46
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK HEMATOIMMUNOLOGI MATERI PRAKTIKUM III Oleh : Kelompok A.3 1. Diptyo Fajar Santoso G1A013060 2. Ahmad Fauzi G1A013066 3. Aida Ainul Chikmah G1A013074 4. Hanifia Ulfa Fawzia G1A013077 5. Kartika Kencana Putri G1A013079 6. Tania Paramacitra G1A013081 7. Normalisa Novrita G1A013106 Asisten : Widya Kusumastuti G1A010040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Laporan Praktikum Patologi Klinik 3

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIKBLOK HEMATOIMMUNOLOGIMATERI PRAKTIKUM III

Oleh :Kelompok A.3

1. Diptyo Fajar Santoso G1A0130602. Ahmad Fauzi G1A0130663. Aida Ainul ChikmahG1A0130744. Hanifia Ulfa FawziaG1A0130775. Kartika Kencana PutriG1A0130796. Tania ParamacitraG1A0130817. Normalisa NovritaG1A013106

Asisten : Widya Kusumastuti G1A010040

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERANPURWOKERTO2014

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM MATERI III

Oleh :Kelompok A.31. Diptyo Fajar Santoso G1A0130602. Ahmad Fauzi G1A0130663. Aida Ainul ChikmahG1A0130744. Hanifia Ulfa FawziaG1A0130775. Kartika Kencana PutriG1A0130796. Tania ParamacitraG1A0130817. Normalisa NovritaG1A013106

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Patologi Klinik blok Hematoimmunologi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkanPurwokerto, September 2014Asisten

Widya KusumastutiG1A010040

BAB IDASAR TEORI

A. Pemeriksaan Rumple LeedDarah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah (Setiadi, 2007).Setiap makhluk hidup membutuhkan zat-zat makanan yang diperoleh dari lingkungannya. Untuk memasukkan dan membuang sisa zat makanan memerlukan sistem transportasi. Sistem sirkulasi atau transportasi pada tubuh manusia meliputi sistem peredaran darah manusia meliputi sistem peredaran darah dan peredaran getah bening. Komponen sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah (Setiadi, 2007).Komponen penyusun darah ada 2 yaitu bagian yaitu :a. Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah.b. Sel darah, adalah merupakan 45 % volume darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

B. Pemeriksaan TrombositSelain eritrosit dan leukosit, trombosit adalah jenis unsur sel ketiga yang terdapat di dalam darah. Trombosit bukanlah suatu sel utuh tetapi fragmen atau potogan kecil sel (bergaris tengah sekitar 2-4 m) yang terlepas dari tepi luar suatu sel besar (bergaris tengah sampai 60 m) di sumsum tulang yang dikenal sebagai mekariosit. Megakariosit berasal dari sel bakal yang belum berdiferensiasi yang sama dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit terbungkus oleh membrane plasma (Sherwood, 2012).Dalam setiap milliliter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000 trombosit / (kisarannya 150.000-350.000/). Trombosit tetap berfungsi selama sekitar sepuluh hari untuk kemudian disingkirkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama makrofag yang terdapat di limpa dan hati, dan diganti oleh trombosit baru yang dikeluarkan dari sumsum tulang (Sherwood, 2012).Trombosit tidak keluar dari pembuluh darah seperti yang dilakukan oleh sel darah putih, tetapi sekitar sepertiga dari trombosit total selalu tersimpan di dalam rongga-rogga berisi darah di limpa. Simpanan trombosit ini dapat dikeluarkan dari limpa ke dalam sirkulasi sesuai dengan kebutuhan (misalnya pada saat terjadi perdarahan) oleh kontraksi limpa yang diinduksi oleh stimulasi simpatis (Sherwood, 2012). Seperti eritrosit, trombosit melakukan fungsi utamanya di dalam pembuluh darah. Fungsi utama trombosit adalah memantau secara terus menerus sistem vascular dan mendeteksi setiap kerusakan di lapisan endotel pembuluh darah. bila lapisan endotel rusak, trombosit menempel pada tempat yang cedera dan memulai proses kimiawi yang sangat kompleks untuk menghasilkan bekuan darah (Eroschenko, 2013). Karena merupakan fragmen sel, trombosit tidak memiliki nucleus. Namun, sel ini dilengkapi oleh organel dan sistem enzim sitosol untuk menghasilkan energy dan mensintesis produk sekretorik yang disimpan di granula-granula yang tersebar di seluruh sitosolnya. Selain itu, trombosit mengandng aktin dan myosin dalam konsentrasi yang tinggi, sehingga trombosit dapat berkontraksi. Kemampuan sekretorik dan kontraksi ini penting dalam hemostasis (Sherwood, 2012).

