21
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERCOBAAN II PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN NAMA : DEVI PRAMANIK LISNASURI NIM : J1C112029 KELOMPOK : III (TIGA) ASISTEN : DARU DWI CHRISTIAN PROGRAM STUDI BIOLOGI

Laporan Praktikum KIMIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perbandingan Sift Senyawa kovalen dan Senyawa ion

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN II

PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

NAMA : DEVI PRAMANIK LISNASURI

NIM : J1C112029

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : DARU DWI CHRISTIAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

Page 2: Laporan Praktikum KIMIA

PERCOBAAN II

PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan

menjelaskan pengaruh jenis ikatan suatu senyawa terhadap sifat fisis dan sifat kimia

dari senyawa tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah senyawa tidak menyerupai unsur-unsur dari mana senyawa itu

terbentuk. Sebuah senyawa harus dianggap sebagai zat yang unik (tak ada duanya).

Ciri-ciri suatu senyawa bergantung banyak pada macam ikatan kimia yang

menyatukan atom-atom itu (Keenan, 1984 ).

Suatu senyawa terbentuk karena adanya tarik-menarik antara atom jenis yang

satu dengan jenis yang lain. Pada umumnya, atom tidak berada dalam keadaan bebas,

tetapi menyatu dengan atom lain membentuk suatu senyawa. Hal ini merupakan

suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih stabil daripada menyendiri.

Penggabungan itu disebut ikatan kimia. Atom yang melepaskan elektron akan

menjadi ion positif, sebaliknya atom yang menerima elektron akan menjadi ion

negatif (Syukri, 1999).

Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu

senyawa kimia dapat bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom

tergantung dari struktur elektron atom. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol afinitas

elektron dimana atom menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi

menjadi dua kategori besar : ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk jika

terjadinya perpindahan elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang

bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik menarik di antara

ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen

terbentuk dari terbaginya (sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan kata lain,

daya tarik-menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu

merupakan suatu ikatan kovalen (Brady, 1999).

Page 3: Laporan Praktikum KIMIA

1. Ikatan Ionik

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas

mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh. Ia berusaha memperluas

interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan

listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar. Bila suatu atom

kehilangan elektron maka ia akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron

yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron,

atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan

jumlah atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong

pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatis antara anion dan kation. Ikatan

kimia yang dibentuk disebut ikatan ionik (Takeuchi, 2006).

Alasan utama yang menyebabkan senyawa ion stabil adalah adanya daya tarik-

menarik antara ion, yang terjadi apabila senyawa kimia terbentuk dan menghasilkan

energi potensial (Brady, 1999). Dalam pembentukan ikatan ion, atom logam menjadi

ion bermuatan positif (kation) dan atom bukan logam menjadi ion bermuatan negatif

(anion). Atom bukan logam memperoleh sejumlah elektron yang cukup untuk

menghasilkan anion dengan konfigurasi elektron gas mulia. Senyawa ion tidak

tersusun dari pasangan ion sederhana atau sekelompok kecil ion, kecuali dalam

keadaan gas. Dalam keadaan pada setiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang muatannya

berlawanan, membentuk suatu susunan yang disebut kristal ( Petrucci, 1985).

Suatu ion akan terbentuk dengan mudah apabila struktur ion yang terjadi stabil,

muatan ionnya kecil, bila atom yang membentuk anion kecil atau atom yang

membentuk kation kasar. Senyawa ion memiliki beberapa sifat yaitu :

a. Dalam keadaan padat tidak tersusun dari molekul-mulekul tetapi tersusun dari

ion-ion,

b. Senyawa-senyawa ion berupa zat padat yang keras,

c. Senyawa-senyawa ion berupa elektrolit,

d. Larutan atau leburannya dapat menghantarkan arus listrik

e. Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi,

f. Dapat larut dalam pelarut polar (contohnya air atau pelarut-pelarut sejenis) dan

tidak larut dalam pelarut non polar (contohnya benzen atau pelarut organik)

(Sukardjo, 1990).

Page 4: Laporan Praktikum KIMIA

2. Ikatan Kovalen

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-

1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang

tidak terjelaskan oleh teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar.

Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom

sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan

bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru

saat itu (Takuechi, 2006).

Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh

rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan

sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak

yang berbau. Ikatan kovalen adalah ikatan antar atom elektronegatif yang

berdasarkan pada penggunaan bersama pasangan elekton. Jika pasangan elektron

yang digunakan hanya satu pasang akan diperoleh ikatan tunggal, sedangkan bila dua

pasang akan diperoleh ikatan rangkap dua dan jika tiga pasang diperoleh ikatan

rangkap tiga. Bila pasangan elektron berasal dari kedua belah pihak atom yang

berikatan disebut ikatan kovalen biasa atau ikatan kovalen saja. Sedangkan bila

bersumber dari salah satu pihak atom saja dinamakan ikatan kovalen koordinasi atau

ikatan donor akseptor. Atom pemberi pasangan elektron disebut atom donor dan

yang menerima disebut akseptor (Syukri, 1999).

Bila suatu zat tersusun dari molekul-molekul kovalen bentuk padatannya amorf

atau kristal mulekuler. Tiap-tiap atom dalam molekul terikat dengan ikatan kovalen

dan tiap-tiap molekul dalam kristal terikat oleh gaya antara molekul lemah, yaitu

gaya-gaya van der Walls. Kristal molekul terdapat pada senyawa-senyawa organik

dan unsur-unsur non-metal. Zat-zat yang mempunyai bentuk-bentuk kristal

molekuler bertitik lebur dan bertitik didih rendah karena gaya-gaya antara molekul

lemah. Energi untuk memecah kristal-kristal sedikit. Banyak zat-zat yang berbentuk

cair dan gas. Pada temperatur kamar, bila berbentuk padat pada umumnya bersifat

lunak. Zat-zat ini bukan elektrolit, umumnya larut dalam benzena atau pelaru-pelarut

organik, tidak larut dalam air atau pelarut polar lainnya. Zat-zat kovalen yang larut

dalam air seperti HCl, disebabkan karena zat ini bereakasi dengan air (Sukardjo,

1990).

Page 5: Laporan Praktikum KIMIA

Kekuatan ikatan antar partikel menyebabkan perbedaan titik leleh senyawa

kovalen dan senyawa ion, gaya tarik Van Der Walls yang ada diantara molekul

dalam kovalen jauh lebih lemah dibanding dalam senyawa ion. Bila suatu senyawa

kovalen menguap, molekul melepaskan diri dari tetangganya. Gaya tarik lemah

antara molekul dikalahkan, tetapi ikatan kovalen yang kuat mengikat atom-atom

dalam molekul itu tak terpatahkan (Keenan,1991).

Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik yang penting untuk karakterisasi

suatu senyawa. Titik leleh (melting point, mp) dari suatu senyawa adalah temperatur

yang merujuk tepat pada saat proses transformasi senyawa tersebut antara fasa padat

dan fasa cair. Analisis QSPR dengan sifat fisik titik leleh (mp) telah banyak

dilaporkan. Penelitian Joback dan Reid, didasarkan pada data titik leleh dari 388

senyawa organik sebagai fungsi konstribusi tipe gugus kimia (Tahir, 2002).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah tabung

reaksi,termometer, gelas piala, elektroda karbon, lampu spiritus, sudip dan pipet

tetes.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urea, naftalena,

kristal NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Penentuan Titik Leleh

1. Sejumlah kecil (±1-2 sudip) urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

termometer dimasukkan di dalamnya.

2. Tabung reaksi dipanaskan dengan menggunakan lampu spritus,

perubahan yang terjadi pada sampel urea diamati.

3. Suhu tepat pada saat urea mulai meleleh dan pada saat seluruh sampel

urea meleleh dicatat, ini merupakan kisaran titik leleh.

4. Percobaan ini diulangi sebanyak dua kali.

5. Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena.

Page 6: Laporan Praktikum KIMIA

6. Prosedur di atas tidak dapat dilakukan untuk senyawa NaCl, KI dan

MgSO4. Data titik leleh dari senyawa-senyawa tersebut dicari

berdasarkan buku referensi.

B. Perbandingan Kelarutan

1. Air dimasukkan ke dalam tabung reaksi (Tabung I), dan tabung reaksi

lain dengan kabon tetraklorida (Tabung II).

2. Urea dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian

campuran dalam setiap tabung dikocok.

3. Kelarutan urea dalam tabung I atau tabung II diamati.

4. Prosedur yang sama dilakukan untuk naftalena, isopropil, alkohol,

NaCl, KI, dan MgSO4.

5. Kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung diamati.

C. Perbandingan Daya Hantar

1. Akuades sebanyak 50 mL dimasukkan pada gelas piala 50 mL.

2. Elektroda karbon dihubungkan dengan arus listrik dan lampu.

3. Elektroda dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades. Perubahan

yang terjadi diamati.

4. Prosedur (a) – (c) diulangi, dengan menambahkan beberapa tetes

isopropil alkohol.

