28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HIDROKOLOID DAN PRODUK EMULSI “UJI KELARUTAN” DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. LAVLINESIA, MSi ASISTEN DOSEN : RUDI NATA DISUSUN OLEH : SYELVI DELISTIANINGRUM D1C012049 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hidro 2

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HIDROKOLOID DAN PRODUK EMULSI

“UJI KELARUTAN”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Ir. LAVLINESIA, MSi

ASISTEN DOSEN :

RUDI NATA

DISUSUN OLEH :

SYELVI DELISTIANINGRUM

D1C012049

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015

Page 2: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelarutan.............................................................................. 2

2.2 Bahan (Sampel) Uji Kelarutan............................................................... 2

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 8

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 8

3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ......................................................................................................... 9

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 12

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

i

Page 3: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul,

atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut

dalam air.

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut

dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk

jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Adapun

kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut

dalam larutan jeuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan

sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi

molekuler homogen.

Hidrokloid adalah suatu polimer larut dalam air, mampu membentuk koloid

dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel dari larutan tersebut. Secara

bertahap istilah hidrokoloid yang merupakan kependekan dari koloid hidrofilik ini

menggantikan istilah gum karena dinilai istilah gum tersebut terlalu luas artinya.

Gum adalah molekul dengan bobot molekul tinggi bersifak hidrofilik atau

hidrofobik, biasanya bersifat koloid dan dalam bahan pengembang yang sesuai

dapat berbentuk gel, larutan maupun suspensi kental pada konsentrasi yang sangat

rendah.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui waktu daya larut dari karagenan,

gum xanthan, gum arab dan dekstrin dengan menggunakan perlakuan aquadest tanpa

pemanasan, suhu 50°C dan suhu 100°C.

1

Page 4: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

BAB II

TNJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelarutan

Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif

didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang

dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam

500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan

persen (Genaro, 1990).

Faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah pH,

temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut,

adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-

lain (Delvina, 2011).

2.2 Bahan (Sampel) Uji Kelarutan

a) Karagenan

Karagenan yaitu suatu senyawa hidrokoloid yang merupakan

polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis

karaginofit, seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan Gigartina sp.

Polisakarida tersebut disusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α-(1,3)-

D-galaktosa dan β-(1,4)-3,6 anhidro-D-galaktosa secara bergantian, baik

mengandung ester sulfat atau tanpa sulfat pada karagenan tersebut

(Anggadiredja, dkk., 2010).

Sifat-sifat karagenan meliputi kelarutan, viskositas, dan pembentukan

gel. Kelarutan karagenan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

tipe karagenan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan, dan zat-zat

2

Page 5: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

terlarut lainnya. Gugus hidroksil dan sulfat pada karagenan bersifat hidrofilik,

sedangkan gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa lebih hidrofobik. Lamda karagenan

mudah larut pada semua kondisi karena tanpa unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan

mengandung gugus sulfat yang tinggi. Karagenan jenis iota bersifat lebih

hidrofilik karena adanya gugus 2-sulfat dapat menetralkan 3,6-anhidro-D-

galaktosa yang kurang hidrofilik. Karagenan jenis kappa kurang hidrofilik

karena lebih banyak memiliki gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa (Towle 1973).

Karagenan larut dalam air dan membutuhkan panas supaya mencapai

kondisi kelarutan yang sempurna. Suhu yang dibutuhkan agar karagenan larut

adalah 50-80°C (tergantung pada kation pembentuk gel nya). Kehadiran kation

logam seperti potassium, kalsium, kalium dan amonium akan menyebabkan

karagenan membentuk gel yang kaku dan termoreversible, baik pada suhu panas

atau dingin (Dwiyati Pujimulyani, 2009).

Karakteristik daya larut karagenan juga dipengaruhi oleh bentuk garam

dari gugus ester sulfatnya. Jenis sodium umumnya lebih mudah larut, sementara

jenis potasium lebih sukar larut. Hal ini menyebabkan kappa karagenan dalam

bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam air dingin dan diperlukan panas

untuk mengubahnya menjadi larutan, sedangkan dalam bentuk garam sodium

lebih mudah larut. Lamda karagenan larut dalam air dan tidak tergantung jenis

garamnya (cPKelco ApS 2004 diacu dalam Syamsuar 2006).