Gambar 1.1 Trombosit

C. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)Hemostasis adalah fungsi yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah agar darah tetap mengalir di pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Hemostasis melibatkan beberapa komponen, yaitu (Bakta, 2012) :1. Komponen vaskuler2. Komponen trombosit3. komponen koagulasiAdapun langkah langkah terbentuknya bekuan darah pasca terluka adalah sebagai berikut (Hoffbrand, 2013) :1. InisiasiPada keadaan normal, pada membran terdapat tissue factor (TF). TF adalah faktor jaringan yang pertama kali terpajan jika ada cedera vaskuler. TF diaktifkan oleh enzim protein disulfida bersama dengan faktor plasma VIIa. Selanjutnya kompleks faktor VIIa-faktor jaringan mengaktifkan faktor IX dan X. Faktor X yang telah diaktifkan menjadi faktor Xa dapat membentuk sejumlah kecil trombin dari protrombin.2. AmplifikasiFaktor VIII dan V diubah menjadi VIIIa dan Va oleh sejumlah kecil trombin yang dihasilkan pada fase inisiasi. Faktor IXa dan VIIIa pada permukaan fosfolipid dengan keberadaan Ca2+mengaktifkan Xa dalam jumlah yang cukup untukberikatan dengan Va, PL, Ca2+ membentuk kompleks protombinase dan menyebabkan pembenukan trombin. Trombin berperan saat aktivasi fibrinogen menjadi fibrin. Trombin menghidrolisi fibrinogen, membebaskan fibrinopeptida A dan B untuk membentuk monomer fibrin. Monomer monomer fibrin berikatan secara spontan membentuk polimer fibrin yang tak larut. Faktor VIII juga diaktivasi oleh trombin beserta kalsium. Faktor VIII yang telah teraktivasi menstabilkan polimer fibrin dengan membentuk ikatan silang kovalen. 3. Sel EndotelSel endotel membentuk membran basal yang normalnye memisahkan jaringan ikat subendotel berupa kolagen, elastin, dan fibronektindari darah yang beredar. Berkurang atau rusaknya endotel menyebabkan perdarahan dan pengaktifan mekanisme hemostatik. Sel endotel juga memiliki pengaruh inhibitorik kuat pada respons hemostatik melalui sintetis prostaglandin, NO, dan ektonukleotidase CD39 yang memiliki sifat vasodilatorik dan menghambat agregasi trombosit.

