29
IMAM WAHY IMAM MUNA IMRAN ILZA ADE PR IDHAM HOL INE KARNI HILIDA SUC HIKMAWAT HIJRATUL K LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BIOTEKNOLOGI Oleh, KELOMPOK 10 YU DWI KARTASASMITA B1D 0 ANDAR B1D 2 B1D 0 RATAMA LID CI IRAWANI B1D 0 TI KAHFI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM 2013 i I 012 133 212 132 012 134 012 125

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan ini berisi tentang cara-cara melakukan isolasi plasmid DNAdari bakter E. Colly, cara-cara melakukan reaksi berantai polimerasi atau yangsering disebut dengan PCR dan cara-cara melakukan elektroforesis protein dengantujuan untuk dapat mengetahui berat molekul protein suatu bahan.

Citation preview

  • IMAM WAHYU DWI KARTASASMITA

    IMAM MUNANDAR

    IMRAN

    ILZA ADE PRATAMA

    IDHAM HOLID

    INE KARNI

    HILIDA SUCI IRAWANI

    HIKMAWATI

    HIJRATUL KAHFI

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

    Oleh,

    KELOMPOK 10

    IMAM WAHYU DWI KARTASASMITA B1D 012 133

    IMAM MUNANDAR B1D 2

    B1D 012 134

    ILZA ADE PRATAMA

    IDHAM HOLID

    HILIDA SUCI IRAWANI B1D 012 125

    HIKMAWATI

    HIJRATUL KAHFI

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS MATARAM

    2013

    i

    PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

    B1D 012 133

    B1D 212 132

    B1D 012 134

    B1D 012 125

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Menyelesaikan

    Mata Kutliah Pengantar Bioteknologi

    Mataram, 23 Desember 2013

    Mengetahui,

    Co. Assisten,

    Susila Wati

    (Yendri Junaidi)

    B1D 010 180

    Ima Milawati

    (Filman Hayadi)

    B1D 010 225

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa terucapkan dari lisan kita kepada Allah SWT.

    Tuhan Yang Maha Besar yang telah menciptakan ilmu yang berguna dalam hidup

    dan kehidupan manusia. Dengan ridho dan pertolongan-Nya kami dapat

    menyelesaikan penulisan laporan praktikum Pengantar Bioteknologi ini secara

    berjamaah. Laporan ini berisi tentang cara-cara melakukan isolasi plasmid DNA

    dari bakter E. Colly, cara-cara melakukan reaksi berantai polimerasi atau yang

    sering disebut dengan PCR dan cara-cara melakukan elektroforesis protein dengan

    tujuan untuk dapat mengetahui berat mulekul protein suatu bahan. Laporan ini

    disusun guna memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti mata kuliah pengantar

    bioteknologi.

    Terimakasih kami ucapkan kepada semu pihak dari dosen, Co. Assisten

    dan rekan-rekan yang telah membantu dan membimbing dalam melaksanakan

    praktikum.

    Dalam penulisan laporan ini kami menyadari bahwa kami adalah manusia

    biasa yang tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan karena tidak ada gading

    yang tak retak, baik dalam penulisan maupun dalam isi laporan. Oleh karena itu

    kami dari kelompok 10 sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

    dari semua pihak sebagai langkah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik di

    kemudian hari.

    Akhirnya kami mengkarapkan semoga laporan ini dapat brmanfaat dan

    dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi yang membutuhkan.

    Mataram, 20 Desember 2013

    Penyusun

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

    KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

    ACARA I ISOLASI PLASMID DNA BAKTERI E. COLLY

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

    1.2 Tujuan ................................................................................. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 3

    BAB III MATERI dan METODE PRAKTIKUM ............................... 5

    3.1 Materi Praktikum ................................................................ 5

    3.2 Metode praktikum .............................................................. 6

    3.3 Waktu dan Tempat Praktikum ........................................... 7

    BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ................................................ 8

    4.1 Hasil Praktikum .................................................................. 8

    4.2 Pembahasan ........................................................................ 8

    BAB V PENUTUP ............................................................................... 11

    5.1 Kesimpulan ........................................................................ 11

    5.1 Saran ................................................................................... 11

    ACARA II POLYMERASE CHAIN REACTION

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 12

    1.1 Latar Belakang ................................................................... 12

    1.2 Tujuan ................................................................................. 13

    1.3 Kegunaan ............................................................................ 14

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 15

    BAB III MATERI dan METODE PRAKTIKUM ............................... 17

    3.1 Materi Praktikum ............................................................... 17

    3.2 Metode praktikum .............................................................. 18

    3.3 Waktu dan Tempat Praktikum ........................................... 18

  • v

    BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ................................................ 19