Suryaningrum (1988) menyatakan bahwa karagenan dapat membentuk

gel secara reversibel artinya dapat membentuk gel pada saat pendinginan dan

kembali cair pada saat dipanaskan. Pembentukan gel disebabkan karena

terbentuknya struktur heliks rangkap yang tidak terjadi pada suhu tinggi. Daya

kelarutan karagenan pada berbagai media dapat dilihat pada Tabel 2.

3

Page 6: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Tabel 1. Daya kelarutan karagenan pada berbagai media pelarut.

Sumber: Indriani dan Sumarsih, 1991

b) Gum Xanthan

Gum xanthan adalah polisakarida dengan bobot molekul tinggi hasil

fermentasi karbohidrat oleh xanthomonas campestris yang dimurnikan,

dikeringkan dan digiling untuk pemanfaatannya lebih lanjut (Petit dalam

glicksman, 1980).

Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan gum secara microbial

(gum xanthan) terdiri dari D-glukosa, sukrosa dan beberapa bentuk karbohidrat

yang dapat digunakan sebagai substrat dan tergantung dari tingkat hasil yang

diinginkan. Protein dan nitrogen inorganic adalah sumber nutrient tambahan

yang sangta penting untuk efisiensi produksi gum xanthan, fosfat dan

magnesium juga dibutuhkan serta mineral. (Mc Nelly dan King dalam Whistler

dan Be Miller, 1973).

Sifat-sifat Gum Xanthan yaitu kekentalan (viskositas), kekenyalan

(pseudoplastik), pengaruh suhu pada kekentalan, kekompakan (compatibility),

kestabilan pada panas, pengaruh enzim dan oksidan

Karakteristik Gum Xanthan :

Larut dalam air dingin

Larutan dengan aliran yang sangat pseudoplastik. Pseudoplastik yaitu

kemampuan mengubah viskositas nyata karena adanya laju geser. Jika laju

geser meningkat, viskositas berkurang dan sebaliknya.

4

Page 7: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Viskositasnya sangat stabil pada berbagai pH dan temperatur

Polisakarida tahan terhadap degradasi enzimatik

Menunjukan interaksi yang sesuai dengan galactomannans guar gum, locust

bean gum (LBG) dan glucomannan konjac mannan.

Pada konsentrasi tinggi wujud lunak, elastis, thermal reversible –> terbentuk

dengan locust bean gum dan konjac mannan

c) Gum Arab

Gum arab dihasilkan dari getah bermacam-macam pohon Acasia sp. di

Sudan dan Senegal. Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-

satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan L-ramnosa. Berat

molekulnya antara 250.000-1.000.000. Gum arab jauh lebih mudah larut dalam

air dibanding hidrokoloid lainnya. Pada olahan pangan yang banyak

mengandung gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukan emulsi

lemak yang mantap dan mencegah kristalisasi gula (Tranggono dkk,1991). Gum

arab dimurnikan melalui proses pengendapan dengan menggunakan etanol dan

diikuti proses elektrodialisis (Stephen and Churms, 1995).

Gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Acasia Senegal

ini berkisar 3,9-4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi dari

gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya (protein). Gum arab

dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini

juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika

panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan, mengingat gum

arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi

emulsifikasi dan viskositas (Imeson, 1999).

d) Dekstrin

Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang

merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih

cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi dekstrin

5

Page 8: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

yaitu sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan

pewarna yang memerlukan sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) karena

dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk (Ribut dan

Kumalaningsih, 2004).

Dekstrin merupakan hasil hidrolisis pati yang tidak sempurna. Proses ini

juga melibatkan alkali dan oksidator. Pengurangan panjang rantai tersebut akan

menyebabkan perubahan sifat dimana pati yang tidak mudah larut dalam air

diubah menjadi dekstrin yang mudah larut. Dekstrin bersifat sangat larut dalam

air panas atau dingin, dengan viskositas yang relatif rendah. Sifat tersebut akan

mempermudah penggunaan dekstrin bila dipakai dalam konsentrasi yang cukup

tinggi ( Lineback dan Inlett,1982).