D. Pemeriksaan Waktu Perdarahan (Bleeding Time)Luka dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah dan trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Sehingga sangat perlu sekali untuk melakukan uji waktu perdarahan (Waterbury, 2001).Waktu perdarahan (bleeding time) sendiri merupakan pemeriksaan in vivo fungsi sumbat hemostatik secara kasar. Uji waktu perdarahan tidak terlalu sensitive untuk disfungsi trombosit karena banyak penderita dengan disfungsi trombosit bawaan dan didapat memiliki waktu perdarahan normal. Namun sebagian besar penderita yang mengalami perdarahan spontan atau yang berisiko mengalami perdarahan hebat karena pembedahan akan memiliki waktu perdarahan yang memanjang dan karena itu uji ini dapat mengenali penderita-penderita yang berisiko mengalami perdarahan klinis (Waterbury, 2001). Selain itu, bleeding time banyak digunakan dan popular menguji untuk mengeksplorasi hemostasis primer. Yang paling umum dalam penggunaan waktu perdarahan adalah sebagai skrining preoperatif gangguan trombosit yang berpotensi membahayakan, karena operasi memerlukan tantangan utama untuk hemostasis, yang dapat berakibat fatal dalam kasus cacat hemostatik (De Caterina, 2011). Waktu perdarahan sendiri akan memanjang pada kasus trombositopenia, penyakit Von Willebrand, pada sebagian besar disfungsional dan setelah ingesti aspirin. Uji waktu perdarahan agak sulit distandarisasi dan digunakan berulang untuk mengevaluasi suatu kondisi klinis yang berubah-ubah (Sacher, 2004).Ada empat metode untuk melakukan tes perdarahan. Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode Ivy, manset tekanan darah ditempatkan pada lengan atas dan meningkat sampai 40 mM Hg. Sebuah pisau lanset atau scalpel digunakan untuk membuat luka tusuk di bagian bawah lengan bawah. Sebuah, otomatis pegas perangkat pisau ini paling sering digunakan untuk membuat potongan berukuran standar. Daerah ditusuk dipilih sehingga tidak ada vena dangkal atau terlihat dipotong. Pembuluh darah, karena ukuran mereka, mungkin memiliki waktu perdarahan lebih lama, terutama pada orang dengan cacat berdarah. Waktu dari saat luka tusukan dibuat sampai perdarahan berhenti semua telah diukur dan disebut waktu perdarahan. Setiap 30 detik, kertas filter atau handuk kertas yang digunakan untuk mengalirkan darah. Tes ini selesai ketika pendarahan telah berhenti sepenuhnya (Henry, 1996).Tiga metode lain melakukan uji perdarahan adalah template, template yang dimodifikasi, dan metode Duke. Template dan metode template yang dimodifikasi adalah variasi dari metode Ivy. Sebuah manset tekanan darah digunakan dan kulit pada lengan bawah dibuat seperti pada metode Ivy. Sebuah template ditempatkan di atas area yang akan ditusuk dan dua sayatan dibuat di lengan menggunakan template sebagai panduan lokasi. Perbedaan utama antara template dan metode modifikasi adalah panjang dari pemotongan dibuat (Henry, 1996).Untuk metode Duke, nick dibuat dalam cuping telinga atau ujung jari yang tertusuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes diberi batas waktu dari awal sampai perdarahan perdarahan benar berhenti. Kerugian dengan metode Duke adalah bahwa tekanan pada pembuluh darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah bahwa tidak ada bekas luka tersisa setelah test (Henry, 1996).Waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit dari waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke adalah tiga menit (Henry, 1996).

E. Identifikasi Darah Tepi AbnormalLeukosit atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan tubuh. Imunitas mengacu pada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi sel abnormal atau benda asing yang berpotensi merusak. Leukosit dan turunannya menahan invasi pathogen melalui fagositosis, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh, dan berfungsi sebagai petugas pembersih yang memfagosit debris yang berasal dari sel yang mati atau cedera. Yang terakhir penting dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan (Sherwood, 2012). Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit terutama menggunakan strategi cari dan serang, yaitu sel-sel tersebut pergi ke tempat invasi atau jaringan yang rusak. Alasan utama mengapa sel darah putih terdapat di dalam darah adalah agar mereka cepat diangkut dari tempat pembentukan ke penyimpanannya ke manapun mereka diperlukan (Sherwood, 2012).Leukosit dibagi dalam dua kategori utama, yaitu granulosit polimorfonukleus dan agranulosit mononukleus. 1. Granulosit PolimorfonukleusNukleus sel-sel ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan beragam bentuk, dan sitoplasma mereka mengandung banyak granula yang terbungkus membrane. a. Neutrophil Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima lobus, dan sitoplasma yang pucat dengan garis batas tidak beraturan mengandung banyak granula merah muda-biru (azurofilik) atau kelabu-biru. Granula tersebut dibedakan menjadi granula primer yang tampak pada stadium promielosit, dan sekunder (spesifik) yang tampak pada periode mielosit dan dominan pada neutrophil matur. Kedua jenis granula berasal dari lisosom. Granula primer mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, dan hydrolase asam lainnya, sementara granula sekunder mengandung kolagenase, laktoferin, dan lisozim. Lama hidup neutrophil dalam darah hanya sekitar 10 jam (Hoffbrand, 2012). Di antara granulosit, neutrophil adalah spesialis fagositik. Sel-sel ini selalu merupakan sel pertahanan pertama pada invasi bakteri dan dengan demikian sangat penting dalam respons peradangan. Seperti yang dapat diperkirakan berdasarkan fungsi-fungsi ini, peningkatan jumlah neutrophil dalam darah (neutrofilia) biasanya terjadi pada infeksi bakteri akut (Sherwood, 2012).

