitif pada frekuensi-frekuebsi

rendah. Telinga melakukan respon terhadap bunyi secara khusus sesuai

frekuensiyang muncul. Respon ini berupa mekanisme dengar/getar yang

berbeda agar telinga menjadi lebih sensitif pada bunyi-bunyi yang sebenarnya

kurang jelas. Telinga melakuka mekanisme tertentu agar dapat mmendengar

lebih baik pada frekuensi rendah, dan sebaliknya telinga akan menurunkan

sensitivitasnya pada bunyi-bunyi yang membuat telinga terlalu sensitif.1

Struktur kanal telinga seperti tabung tertutup memberikan resonansi dan

paling sensitif pada suara dengan frekuensi 4000 Hz yang merupakan

frekuensi menengah.Terdapat suatu refleks akustik, dimana muskulus

stapedius dan muskulus tensor timpani berkontraksi sehingga menyebabkan

penurunan konduksi tulang dari suara berfrekuensi rendah terutama frekuensi

di bawah 1000 Hz. Fungsi ini berfungsi melindungi koklea dari getaran

merusak yang disebabkan oleh suara getaran yang sangat kuat dan juga untuk

menutupi suara berfrekuensi rendah pada lingkungan suara yang keras

sehingga seseorang dapat berkonsentrasi pada suara di atas 1000 Hz dimana

merupakan tempat sebagian besar ambang mentransmisikan informasi pada

saat berkomunikasi. Selain itu, kepekaan juga berubah dengan aras tekanan

bunyi (SPL).2

Respon telinga yang berbeda sesuai frekuensi bunyi yang muncul ini

menghasilkan grafik yang tidak linier. Sebuahtes telah dilakukan terhadap

batas-batas tertentu. Tes ini menghasilkan kurva yang disebut Fletcher-

Munson equal loudness contours, kurva ini menunjukkan respon telinga

normal pada tingkat kekuatan bunyi tertentu pada frekuensi tertentu. Telinga

manusia merespon sangat ekstrim pada tingkat SPL yang etrlalu rendah atau

terlalu tinggi( pada frekuensi di bawah 150 Hz dan di atas 6000 Hz).1

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

Sumber :1. Mediastika, Christina E. 2005. Akustika Bangunan Prinsip-Prinsip dan

Penerapannya. Jakarta:Erlangga

2. Guyton,Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran.Jakarta:EGC

3. Bagaimana pola getaran dan posisi getar di membrane basilar untuk tiap

frekuensi nada murni yang diberikan ?

Setiap gelombang relatif lemah pada permulaan, tetapi menjadi kuat ketika

mencapai bagian membran basilar yang mempunyai keseimbangan resonansi

frekuensia alami terhadap masing-masing frekuensi suara. Pada titik ini,

membran basilar dapat bergetar ke belakang dan ke depan dengan mudahnya

sehingga energi dalam gelombang dihamburkan. Akibatnya, gelombang akan

berhenti pada titik ini dan gagal untuk berjalan di sepanjang jarak membran

basilar yang tersisa. Jadi, gelombang suara frekuensi tinggi hanya berjalan

dalam jarak yang singkat di membran basilar sebelum gelombang ini

mencapai titik resonansinya dan menghilang. Gelombang suara frekuensi

sedang berjalan sekitar setengah perjalanan dan kemudian menghilang; dan

gelombang suara frekuensi sangat rendah menempuh seluruh jarak di

sepanjang membran basilar.

Gambaran lain dari gelombang berjalan adalah bahwa gelombang tersebut

berjalan secara cepat di sepanjang bagian awal membran basilar, tetapi secara

progresif melambat bila perjalanan makin jauh ke dalam koklea. Penyebab

peristiwa ini adalah koefisien elastisitas yang tinggi dari serabut basilar yang

dekat dengan fenestra ovalis dan koefisien secara progresif akan menurun bila

semakin jauh dari membran. Transmisi gelombang awal yang cepat ini

memungkinkan suara berfrekuensi tinggi berjalan cukup jauh ke dalam koklea

untuk kemudian menyebar dan berpisah satu sama lain pada membran basilar.

Tanpa penyebaran ini, semua gelombang frekuensi tinggi akan berkumpul

menjadi satu di membran basilar dalam beberapa milimeter pertama atau

lebih, dan frekuensinya tidak dapat dibedakan satu sama lain.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

Sumber :

Guyton,Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran.Jakarta:EGC