19
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR II MODUL PM2-01 PROSES PENYAMBUNGAN 1 (LAS TITIK, LAS OKSIASETILEN, LAS BUSUR LISTRIK) Oleh: Kelompok 19 Anggota: Sarita Larasati (13111043) Galih Nanda Dewa (13111052) Auliya Harditio W. (13111055) Ummu Sulaim Arrumaisho (13111059) King Bima Sakti (13111103) Tanggal Praktikum: 27 Februari 2014 Tanggal Penyerahan Laporan: 3 Maret 2014 Nama Asisten : Gerry Hamoraon (13110133) LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung 2014

Laporan Praktikum Pm2-01 Kelompok 19

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum proses manufaktur 2 Institut Teknologi Bandung Mechanical Engineering Modul 1 pengelasan

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    PROSES MANUFAKTUR II

    MODUL PM2-01

    PROSES PENYAMBUNGAN 1

    (LAS TITIK, LAS OKSIASETILEN, LAS BUSUR LISTRIK)

    Oleh:

    Kelompok 19

    Anggota:

    Sarita Larasati (13111043)

    Galih Nanda Dewa (13111052)

    Auliya Harditio W. (13111055)

    Ummu Sulaim Arrumaisho (13111059)

    King Bima Sakti (13111103)

    Tanggal Praktikum:

    27 Februari 2014

    Tanggal Penyerahan Laporan:

    3 Maret 2014

    Nama Asisten : Gerry Hamoraon (13110133)

    LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI

    DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

    Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

    Institut Teknologi Bandung

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Hasil-hasil produksi di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah komponen yang

    membentuk dirinya. Beberapa produk hanya membutuhkan satu komponen, namun lebih banyak

    lagi produk yang membutuhkan beberapa komponen. Produk yang membutuhkan banyak

    komponen tentu saja membutuhkan suatu proses manufaktur untuk menyusun atau merakit

    komponen-komponen tersebut. Salah satu proses ini disebut joining. Joining adalah proses

    merakit, menyusun dan menyatukan beberapa komponen untuk membentuk satu produk. Joining

    sendiri terdiri dari welding, adhesive bonding dan mechanical fastening. Pada praktikum kali ini,

    akan dijelaskan jenis joining welding atau pengelasan. Pengelasan yang akan dilakukan adalah

    pengelasan titik, pengelasan oksiasetilen dan las busur listrik.

    1.2 Tujuan Praktikum

    1. Mengetahui jenis-jenis proses pengelasan

    2. Mengetahui prinsip kerja dari las titik, las oksiasetilen dan las busur listrik

    3. Mengetahui tahapan proses dari las titik, las oksiasetilen dan las busur listrik

  • BAB II

    TEORI DASAR

    Pengelasan adalah proses penyambungan dua logam benda kerja dengan cara melelehkan

    sebagian material melalui pemanasan pada temperatur tertentu. Ada yang menggunakan logam

    pengisi, ada yang tidak.

    Pada praktikum kali ini, proses pengelasan yang dilakukan dibagi tiga, yaitu pengelasan

    titik,pengelasan oksiasetilen dan pengelasan elektroda listrik

    A.Proses pengelasan titik ( Spot Welding )

    Prinsip utama dari pengelasan titik adalah mengalirkan listrik dengan arus yang kuat melalui

    dua elektroda sehingga kedua benda kerja yang ditempelkan terpanaskan pada suatu titik/daerah dan

    kemudian diberi tekanan yang kuat agar kedua logam benda kerja menyatu. Panas tersebut muncul

    akibat adanya resistansi dari logam benda kerja yang dialiri arus listrik. Las titik merupakan proses

    yang sederhana, mudah dan cepat untuk dilakukan.

    Bila listrik dengan arus yang kuat dialirkan pada logam,maka panas akan timbul akibat

    adanya resistansi (tahanan). Maka dari itu berlaku rumus ;

    H = I2RT ,

    H = Heat generated

    I = Arus ; Ampere

    R = Resistance ;

    T = Time ; Sekon

    Arus yang biasa digunakan adalah 3000-40000 A disesuaikan dengan material benda kerja.

    Elektrodanya biasanya terbuat dari paduan tembaga yang harus mempunyai konduktivitas listrik yang

    baik dan tahan panas untuk menjaga bentuknya.