Gambar 1.2 Neutrofil

b. Eosinophil Eosinophil mirip dengan neutrophil, kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinophil dapat dikenali, tetapi stadium yang lebih awal tidak dapat dibedakan dari prekusor neutrophil. Waktu transit eosinophil dalam darah lebih lama daripada neutrophil. Sel ini memasuki eksudat inflamatori dan berperan khusus dalam respons alergi, pertahanan terhadap parasite, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi (Hoffbrand, 2012).Peningkatan eosinophil di sirkulasi darah (eosinofilia) dikaitkan dengan keadaan alergi (misalnya asma dan hay fever) dan dengan infestasi parasite internal (misalnya cacing). Eosinophil jelas tidak dapat memakan cacing parasitic yang berukuran jauh lebih besar, tetapi sel-sel ini melekat ke cacing dan mengeluarkan bahan-bahan yang dapat mematikan cacing tersebut (Sherwood, 2012).

Gambar 1.3 Eosinofil

c. Basophil Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap, menutup inti, serta mengandung heparin dan histamine. Di dalam jaringan, basophil berubah menjadi sel mast. Basophil mempunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamine (Hoffbrand, 2012). Pengeluaran histamine penting dalam reaksi alergi, sedangkan heparin mempercepat pembersihan partikel-partikel lemak dari darah setelah kita makan makanan berlemak. Heparin juga dapat mencegah pembekuan darah (koagulasi), tetapi apakah zat ini memiliki peran fisiologis sebagai suatu antikoagulan masih diperdebatkan (Sherwood, 2012).

Gambar 1.4 Basofil

2. Agranulosit MononukleusNucleus sel ini besar dan tidak bersegmen, selain itu sel ini hanya memiliki sedikit granula. a. Monosit Monosit biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuol halus, sehingga memberikan gambaran kaca asah (ground-glass appearance). Granula sitoplasma juga sering dijumpai. Prekusor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) sulit dibedakan dari mieloblas dan monosit (Hoffbrand, 2012).Seperti neutrophil, monosit juga diarahkan untuk menjadi fagosit professional. Sel-sel ini keluar dari sumsum tulang selagi masih imatur dan beredar dalam darah selama satu atau dua hari sebelum akhirnya menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Di tempat mereka yang baru, monosit terus berkembang dan sangat membesar, menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai makrofag. Usia makrofag berkisar dari beberapa bulan sampai beberapa tahun, kecuali apabila meraka mati sebelumnya sewaktu menjalankan tugas fagositik (Sherwood, 2012).

Gambar 1.5 Monosit

b. Limfosit Limfosit adalah sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Dua ciri unik yang khas untuk sistem imun adalah kemampuan untuk menimbulkan spesifitas antigenic dan fenomena memori imunologik (Hoffbrand, 2012).Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T. Limfosit B menghasilkan antibody, yang beredar dalam darah. Antibody berikatan dan memberi tanda untuk destruksi benda asing tertentu, misalnya bakteri, yang menginduksi pembentukan antibody tersebut. Limfosit T tidak menghasilkan antibody, sel-sel ini secara langsung menghancurkan sel-sel sasaran spesifik, suatu proses yang dikenal sebagai respon imun yang diperantarai sel (seluler). Sel yang menjadi sasaran limfosit T mencakup sel-sel tubuh yang telah dimasuki oleh virus dan sel kanker (Sherwood, 2012).