    4.1 Hasil Praktikum .................................................................. 19

    4.2 Pembahasan ........................................................................ 19

    BAB V PENUTUP ............................................................................... 22

    5.1 Kesimpulan ........................................................................ 22

    5.1 Saran ................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 23

    LAMPIRAN ......................................................................................... 24

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang.

    Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (Deoxyribonucleic

    Acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun

    berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti

    sel.

    Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi

    genetik artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku

    umum bagi setiap organisme. Di antara pengecualian yang menonjol adalah

    beberapa jenis virus (virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human

    Immunodeficiency Virus).

    Maka dari itu, DNA sangat berpengaruh pada bidang penelitian yang

    menggunakan tehnologi dalam membantu umat manusia untuk memcahkan

    berbagai maslah, telah banyak ilmuan yang telah menemukan cara penanganan

    pada DNA yang mempunyai runtutan yang teratur, bicara teantang runtutan atau

    langkah dalam perlakuan DNA ada satu materi yang mendasar yang harus

    dikuasai oleh para peneliti baru yaitu, isolasi plasmid DNA.

    Plasmid merupakan DNA ekstrakromosom yang dikenal pada bakteri

    berutas ganda dan berbentuk sirkuler. Plasmid memiliki ukuran yang relatif kecil

    dan terletak di luar kromosom dalam sel prokariot khususnya bakteri dan sel

    eukariot tingkat rendah seperti khamir. Plasmid mengalami duplikasi sebelum

    pembelahan sel inang.

    Plasmid biasanya digunakan dalam teknologi DNA rekombinan

    menggunakan Escherichia coli sebagai inang sehingga dalam rekayasa genetika,

    plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen tertentu yang

    diinginkan ke dalam suatu sel inang. Pada bakteri Eschericia coli, bahan genetik

    utamanya terdiri atas sekitar 4.600 kb (4,6 x 106 bp). Plasmid dapat dijadikan

    sebagai vektor karena dapat melakukan replikasi, terletak ekstra kromosom,

    ditransfer secara stabil, berukuran kecil, susunan DNA sudah diketahui, harus

  • 2

    mempunyai jumlah salinan yang banyak di dalam sel inang, memiliki titil Ori,

    memiliki marker seleksi, memiliki marker kedua yang berguna untuk tanda

    apabila plasmid disisipkan gen asing dan memiliki situs retriksi yang unik sebagai

    tanda untuk menyisipkan gen asing.

    Pada dasarnya plasmid merupakan identitas genetik yang ditemukan secara

    alami di dalam sel beberapa kelompok prokariot dan eukariot. Dengan teknik

    rekayasa genetik, sekarang telah dikembangkan plasmid artifisial dengan cara

    menggabungkan gen-gen dari plasmid alami maupun genom tertentu.

    Pengamatan DNA plasmid dilakukan melalui proses isolasi plasmid,

    elektroforesis, dan visualisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). Tahapan

    pengendapan dalam isolasi plasmid adalah pemecahan sel, keluarnya plasmid dari

    nukleus dan pengendapan atau presipitasi plasmid. Tahapan selanjutnya adalah

    elektroforesis DNA yaitu, teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan

    atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya dengan menggunakan

    medan listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA plasmid yang

    bermuatan negatif. Gel yang biasanya digunakan dalam proses elektroforesis

    adalah agarosae. Elektroforesis biasa digunakan untuk analisa ukuran dan

    konfirmasi sampel DNA, kuantifikasi DNA, pemisahan dan ekstraksi DNA.

    1.2 Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dari isolasi plasmid ini addalah untuk memisahkan

    DNA plasmid dari bakteri E. Coli.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    DNA (deoxyribonucleic acid) adalah materi genetik yang terdapat di

    dalam inti sel makhluk hidup. Materi itu berbentuk seperti tangga. Bukan tangga

    yang lurus, tetapi tangga yang berpilin. Kedua sisi tangga dihubungkan oleh anak

    tangga. Pada DNA, hanya ada dua jenis anak tangga, yaitu anak tangga yang

    dibentuk oleh pasangan basa nitrogen Adenin dan Timin (A-T) dan basa Guanin-

    Citosin (G-C) (Warta Medika, 2008).