  • Ada beberapa siklus proses yang terjadi saat proses pengelasan.Setelah benda kerja diletakkan di

    atntara kedua elektroda, yaitu:

    1. Squeeze time: elektroda menutup dan menekan benda kerja.

    2. Weld time: saat arus listrik mulai dialirkan

    3. Hold time: dimana arus dihentikan dan tekanan dari elektroda tetap

    4. Off time: elektroda dilepas, dibiarkan sambil logam mendingin.

    B. Las Oksiasetilen ( Oxyacetylene Welding )

    Prinsip dasar las oksiasetilen adalah menyambung logam benda kerja dengan cara melelehkan

    sebagian logam dengan cara memanaskannya. Panasnya berasal dari reaksi pembakaran gas acetylene

    dengan gas oksigen dengan perbandingan 1:1. Terkadang proses ini menggunakan logam pengisi.

    Reaksi pembakarannya ada dua tahap, namun tahap pertama memiliki panas yang lebih besar. Panas

    yang dihasilkan pada kedua proses pembakaran dapat mencapai 3000oC.

  • Pengaturan jumlah perbandingan gas asetilen dan gas oksigen dapat menentukan sifat apinya. Tiga

    sifat nyala yang dapat diperoleh adalah nyala bersifat netral, carburizing dan oksidasi. Nyala netral

    adalah nyala yang biasa digunakan pada pengelasan. Jika dalam pengaturan gas terjadi kelebihan gas

    acetylene, maka disebut carburizing flame yang biasa dipakai untuk mengelas logam dengan

    temperatur yang relatif lebih rendah. Tetapi sebaliknya jika terdapat kelebihan oksigen disebut

    oxidizing flame, dimana hanya dapat digunakan pada pengelasan tembaga.

    Filler metal digunakan pada proses pengelasan ini untuk menambah logam untuk pengisian celah

    pada area lasan. Filler metal biasanya dilapisi oleh flux yang akan membentuk gas disekitar area lasan

    saat dipanaskan. Fungsi gas tersebut adalah untuk menghalangi oksigen dan zat lainnya dari area lasan

    agar tidak menimbulkan oksida pada logam benda kerja.

    Perlengkapan lainnya yang ada pada proses pengelasan ini adalah welding torch. Welding

    torch adalah alat yang terhubung pada kedua tabung gas dan berfungsi untuk mencampurkan kedua

    gas dan tempat keluarnya nyala api. Alat ini memiliki katup pengatur bukaan gas yang dapat

    disesuaikan oleh pengguna.

  • C. Las busur Listrik ( Metal Arc Welding )

    Prinsip kerja las busur listrik adalah menyambungkan dua logam benda kerja oleh panas yang

    ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda juga bertindak

    sebagain filler metal yang meleleh dan menjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara

    benda kerja dan elektroda sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar,

    timbullah busur .Arus listrik yang ada diperoleh dari sumber arus listrik AC maupun DC. Sumber

    listrik arus searah mengalir dalam dua macam polaritas.Polaritas langsung(straight polarity) dan

    polaritas terbalik(reverse polarity).

    Polaritas langsung adalah jika elektroda dihubungkan pada kutub negatif dan benda kerja

    pada kutub positif. Karena elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif, maka panas yang

    timbul akibat tumbukan elektron-elektron mengalir dari elektroda ke benda kerja. Pada proses akhir

    akan didapatkan bahwa benda kerja akan lebih panas dan hasil lasan akan lebih dalam dan sempit.

    Sedangkan pada polaritas terbalik, kutub negatif diletakkan pada benda kerja dan kutub positif pada

    elektroda. Maka pada hasil akhir akan diperoleh elektroda akan cepat memanas dan hasil lasan akan

    lebih melebar.