Gambar 1.6 Limfosit

Mieloblas adalah prekusor yang pertama kali mudah dikenali pada turunan sel granulositik. Mieloblas adalah sel kecil dengan inti besar, kromatin tersebar, tiga atau lebih nucleolus, dan cincin sitoplasma basofilik yang tidak memiliki granula spesifik. Seiring dengan proses perkembangan, sel membesar, mengandung granula azurofilik, dan menjadi promielosit. Kromatin di dalam inti yang lonjong tampak tersebar, dan banyak nucleolus terlihat jelas. Pada promielosit yang lebih tua, sel menjadi lebih kecil, nucleolus menjadi tidak jelas, jumlah granula azurofilik meningkat, dan granula spesifik dengan sifat pewarnaan berbeda mulai tampak di daerah perinukleus (Eroschenko, 2013).Promielosit membelah menjadi mielosit yang lebih kecil. Sitoplasma mielosit agak basofili dan mengandung banyak granula azurofilik. Mielosit berdiferensiasi menjadi tiga jenis granulosit yang hanya dapat dikenali dari peningkatan akumulasi dan pewarnaan granula spesifik di dalam sitoplasmanya, sperti yang terlihat pada mielosit eosinofilik dengan granula merah atau eosinofilik dan mielosit basofilik yang jarang ditemukan dengan granula biru atau basofilik. Mielosit berkembang menjadi metamielosit (Eroschenko, 2013). Sitoplasma metamielosit neutrofilik mengandung granula azurofilik terpulas gelap, granula spesifik terpulas terang, dan inti yang berbentuk ginjal.. metamielosit eosinofilik adalah sel yang lebih besar, dan granula sitoplasma spesifiknya berwarna eosinofilik (Eroschenko, 2013).

Gambar 1.7 Prekusor berbagai sel darah

BAB IIMETODE PRAKTIKUM

A. Pemeriksaan Rumple Leed1. Alata. Tensimeterb. Stetoskopc. Stopwatch2. Cara PemeriksaanUkur sistole dan diastoleSistole + Diastole / 2Bendung darah selama 10 menit dengan tekana rata-rata tersebut (max 100mmHg)Bacalah hasil kira-kira 4 cm dibawah lipatan siku dengan penampang 5 cmHitunglah jumlah petechiae

B. Pemeriksaan Trombosit1. Alata. Alat pengambilan darah venab. Pipet eritrositc. Bilik hitung NId. Reagen Rees eckere. Kapas alkoholf. Cawan petri2. Cara Pemeriksaan

Ambil darah vena 3ml dan letakan perlahan di botolBuang 3 tetes pertamaAmbil darah vena dengan pipet eritrosit hingga o,5Ambil reagen rees ecker hingga 101Teteskan pada bilik hitung NIHomogenkan secara horizontal selama 15-30 detkAmati pada mikroskopRendam bilik hitung NI diatas cawan petri berisi kapas alkohol selama 20 menit

C. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)1. Alata. Tabung reaksib. Rak tabung reaksic. Alat pengambil darah venad. Stopwatch 2. Cara PemeriksaanAmbil darah vena 3 mlDiamkan 2-3 menit periksa setiap 30 s. Tabung 3 sebagai kontrolMasukan darah sample masing-masing 1 mlHitung waktu hingga timbul bekuan dan catat hasilnyaRerata waktu pada tabung 1 dan 2Siapkan 3 tabung reaksi dan rak tabung

D. Pemeriksaan Waktu Perdarahan (Bleeding Time)1. Alata. Lancetb. Kapas alkoholc. Gelas obyekd. Kertas saring2. Cara PemeriksaanIsap hingga darah berhenti mengalir dan catat waktunyaTiap 30 s isap darah dengan kertas saring pada titik yang berbedaPijat pijat cuping telinga sampai hiperemisTusuk cuping telinga dengan lancet. Biarkan darah keluarBersihkan cuping telinga dengan kapas alkohol

BAB IIIHASIL

A. Pemeriksaan Rumple LeedNama probandus : Tania P. Usia probandus : 18 tahunJenis kelamin : PerempuanSistole : 110 mmHgDiastole : 70 mmHgTekanan rata-rata : = 80 mmHgHasil pembacaan : Tampak 5 petechiae

B. Pemeriksaan TrombositSetelah dilakukan penghitungan eritrosit melalui bilik Neubauer Improved dengan mengambil 5 kotak sedang secara acak, didapatkan hasil:Jumlah eritrosit : 560.000 /mm3Gambar 2.1 Pemeriksaan Trombosit

C. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)Setelah dilakuakan pemeriksaan waktu pembekuan menggunakan metode Lee and White diperoleh hasil sebagai berikut :Tabung 1 beku dalam waktu 14 menitTabung 2 beku dalam waktu 18 menitWaktu pembekuan : = 16Gambar 2.2 Clotting Time

D. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Bleeding Time)Dari hasil pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode pemeriksaan Duke diperoleh bercak pertama mempunyai penampang 3-5 mm dan waktu berhentinya perdarahan 1 menit 46 detik.Gambar 2.3 Bleeding Time

E. Identifikasi Darah Tepi Abnormal1. ALL (Akut Limfoid Leukemia)

2. CLL (Chronic Limfoid Leukemia)

3. AML (Akut Mieloid Leukemia)

4. CML (Chronic Mieloid Leukemia)

5. Anemia

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Rumple LeedPemeriksaan rumple leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Penilaian hasil pada pemeriksaan rumple leed adalah sebagai berikut:a. Abormal : > 20 petechiaeb. Normal : < 10 petechiaec. Dubia : 10-20 petechiaePetechiae dapat tampak pada kulit karena dengan melaukan bendungan terhadap vena pada tekanan tertentu menyebabkan dinding kapiler darah yang kurang kuat akan rusak atau pecah dan terjadi perdarahan di bawah kulit. Pada praktikum ini, hasil yang didapat yaitu tampak 5 petechiae. Hal ini menunjukkan bahwa hasilnya normal, karena petechiae yang tampak kurang dari 10. Sehingga, tidak ada gangguan vaskuler dan gangguan trombosit yang terjadi pada probandus. Jika terdapat gangguan vaskuler dan gangguan trombosit maka petechiae yang tampak lebih dari 20. Hasil pemeriksaan rumple leed menjadi dubia atau ragu-ragu jika petechiae yang tampak antara 10 sampai 20.

B. Pemeriksaan TrombositBerdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh estimasi jumlah trombosit 560.000/mm3. Hasil ini termasuk tinggi karena nilai normal jumlah trombosit adalah 150.000-400.000/mm3. Keadaan dimana naiknya jumlah trombosit disebut trombositosis. Biasanya dialami saat perdarahan akut, trauma, dan anemia defisiensi besi. Saat percobaan kami menggunakan rumus perhitungan jumlah eritrosit, bukan menggunakan estimasi trombosit menurut Barbara Brown sehingga hasil yang didapatkan kemungkinan mengalami bias. Selain itu kesalahan pembacaan di mikroskop kemungkin juga terjadi.

C. Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)Pemeriksaan waktu pembekuan darah menggunakan darah lengkap seperti metode Lee and White merupakan pemeriksaan yang kkasar tetapi masih dianggap yang terbaik.Penilaian hasil :Waktu pembekuan dinyatakan dengan menentukan rata-rata hasil pemeriksaan tabung I dan tabung II tersebut.Arti klinis : Normal : 9-15 menitMemanjang : kelainan beberapa factor koagulasi (koagulopati) inhibitor dalam darah missal heparinBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh waktu 16 menit, sehingga interpretasinya adalah memanjang dan ada kemungkinan kelainan beberapa factor koagulasi.Catatan :1. Pengambilan darah tidak boleh terlalu banyak tususkan supaya cairan jaringan tak ikut masuk dalam darah (mempercepat timbulnya pembekuan darah).2. Waktu pengambilan darah tidak boleh lebih dari 30 detik supaya tidak terjadi proses pembekuan sebelum pemeriksaan dikerjakan.3. Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan harus bebas kotoran dan kering.

D. Pemeriksaan Waktu Perdarahan (Bleeding Time)Pemeriksaan waktu perdarahan untuk menilai factor-faktor hemostasis yang letakanya ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan trombositnya juga berpengaruh. Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan.Normalnya waktu perdarahan adalah 1-3 menit. Dari percobaan yang telah dlakukan diperoleh hasil waktu perdarahan 1 menit 46 detik yang berarti masih dalam keadaan normal.Catatan :1. Pemeriksaan berhasil bila bercak pertama mempunyai penampang 3-5mm.2. Lakukan pada cuping telinga yang lain sebagai kontrol

E. Identifikasi Darah Tepi Abnormal1. ALL (Akut Limfoid Leukemia)Pada ALL terdapat predominan limfoblas 50-90%. Limfoblas adalah sel yang besar dan memiliki inti yang besar sehingga sitoplasmanya relatif sedikit. Pada limfoblas, terlihat kromatin inti agak gelap dan nukleoli 1-2. Bentuk limfosit tua pada preparat ini terlihat sedikit.

