Upload
hilmi-udzmatillah
View
350
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
SENSOR DAN TRANDUSER
laporan ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sensor dan Tranduser
disusun oleh
Qori Rohman Putra
211341043
TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA
POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG
2014
PENDAHULUAN
1. Sensor
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik
menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.
Sensor biasa digunakan untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor merupakan
jenis transducer yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis,
panas, sinar dan kimia menjadi tegangan / arus listrik. Sensor dikategorikan
melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses
pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata, pendengaran, hidung, lidah
untuk menjadi otak mikroprosesor dari system otomatisasi industri. gambar
sensor:
Gambar Sensor Cahaya (LDR)
2. Tranduser
Transduser adalah sebuah alat yang mengubah satu bentuk daya menjadi
bentuk daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan ukuran atau
informasi (misalnya, sensor tekanan). Transduser bisa berupa peralatan listrik,
elektronik, elektromekanik, elektromagnetik, fotonik, atau fotovoltaik. Dalam
pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai
suatu peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal
lainnya.Contoh yang umum adalah pengeras suara (audio speaker), yang
mengubah beragam voltase listrik yang berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi
mekanis. Contoh lain adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi, atau
energi akustik menjadi sinyal atau energi istrik.
3. Perbedaan Sensor dan Tranduser
Berikut penjelasan perbedaan antara Tranduser dengan Sensor.
Gambar diatas adalah gambar Sensor cahaya / yang biasa disebut dengan
LDR, gambar diataas menujukkan bahwa sensor masih membutuhkan komponen
lain untuk menghasilkan tegangan.
LM35 merupakan sebuah transducer temperatur, pada gambar diatas
menjelaskan bahwa transducer tidak membutuhkan komponen lain untuk
menghasilkan tegangan jadi dapat disimpulkan bahwa sensor masih membutuhkan
komponen lain untuk mengeluarkan sinyal tegangan tetapi transducer tidak
membutuhkan komponen yang laen untuk mengeluarkan sinyal tersebut.
Gambar Tranduser Temperatur (LM35)
PRAKTIKUM 1
PENGUJIAN KARAKTERISTIK LDR
(LIGHT DEPENDENT RESISTOR)
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik dari LDR (Light Dependent Resistor) dan membuat
grafik dari hubungan resistansi LDR terhadap intensitas cahaya yang diterima.
2. Pendahuluan
LDR atau Light Dependent Resistor adalah sebuah komponen elektronika
yang termasuk ke dalam jenis resistor yang nilai resistansinya (nilai tahanannya)
akan berubah apabila intensitas cahaya yang diserap juga berubah. Dengan
demikian LDR juga merupakan resistor yang mempunyai koefisien temperature
negative, dimana resistansinya dipengaruhi oleh intrensitas cahaya. LDR terbuat
dari Cadium Sulfida, bahan ini dihasilkan dari serbuk keramik. Biasanya Cadium
Sulfida disebut juga bahan photoconductive, apabila konduktivitas atau resistansi
dari Cadium Sulfida bervariasi terhadap intensitas cahaya. Jika intensitas cahaya
yang diterima rendah maka hambatan juga akan tinggi yang mengakibatkan
tengangan yang keluar juga akan tinggi begitu juga sebaliknya disinilah
mekanisme proses perubahan cahaya menjadi listrik terjadi.
Berikut adalah simbol LDR:
Simbol Light Dependent Resistor
Prinsip Kerja LDR:
Pada dasarnya LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor yang
mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau
intensitas cahaya rendah, bahan tersebut menghasilkan elektron bebas dengan
jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya sedikit elektron yang dihasilkan untuk
mengangkut muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat keadaan gelap atau
intensitas cahaya rendah, maka LDR akan menjadi konduktor yang buruk,
sehingga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau intensitas
cahaya rendah.