  • BAB III

    DATA DAN HASIL PERCOBAAN

    3.1 Peralatan

    Las Titik (Spot Welding) :

    1. Dua plat tipis sebagai benda kerja

    2. Mesin las titik

    Las Oksiasetilen (Oxyacetylene Welding) :

    1. Dua plat tipis sebagai benda kerja

    2. Logam pengisi

    3. Tabung berisi gas oksigen

    4. Tabung berisi gas asetilen

    5. Torch

    6. Kacamata pelindung

    7. Pemantik api

    Las Busur Listrik (Metal Arc Welding) :

    1. Dua plat tipis sebagai benda kerja

    2. Elektroda

    3. Sarung tangan

    4. Pelindung muka

    5. Penjepit elektroda

  • 3.2 Hasil Percobaan

    Las Titik

    Las Busur Listrik

  • BAB IV

    ANALISIS

    Oleh : Sarita Larasati (13111043)

    LAS TITIK

    Pengelasan titik memanfaatkan panas yang disebabkan oleh perbedaan voltase antara benda kerja dan

    elektroda. Benda kerja pada pengelasan ini berfungsi sebagai resistansi terhadap arus listrik yang

    terjadi. Pada pengelasan ini, praktikan akan melakukan penyambungan dua plat tipis. Sebelum

    dilakukan pengelasan tersebut, benda kerja dibersihkan dari berbagai impuriti, pengotor dan oksida

    dengan cara digerinda. Tujuan dari penggerindaan ini adalah agar penempelan yang terjadi kuat sekali

    karena tidak ada yang menghalangi. Setelah dibersihkan, kedua plat tipis ini diatur dalam posisi yang

    akan dicapai setelah pengelasan. Pada tahap ini, asisten memberi contoh menggunakan mesin las titik.

    Namun pada praktikum ini, mesin las titik tidak bisa diatur besar voltasenya dikarenakan kenop

    terhalangi oleh suatu batangan logam yang sulit dipindahkan. Pengaturan besar voltase yang

    seharusnya hanya sebesar 220 volt, pada pengelasan kali ini voltase yang dapat diberikan mesin

    adalah sebesar 300 volt. Hal tersebut menyebabkan benda kerja meleleh dan menimbulkan bunga api

    yang cukup besar. Saat pengelasan dilakukan , terdapat empat tahap yang dilewati. Tahap pertama

    adalah tahap saat penekan benda kerja oleh elektroda dan arus listrik baru akan dialirkan atau biasa

    disebut squeeze time. Tahap kedua adalah tahap dimana arus listrik dialirkan tetapi penekanan tidak

    diberikan. Tahap tersebut dikenal sebagai weld time. Tahap ketiga adalah saat penekanan diberikan

    lagi tetapi arus listrik dihentikan dan disebut tahap hold time. Tahap terakhir adalah ketika arus listrik

    dan penekanan tidak diberikan atau disebut off time. Pada kenyataannya, keempat tahap ini dilakukan

    dalam beberapa detik saja. Dari fenomena-fenomena di atas, terdapat tiga parameter yang

    mempengaruhi hasil dari pengelasan titik antara lain adalah arus listrik, lamanya penekanan dan

    material yang digunakan.

    LAS OKSIASETILEN

    Pengelasan oksiasetilen dilakukan mrip seperti saat menyolder, yakni dengan cara melelehkan

    elektroda berupa kawat oleh welding torch yang mengeluarkan api. Api tersebut berasal dari

    campuran gas asetilen yang dibakar dengan gas oksigen. Namun pada praktikum kali ini, praktikan

    mengalami kesulitan dalam mengatur jumlah oksigen yang dikeluarkan lewat welding torch karena

    kenopnya mengalami kemacetan. Hal tersebut menyebabkan api yang dikeluarkan terlalu menyebar

  • sehingga menyulitkan untuk melakukan pengelasan. Komposisi paling tepat untuk pengelasan jenis

    ini adalah oksigen dan asetilen dengan perbandingan 1:1 sehingga didapatkan jenis api neutral flame.

    Namun, komposisi tepat tersebut sangat sulit didapatkan sehingga jenis api yang diusahakan adalah

    jenis api carburizing flame yakni dengan komposisi oksigen yang lebih sedikit dari asetilen. Jika

    komposisi oksigen lebih banyak dari asetilen, maka akan terjadi jenis api oxidizing flame. Jenis api

    tersebut tidak diinginkan oleh praktikan karena dapat mengoksidasi benda kerja dan hasil pengelasan

    tidak akan maksimal. Pada pengelasan oksiasetilen, akan terjadi reaksi seperti di bawah ini:

    C2H2 + O2 2CO + H2 + heat

    2CO + H2 + 1.5O2 2CO2 + H2O + heat

    LAS BUSUR LISTRIK

    Pengelasan busur listrik ini memiliki prinsip kerja yang memanfaatkan perbedaan voltase antara

    elektroda dan benda kerja sehingga menimbulkan arus listrik dan panas yang cukup untuk melelehkan

    elektroda dan benda kerja. Perbedaan voltase ini disebabkan oleh elektroda yang disambungkan pada

    kutub positif power supply dan benda kerja yang disambungkan pada kutub negatif. Saat pengelasan

    dilakukan, muncul bunga api yang cukup besar dari kontak yang terjadi antara elektroda dan benda

    kerja. Bunga api yang menyilaukan mata ini dapat merusak kondisi mata, maka dari itu praktikan

    diwajibkan menggunakan goggle khusus mengelas. Saat akan memulai mengelas, elektroda digoyang-

    goyangkan persis di atas benda kerja. Jika bunga api sudah terjadi, elektroda boleh agak ditekan ke

    benda kerja karena ada gas pelindung. Gas pelindung ini berfungsi untuk melindungi benda kerja dari

    oksigen dari lingkungannya. Dalam mengaplikasikan lelehan elektroda, sebaiknya elektroda

    digerakkan dengan gerakan memutar agar hasil pengelasan lebih merata dan rapi. Pengelasan ini

    termasuk jenis consumable welding karena elektroda termakan ketika pengelasan dilakukan.

    Pengelasan busur listrik inipun termasuk e dalam pengelasan jenis SMAW (Shielded Metal Arc

    Welding)

  • Oleh : Galih Nanda Dewa (13111052)

    Pada pratikum modul las titik kami tidak dapat melakukan prosedur dengan benar. Hal ini

    dikarenakan mesin yang digunakan tidak beroprasi pada daerah semestinya. Yang seharusnya bekerja

    pada tegangan 220V tetapi menggunakan tegangan 330V dikarenakan tombol switch yang rusak.

    Sehingga ketika dipaksakan untuk melakukan las titik ini benda kerja mengalami kerusakan dimana

    benda kerja meleleh terlalu banyak dan menghasilkan lasan yang buruk.

    Pada praktikum modul las oksiasetilen kami pun tidak dapat melakukannya dengan benar. Hal

    ini dikarenakan terlalu sulitnya mengatur komposisi perbandingan gas asetilen dan oksigen. Sehingga

    kai tak sedikitpun melaksanakan proses lasan oksiasetilen.

    Pada praktikum modul las busur listrik kami laksanakan dengan baik. Pada modul ini mesin

    dinyalakan dan memasang elektroda pada penjapit yang berhubungan dengan kutub positif dan

    penjapit yang lain dihubungkan pada benda kerja. Elektroda didekatkan dengan benda kerja yang

    akan digabungkan, ketika telah muncul percikan api maka saatnya elektroda lebih didekatkan lagi dan

    berjalan mengikuti jalur celah yang akan disambungkan.

    Munculnya percikan api ini dikarenakan beda potensial yang cukup besar. Sehingga jika

    elektroda dan benda kerja didekatkan muncullah percikan api yang diakibatkan ion ion yang

    melompat dan menghasikan panas. Dari panas tersebut dapat mengakibatkan terlelehnya benda kerja

    dan elektroda.

    Sambungan benda kerja yang kami hasilkan masih jauh dari kata baik. Hal ini dikarenakan

    baru pertama kalinya kami melakukan proses las busur listrik sehingga sambungan yang dihasilkan

    buruk. Benda kerja yang kami hasilkan pun sempat berlubang hal ini dikarenakan penggunaan besar

    arus yang terlalu besar, sehingga bukan malah menyambungkan tapi melubangi.

  • Oleh : Auliya Harditio Wicaksono (13111055)

    Pada praktikum ini, dilakukan 2 proses penyambungan yaitu dengan metode las titik dan

    pengelasan busur listrik. Proses las oksiasetilen gagal dilakukan karena katup gas pada welding torch

    tidak berfungsi dengan baik saat akan diperagakan oleh asisten.