Gambar 4.1 ALL

2. CLL (Chronic Limfoid Leukemia)Jumlah leukosit dalam darah tepi meningkat pada penyakit CLL. Terlihat predominan limfosit kecil sekitar 65-75%. Pada penyakit CLL stadium lanjut, keberadaan limfosit kecil menjadi 95-98%. Kemudian, limfoblas dan limfosit besar yang terlihat sedikit. Kadang-kadang tampak gambaran monoton. Dan pada preparat penyakit ini tampak smudge cell meningkat.

Gambar 4.2 CLL

3. AML (Akut Mieloid Leukemia)Biasanya terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam darah tepi. Tampak gambaran monoton pada preparat ini dan predominan sel mieloblas. Selain itu, ditemukan pula hiatus leukemikus. Pada hitung jenis leukosit terdapat:a. Mieloblas meningkat (>20% menurut kriteria WHO)b. Promieloblas kurangc. Mielosit jumlahnya sedikitd. Metamielosit sedikite. Sel batang meningkatf. Sel segmen jumlahnya meningkat

Gambar 4.3 AML4. CML (Chronic Mieloid Leukemia)Terdapat leukosit sekitar 100.000-500.000 / mm3 darah. Dan tidak ditemukan hiatus leukemikus. Kadang-kadang basofil dan eosinofil meningkat pada CML. Kemudian, aktivitas eritropoiesis menurun dan retikulosit dalam darah normal atau sedikit meningkat. Untuk hitung jenis leukosit ditemukan:a. Terdapat mieloblas dan promielosit sebanyak 5%b. Terdapat banyak mielosit, metamielosit, batang, dan segmen

Gambar 4.4 CML

5. AnemiaPada penyakit anemia, terdapat kelainan eritrosit dalam darah tepi. Kelainan tersebut meliputi ukuran, warna, bentuk, susunan, dan benda inklusi.a. Kelainan warna eritrositWarna pada eritrosit ditentukan oleh central pollar.1) Normokrom : Normal (central pollar 1/3 sel)2) Hipokrom : Central pollar melebar (central pollar > 1/3 sel)3) Hiperkrom : Gelap (central pollar < 1/3 sel)4) Polikromasi : Ada sel yang warnanya lebih gelap

Gambar 4.5 Kelainan warna eritrosit

b. Benda inklusi eritrosit1) Basophilik Stippling2) Pappenheimer Body (granula siderotik)3) Howell Jolly4) Cincin Cabot (denaturasi protein)5) Benda Heinz (hanya terlihat pada cat supra vital)c. Ukuran eritrosit1) Normal2) Makro3) Mikrod. Kelainan susunan eritrosit1) Aglutinasi karena antibodi2) Rouleaux karena susunan protein serum yang abnormale. Bentuk eritrositBerikut terdapat berbagai macam bentuk eritrosit pada darah tepi:Gambar 4.6 Kelainan bentuk eritrosit

BAB VAPLIKASI KLINIS

A. Purpura Trombositopenia Idiopatik (PTI)Purpura Trombositopenia Idiopatik (PTI) adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000/n.L) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi prematur dari trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa. Sindrom PTI disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik yakni berikatan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh sistem fagosit mononuklir melalui reseptor Fc makrofag. Pada tahun 1982 Van Leeuwen pertama mengidentifikasi membran trombosit glikoprotein Ilb/IIIa (CD41) sebagai antigen yang dominan dengan mendemostrasikan bahwa elusi autoantibodi dari trombosit pasien PTI berikatan dengan trombosit normal.Diperkirakan bahwa PTI diperantarai oleh suatu autoantibodi, mengingat kejadian transient trombositopeni pada neonatus yang lahir dari ibu yang menderita PTI, dan perkiraan ini didukung oleh kejadian transient trombositopeni pada orang sehat yang menerima transfuse plasma kaya IgG, dari seorang pasien PTI. Trombosit yang diselimuti oleh autoantibodi IgG akan mengalami percepatan pembersihan di lien dan di hati setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh makrofag jaringan. Pada sebagian besar pasien, akan terjadi mekanisme kompensasi dengan peningkatan produksi trombosit. Pada sebagian kecil yang lain, produksi trombosit tetap terganggu, sebagian akibat destruksi trombosit yang diselimuti autoantibodi oleh makrofag di dalam sumsum tulang (intramedullary), atau karena hambatan pembentukan megakariosit (megakaryocytopoiesis), kadar trombopoetin tidak meningkat, menunjukkan adanya masa megakariosit normal.