5. Perubahan yang terjadi diamati.Prosedur yang sama dilakukan, masing-

masing dengan menambahkan urea, naftalena, NaCl, KI, dan MgSO4.

Page 7: Laporan Praktikum KIMIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Perbandingan Titik Leleh

No. Percobaan Pengamatan

1. Dimasukkan sejumlah kecil urea ke dalam

tabung reaksi. Dimasukkan termometer ke

dalam tabung reaksi.

±1−2sudip

2. Dipanaskan tabung reaksi dengan

menggunakan lampu spiritus. Dicatat suhu

tepat pada saat urea mulai meleleh dan

suhu saat seluruh urea telah meleleh.

Dilakukan sebanyak 2 kali.

T-1A = 36oC T-2A = 40oC

T-1B = 39oC T-2B = 44oC

3. Dimasukkan sejumlah kecil naftalena ke

dalam tabung reaksi. Dimasukkan

termometer ke dalam tabung reaksi.

±1−2sudip

4. Dipanaskan tabung reaksi dengan

menggunakan lampu spriritus. Dicatat

suhu tepat pada saat naftalena mulai

meleleh dan suhu saat seluruh naftalena

telah meleleh. Dilakukan sebanyak 2 kali.

T-1A = 39oC T-2A = 67oC

T-1B = 38oC T-2B = 85oC

2. Perbandingan Kelarutan

No. Percobaan Pengamatan

1. Diisi sebuah tabung reaksi dengan air

(Tabung I) dan tabung reaksi lain dengan

karbon tetraklorida (CCl4) (Tabung II).

2. Urea ditambahkan ke dalam tabung I dan

II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)

larut

larut

Page 8: Laporan Praktikum KIMIA

3. Naftalena ditambahkan ke dalam tabung I

dan II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)

tidak larut

larut

4. Isopropil alkohol ditambahkan ke dalam

tabung I dan II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)tidak larut

larut

5. NaCl ditambahkan ke dalam tabung I dan

II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)

larut

tidak larut

6. KI ditambahkan ke dalam tabung I dan II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)

larut

tidak larut

7. MgSO4 ditambahkan ke dalam tabung I

dan II

- Tabung I (air)

- Tabung II (CCl4)

larut

tidak larut

3. Perbandingan Daya Hantar

No. Percobaan Pengamatan

1. Gelas piala diisi akuades. 50 mL

2. Elektroda karbon dihubungkan dengan

arus listrik dan lampu.

3. Gelas piala berisi akuades dimasukkan

elektroda yang telah dihubungkan ke

listrik.

Tidak ada perubahan

4. Gelas piala berisi akuades + isopropil

alkohol dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

Tidak ada perubahan

Page 9: Laporan Praktikum KIMIA

5. Gelas piala berisi akuades + urea

dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

Tidak ada perubahan

6. Gelas piala berisi akuades + naftalena

dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

Tidak ada perubahan

7. Gelas piala berisi akuades + NaCl

dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

- Ada gelembung

- Lampu tidak menyala

8. Gelas piala berisi akuades + KI

dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

- Ada gelembung

- Lampu tidak menyala

- Warna larutan berubah

menjadi kuning

9. Gelas piala berisi akuades + MgSO4

dimasukkan elektroda yang telah

dihubungkan ke listrik.

- Ada gelembung

- Lampu tidak menyala

B. Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa antara senyawa

kovalen dengan senyawa ion terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal titik leleh,

perbandingan kelarutan dan perbandingan daya hantar.

I. Perbandingan Titik Leleh

Daftar perbandingan titik leleh senyawa

Senyawa Suhu Meleleh (I) Suhu Meleleh (II)

Urea 36oC - 40oC 39oC - 44oC

Naftalena 39oC - 67oC 38oC - 85oC

Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan

±1−2

sudip urea di dalam

tabung reaksi dengan lampu spiritus dengan naftalena yang dilakukan dengan

prosedur yang sama. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan

kisaran titik lelehnya. Untuk urea, pada percobaan pertama didapatkan kisaran suhu