Bentuk Fisik LDR
Pada saat terang atau intensitas cahaya tinggi, bahan tersebut lebih banyak
menghasilkan elektron yang lepas dari atom. Sehingga akan lebih banyak elektron
yang dihasilkan untuk mengangkut muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat
terang atau intensitas cahaya tinggi, maka LDR menjadi konduktor yang baik,
sehingga LDR memiliki resistansiyang kecil pada saat terang atau intensistas
cahaya tinggi.
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 LDR (Light Dependent Resistor) 20k Ω 1 Buah
2 Multimeter Digital 1 Buah
3 Senter 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Hubungkan probe dari multimeter ke kaki-kaki LDR, posisikan LDR
mengahadap keatas, dan posisikan senter pada ketinggian 10cm, 25cm,
50cm, dan 75cm dari LDR.
3. Ukur resistansi dari LDR sesuai dengan perubahan ketinggiannya.
3.4 Hasil Pengujian
Lokasi Jarak Senter [cm] Pengukuran ke-… R [kΩ]
Laboratorium Komputer 10
1 0.652 0.663 0.664 0.66
5 0.67rata-rata 0.66
25
1 1.842 1.773 1.754 1.755 1.77
rata-rata 1.776
50
1 4.052 4.053 4.074 4.115 4.14
rata-rata 4.084
75
1 5.92 5.953 5.924 5.925 5.9
rata-rata 5.918
10 25 50 750
1
2
3
4
5
6
7LDR
Jarak Senter [cm]
Resis
tans
i [kΩ
]
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan memberikan cahaya dengan jarak 10-75 cm dari
LDR yang kaki-kakinya sudah dihubungkan dengan probe multimeter.
Pemosisian senter dengan jarak tertentu ini bertujuan untuk memberikan intensitas
cahaya yang berbeda, semakin dekat jarak senter berarti semakin tinggi intensitas
cahayanya.
Dari grafik hasil pengujian didapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya
(diwakili oleh jarak senter terhadap LDR) yang diberikan kepada LDR maka
resistansi LDR tersebut semakin menurun, juga sebaliknya ketika intensitas
cahaya rendah maka resistansi LDR semakin tinggi mendekati nilai maksimum
sesuai spesifikasinya.
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki, LDR cocok untuk rangkaian yang
membutuhkan nilai resistansi berubah berbanding lurus dengan tegangannya.
Perubahan tegangan ini dapat di aplikasikan terhadap beberapa tujuan misalnya
untuk membuat lampu otomatis yang diatur langsung dengan keadaan sekitar
(gelap/terang).
5. Kesimpulan
Sesuai dengan namanya Light Dependent Resistor, berarti resistor yang nilai
resistansinya bergantung pada cahaya. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima oleh LDR maka nilai
resistansinya semakin rendah sehingga semakin bersifat konduktor, begitu juga
sebaliknya ketika intensitas cahaya yang diterima LDR rendah maka nilai
resistansinya semakin tinggi mendekati nilai maksimum sesuai spesifikasinya.
PRAKTIKUM 2
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PHOTODIODE
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik dari photodioda dan membuat grafik dari hubungan
arus yang melalui photodioda terhadap intensitas cahaya yang diterima.
2. Pendahuluan
Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika
photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada
umumnya, tetapi jika tidak mendapat cahaya maka photodioda akan berperan
seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga arus listrik tidak dapat
mengalir.
Gambar: Photodioda, simbol, dan penampang melintangnya
Photodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat
mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Photodioda merupakan sebuah
dioda dengan sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya
yang dapat dideteksi oleh photodioda ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya
tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X.
Prinsip kerja, karena photodioda terbuat dari semikonduktor p-n junction
maka cahaya yang diserap oleh photodioda akan mengakibatkan terjadinya
pergeseran foton yang akan menghasilkan pasangan electron-hole dikedua sisi
dari sambungan. Ketika elektron-elektron yang dihasilkan itu masuk ke pita
konduksi maka elektron-elektron itu akan mengalir ke arah positif sumber
tegangan sedangkan hole yang dihasilkan mengalir ke arah negatif sumber
tegangan sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian. Besarnya pasangan
elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari besarnya intensitas cahaya
yang diserap oleh photodioda.