    DNA terdapat pada seluruh jaringan dan cairan tubuh. Oleh karena itu

    DNA genom dapat diisolasi dari semua bahan biologis yang mengandung sel

    berinti, seperti darah, semen, akar rambut, tulang, liur dan lain-lain. Bahan yang

    paling sering digunakan untuk tujuan isolasi DNA adalah darah dan rambut

    beserta akarnya, karena kedua bahan tersebut relatif mudah diperoleh. DNA dapat

    diisolasi sekalipun dengan menggunakan bahan kering seperti, bercak

    darah maupun preparat autan, selain itu DNA juga dapat diisolasi dari produk

    olahan (Anonim, 2011).

    Laju migrasi DNA tergantung dari ukuran, struktur, dan muatan total

    molekul. Molekul DNA tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun bisa

    dilihat pada gel agarose melalui teknik pewarnaan dengan menggunakan pewarna

    yang disebut etidhium bromida. Etidhium bromida merupakan agen interkalasi

    yang menyisip ke antara busa-busa molekul DNA dan berfluoresensi (Standfield,

    2006).

    Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara

    autonom dan bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel dapat ditemukan

    lebih dari satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua

    plasmid tidak mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut.

    Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan

    pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali

    normal, DNA plasmid dapat dibuang (Royston 1972).

  • 4

    Keberadaan plasmid merupakan hal terpenting dalam teknik DNA

    rekombinan. Keberhasilan suatu teknik DNA rekombinan tergantung dari hasil

    mengisolasi dan memurnikan DNA plasmid dari bakteri atau yeast. Pemurnian

    DNA plasmid dilakukan untuk menghilangkan berbagai pengotor-pengotor yang

    berasal dari bagian sel yaitu dinding sel dan beberapa protein. Pada praktikum ini

    DNA plasmid diisolasi dari bakteri Escherichia coli, sehingga dengan

    dilakukannya pengisolasian dan pemurnian DNA plasmid diharapkan dapat

    memaksimalkan hasil DNA rekombinan dan rekayasa genetic dapat tercapai

    (Sambrook& Russell 2006).

    Menurut (Muladno, 1994) ada beberapa hal penting yang dapat

    menyebabkan plasmid dapat digunakan sebagai wahana (vektor) kloning, antara

    lain adalah :

    a. Plasmid mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga DNA nya

    lebih mudah diisolasi dan dimanipulasi.

    b. DNA nya berbentuk sirkuler sehingga DNA akan lebih stabil selama

    diisolasi secara kimia.

    c. Mempunyai titik ori (origin of replication) sehingga dapat

    memperbanyak diri (bereplikasi) di dalam sel inang secara otonomi.

    d. Jumlah kopi yang banyak (multiple copy) sehingga terdapat di dalam

    sel dalam jumlah banyak dan membuat DNA lebih mudah

    diamplifikasi.

    e. Mempunyai penanda seleksi, yakni gen ketahanan terhadap antibiotik

    tertentu sehingga lebih memudahkan dalam mendeteksi plasmid yang

    membawa gen tertentu.

    .

  • 5

    BAB III

    MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

    3.1.Materi praktikum

    3.1.1 Alat praktikum

    1. Mikropipet

    2. Evendorf

    3. Sentrifius

    4. Sentrifius

    5. Vorteks

    6. Yelow tip

    7. Es box

    8. Gloves

    3.1.2 Bahan praktikum

    a) Larutan I

    50 mM glucose

    25mM tris-Cl (ph 8.0)

    10 Mm EDTA (8.0)

    b) Larutan II

    0.2 NaOH (harus fresh)

    1% SDS

    c) Larutan III

    5 M potasium acetate 60 ml

    Acetic acid glacial 11.5 ml

    H2O 28.5 ml

    d) Pelet Bakteri e colli

  • 6

    3.2.Metode praktikum

    Adapun langkah-langkah dalam melakukan melaksanakan pratikum

    ini adalah sebagai berikut:

    1. Meresuspensikan pellet dengan 100 l larutan I dingin, kemudian campur

    dengan merata dengan menggunakan vortex

    2. Menambahkan 200 l larutan II campur dengan merata dengan cara

    membolak-balik tabung dengan cepat beberapa kali (jangan menggunakan

    vortex !!!)