Page 10: Laporan Praktikum KIMIA

awal urea mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya yakni antara 36oC - 40oC,

sedangkan pada percobaan kedua, titik leleh berkisar antara 39oC - 44oC. Kisaran

suhu urea meleleh keseluruhan ini disebut titik leleh urea. Akan tetapi, berdasarkan

referensi titik leleh urea berkisar antara 132oC-133oC. Ini sangat jauh berbeda dengan

hasil percobaan. Adapun didapatkan kisaran suhu awal naftalena mulai meleleh

sampai meleleh seluruhnya yakni antara 39oC - 67oC, sedangkan pada percobaan

kedua, titik leleh berkisar antara 38oC - 85oC. Kisaran suhu naftalena meleleh

keseluruhan ini disebut titik leleh naftalena. Akan tetapi, berdasarkan referensi titik

leleh naftalena adalah 80oC. Perbedaan titik leleh hasil percobaan dengan titik leleh

berdasarkan referensi ini kemungkinan disebabkan oleh ketidaktepatan praktikan saat

melakukan percobaan atau ketidaktepatan praktikan dalam membaca suhu pada

termometer atau bisa dikarenakan saat pencucian tabung reaksi tidak benar-benar

dikeringkan sehingga air yang sebenarnya tidak boleh ada dalam tabung reaksi ikut

bereaksi dengan senyawa sehingga membentuk larutan dan menyebabkan perbedaan

titik leleh.

Pada senyawa NaCl, KI dan MgSO4 titik lelehnya tidak dapat diketahui melalui

percobaan ini karena senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa ionik yang titik

lelehnya sangat tinggi. Berdasarkan referensi, dapat diketehui titik leleh NaCl adalah

801oC-804oC , titik leleh KI adalah 681oC dan titik leleh MgSO4 adalah 1124oC. Titik

leleh senyawa ionik sangat tinggi disebabkan oleh gaya elektrostatis antar ion-ion

yang sangat kuat sehingga untuk memisahkannya dibutuhkan energi yang sangat

besar (dalam hal ini adalah energi panas). Semakin erat ikatan antar ion suatu

senyawa semakin besar pula titik leleh senyawa tersebut. Sedang pada senyawa

kovalen ikatan ioniknya sangat lemah dikarenakan jarak antar ion yang sangat jauh

sehingga titik leleh yang dihasilkan pun akan lebih kecil.

II. Perbandingan Kelarutan

Daftar perbandingan kelarutan senyawa

Senyawa Kelarutan dalam air Kelarutan dalam CCl4

MgSO4 Larut Tidak Larut

Naftalena Tidak Larut Larut

Urea Larut Larut

KI Larut Tidak Larut

Page 11: Laporan Praktikum KIMIA

NaCl Larut Tidak Larut

Isopropil alkohol Tidak Larut Larut

Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan kelarutan urea, naftalena,

isopropil alkohol, NaCl, KI, dan MgSO4. Percobaan dilakukan dengan memasukkan

urea ke dalam Tabung reaksi I yang diisi air (pelarut polar) dan Tabung reaksi II

yang berisi karbon tetraklorida (CCl4) (pelarut non polar), kemudian mengamati

kelarutannya. Untuk bahan-bahan lainnya juga dilakukan prosedur yang sama. Pada

percobaan didapatkan hasil kelarutan senyawa yakni senyawa yang larut di dalam air

adalah urea, NaCl, KI, dan MgSO4, sedangkan naftalena dan isopropil alkohol tidak

terlarut dalam air. Kemudian senyawa yang terlarut dalam karbon tetraklorida (CCl4)

adalah urea, naftalena, dan isopropil alkohol, sedangkan NaCl, KI, dan MgSO4 tidak

terlarut.

Dari percobaan yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa senyawa ion akan larut

dalam air, karena ion-ion akan terpisah satu sama lain bila dilarutkan dalam air.

Dalam percobaan ini yang termasuk dalam senyawa ion adalah NaCl, KI, dan

MgSO4. Walaupun urea adalah senyawa kovalen, namun pada umumnya senyawa

kovalen yang kurang polar sedikit yang dapat larut dalam air. Sedangkan naftalena

tidak larut dalam air karena senyawa tersebut adalah senyawa kovalen yang bersifat

non-polar.

NaCl yang larut dalam air membentuk ion Na+ dan Cl-, KI membentuk ion K+

dan I- serta MgSO4 membentuk ion Mg2+ dan SO42-. Rata-rata senyawa ion larut di

dalam air (pelarut polar) dan tidak larut dalam senyawa CCl4 (pelarut non polar).

Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar seperti

naftalena dan isopropil alkohol dan sedikit yang dapat larut dalam air seperti urea.

Senyawa ion larut dalam air pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak saling

meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai pelarut non polar akibat dari dipol-

dipolnya yang saling meniadakan. Akan tetapi tidak semua senyawa kovalen tidak

larut dalam pelarut polar, misalnya urea yang larut di dalam air.