Photodiodes dibuat dari semikonduktor dengan bahan yang populer adalah
silicon ( Si) atau galium arsenida ( GaAs), dan yang lain meliputi InSb, InAs,
PbSe. Material ini menyerap cahaya dengan karakteristik panjang gelombang
mencakup: 2500 Å - 11000 Å untuk silicon, 8000 Å – 20,000 Å untuk GaAs.
Ketika sebuah photon (satu satuan energi dalam cahaya) dari sumber cahaya
diserap, hal tersebut membangkitkan suatu elektron dan menghasilkan sepasang
pembawa muatan tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole
adalah bagian dari kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan elektron. Arah Arus
yang melalui sebuah semikonduktor adalah kebalikan dengan gerak muatan
pembawa. cara tersebut didalam sebuah photodiode digunakan untuk
mengumpulkan photon - menyebabkan pembawa muatan (seperti arus atau
tegangan) mengalir/terbentuk di bagian-bagian elektroda.
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Photodiode 1 Buah2 Resistor 10k Ω 1 Buah3 Senter 1 Buah4 Multimeter Analog 1 Buah5 DC Power Supply 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian sesuai dengan rangkaian pengujian yang telah dirancang.
3. Berikan cahaya menggunakan senter dengan jarak ketinggian 10 cm, 25
cm, 50 cm, dan 75 cm.
4. Ukur arus sesuai dengan ketinggian cahaya yang diberikan.
3.4 Hasil Pengujian
Jarak lampu [cm] Pengukuran ke-…
Arus [mA]
751 0.22 0.2
3 0.2254 0.25 0.2
rata-rata 0.205
50
1 0.32 0.353 0.34 0.35 0.35
rata-rata 0.32
25
1 0.452 0.53 0.54 0.55 0.5
rata-rata 0.49
10
1 0.52 0.53 0.54 0.55 0.5
rata-rata 0.5
10 25 50 750
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Grafik Arus yang melalui Photodioda
Jarak Senter [cm]
Arus
[mA]
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan memberikan cahaya dengan jarak 10-75 cm dari
photodiode. Pemosisian senter dengan jarak tertentu ini bertujuan untuk
memberikan intensitas cahaya yang berbeda, semakin dekat jarak senter berarti
semakin tinggi intensitas cahayanya. Lalu arus yang melewati photodiode diukur
menggunakan multimeter. Photodiode dipasang reverse karena berdasarkan teori
mengenai dioda, pada saat dioda dipasang reverse, maka arus tidak akan mengalir
karena hambatan yg sangat besar sekali. Jadi bisa dikatakan ini dioda sebagai
kondisi Open Circuit jika dianalogikan seperti sakelar. namun pada photodioda,
hambatan yang besar tadi bisa menjadi kecil karena pengaruh cahaya yang masuk.
Hal seperti ini bisa menyebabkan arus mengalir sehingga kondisi seperti ini bisa
dikatakan sebagai Close Circuit jika dianalogikan seperti sakelar.
Dari grafik hasil pengujian didapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya
(diwakili oleh jarak senter terhadap photodiode) yang diberikan kepada
photodioda maka arus yang melaluinya semakin tinggi hingga maksimal sesuai
dengan supply yang diberikan dan resistor yang dipasang pada rangkaian, arus
maksimal pada rangkaian ini adalah 0,5 mA (Vs = 10 V; R = 10 kΩ). Ketika
intensitas cahaya yang diberikan kepada photodioda semakin rendah maka arus
yang melaluinya pun semakin rendah, dan arus minimal yang melalui photodioda
ini adalah 0,1 mA.