    3. Menambahkan 150 l larutan III dingin. Vortex selama beberapa detik

    kemudian balikan posisi tabung (inverced) selama 10 detik.

    Mengembalikan tabung ke posisi semula dan simpan dalam es selama 4-5

    menit.

    4. Melakukan sentrifugasi (12,000 rpm) selama 5 menitpada suhu 40C.

    Setelah itu ambil supernatant dan dipindahkan kedalam tabung lain.

    5. Menambahkan phenol:chloroform dengan perbandingan 1:1 dengan

    jumlah supernatant yang diperoleh. Minsalnya volume supernatant yang

    diperoleh adalah 300 l, maka tambahkan phenol: chloroform sebanyak

    300 l.

    6. Campur dengan merata menggunakan vortex kemudian melakukan

    sentrifugasi (12000 rpm) selama 2 menit pada suhu 4 0C.

    7. Setelah sentrifugasi, mengambil supernatant dan pindahkan kedalam

    tabung lain.

    8. Menambahkan ethanol (2 X volume supernatant) unntuk

    mempresipitasikan DNA. mencampur dengan vortex, kemudian biarkan

    pada suhu kamar selama 2 menit.

    9. Melakukan sentrifugasi 12000 rpm selama 5 menit pada suhu 4 0C.

    10. Membuang supernatant perlahan-laha. Balikkan tabung dan biarkan

    kering udara selama beberapa menit.

    11. Membilas DNA pellet dengan ethanol 70% (dingin) kemudian

    sentrifugasi seperti cara no 9

  • 7

    12. Membuang supernatant, balikkan tabung dan membiarkan kering udara

    selama 10 menit.

    13. Meresuspensi DNA dengan 25 l buffer TE (pH 8.0).

    3.3. Tempat dan Waktu Praktikum

    3.3.1 Tempat Praktikum

    Praktikum ini diadakan di Labolatorium Mikrobiologi dan Bioteknologi,

    Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

    3.3.2 Tanggal Prktikum

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 9 Desember 2013, pukul

    09.00 11.30 WITA.

  • 8

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Praktikum

    Setelah melaukan isolasi plasmid DNA bakteri E. Coli makahasil yang

    diperoeh adalah sebagai berikut :

    Gambar 1 Plasmid DNA bakteri E. Coli

    4.2 Pembahasan

    Umumnya prinsip yang digunakan dalam mengisolasi DNA plasmid

    adalah sama dengan isolasi DNA/RNA dari suatu sel. Prinsip yang digunakan

    adalah melakukan isolasi plasmid dengan sentrifugasi dan presipitasi. Hal ini

  • 9

    dilakukan dengan memecah dan mengekstraksi jaringan tersebut sehingga akan

    terbentuk ekstrak sel yang terdiri atas sel-sel jaringan, DNA, dan RNA. Kemudian

    ekstrak sel dipurifikasi sehingga dihasilkan pelet sel yang mengandung plasmid.

    Langkah yang medasar untuk mendapatkan DNA plasmid adalah

    menumbuhkan sel-sel bakteri (house) dalam sebuah media. Bakteri yang

    digunakan adalah Escherichia coli sedangkan media yang digunakan adalah

    media NB (Nutrien Broth). Bakteri Escherichia coli digunakan karena bakteri ini

    mudah didapatkan. Selain itu, Escherichia coli dapat menghasilkan keturunan

    yang banyak dalam waktu singkat. Kemampuanya berkembang biak dengan fission binary (pembelahan sel) yang cepat, mampu tumbuh pada media yang

    murah, pertumbuhan tidak rewel.

    DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen,

    sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid

    mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk

    memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda

    dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan

    detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein

    dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan

    potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara

    sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan protein yang

    tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protese untuk

    mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi

    menggunakan etanol.

    Gen-gen yang terdapat di dalam plasmid pada umumnya tidak esensial

    bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu bakteri, tetapi sering kali

    menyandi sintesis protein untuk resistensi terhadap antibiotik. Dalam rekayasa

    genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen

    tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen-gen tersebut selanjutnya

    akan mengekspresikan produk komersial tertentu seperti insulin, interferon, dan

    berbagai enzim.