Maltodekstrin merupakan larutan yang terkonsentrasi dari sakarida yang

diperoleh dari pati – pati yang ada atau yang diperoleh dari hidrolisa pati dengan

penambahan asam maupun enzim. Kebanyakan produk ini ada dalam bentuk

kering dan hampir tak terasa (Blanchard and Katz, 1995). Maltodekstrin pada

dasarnya merupakan senyawa hidrolisis pati yang tidak sempurna, terdiri dari

campuran gula – gula dalam bentuk sederhana (mono dan disakarida dalam

jumlah kecil, oligosakarida dengan jumlah relatif tinggi serta sejumlah kecil

oligosakarida berantai panjang (Anonymous, 2002). Nilai DE (Derajat

pemecahan pati menjadi glukosa) maltodekstrin berkisar antara 3 – 20 (Hui,

1992).

Maltodekstrin sangat baik digunakan sebagai bahan pengisi untuk

meningkatkan volume dalam sistem pangan. Umumnya, maltodekstrin

digunakan dalam campuran bubuk kering, makanan ringan, produk – produk

roti, permen, keju, pangan beku, dan saos karena kemudahannya membentuk

dispersi kelarutan cepat, higroskopis rendah, meningkatkan volume dan sebagai

pengikat. Maltodekstrin juga dapat digunakan dalam produk – produk susu

(Whistler and Miller, 1999). Menurut Hui (1992), maltodekstrin dapat

digunakan pada makanan karena memiliki sifat – sifat tertentu. Sifat – sifat yang

dimiliki maltodekstrin antara lain maltodekstrin mengalami proses dispersi yang

cepat, memiliki daya larut yang tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat

6

Page 9: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

higroskopis yang rendah, mampu membentuk body, sifat browning rendah,

mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat yang kuat.

7

Page 10: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

BAB III

METODOLOGI

3.4 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 05 Mei 2015, pukul

15.00 s/d selesai. Bertempat di Laboratorium Pengolahan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Jambi (Pondok Meja).

3.5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, neraca , tabung reaksi (4

buah), Gelas ukur 50 ml, gelas piala 600 ml, thermometer, kaca arloji, sudip,

kompor, panci, stopwatch dan alat tulis. Dan bahan yang digunakan yaitu,

karagenan. Gum xanthan, gum arab, maltodekstrin, aquadest, kertas label dan tisu.

3.6 Prosedur Kerja

8

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ditimbang bahan (sampel) sebanyak 0,5 gram menggunakan neraca

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diberi label

Ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml

Diaduk menggunakan sudip hingga larut

Dihitung waktu mulai dari pengadukan hingga sampel larut dan diamati

Perlakuan :

I. Tanpa pemanasan

II. Suhu 50°C

III. Suhu 100°C

Page 11: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil

Data hasil dari praktikum “Uji Kelarutan” adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Waktu bahan (sampel) larut

KelPerlakuan

(Aquadest)

Waktu Bahan (Sampel) Larut

Karagenan Gum Xanthan Gum Arab Maltodekstrin

I Tanpa Pemanasan 06’42” 15’07” 03’26” 01’28”

II Pemanasan Suhu 50°C 09’45” 11’44” 01’44” 01’14”

III Pemanasan Suhu 100°C 15’05” 13’31” 01’18” 01’41”

9

Page 12: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Tabel 2.1 Hasil pengamatan bahan (sampel)

KelPerlakuan

(Aquadest)

Hasil Pengamatan

Karagenan Gum Xanthan Gum Arab Maltodekstrin

I Tanpa Pemanasan

Larut

Keruh

Gel

Gel

Putih keruh

Banyak gelembung

Larut

Keruh

Encer

Larut

Jernih

Ada ion

Encer

II Pemanasan Suhu 50°C

Larut

Keruh kekuningan

Sedikit kental

Gel

Putih keruh

Larut

Bening kekuningan

Larut

Jernih

III Pemanasan Suhu 100°C

Larut

Keruh

Agak kental

Gel sangat kental

Putih keruh

Larut

Bening kekuningan

Larut

Jernih

10

Page 13: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Tabel 2.1 Gambar hasil pengamatan bahan (sampel)