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki, photodioda cocok untuk rangkaian
yang membutuhkan dioda dengan pengendali sebuah cahaya, contoh aplikasinya
yaitu robot line-follower.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas
cahaya yang diterima oleh photodioda, maka arus yang melaluinya akan semakin
tinggi dengan nilai maksimal bergantung pada rangkaian yang digunakan. Dan
semakin rendah cahaya yang diterima oleh photodioda, maka arus yang
melaluinya akan semakin rendah dengan nilai minimal arus yang melaluinya
adalah 0,1 mA.
PRAKTIKUM 3
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PHOTOTRANSISTOR
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik dari phototransistor dengan memahami perbedaan
arus yang melalui phototransistor ketika diberikan cahaya atau tidak.
2. Pendahuluan
Phototransistor merupakan transistor yang dirancang untuk menangkap cahaya
dan dirakit dalam sebuah kemasan transparan. Kepekaan phototransistor jauh
lebih baik daripada photodiode karena phototransistor telah memiliki penguat
terintegrasi. Cahaya yang diterima menimbulkan arus pada daerah basis dari
phototransistor, dan menghasilkan penguatan arus mulai dari seratus hingga
beberapa ribu kali.
Phototransitor menjadi populer untuk aplikasi yang hanya memiliki power
optikal beberapa ratus nanowatt karena kemudahan pemakaian, murah dan
kompatibel dengan level tegangan TTL. Meskipun begitu, phototransistor
memiliki kekurangan dibandingkan dengan photodiode. Bandwidth frekuensi dan
linearitasnya relatif terbatas serta respon spektrumnya berada antara 350 nm
hingga 1100 nm. Selain itu, banyak variasi sensitifitas untuk masingmasing
komponen dan sedikit pilihan kemasan standar.
Rangkaian ekuivalen untuk phototransistor adalah terdiri dari sebuah
photodiode yang outputnya diumpankan ke basis sebuah trasnsistor sinyal kecil.
Berdasarkan model tersebut maka wajar jika phototransistor menunjukkan
karakteristik diode maupun transistor. Karekteristik arus dan tegangan sebuah
phototransistor mirip seperti transistor NPN, dengan pengecualian bahwa cahaya
masuk menggantikan arus basis.
Struktur phototransistor sangat mirip dengan photodiode. Pada
kenyataannya, junction kolektor-basis sebuah phototransistor dapat dipakai seperti
photodiode dengan hasil yang cukup memuaskan. Perbedaan utama strukturnya
adalah bahwa phototransistor memiliki dua junction sedangkan photodiode hanya
memiliki sebuah junction saja.
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Phototransistor NPN 1 Buah2 Resistor 10 kΩ 1 Buah3 Resistor 2 kΩ 1 Buah 4 Resistor 330 Ω 1 Buah5 Senter 1 Buah6 Multimeter Analog 1 Buah7 DC Power Supply 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1 Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2 Buat rangkaian sesuai dengan rangkaian pengujian yang telah dirancang
dengan nilai R 330 Ω, 2 kΩ, dan 10 kΩ.
3 Ukur arus dari setiap resistor yang dipasang pada keadaan diberi cahaya dan
tidak diberi cahaya.
3.4 Hasil Pengujian
Senter I [A]
330 Ω 2 k Ω 10 k Ω
on 14m 2.3m 0.5m
off 32µ 25µ 0.05µ
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan memberikan cahaya dan tidak memberikan
cahaya pada phototransistor dengan nilai resistansi R pada rangkaian bernilai 330
Ω, 2 kΩ, dan 10 kΩ. Lalu arus yang melalui phototransistor diukur menggunakan
multimeter analog.