  • 10

    Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses ini dikenal sebagai

    proses mini preparation karena jumlahnya hanya sekitar 1- 20 g. Sedangkan

    untuk jumlah yang lebih besar (100 200 g) dinamakan midi preparation dan

    maxi preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 g.

    Inti dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel

    sehingga semua organel sel dapat keluar. Sehingga didapatkan DNA kromosomal

    serta DNA ekstrakromosmal (plasmid). Untuk memperoleh plasmid saja harus

    dilakukan pemurnian dari debris membran sel, organel sel dan pengotor lainnya.

    Metode yang digunakan untuk isolasi plasmid, yaitu boiling lysis, lysis with

    detergent, mechanical lysis, alkaline lysis, dan enzimatic digestion. Metode yang

    paling banyak digunakan dalam isolasi ini adalah metode alkaline lysis. Variasi

    bentuk DNA memiliki perbedaan sifat pada keadaan alkalis.

    Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel,

    yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi,

    beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah

    berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan

    mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan

    yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton X-

    100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot langkah ini harus

    disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel mengalami lisis,

    remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya pembuangan remukan sel

    dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan

    fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi dan

    dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari

    protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu

    ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang

    telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat

    dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl.

  • 11

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

    1. Plasmid adalah molekul DNA berbentuk sirkular (bundar), bereplikasi

    sendiri dan membawa beberapa gen yang tidak terlalu penting.

    2. Bakteri E. Coli merupakan bakteri yang paling mudah untuk diisolasi.

    3. Isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga

    semua organel sel dapat keluar

    5.2 Saran

    Kepada semua praktikan supaya melakukan praktikum lebih aktif.

  • 12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Polymerase chain reaction merupakan teknik yang sangat berguna dalam

    membuat salinan DNA. PCR memungkinkan sejumlah kecil sekuens DNA

    tertentu di salin hingga jutaan kali untuk di perbanyak sehingga dapat di analisis,

    atau di modifikasi secara tertentu.

    PCR dapat di gunakan untuk menambahkan situs enzim restriksi, atau

    untuk memutasikan (mengubah) basa tertentu pada DNA. PCR juga dapat di

    gunakan untuk mendeteksi keberadaan sekuens DNA tertentu dalam sempel. PCR

    memnfaatkan enzim DNA polymerase yang secara alami memang berperan dalam

    perbanyakan DNA pada proses replikasi.

    Teknik PCR ditemukan pertama kali oleh Kary, B. Mullis pada tahun

    1985. Impian Mullis dimulai ketika di bulan April 1983, malam Jumat, saat

    membawa kendaraannya keluar kota pada bulan purnama menuju ke Negara

    bagian utara California dimana Mullis mendapatkan inspirasi yang bermakna

    dengan menemukan cara baru untuk mendeteksi urutan basa yang spesifik dari

    DNA. Penemuan yang mempesonakan itu dipublikasi pada American Scientific,

    1990, yang memberinya peluang pada tahun 1993 mendapatkan hadiah Nobel

    dalam kimia atas penemuan PCR. Semula Mullis menggunakan enzim Klenow

    fragmen E.coli DNA Polymerase I untuk memicu perpanjangan potongan DNA

    yang spesifik. Namun, enzim ini tidak dapat bertahan pada saat tahapan denaturasi

    dari PCR, sehingga mengharuskan penambahan enzim yang baru lagi pada setiap

    siklus PCR. Kondisi ini merupakan suatu hambatan yang kritis, khususnya pada

    teknik yang diharapkan berlangsung secara automatis.

    Setiap siklus PCR terdiri dari tiga tahap, berikut adalah tiga tahap

    bekerjanya PCR dalam siklus :

    1. Tahap Peleburan (melting) atau Denaturasi

    Pada tahapan ini berlangsung pada suhu 94 - 960 C. ikatan

    hydrogen DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi berbekas tunggal.

  • 13

    Biasanya pada tahap awal PCR ini dilakukan beberapa lama (sampai

    menit) untuk memastikan semua berkas DNA terpisah. Pemesihan ini

    menyebabkan DNA tidak stabil dan siap menjadi template (patokan) bagi

    primer. Durasi tahap ini 1- 2 menit.