Page 12: Laporan Praktikum KIMIA

III. Perbandingan Daya Hantar

Daftar perbandingan daya hantar senyawa

Senyawa Hasil Pengamatan

Akuades Tidak ada perubahan

Akuades + urea Tidak ada perubahan

Akuades + naftalena Tidak ada perubahan

Akuades + KI Ada gelembung, lampu tidak menyala,

warna larutan berubah menjadi kuning

Akuades + MgSO4 Ada gelembung, lampu tidak menyala

Akuades + NaCl Ada gelembung, lampu tidak menyala

Akuades + isopropil

alkohol

Tidak ada perubahan

Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan daya hantar antara

akuades, isopropil alkohol, urea, naftalena, NaCl, KI, dan MgSO4. Percobaan ini

dilakukan dengan memasukkan elektroda yang telah dihubungkan dengan arus listrik

dan lampu dalam gelas piala berisi 50 mL akuades kemudian mengamati perubahan

yang terjadi. Untuk bahan-bahan yang selanjutnya dilakukan dengan prosedur yang

sama.

Elektroda yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl menghasilkan gelembung

gas yang banyak sehingga kita dapat menyebut larutan NaCl sebagai larutan

elektrolit kuat. Ketika elektroda di masukkan ke dalam larutan KI, MgSO4 dan urea

menghasilkan gelembung gas yang cukup banyak meskipun tidak sebanyak pada

larutan NaCl sehingga kita dapat menyebutnya sebagai larutan elektrolit lemah.

Ketika elektroda dimasukkan ke dalam 50 ml air tidak terjadi reaksi. Begitu pula

ketika dimasukkan ke dalam larutan naftalena dan isopropil alkohol sehingga kita

dapat menyebutnya sebagai larutan non elektrolit.

Perbedaan sifat daya hantar antara senyawa ion dan senyawa kovalen ternyata

berkaitan dengan perbandingan sifat kelarutan, senyawa kovalen pada umumnya

tidak larut dalam air dan bukan penghantar listrik yang baik. Sedangkan senyawa ion

Page 13: Laporan Praktikum KIMIA

umumnya dapat larut dalam air karena senyawa ion dapat terdisosiasi menjadi ion-

ionnya dan sehingga dapat menghantarkan arus listrik.

Pada percobaan perbandingan daya hantar listrik larutan tidak ada lampu yang

menyala. Padahal menurut referensi, larutan elektrolit kuat (dalam percobaan ini

NaCl) yang dihubungkan dengan elektroda menghasilkan nyala lampu yang terang

dan larutan elektrolit lemah (dalamm percobaan ini KI, MgSO4 dan urea)

menghasilkan nyala lampu yang redup. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan

alat yang digunakan oleh praktikan dalam melakukan percobaan.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1. Senyawa ion dan kovalen memiliki perbedaan sifat baik berupa sifat fisika

maupun kimia. Perbandingan pada sifat fisika dan kimia antara senyawa ion

dan senyawa kovalen yaitu titik leleh, kelarutan dan daya hantar listrik dari

senyawa tersebut.

2. Senyawa kovalen mempunyai ikatan antar molekul yang lemah

dibandingkan dengan senyawa ion. Kekuatan ikatan antar partikel dalam

senyawa menyebabkan perbedaan titik leleh antara senyawa ion dan

senyawa kovalen

3. Semakin erat ikatan antar ion suatu senyawa semakin besar pula titik leleh

senyawa tersebut. Sedang pada senyawa kovalen ikatan ioniknya sangat

lemah dikarenakan jarak antar ion yang sangat jauh sehingga titik leleh

yang dihasilkan pun akan lebih kecil.

4. Senyawa ion akan larut dalam air, karena ion-ion akan terpisah satu sama

lain bila dilarutkan dalam air. Senyawa kovalen pada umumnya larut dalam

pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air (pelarut polar).

5. Perbedaan sifat daya hantar antara senyawa ion dan senyawa kovalen

berkaitan dengan perbandingan sifat kelarutan, senyawa kovalen pada

umumnya tidak larut dalam air dan bukan penghantar listrik yang baik.

Sedangkan senyawa ion umumnya dapat larut dalam air karena senyawa ion

dapat terdisosiasi menjadi ion-ionnya sehingga dapat menghantarkan arus

listrik.

Page 14: Laporan Praktikum KIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta.

Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Edisi ke-6 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Keenan, C. W. 1991. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Petrucci, R.H dan Suminar. 1985. Kimia Dasar. Edisi ke-4 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Sukardjo. 1990. Ikatan kimia. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB. Bandung.

Tahir, I. 2002. Hubungan Kuantitatif antara Struktur Molekul dan Titik Leleh dari Berbagai Senyawa Organik. UGM. Yogyakarta.

Takeuchi, Y. 2006. Pengantar Kimia. Iwanami Shoten Publishers. Tokyo.