KelPerlakuan

(Aquadest)

Gambar Pengamatan

KaragenanGum

Xanthan

Gum

ArabMaltodekstrin

I Tanpa Pemanasan

II Pemanasan Suhu 50°C

III Pemanasan Suhu 100°C

11

Page 14: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

4.4 Pembahasan

Dari hasil praktikum uji kelarutan yang telah dilakukan dengan

menggunakan 4 macam sampel yaitu : karagenan, gum xanthan, gum arab dan

maltodekstrin menggunakan aquadest dengan perlakuan tanpa pemanasan, suhu

50°C, suhu 100°C.

a. Karagenan.

Didapatkan hasil uji kelarutan bahwa semakin tinggi suhu aquadest yang

digunakan maka daya larut pada karagenan semakin rendah sehingga waktu yang

dibutuhkan juga akan semakin lama. Sedangkan pada hasil pengamatan terhadap

sampel berwarna keruh dan semakin rendah suhu aqudest maka sampel akan

semakin kuat membentuk gel. Hal ini dikarenakan karakteristik daya larut

karagenan dipengaruhi oleh garam dari gugus ester sulfatnya. Jenis sodium

umumnya lebih mudah larut, sementara jenis potasium lebih sukar larut. Hal ini

menyebabkan karagenan dalam bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam air

dingin dan diperlukan panas untuk mengubahnya menjadi larutan, sedangkan dalam

bentuk garam sodium lebih mudah larut (cPKelco ApS 2004 diacu dalam Syamsuar

2006).

Karagenan larut dalam air dan membutuhkan panas supaya mencapai

kondisi kelarutan yang sempurna. Suhu yang dibutuhkan agar karagenan larut

adalah 50-80°C (tergantung pada kation pembentuk gel nya). Kehadiran kation

logam seperti potassium, kalsium, kalium dan amonium akan menyebabkan

karagenan membentuk gel yang kaku dan termoreversible, baik pada suhu panas

atau dingin (Dwiyati Pujimulyani, 2009).

b. Gum Xanthan

Pada uji kelarutan menggunakan sampel gum xanthan mempunyai daya

larut yang rendah dikarenakan lamanya waktu pengadukan gum xanthan untuk

larut. Hal ini dikarenakan karakteristik sifat gum xanthan yang lebih mudah larut

dalam air dingin sehingga waktu pengadukan gum xanthan cukup lama karena pada

praktikum ini menggunakan aquadest dengan perlakuan tanpa pemanasan,

12

Page 15: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

pemanasan suhu 50°C, dan pemanasan suhu 100°C. Sedangkan pada hasil

pengamatan terhadap sampel berwarna putih keruh dan semakin tinggi suhu

aqudest maka visikositas sampel gel yang terbentuk akan semakin tinggi. Gum

xanthan memiliki sifat hidrofilik yang kuat, jika air secara langsung ditambahkan

dan pengadukan dengan kecepatan rendah karena lapisan luar dalam gum xanthan

membengkak (micell), akan menaikkan kelembaban dan memasuki lapisan dalam

sekaligus menyebar sehingga gum tersebut dapat larut.

c. Gum Arab

Pada uji kelarutan menggunakan sampel gum arab semakin tinggi suhu

aquadest yang digunakan maka akan semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan

untuk larut. Hal ini sesuai yang dituliskan oleh (Imeson, 1999) bahwa Jenis

pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih

baik jika panasnya dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan, mengingat

gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi

emulsifikasi dan viskositas. Sedangkan pada hasil pengamatan terhadap sampel

semakin tinggi suhu aquadet yang ditambahkan maka warna larutan akan semakin

jernih atau bening.

d. Maltodekstrin

Pada uji kelarutan menggunakan sampel maltodekstrin dengan perlakuan

pemanasan menggunkan suhu 50°C memiliki waktu lebih cepat larut diikuti oleh

perlakuan tanpa pemanasan dan pemanasan dengan suhu 100°C. Hal ini

dikarenakan maltodekstrin memliki sifat-sifat yaitu mengalami proses dispersi yang

cepat, memiliki daya larut yang tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat

higroskopis yang rendah, mampu membentuk body, sifat browning rendah, mampu

menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat yang kuat. Sedangkan pada hasil

pengamatan terhadap sampel pada pelakuan aquadest tanpa pemanasan terdapat

ion-ion pada larutan.