    2. Tahap Penempelan atau Anealing

    Primer menempel pada bagian DNA templet yang komplementer

    urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu 45 - 6000 C. penenmpelan ini

    bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat menyebabkan tidak terjadinya

    penempelan atau primer menempel di sembarang tempat. Durasi tahap ini

    1- 2 menit.

    3. Tahap Pemanjangan atau Elongasi

    Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis DNA polymerase yang

    di pakai. Dengan taq-polymerase, proses ini biasanya dilakukan pada suhu

    760 C. Durasi tahap ini biasanya 1 menit. Selain DNA template yang akan

    digandakan dan enzim DNA polymerase, komponen lain yang di butuhkan

    adalah Primer, primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau

    oligonukleotida pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi

    pemanjangan rantai atau polymerase DNA. dNTP ( deoxynucleos ide

    triphosphate ) atau building blocks sebagai batu bata penyusun DNA

    yang baru. Buffer, buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia

    untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan

    enzim DNA polymerase. Ion logam terbagi menjadi dua yaitu Ion logam

    bivalen, tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak dapat bekrja.

    Sedangkan ion logam monovalen ( kalsium ).

    1.2 Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui teknik dan cara melakukan PCR

    2. Untuk memperbanyak DNA yang di inginkan secara invitro atau

    diluar sel.

  • 14

    3. Digunakan dalaam penelitian biolog seperti mengamati penyakit

    keturunan dan identitas sidik jari.

    1.2 Kegunaan Praktikum

    Adapun kegunaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu PCR.

    2. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang di gunakan dalam

    melakukan praktikum PCR.

    3. Mahasiswa dapat mengetahui metode-metode yang digunakan

    dalam PCR.

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah cara in vitro untuk

    memperbanyak target sekuen spesifik untuk analisis cepat atau karakterisasi,

    walaupun material yang digunakan pada awal pemeriksaan sangat sedikit. Pada

    dasarnya PCR meliputi tiga perlakuan yaitu: denaturisasi, hibridisasi dari "primer"

    sekuen DNA pada bagian tertentu yang diinginkan, diikuti dengan perbanyakan

    bagian tersebut oleh Tag polymerase; dikerjakan dengan mengadakan campuran

    reaksi dalam tabung mikro yang kemudian diletakkan pada blok pemanas yang

    telah diprogram pada seri temperatur yang diinginkan (Prijanto, 1992).

    Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA

    berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang

    biasa digunakan antara lain agarosa. Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan

    untuk memisahkan sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000

    pasang basa (bp) (Yuwono, 2005).

    Laju migrasi DNA tergantung dari ukuran, struktur, dan muatan total

    molekul. Molekul DNA tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun bisa

    dilihat pada gel agarose melalui teknik pewarnaan dengan menggunakan pewarna

    yang disebut etidhium bromida. Etidhium bromida merupakan agen interkalasi

    yang menyisip ke antara busa-busa molekul DNA dan berfluoresensi (Standfield,

    2006).

    Agarose yang disari dari ganggang laut merupakan polimer dengan dasar

    struktur D-galaktosa dan 3,6 - anhidro L-galaktosa. Gel agarose mempunyai daya

    pemisah lebih rendah jika dibandingkan dengan gel poliakrilamid, tetapi

    mempunyai rantang pemisahan lebih serius. DNA dari 200 basa sampai 50 kilo

    basa dapat dipisahkan denagn gel agarose dengan berbagai konsentrasi agarose.

    Gel agarose biasanya dilakukan dalam konfigurasi horizontal dalam kekuatan

    medan listrik dan arah tetap (Sudjadi 2008).

    Gel agarose dibuat dengan melelehkan agarose dalam buffer dan kemudian

    dituangkan pada cetakan dan diamkan sampai dingin. Setelah mengeras, agarose

  • 16

    membentuk matriks dengan kerapatan yang ditentukan oleh konsentrasi agarose.

    Jika medan magnet diberikan antara kedua ujung gel, DNA yang bermuatan

    negatif pada pH netral akan bergerak ke anoda. Kecepatan migrasi ini ditentukan

    oleh ukuran DNA, konformasi DNA, konsentrasi agarose, dan besaran tegangan

    yang digunakan (Sudjadi 2008).

