39
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN BLOK LIFE CYCLE PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA KELOMPOK A.5 Paramita Deniswara Rizak Tiara Yusan Reza Amorga Nur Qisthiyah Nurul Istiqomah T.A Dina Nurmala Sari M. Savvyany Saputra Stella Gracia Octarica Immanuel Jefri Paian Parulian DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN

BLOK LIFE CYCLE

PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA

KELOMPOK A.5

Paramita Deniswara

Rizak Tiara Yusan

Reza Amorga

Nur Qisthiyah

Nurul Istiqomah T.A

Dina Nurmala Sari

M. Savvyany Saputra

Stella Gracia Octarica

Immanuel Jefri Paian Parulian

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Tujuan Praktikum :

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan analisis

sperma

Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil

pemeriksaan sperma.

Waktu dan Tempat :

Waktu :Selasa,17 April 2012 pukul 13.00 wib

Tempat :Laboratorium Patologi Klinik, Jurusan

Kedokteran Universitas Negri Jenderal Soedirman

Data Sample :

Identitas : Mr. X

Tanggal pengumpulan : 17 April 2012

Lama abstinensia : 2 hari

Jam ejakulasi : 12.55 wib

Page 3: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

I. DASAR TEORI

Analisis semen dilakukan agara dapat mengetahui gangguan-

gangguan fertilitas pada penderita yang dapat menunjukkan adanya gangguan

pada produksi hormon androgen pada penderita tersebut. Dan prosedur

analisis semen ini dilakukan berdasarkan buku petunjuk WHO “ Manual for

the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus Interaction “ (WHO,

1999).

Semen, yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas

cairan dan sperma yang berasal dari vas defferents (10% dari keseluruhan

semen), cairan vesikula seminalis (hampir 60%), cairan kelenjar prostat (kira-

kira 30%), dan sejumlah kecil cairan kelenjar mukosa, terutama kelenjar

bulbourethra. Jadi, bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis,

yang merupakan cairan terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk

mendorong sperma melalui duktus ejakulatorius dan urethra (guyton, 2008).

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa,

mencakup spermatositogenesis dan spermiogenesis (Dorland, 2007).

Spermatogenesis melibatkan sel germinativum primordial yang belum

berdiferensiasi, spermatogonia berpoliferasi dan diubah menjadi spermatozoa

yang mengandung 23 kromosom dan dapat bergerak.

Beberapa tahap yang dilalui:

1. Spermatogenesis

Setelah sel anak pernghasil sperma bermitosis dua kali untuk

menghasilkan spermatosit primer, setiap spermatosit primer akan

Page 4: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

bermeiosis menjadi dua spermatosit sekunder dengan jumlah

haploid 23 kromosom rangkap. kemudian dengan bermeiosis kedua

kali, akhirnya menghasilkan empat spermatid( masing-masing 23

kromosom tunggal).

Page 5: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

2. Spermiogenesis

Faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis adalah :

1. Testosteron : disekresikan oleh sel-sel leydig yang ada pada

interstisium testis. Testosterone ini sangat penting bagi

pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis.

2. LH (Luteinizing Hormone) : dihasilkan oleh glandula hipofisis

bagian anterior. Hormone ini merangsang sel-sel leydig untuk

menghasilkan testosterone.

Page 6: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

3. FSH (Folikular Stimulating Hormon) : dihasilkan oleh glandula

hipofisis bagian anterior, untuk merangsang sel-sel sertoli yang

berperan dalam proses spermatogenesis.

4. Estrogen : dibentuk dari testosterone

5. Hormon pertumbuhan : diperlukan untuk mengatur latar

belakang fungsi metabolisme testis.

II. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

- mikroskop

- gelas kaca

- pipet tetes

- gelas/tabung ukur kaca

- objek glass

- cover glass

- pipet leukosit

- bilik hitung Neubauer Improved (NI)

2. Bahan :

- semen

- larutan tuck

- aquadest

- Larutan fikasasi metanol 96%

- Cat Giemsa

Page 7: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

B. PEMERIKSAAN BAHAN

a. Pemeriksaan makroskopis

1. Warna

Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala

didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair.

Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit

Merah kecoklatan adanya sel darah merah

Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin

2. Bau

Normal : bau khas seperti bunga akasia

Abnoramal : bau busuk infeksi

3. Likuefaksi (mencairnya semen)

Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan

Normal : mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit

4. Volume

Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca

Normal : > 1,5 ml

5. Konsistensi

Cara :

Page 8: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

a. Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum,

kemudian biarkan menetes.

b. Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung

pipet/jarum.

Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung

pipet/jarum hanya sedikit.