B. HemofiliaHemofilia merupakan penyakit kelainan koagulasi yang sering kita jumpai.Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau cacatgenetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan penderitakekurangan faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan pembekuan darah.Dengan kata lain, darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengansendirinya secara normal (Ridwan, 2012). Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa.Namun mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya memilikisatu kromosom X. Sementara kaum hawa umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carrier) (Ridwan, 2012).Seorang wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya pun pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat jarangterjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan, namun ternyata sebanyak 30 persen takdiketahui penyebabnya (Ridwan, 2012)

C. Von Willebrand Disease (VWD)Penyakit ini disebut penyakit Von Willebrand karena nama ini adalah nama seorang dokter Finlandia, Erik Von Willebrand, yang pertama kali menguraikan kondisi ini pada 1925. Ia menyadari bahwa penyakit ini tidak sama dengan hemofilia, yang dalam kondisi beratnya jatuh pada laki - laki. Penyakit Von Willebrand (VWD) adalah kelainan perdarahan yang paling banyak diderita orang. Faktanya, ia bukan penyakit tunggal, tetapi penyakit keluarga.Jenis penyakit ini disebabkan oleh masalah Von Willebrand Factor (VWF). Ini adalah protein dalam darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Gen yang membuat VWF bekerja pada dua jenis sel yaitu : Sel endotel yaitu yang melapisi pembuluh darah dan trombosit Jika tidak terdapat cukup VWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan baik, maka dalam proses pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama. Penyakit Von Willebrand adalah penyakit herediter, jika salah satu dari kedua orang tua punya VWD, mereka dapat menurunkan penyakit ini ke anak - anaknya.

D. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. DIC merupakan suatu gangguan hemostatis, khususnya dalam mekanisme pembekuan yang didapat. Biasanya terjadi selama perjalanan atau merupakan akhir suatu penyakit. Kelainan ini bukan merupakan penyakit primer tetapi sebagai akibat rangsangan dari penyakit primernya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembekuan yang luas di dalam pembuluh darah dengan memakai semua factor pembekuan dan trombosit sehingga kemudian terbentuk trombin di dalam pembuluh darahBila proses tersebut berjalan cepat dan luas denngan akibat berkurangnya secara nyata factor pembekuan dan trombosit. Akibat hal ini fungsi hemostatis terganggu sehingga mudah terjadi perdarahan spontan. Oleh karena itu kelainan ini kadang-kadang disebut pula consumption coagulopathy atau sindrom defibrinasi.

E. ThalasemiaThalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan/diwariskan, ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek (< 120 hari), sehingga penderita mengalami anemia. Anemia yang lama dan berat menyebabkan penderita tampak pucat, lesu dan mudah sakit, bahkan dapat menyebabkan gagal jantung, pembengkakan hati dan limpa. Untuk mengatasi anemia, penderita harus menjalani transfusi darah dan pengobatan sepanjang hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

De Caterina, Raffaele et.al. 2011. Bleeding Time and Bleeding: An Analysis of the Relationship of the Bleeding Time Test With Parameters of Surgical Bleeding. Blood. Vol. 84 pp 3363-3370.

Eroschenko, Victor P. 2013. Atlas Histologi diFiore. Jakarta: EGC

Henry, J. B.1996. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. Philadelphia: W. B. Saunders Co.

Hoffbrand AV, Petttit JE, Moss PAH. 2002. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Hoffbrand, A.V. et al. 2012. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC

Sacher, Ronald A dan McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : Erlangga.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku Hematologi Edisi 3. Jakarta : EGC.