  • 17

    BAB III

    MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

    3.1. Materi praktikum

    3.1.1 Alat praktikum

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Mesin PCR

    2. Sinar UV

    3. Elektropolisis DNA

    4. Mikro pipet

    5. Efendorf

    3.1.2 Bahan praktikum

    Bahan yang dugunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

    berikut:

    Campuran reksi terdiri dari :

    1. Air steril : 6,7 l

    2. 10 x buffer taq : 1 l

    3. 2,5 mMdNTP mix : 0,4 l

    4. 10 M primer forward : 0,4 l

    5. 10 M primer reverse : 0,4 l

    6. Template : 1 l

    7. Enzim : 0.1 l

    10 l

    Bahan gel elektroforesis DNA

    Agarose

    Buffer TAE

  • 18

    EtB (ethibium bromide )

    3.2. Metode praktikum

    Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan praktikum ini adalah

    sebagai berikut :

    1) Mencampur bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan PCR

    a. Memasukkan air steril sebanyak 40 l ke dalam evendorf

    b. Menambahkan 10 x buffer tag sebanyak 1 l ke dalam evendorf

    c. Menambahkan 2,5 mM primer forward sebanyak 0,4 l

    d. Menambahkan 10 M primer forward sebanyak 0,4 l

    e. Menambahkan 10 M primer reverse sebanyak 0,4 l

    f. Menambahkan template sebanyak 1 l

    g. Menambahkan enzim sebanyak 0,1 l

    2) Memasukkan tabung PCR ke dalam mesin PCR

    3) Mengatur mesin PCR

    4) Mencapur cairan PCR dengan buffer TAE kemudian memasukkan cairan

    tersebut ke agarose

    5) Melihat sample di bawah sinar UV

    3.3.Tempat dan Waktu Praktikum

    3.3.1 Tempat Praktikum

    Praktikum ini diadakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi,

    Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

    3.3.2 Waktu Praktikum

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Desember 2013,

    pukul 09.00 11.30 WITA.

  • 19

    BABA IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.2 Pembahasan

    PCR adalah singkatan dari Polymerase Chain Reaction. Teknik ini

    merupakan teknik perbanyakan DNA secara in vitro. Dalam sistem kerjanya, PCR

    dilandasi oleh struktur DNA. Dalam keadaan nativenya, DNA merupakan double

    helix, yang terdiri dari dua buah pita yang berpasangan antiparalel antara satu

    dengan yang lain dan berikatan dengan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terbentuk

    antara basa-basa yang komplementer, yaitu antara basa Adenin (A) dengan

    Thymine (T), dan Guanine (G) dengan Cytosin (C) (Muladno 2002). Diamana

    pada alat ini kami memasukan hasil isolasi dari DNA bakteri E.Coly.

    PCR memiliki beberapa komponen, diantaranya yaitu enzim

    Taqpolymerase, primer, dNTP dan buffer. Enzim Taq polymerase memiliki

    keaktifan dalam suhu tinggi, oleh karena itu penambahan enzim tidak perlu

    dilakukan dalam setiap siklus dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu mesin.

    Pemakaian Taq polymerase dalam konsentrasi yang terlalu besar akan

    mengakibatkan munculnya background produk non-spesifik. Sebaliknya, bila

    konsentrasi Taq polymerase terlalu rendah, maka proses amplifikasi berlangsung

  • 20

    secara inefisien, dan produk amplifikasi yang diperoleh akan mempunyai

    konsentrasi yang relatif rendah. Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau

    oligonukleotida pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi

    pemanjangan rantai atau polimerisasi DNA. Fungsi dari primer yaitu menghindari

    adanya polipurin atau polipirimidin dan menghindari adanya struktur sekunder.

    Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template,

    jadi dirancang agar menempel dan mengapit daerah tertentu yang diinginkan.

    Selain enzim dan primer, terdapat juga komponen lain yang ikut menentukan

    keberhasilan reaksi PCR. dNTP sebagai penyusun DNA yang baru yang terdiri

    atas 4 macam, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP. Buffer untuk mengkondisikan

    reaksi agar PCR berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase

    (Innis et al. 1990).