6. pH

Cara :

a. Teteskan sampel pada kertas pH meter

b. Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan

membandingkan dengan kertas standar

Normal : pH 7,2 – 7,8

Abnormal : pH > 7,8 infeksi

pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan

kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau

epididimis

b. Pemeriksaan mikroskopis

1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Cara :

a. Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup

dengan cover glass.

Page 9: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x

( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor

diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan

pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar.

c. Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan

106 .

d. Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan

sebagai dasar pengenceran saat penghitungan dengan

bilik hitung NI.

e. Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah

sperma.

Jumlah sperma / lapang

pandang (400x)

Pengenceran

< 15 1 : 5

15 – 40 1 : 10

40 – 200 1 : 20

> 200 1 : 50

2. Motilitas sperma

Cara :

Page 10: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

a. Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke objek

glass, kemudian tutup dengan cover glass.

b. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x

( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor

diturunkan dan cahaya minimal.

c. Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada

200 sperma, pada suhu kamar (180 – 240 C).

d. Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang

kepala sperma atau setengah kali panjang ekor sperma

atau ± 25 μm/detik.

e. Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai

berikut :

Motil progresif, jika gerakan sperma lurus ,

bergerak dalam lingkaran besar dan dengan

gerakan yang ade kuat.

Motil non progresif, jika gerakan sperma

berbelok, dan sperma bergerak dalam

lingkaran kecil , gerakan sperma hanya di

tempat, dan gerakan lain di luar kriteria

Progresif.

Tidak motil (IM) tidak ada pergerakan

sperma.

3. Morfologi sperma

Cara :

Page 11: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

a. Teteskan 1 tetes sampel ke salah satu ujung objek glass.

b. kemudian dengan menggunakan objek glass kedua,

dibuat apusan sampel seperti terlihat pada gambar.

c. Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi

dengan metanol 96%, lalu keringkan sediaan.

d. Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas

dengan air bersih, keringkan dan lalu periksa sediaan.

e. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x

( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor

diturunkan dan cahaya minimal.

f. Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma

meliputi kepala, leher dan ekor, kemudian hasil yang

didapat dibuat persentase.

Sperma Normal Abnormal

Page 12: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Kepala leher Ekor

1

2 ...dst

200

Gambar 1. Sperma normal :

Gambar 2. Sperma abnormal

Neck

Page 13: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma

Cara :

1. Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti

leukosit, sel epitel gepeng dan sel lain yang ditemukan.

Pengitungan dilakukan dalam 25 sperma ditemukan

berapa sel lain selain sperma.

2. Penghitungan :

C: jumlah sel dalam juta / ml

N: jumlah sel yang dihitung dalam25 sperma

S: jumlah sperma dalam juta / ml

5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma

Cara :

a. Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung

NI).

b. Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan

pembesaran 100x atau 400x, cari kotak hitung seperti

terlihat dalam gambar.

b.

C = N x S 25

Page 14: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

c. Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI.

d. Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri

dari 25 kotak sedang yang masing-masing didalamnya

terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil.

e. Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap

pengencer aquadest/NaCl fisiologis sampai angka 11

digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain dapat

digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan

estimasi jumlah sperma).

f. Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar

jumlah sperma yang ditemukan :

1. jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung

25 kotak.

2. jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40

hitung 10 kotak.

3. jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung

5 kotak.

Page 15: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

g. Buatlah rata-rata jumlah sperma

h. Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor

koreksinya dengan aturan seperti tertera dalam tabel 2

Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma

Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung

25 10 5

Faktor koreksi

1 : 10 10 4 2

1 : 20 5 2 1

1 : 50 2 0,8 0,4

III. HASIL

A. Pemeriksaan makroskopis

No

.

Pemeriksaan Makroskopis Hasil

1 Warna Putih kelabu homogen, serta terdapat

butiran seperti jeli

2 Bau Khas dan tajam seperti bau bunga

akasia dan kaporit

3 Likuefaksi Encer

Page 16: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

4 Volume 3,2 ml

5 Konsistensi <2 cm

6 Ph 8

B. Pemeriksaan mikroskopis

1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Lapang pandang Jumlah sperma

1 45

2 40

3 43

4 45

Jumlah 173

Rata-rata 43,25 X 10 6

Estimasi jumlah sperma dengan perbesaran 400X adalah 43,25

juta/ml. Pengenceran yang digunakan adalah 1 : 20.