    Pada proses las titik digunakan mesin las titik. Prosesnya diawali dengan menyalakan mesin

    terlebih dahuulu dan mengatur tegangan dan arus, kemudian kedua pelat yang akan disambung

    diletakkan pada ujung elektroda di titik dimana sambungan diinginkan. Cara pengelasan ini cukup

    menginjak pedal mesin saja selama beberapa detik. Penginjakan pedal ini akan menurunkan elektroda

    sehingga akan menekan kedua pelat, dan listrik secara otomatis mengalir sehingga timbul panas

    antara sambungan kedua pelat akibat resistansi dari pelat baja tersebut. Setelah proses lasan selesai,

    maka benda kerja dapat dilepaskan dari alat dengan cara melepas pijakan kaki pada pedal. Pada hasil

    proses las ini timbul bekas bentuk elektroda yang sangat dalam dan mencolok pada benda kerja, hal

    ini diakibatkan oleh tegangan dan arus listrik yang terlalu besar saat proses berlangsung. Walaupun

    hasilnya kurang terlihat baik, namun sambungannya cukup kuat dan kaku.

    Proses selanjutnya adalah las busur listrik, peralatan yang digunakan berupa mesin las busur

    listrik, elektroda beserta pegangannya, dan benda kerja berupa dua buah pelat baja yang akan

    disambung. Prosedurnya diawali dengan menyalakan mesin las busur listrik. Elektroda dihubungkan

    dengan kutub negatif sedangkan benda kerja ke kutub positif. Sebelum dicoba ke benda kerja,

    elektroda dicek dulu nyala busur listriknya dengan menempelkannya ke logam lain. Proses dilakukan

    dengan menyentuhkan ujung elektroda ke permukaan benda kerja sampai muncul busur listrik antara

    elektroda dan benda kerja, dan busur listrik ini akan melelehkan benda kerja dan elektroda sehingga

    dapat menyambung satu dengan yang lain. Cara menempelkan eletroda harus diperhatikan dan

    disesuaikan sampai nyala busur listrik menjadi stabil. Saat proses berlangsung, jangan sampai tangan

    menyentuh elektroda atau benda kerja secara langsung, karena dapat tersengat listrik yang arusnya

    tinggi. Kacamata pelindung juga harus digunakan karena intensitas cahaya yang dikeluarkan busur

    listrik sangat tinggi dan tidak nyaman jika dilihat secara langsung. Pada saat pengelasan perlu

    diperhatikan saat elektroda ditempelkan agar tidak menempel ke benda kerja. Jika elektroda

    menempel, maka busur listrik tidak akan keluar. Arus listrik juga harus diatur sesuai dengan material

    agar panas yang ditimbulkan tidak berlebihan. Jika terlalu panas, malah membuat benda kerja

    berlubang/ memotong benda kerja. Hasil pengelasan masih terlihat kurang rapi namun tetap kuat.

    Untuk mendapatkan hasil yang bagus dan rapi dibutuhkan pengalaman dan keahlian.

  • Oleh : Ummu Sulaim Arrumaisho (13111059)

    Pada praktikum kali ini dilakukan tiga macam proses penyambungan, yaitu las titik, las

    oksiasetilen dan las busur listrik. Yang pertama kali diakukan adalah las titik. Prosedurnya adalah

    pertama-tama siapkan dua pelat tipis yang akan disambung. Setelah itu mesin las titik dinyalakan

    kemudian atur arus yang akan diberikan. Lalu atur posisi benda kerja, setelah itu injak pedal start dan

    dua pelat tersebut akan tersambung. Hasil yang diperoleh dari las titik ini adalah titik yang dihasilkan

    agak dalam karena arus yang digunakan terlalu tinggi. Selain itu pada saat pedal start diinjak keluar

    bunga api yang cukup besar, hal ini juga dikarenakan arus yang digunakan terlalu besar. Pada proses

    penyambungan dengan las titik ini, praktikan tidak mencoba sendiri-sendiri, hanya melihat asisten

    yang mempraktikkan cara menggunakan mesin las titik karena arus pada mesin las titik ini tidak bisa

    diubah-ubah.