Menurut Hui (1992), maltodekstrin dapat digunakan pada makanan karena

memiliki sifat – sifat tertentu. Sifat – sifat yang dimiliki maltodekstrin antara lain

maltodekstrin mengalami proses dispersi yang cepat, memiliki daya larut yang

13

Page 16: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat higroskopis yang rendah, mampu

membentuk body, sifat browning rendah, mampu menghambat kristalisasi dan

memiliki daya ikat yang kuat.

14

Page 17: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum “Uji Kelarutan” yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa uji kelarutan yang terbaik yaitu dengan pelakuan aquadest

menggunakan pemanasan dengan suhu 50°C pada sampel gum xanthan, gum arab

dan dekstrin. Sedangkan pada sampel karagenan dengan perlakuan tanpa

pemanasan menghasilkan waktu kelarutan yang tepat. Sedangkan pada hasil

pengamatan terhadap sampel karagenan berwarna keruh dan semakin rendah suhu

aqudest maka sampel akan semakin kuat membentuk gel, pada sampel gum xanthan

sampel berwarna putih keruh dan semakin tinggi suhu aqudest maka visikositas

sampel gel yang terbentuk akan semakin tinggi, pada sampel semakin tinggi suhu

aquadet yang ditambahkan maka warna larutan akan semakin jernih atau bening,

dan pada sampel pada pelakuan aquadest tanpa pemanasan terdapat ion-ion pada

larutan.

15

Page 18: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, Jana T. dkk. 2010. Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonymous. 2002. Maltodekstrin. http://www.encyclopedia.com. [8 Oktober 2009]

Blanchard, P. H. dan Katz, F. R. 1995. Starch Hydrolysates in Food Polysaccharides

and Their Aplication. New York: Marcel Dekker, Inc.

Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and Sons

Inc. New York

cPKelco ApS,. 2004. Denmark. http:/www.cpkelco.com. diakses : 23 Maret 2014.

Delvina, (2011),”Pengaruh penambahan surfaktan (tween 80) terhadap kelarutan

asamsalisilat”,http://delvina-vina.blogspot.com/2011/10/pengaruh-

penambahan-surfaktan-tween80.html,16 desember 2012.

Genaro, R. A. 1990. Remington’s Pharmaceutical Science. 18th ed. Macle Printing

Company, Easton-Pennsilva, USA.

Glicksman, M and R.E. Schatchat. 1959. Gum Arabic. In Whistler, R.L and J.N Be

Miller. Industrial Gums : Polysaccharides and Their Derivatives. Academic

Press. New York.

Imeson, A., 1999. Thickening and Gelling Agent for Food. Aspen Publisher Inc, New

York.

Indriani dan Sumarsih. (1991). Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.

Cetakan pertama. Jakarta: Swadaya. Halaman 1, 8.

Lineback, D.F and G.E. Inlett. 1982. Food Carbohydrates. The AVI Publishing Co.

West Port.

Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan Buah-buahan,

Yogyakarta : Graha Ilmu.

16

Page 19: Laporan Praktikum Hidrokoloid Edit

Ribut, S. dan S. Kumalaningsih, 2004. Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan

baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan,

Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.

http://www.pustaka-deptan.go.id., [3 April 2011].

Suryaningrum, T.D. 1988. “ Kajian Sifat-sifat Mutu Komoditi Rumput Laut Budidaya

Jenis Eucheuma cottoni dan Eucheua spinosum”. Fakultas Pasca Sarjana IPB.

Bogor.

Stephen, A.M. and S.C. Churms, 1995. Food Polysaccarides and Their Applications.

Marcell Dekker, Inc, New York.

Towle, G.A. 1973. “Carrageenan. In Industrial Gums”. R.L. Wistler and Be. Miller.

S.N. (eds) Academic Press. London.

Tranggono, S., Haryadi, Suparmo, A. Murdiati, S. Sudarmadji, K. Rahayu, S. Naruki,

dan M. Astuti, 1991. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive). PAU

Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

17