    Dalam kegiatan praktikum biologi molekuler, elektroforesis merupakan

    salah satu cara untuk memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk

    PCR. DNA dapat dilihat secara langsung dan dapat ditentukan ukurannya

    berdasark anmigrasinya pada gel agarose maupun gel poliakrilamid. Migrasi

    DNA dalam gel disebut sebagai elektroforesis. Untuk dapat divisualisasikan,

    maka DNA yang terdapat di gel diwarnai dengan ethidium bromida (EtBr),

    kemudian dilihat di atas sinar ultra violet. Ethidium bromida dapat menangkap

    sinar ultraviolet sehingga pendaran sinar UV ini dapat terlihat. Ethidium mengikat

    molekul DNA, sehingga molekul DNA dapat terlihat ketika dilihat di atas

    sinar ultra violet. DNA merupakan molekul bermuatan negatif, sehingga bila

    diletakkan dalam medan listrik, DNA akan bermigrasi dari kutub negatif ke kutub

    positif. Kecepatan migrasi ditentukan oleh: 1) ukuran molekul DNA, 2)

    prosentase atau kerapatan gel yang dilalui DNA, 3) arus listrik yang diberikan

    untuk memigrasikan molekul DNA. Semakin kecil ukurannya DNA akan semakin

    cepat migrasi DNA. Semakin rapat media yang digunakan, semakin tinggi

    prosentaseny, maka semakin lambat DNA bermigrasi. Semakin besar arus

    yang diberikan, maka semakin cepat DNA bermigrasi.

    Gel elektroforesis digunakan untuk memisahkan fragmen DNA

    berdasarkan ukurannya. Dimana jika sentrifugasi berarti memisahkan molekul

  • 21

    menggunakan kekuatan gravitasi sementara gel elektroforesis berarti memisahkan

    molekul dengan menggunakan kekuatan elektrik. Gel elektroforesis mengambil

    keuntungan bahwa, sebagai asam organik, DNA bermuatan negatif. Ketika

    diletakkan didalam medan listrik, molekul DNA menuju kekutub positif (anoda)

    dan menjauhi kutub negatif (katoda).

    Sebelum dilakukan elektroforesis, suspensi DNA terlebih dahulu harus

    ditambahkan loading buffer (dye), yang berfungsi untuk 1) menambah densitas,

    sehingga DNA akan selalu berada didasar sumur, 2) pewarna untuk memudahkan

    meletakkan sampel DNA kedalam sumur, 3) agar dapat bergerak ke arah anoda

    dengan laju yang dapat diperkirakan sehingga dapat digunakan sebagai tanda

    migrasi DNA. Pewarna yang biasa digunakan adalah bromophenol

    bluedanxylenecyanol. Selain itu, pembacaan pita DNA didalam gel yang telah

    diwarnai dengan ethidium bromida diatas lampu UV yang dibandingkan dengan

    DNA standar juga sering dilakukan untuk menganalisis kuantitas jumlah DNA

    (Suharsono dan Widyastuti, 2006).

  • 22

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    5.2 Saran

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2011. ht tp://www. scribd. com/doc/302 75768/Laporan-

    Praktikum

    Bioselmol-Isolasi-Dna-Plasmid Diakses tanggal 20 Desember 2013.

    Innis MA, Gelfand DH, Sninsky JJ, White JT. 1990. PCR Protocols, A guide to

    Metods and Applications. Sanm Diego: Academic Press Inc.

    Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka

    Wirausaha Muda.

    Prijanto, Muljati. 1992. Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Diagnosis

    Human

    Royston C Clowes. 1972. Molecular Structure of Bacterial Plasmids.

    Bacteriological Reviews

    Sambrook, Russell. 2006. The Condensed Protocols From Molecular Cloning: A

    Laboratory Manual. New York: Cold Spring Harbour Laboratory Press

    Standfield W.D, Jaime S.C Raul J.C. 2006. Schaums Easy Outline Biologi

    Molekuler dan sel. Penerjemah: Varian Fahmi, terjemahan dari:

    Schaums Easy Outline Molecular and Cell Biology. Jakarta: Erlangga.

    Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

    SuharsonodanWidyastuti,U. 2006.PenuntunPraktikum Pelatihan Teknik

    Pengklonan Gen . Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan

    Bioteknologi, IPB Bahan Kuliah dan Praktikum Rekayasa Genetika.

    Warta Medika. 2008. Sidik DNA. (http://www.wartamedika.com/2008/07/sidik-

    dna.html). Diakses 20 Desember 2013.

    Yuwono T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlang.

  • 24

    LAMPIRAN

    FOTO-FOTO PRAKTIKUM

    Gambar 1 Vortex Gambar 2 Yellow Tip

    Gamabar 3 Sentrifuse Gambar 4 Micro Pipet