    Proses selanjutnya adalah las oksiasetilen. Pertama-tama, siapkan beberapa pelat tipis yang

    akan disambung. Setelah itu, permukaan pelat-pelat tipis tersebut dihaluskan dengan menggunakan

    gerinda. Kemudian, hubungkan torch dengan pipa tabung oksigen dan asetilen. Setelah itu buka katup

    tangki asetilen dan atur regulator tekanan tabung asetilen. Lalu buka ktup tangki oksigen dan atur

    regulator tekanan pada tabung oksigen. Setelah itu nyalakan torch dengan pemantik api kemudian atur

    katup pengontrol asetilen dan oksigen untuk mendapatkan nyala api yang tepat. Gunakan juga

    kacamata pelindung dan sarung tangan kemudian lakukan proses pengelasan oksiasetilen dengan

    memanaskan benda kerja dan logam pengisi sambil bergerak disepanjang benda kerja yang akan

    disambung. Pada proses ini praktikan juga hanya melihat asisten mempraktikkan cara penyambungan

    dengan las oksiasetilen karena sulitnya mengatur pengontrol pada torch untuk mendapatkan nyala api

    yang tepat.

    Proses yang terkahir dilakukan adalah las busur listrik. Pertama-tama, siapkan beberapa pelat

    tipis yang akan disambung. Kemudian atur arus listrik dan hubungkan kutub positif dengan elektroda

    dan kutub negatif dengan benda kerja. Lalu kenakan sarung tangan dan pelindung muka. Kemudian

    nyalakan mesin las busur listrik. Setelah itu lakukan pengecekan nyala busur listrik sebelum memulai

    pengelasan kemudian lakukan proses pengelasan dengan mendekatkan elektroda ke benda kerja

    sampai keluar nyala api kemudian geser elektroda di sepanjang benda kerja yang akan disambung.

    Hasil proses pengelasan busur listrik ini tidak terlalu rapi karena praktikan baru pertama kali mencoba

    mengelas dengan las busur listrik.

  • Oleh : King Bima Sakti (13111103)

    Pada praktikum kali ini kami melakukan proses pengelasan. Proses pengelasan yang kami

    lakukan adalah proses pengelasan fusi. Proses pengelasan fusi adalah proses pengelasan yang

    menyebabkan adanya penggabungan benda kerja. Penggabungan terjadi karena benda kerja

    dipanaskan dengan metode las titik, oxyasiteline, maupun busur listrik. Benda kerja yang dipanaskan

    mengalami perubahan fasa dari padat ke cair sehingga bisa menyatu lalu membeku bersamaan

    sehingga menyatu.

    Proses las titik dilakukan untuk menyambung plat baja tipis. Plat baja tipis dipilih pada proses

    ini agar arus listrik lebih mudah mengalir. Sebelum di lakukan pengelasan, permukaan plat yang

    inigin disambung harus digerinda terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan

    pengotor serta lapisan pada permukaan plat yang dapat mengganggu proses pengelasan (mengubah

    tahanan dan lapisan pengotor dapat menghalangi proses penyambungan). Jika terdapat pengotor di

    permukaan benda kerja maka pengotor tersebut akan mengganggu hasil lasan. Selain itu, penghalusan

    permukaan juga dilakukan agar permukaan yang berkontak semakin luas ditambah dengan adanya

    penekanan sehingga hasil pengelasan bagus.

    Untuk memulai pengelasan kedua plat yang ingin disambungkan harus di jepit pada elektroda

    dititik yang akan disambung. Proses pengelasan dlakukan dengan menginjak pedal start. Saat pedal

    dinjak maka aliran arus akan mengalir melalui elektroda ke benda kerja. Akibat adanya tahanan

    material benda kerja, panas akan timbul di benda kerja dan melelehkan titik yang dialiri arus sehingga

    membentuk weld nugget. Oleh karena itu proses penginjakan pedal start harus kontinyu dengan rentan

    waktu tertentu, serta posisi pelat yang terjepit dengan tepat agar panas dari resistansi benda kerja

    melelehkan benda kerja dan membentuk nugget dengan baik. Hal ini akan membuat hasil

    penyambungannya lebih kuat. Tanda pengelasan sedang berlangsung adalah dngan munculnya bunga

    api. Setelah selesai pedal dilepaskan untuk mematikan aliran arus, lalu mendinginkan hasil lasan agar

    weld nugget mengeras.