2. Pemeriksaan motilitas sperma

Lapang

pandang

Motilitas

progresif

(PR)

Motilitas

nonprogresif

(NP)

Tidak

motil

(IM)

1 25 4 5

2 20 6 3

Page 17: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

3 21 4 6

4 17 4 5

Jumlah 83 18 19

Rata-rata 20, 75 4, 5 4, 75

Persentase 69,16 % 15 % 15,84 %

Penghitungan = Jumlah motilitas/total motilitas ( PR + NP + IM) X 100 %

Persentase Motilitas progresif (PR) = 83/120 x 100 % = 69, 16 %

Persentase Motilitas non progresif ( NP ) = 18/120 x 100% = 15 %

Persentase Tidak motil ( IM ) = 19/120 X 100 % = 15, 84 %

3. Pemeriksaan morfologi sperma

Sperma Normal Abnormal Ket

Kepala Leher Ekor

1 √ Lapang

Pandang

1

2 √

3 √

4 √

5 √

6 √

7 √

8 √

Page 18: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

9 √

10 √

11 √

12 √

13 V

Lapang

Pandang

2

14 √

15 √

16 √

17 √

18 V

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

Lapang

Pandang

3

25 √

26 V

27 √

28 √

29 √

Lapang pandang 1

Page 19: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Normal = 12

Abnormal = -

Jumlah = 12

Lapang pandang 2

Normal = 10

Abnormal = 1

Jumlah = 11

Lapang pandang 3

Normal = 5

Abnormal = 1

Jumlah = 6

Normal = normal L1+normal L2+normal L3 X 100%

Jumlah (L1+L2+L3)

= 12+10+5 X 100% = 93,1%

29

Abnormal = abnormal L1+abnormal L2+abnormal L3 X 100%

Jumlah (L1+L2+L3)

= 0+1+1 X 100% = 6,9%

29

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma

N = 1 (jumlah sel yang dihitung dalam 25 sperma)

S = 21 (jumlah sperma dalam juta/ml)

C ( Jumlah sel dalam juta/ml ) = C = N x S 25

Page 20: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

= (1 x 21)/25 = 0,84 juta/ml

5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma

Sperma yang ditemukan pada bilik = 21

Faktor koreksi = 1

Pengenceran yang digunakan adalah 1 : 20.

Jumlah sperma = (21 x 106 )/1 = 21 juta/ml

Interpretasi

Jumlah sperma = 21 juta/ml

Persentase morfologi = 93,1%

Persentase Motilitas ( MP ) = 69, 16 %

Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasikan bahwa semen

pasien menunjukkan normozoospermia.

VI PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan makroskopis

Warna Analisa

Hasil WHO Bedasarkan pengamatan, sperma

sudah memenuhi standar WHO.Putih kelabu

homogen,

terdapat butir

– butir

seperti jeli

Normal : putih kelabu

homogen, butiran seperti

jeli.

Abnormal : Jernih

jumlah sperma sangat

Page 21: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

sedikit

Merah

kecoklatan sel darah

merah

Kuning

penderita ikterus, minum

vitamin

Bau Analisis

Hasil WHO Bau yang tercium tidak

menunjukan abnormalitas seperti

bau busuk. Bedasarkan

pengamatan, sampel berbau seperti

kaporit atau khas seperti bunga

akasia.

Bau khas

seperti bunga

akasia,

seperti

kaporit

Normal : bau khas seperti

bunga akasia

Abnormal : bau busuk,

indikasi adanya infeksi

Likuefaksi Analisis

Hasil WHO Likuefaksi terjadi pada menit ke ±

35. Hal tersebut masih berada Mencair pada Normal : mencair dalam 60

Page 22: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

menit ke - 35 menit masih dianggap

normal, rata-rata ± 15 menit

(pada suhu kamar)

dalam ambang batas normal sesuai

standar WHO yaitu antara 0-60

menit.

Volume Analisis

Hasil WHO Setelah diukur menggunakan

tabung/gelas ukur yang terbuat dari

kaca didapatkan hasil volume

sperma ±3.2 mL, dimana hal

tersebut melebihi batas minimal

standar WHO.

3.2 Ml Normal : > 1.5 mL

Konsistensi Analisis

Hasil WHO Konsistensi sperma normal, karena

benang yang terbentuk panjangnya

tidak melebihi 2cm sesuai standar

WHO.

Kurang dari

2cm

Normal : benang < 2 cm

atau sisa sampel di ujung

pipet/ jarum

hanya sedikit

pH Analisis

Hasil WHO pH yang di dapat adalah 8. Hasil

ini berada di atas batas normal pH ± 8 Normal : pH 7,2 – 7,8

Page 23: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Abnormal : pH > 7,8

indikasi infeksi

pH < 7

indikasi azoospermia

standar WHO. Hal tersebut

dikarenakan pengukuran hanya

mengandalkan pengamatan visual

dengan membandingkan warna

kertas indikator pH sehingga hasil

yang didapatkan kurang detail.

