Upload
istiqomah-kalalla
View
555
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum 25 Juli 2012
Bagian Patologi klinik
BADAN KETON
“ROTHERA’S TEST”
OLEH:
Nama : Rudi
Nomor Mahasiswa : G 501 09 034
Kelompok : IV (Empat)
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako
Palu
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan
asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam
lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan
metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya
asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau
gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak
untuk dibakar.
Uji badan keton dengan menggunakan Rothera’s test biasanya dilakukan
untuk menegakan diagnosis penyakit Diabetes Mellitus.
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui adanya badan keton pada urin sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi,
hati menghasilkan banyak asetoasetat dan D(-) 3- hidroksibutirat. Asetoastat
secara terus menerus mengalami dekarboksilasi spontan untuk menghasilkan
aseton. Ketiga zat ini secara kolektif dikenal sebagai badan keton( juga disebut
badan aseton atau badan keton-keton). Asetoasetat dan 3- hidroksibutirat dapat
saling dikonversi oleh enzim mitokondria, yakni D(-) -3-hidroksibutirat
dehidrogenase. Kosentrasi badan keton total dalam darah pada mamalia cukup gizi
secara normal tidak melebihi 0,2 mmol/L, kecuali pada pemamah biak yang
membentuk 3-hidroksibutirat secara terus menerus dari asam butirat( suatu bentuk
fermentasi dari pemamah biak) di dinding perut pertamanya ( rumen ).
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan
asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam
lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan
metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya
asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau
gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak
untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga
dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan
menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga
mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin.
Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum,
kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda
keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
KETOASIDOSIS
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan Diabetic
Ketoacidosis (DKA) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan
insulin. Semua gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada DKA (diabetic
ketoacidosis) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak Menurunnya
transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hyperglycaemia yang meningkatkan glycosuria. Meningkatnya lipolysis akan
menyebabkan over-produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan
dikonversi (dirubah) menjadi ketone, menimbulkan ketonnaemia, asidosis metablik
dan ketonuria. Glycosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolite-seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat
dan klorida. Dehidrasi, bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal
dan dapat menimbulkan shock hypofolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian
akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air
dan elektrolite. Sehingga, perkembangan DKA adalah merupakan rangkaian dari
iklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu
pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Gejala-gejala yang pertama kali timbul sama seperti gejala-gejala Diabetes
Melitus yang tidak diobati. Yakni, mulut kering, rasa haus, intensitas buang air kecil
jadi lebih sering (poliuria). Gejala lainnya seperti mual, muntah, dan nyeri perut bisa
juga terjadi. Gejala-gejala selanjutnya dapat berupa seperti kesulitan bernafas, rasa
dehidrasi, rasa mengantuk dan yang paling berat keadaan koma. Penyebab terjadinya
ketoasidosis dikaitkan dengan kadar hormon insulin pada darah yang rendah.
Keadaaan kadar insulin pada darah yang rendah menyebabkan kadar glukosa pada
darah menjadi tinggi.
Masalah Klinis
Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetic (ketoasidosis),
kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat,
pingsan akibat panas, kematian janin. Pengaruh obat : asam askorbat, senyawa
levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang digunakan
untuk berbagai uji (bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein).
Prinsip pemeriksaan
Natriun nitroprussida dalam suasana alkalis dapat mereduksi aseton dan asam
asetoasetat menghasilkan warna ungu. Tes ini sangat peka terhadap aseton dan
asetoasetat, namun tidak dapat digunakan untuk mendeteksi asam beta hidroksibutirat
BAB III
METODE PERCOBAAN
1.1 Alat dan Bahan
1.1.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Pipet mikro
3. Rak Tabung
4. Pengaduk besi
1.1.2 Bahan
1. Reagent Rothera
2. Amonium sulfat
3. Urin segar (sampel)
4. Urin dengan 2 tetes aseton (control positif)
1.2 Prosedur Kerja
Sampel Tabung positif kontrol
Amonium concentrate
Urin(positif control)
Urin (sampel)
Reagen Rothera
1ml
-
5ml
1 ujung sendok
1ml
5ml
-
1 ujung sendok
BAB IV
HASIL
Pada tabung sampel tidak terdapat perubahan warna menjadi keunguan
(tetap hijau kekuningan), sedangkan pada tabung control positif yang
ditambahkan aseton terjadi perubahan warna pada bagian tengah larutan menjadi
keunguan.
Tidak adanya perubahan warna menjadi ungu menandakan hasil negative.
Hasil negative artinya urin sampel tidak mengandung aseton dan asetoasetat.
Hasil ini tidak dapat memastikan sampel tidak menderita Diabetes Melitus, karena
aseton terbanyak yang diproduksi tubuh adalah asam beta hidroksibutirat yang
tidak dapat diuji pada tes ini.
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikun didapatkan pada tabung sampel tidak terdapat
perubahan warna menjadi keunguan (tetap hijau kekuningan), sedangkan pada
tabung control positif (positif palsu) terjadi perubahan warna pada bagian tengah
larutan menjadi keunguan.
Tidak adanya perubahan warna menjadi ungu menandakan hasil negative.
Hasil negative artinya urin sampel tidak mengandung aseton dan asetoasetat.
Hasil ini tidak dapat memastikan sampel tidak menderita Diabetes Mellitus,
karena aseton terbanyak yang diproduksi tubuh adalah asam beta hidroksibutirat
yang tidak dapat diuji pada tes ini.
Selain itu terdapat juga beberapa faktor-faktor pengganggu yang dapat
mempengruhi hasil tes yaitu Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat
menyebabkan temuan positif palsu. Urin disimpan pada temperature ruangan
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu. Adanya bakteri
dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tidak adanya perubahan warna menjadi ungu menandakan hasil
negative, artinya urin sampel tidak mengandung aseton dan
asetoasetat.
Hasil yang negativ bisa jga disebabkan oleh kesalahan prosedur
yakni Urin disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu serta Adanya bakteri
dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat
6.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa harus diberi lebih banyak kesempatan untuk
melakukan percobaan agar mereka bisa mengerti betul apa yg sedang dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Murray, R. F., 2008. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Poedjadi, A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press: Jakarta.
PK FK UGM. 2002.Tuntunan Praktikum Patologi Klinik; Analisis Urin:
Laboratorium Patologi klinik FK UGM: Yogyakarta.
WHO. 2000, Guidelines on Standard Operating Procedures For Clinical Chemistry,
regional Office for South-East Asia: New Delhi.