    Pelelehan logam terjadi dibagian titik temu antar benda kerja dan titik temu antara benda

    kerja dengan elektroda. temperatur tertinggi terjadi di titik temu antara sesama benda kerja. Hal

    tersebut dikarenakan permukaan yang berkontak besar sehingga temperatur tinggi dan menyebabkan

    pelelehan pada titik tersebut.

    Proses penyambungan yang dilakukan selanjutnya adalah las oksiasetilen. Proses pengelasan

    ini dimulai dengan membuka katup dari tabung gas oksigen dan asetilen. Saat membuka katup

    tekanan yang ada di barometer harus diperhatikan. Terdapat 2 buah barometer pada masing-masing

    tabung. Barometer tersebut berguna untuk menunjukkan tekanan pada bagian dalam tabung dan pada

    saat memasuki selang. Kemudian katup pengontrol gas pada torch di buka. Setelah gas asetilen keluar

  • dan dirasa cukup api di pantik di bagian tip(tempat keluar gas) sehingga terbentuk flame berwarna

    merah. Setelah itu katup oksigen dibuka secara perlahan sehingga flame hasil pembakaran campuran

    gas berwarna biru. Semakn tinggi temperatur api yang dihasailkan maka warnaya akan semakin

    mendekati ke biru. Dalam proses pengelasan benda kerja dipanaskan terlebih dahulu dengan flame

    sampai berwarna kemerahan. Hal ini dilakukan agar saat filler yang dilelehkan jatuh ke benda kerja

    tidak langsung membeku, sehingga mudah untuk diratakan dan proses penyambungan antara benda

    kerja dan filler lebih kuat. Setelah benda kerja dipanaskan hingga membara, filler dicairkan dan

    dijatuhkan pada daerah lasan (join length). Filler cair pada daerah lasan tersebut kemudian diratakan

    menggunakan flame, sehingga hasil pengelasan yang rata membuat penyambungan lebih kuat.

    Pengelasan dilakukan dari kedua ujung sambungan dan dilanjutkan kebagian tengah. Hal tersebut

    dilakukan agar benda kerja tersambung dengan lurus (tidak miring). Setelah dilakukan pengelasan,

    terlihat adanya oksidasi yang terjadi pada benda kerja.Oksidasi ini terjadi karena pada temperatur

    tinggi logam mudah bereaksi dengan oksigen.

    Pada Las Busur Listrik (Metal Arc Welding), untuk menyambungkan benda kerja, las ini

    memanfaatkan tegangan listrik dan polaritas yang berbeda antara elektroda dan benda kerja. Benda

    kerja diberi kutub negatif sedangkan elektroda diberi kutub positif. Pengelasan ini tidak membutuhkan

    filler metal karena elektroda lah yang berperan sebagai filler metal. Kesulitan dalam pengelasan ini

    yaitu saat menyalakan mesin dan menyalakan elektroda supaya muncul bunga api karena jarak yang

    dihasilkan haruslah tepat, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, serta dalam mengelas kita perlu

    menggunakan topeng yang gelap, sehingga sulit untuk melihat saat mengelas. Elektroda yang dipakai

    pada pengelasan ini dilapisi oleh suatu zat yang saat pengelasan berfungsi sebagai Shielding Gas

    (pelindung lasan). Fungsi dari shielding gas ini yaitu sebagai pengaman dan pelindung lasan dari

    oksidasi dan zat-zat lainnya. Fenomena pada proses pengelasan ini yaitu :

    Munculnya slag pada saat pengelasan sudah dilakukan atau selesai akibat dari adanya

    shielding gas yang massa jenisnya lebih rendah dari logam induknya, yang menyebabkan

    hasil lasan tidak rapi sehingga harus dihancurkan menggunakan palu

    Busur api yang dihasilkan tidak kontinyu. Karena elektroda juga berfungsi sebagai filler

    metal yang lama kelamaan akan habis menyebabkan saat mengelas, busur api yang dihasilkan

    tidak kontinyu karena jarak antara elektroda dan benda kerja menjadi jauh sehingga membuat

    prosesnya menjadi lama

    Benda kerja hasil pengelasan tetap mengalami oksidasi meskipun telah dilapisi dengan gas inert

    yang berasal dari elektroda. Hal ini disebabkan karena gas yang melindungi gagal melindungi secara

    sempurna.