B. Pemeriksaan mikroskopis

Estimasi Jumlah Sperma Analisis

Hasil Jumlah

sperma / lapang

pandang (400x)

Pengenceran

< 15 1 : 5

15 – 40 1 : 10

40 – 200 1 : 20

> 200 1 : 50

Perhitungan dilakukan dengan pengamatan pada

beberapa lapang pandang, lalu hasil yang didapatkan

dibuat rata-rata dan dikalikan dengan 106. Estimasi

jumlah sperma berguna sebagai dasar pengenceran

saat perhitungan jumlah sperma dengan bilik hitung

43.25 juta sperma

Page 24: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Neubauer Improved.

Motilitas Analisis

Hasil WHO Pada sample, setelah dilakukan

perhitungan, nilai yang didapatkan

untuk PR = 69.16%, NP = 15% dan

Imotilitas = 15.84 . Nilai tersebut

normal mengingat standar WHO untuk

PR dan NP lebih dari 40%

Motilitas PR = 69.16 %

Motilitas NP = 15 %

Imotilitas = 15,84 %

Normal

PR dan NP >

40%

Morfologi Analisis

Hasil WHO Berdasarkan pengamatan, sperma yang

teramati selain memiliki bentuk kepala

oval, juga berbentuk bulat

dengan ekor lurus panjang.Hanya

terdapat 1 sperma yang mempunyai

ekor 3 atau tricaudal.

Keseluruhan

normal

Sperma normal

memiliki bentuk

kepala oval beraturan

dengan ekor lurus

panjang di tengahnya.

Elemen Selain Sperma Analisis

Hasil Dalam 25 sperma hanya ditemukan 1 leukosit.

Jumlah elemen selain sperma (juta) adalah 0.84

juta/ mL.

Ditemukan 1 leukosit.

Page 25: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Jumlah Sperma Analisis

Hasil WHO Perhitungan hasil sperma yang dilakukan, jumlah

sperma ± 21 juta / mL. Hasil ini mengindikasikan

bahwa jumlah sperma normal karena melebihi

standar minimum yang ditetapkan WHO yaitu 15

juta / mL.

21 juta / mL Normal : > 15

jt/ ml

V. APLIKASI KLINIS

Vesikulitis adalah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan

duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis

akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, yaitu demam,

polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan

sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba

vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di

atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang

membesar.

Kanker prostat adalah kanker nomer satu yang diidentifikasi pada para

priadi Amerika Srikat dan penyebab kematian tersering kedua akibat kanker

pada populasi tersebut. Biasa ditemui pada pria berusia 65 tahun

keatas.Kanker prostat ada empat stadium. Stadium A, Stadium B, Stadium C

dan Stadium D. Pada penyakit ini gambaran klinisnya lesi ulserabutif di

batang penis. Kanker prostat mungkin berkaitan dengan peningkatan

Page 26: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

frekuensi dan ingin berkemih, serta penurunan tekanan aliran urin. Ejakulat

mungkin mengandung darah dan pada kasus lanjut dapat timbul nyeri kasus.

Varicocele merupakan pembesaran vena di dalam skrotum, sebuah

kantung kulit longgar yang memegang testikel. Varicocele serupa dengan

vena varises yang dapat terjadi di kaki. Sekira satu dari enam pria memiliki

varicocele. Untuk pria yang infertile, gambaran angkanya lebih besar yaitu

kira-kira 40 %. Varicocele umumnya sebabkan oleh rendahnya produksi

sperma dan penurunan kualitas sperma, meskipun tidak semua varicocele

berdampak pada produksi sperma.Sebagian besar varicocele terbentuk seiring

dengan perjalanan waktu. Untungnya, sebagian besar varicocele mudah untuk

didiagnosis dan jika muncul gejala-gejala, dapat diperbaiki dengan operasi.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J.. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dorland, W. A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31.

Jakarta:EGC

Page 27: Laporan Praktikum Patologi Klinik Kedokteran

Gandasoebrata R. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10.

Jakarta:Dian Rakyat.

Guyton, Arthur,C.,dkk. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC

Sherwood, Lauree. 2010. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Ed.6.

Jakarta:EGC.

Strasinger, di lorenzo. 2008. In Urynalysis and Body Fluid. Philadhelpia:FA

Davis co.

WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen.

5th ed. 2010

WHO Laboratory Manual for the examination of human semen and sperm-

cervical mucus interaction. 4th ed. Cambridge University Press. 1999