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Beberapa contoh jenis pengelasan yaitu las titik, las oksiasetilen dan las busur listrik.

    2. Prinsip kerja las titik yaitu dengan panas dari hambatan pada benda kerja yang bersentuhan,

    prinsip kerja las oksiasetilen yaitu dengan pemanasan filler agar menutupi sambungan benda

    kerja, dan prinsip kerja las busur listrik adalah panas dari loncatan arus listrik anatara elektroda

    dan benda kerja.

    3. Tahapan proses las titik yaitu squeeze time, weld time, hold time dan off time. Energi panas yang

    dihasilkan dari proses ini yaitu melalui tahan panas yang dimiliki benda kerja. Tahapan proses

    las busur listrik yaitu pengelasan pada ujung-ujung benda kerja lalu pengelasan pada bagian

    tengah. Energi panas yang dihasilkan merupakan hasil energi panas dari lompatan-lompatan ion

    yang diakibatkan perbedaan potensial yang cukup tinggi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Kalpakjian, S., Manufacturing Engineering and Tecjnology, Delhi: Addison Wesley Longman, 2000

  • LAMPIRAN

    Tugas Setelah Praktikum

    A. Las Titik

    1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin las titik yang digunakan pada praktikum

    dengan lengkap!

    a. Elektroda : mengalirkan arus ke benda kerja dan sebagai penekan benda kerja

    b. Lengan tetap : sebagai landasan elektroda bagian bawah

    c. Lengan gerak : sebagai landasan elektroda bagian atas yang dapat bergerak

    d. Pedal kontrol : untuk memberikan gaya tekan pada benda kerja

    e. Transformer : untuk mengatur besar arus

    f. Switch arus : untuk menyambungkan dan memutuskan arus listrik

    g. Switch start : untuk menyalakan mesin las titik

    h. Base : sebagai tumpuan mesin las titik

    2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las titik secara singkat saja!

    Siapkan alat dan benda kerja, nyalakan mesin las titik, atur switch arus, atur tekanan

    udara, tekan switch start, memakai kacamata pelindung dan sarung tangan, atur posisi

    benda kerja, menekan pedal kontrol

    B. Las Oksiasetilen

    1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las asetilen yang digunakan pada praktikum

    secara lengkap!

    a. Logam pengisi : sebagai campuran logam yang meleleh dan menyambungkan dua

    buah benda kerja

    b. Fluks : mencegah oksidasi pada lasan yang dihasilkan.

    c. Tabung oksigen : sebagai suplai gas oksigen.

    d. Tabung acetylene : sebagai suplai gas acetylene.

    e. Welding torch : sebagai pencampur kedua gas dan keluarnya nyala api yang

    digunakan dalam pengelasan.

    f. Kacamata pelindung : untuk melindungi mata dari cahaya yang timbul dari proses

    pengelasan.

    g. Pemantik api : untuk menyalakan api pada ujung torch

    h. Sarung tangan : untuk melindungi tangan operator.

  • 2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las oksiasetilen secara singkat saja!

    Persiapkan alat dan benda kerja, atur campuran oksigen dan asetilen dan nyalakan torch

    dengan pemantik api, dekatkan filler yang telah di campu dengan fluks pada api torch

    dan lakukan pengelasan.

    C. Las Busur Listrik

    1. Tuliskan nama dan fungsi dari komponen las bususr listrik yang digunakan pada

    praktikum secara lengkap!

    a. elektroda : sebagai tempat logam pengisi, dan gas pelindung yang melindungi

    proses pengelasan dari udara luar.

    b. pemegang elektroda : pemegang elektroda yang juga mengalirkan arus ke

    elektroda.

    c. kabel elektroda : penghantar arus positif dan negatif dari sumber arus ke

    elektroda dan benda kerja.

    d. switch utama : saklar pengatur nyala atau mati mesin las.

    e. pengatur arus : mengatur arus yang akan diberikan yang menentukan kecepatan

    pengelasannya.

    2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las busur listrik secara singkat saja!

    Siapkan alat dan benda kerja, atur besar arus listrik pada mesin las busur listrik, pasang

    elektroda pada gripper dan nyalakan mesin las busur listrik. Pertama las pada bagian

    ujung-ujung benda kerja lalu isi bagian tengah benda kerja.