Dari hasil pengujian didapat bahwa phototransistor bekerja sebagai sakelar
yang dikendalikan oleh cahaya. Ketika diberi cahaya arus yang melalui
phototransistor maksimal sesuai dengan nilai resistor yang dipasang, dan arus
akan bernilai minimal atau kecil sekali ketika tidak diberi cahaya. Terbukti bahwa
phototransistor adalah switching device yang dikendalikan oleh cahaya.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa phototransistor bekerja
layaknya transistor pada umumnya yaitu sebagai sakelar elektronik, namun arus
basis yang biasanya sebagai pengendali sakelar disini perannya digantikan oleh
cahaya. Ketika diberi cahaya maka arus dapat melalui phototransistor tersebut.
Sebaliknya ketika tidak diberi cahaya maka arus tidak dapat melaluinya, ini
dibuktikan oleh hasil praktikum bahwa arusnya kecil sekali mendekati nol.
PRAKTIKUM 4
PENGUJIAN KARAKTERISTIK
PTC DAN NTC
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik dari PTC (Positive Temperature Coefficient) dan
NTC (Negative Temperature Coefficient) dengan memahami perubahan nilai
resistansi pada kedua komponen terebut sebelum dan sesudah dipanaskan.
2. Pendahuluan
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi
oleh suhu. Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya
adalah tahanan yang berkaitan dengan panas. Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature
Coefficient).
Seperti namanya, nilai resistansi NTC akan turun jika suhu disekitar NTC
tersebut tinggi (berbanding terbalik / negatif). Sedangkan untuk PTC, semakin
tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula
nilai resistansinya (berbandi lurus / positif).
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 PTC 10 Ω 1 Buah2 NTC 10 kΩ 1 Buah3 Solder 1 Buah4 Multimeter Digital 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Hubungkan probe multimeter pada kaki-kaki PTC dan NTC, lalu ukur
resistansinya.
3. Dekatkan mata solder yang panas ke PTC dan NTC selama 5 detik, lalu
ukur resistansinya
3.4 Hasil Pengujian
Jenis ThermistorNilai Hambatan [Ω]
Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
PTC 10 18000
NTC 8600 35
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan cara mengukur resistansi dari PTC dan NTC
sebelum dan sesudah dipanaskan. Pemanasan dilakukan dengan cara mendekatkan
mata solder ke PTC dan NTC.
Pada pengujian PTC, sebelum dipanaskan (pada suhu ruangan) nilai
resistansinya sangat kecil seperti tertera pada tabel hasil pengujian, lalu setelah
dipanaskan nilai resistansinya naik sampai cukup besar. Ini membuktikan bahwa
karakteristik PTC yaitu semakin tinggi suhu disekitarnya maka semakin tinggi
pula nilai resistansinya.
Pada pengujian NTC, sebelum dipanaskan (pada suhu ruangan) nilai
resistansinya besar sesuai dengan spesifikasinya, lalu setelah dipanaskan nilai
resistansinya turun mendekati nol. Ini membuktikan bahwa karaktristik NTC yaitu
semakin tinggi suhu disekitarnya maka semakin rendah nilai resistansinya.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa nilai resistansi dari Thermistor
PTC (Positive Temperature Coefficient) berbanding lurus dengan nilai suhu
sekitarnya. Sedangkan Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) nilai
resistansinya berbanding terbalik dengan nilai suhu sekitarnya.
PRAKTIKUM 5
PENGUJIAN KARAKTERISTIK
LM35
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik LM35 dengan memahami perubahan nilai resistansi
pada komponen tersebut sebelum dan sesudah dipanaskan.
2. Pendahuluan
Sensor termal berupa IC LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki
fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan. IC LM35 adalah sebagai sensor suhu yang terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit. Sensor ini mempunyai koefisien sebesar 10 mV/°C yang
berarti bahwa setiap kenaikan suhu 1°C maka akan terjadi kenaikan tegangan
sebesar 10 mV. LM35 tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetilan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius. Pada
komponen ini mempunyai jangkauan (range) pengukuran suhu yang cukup besar,
dari suhu –55°C sampai 150°C, serta tingkat ketelitian pengukuran cukup tinggi.
Setiap perubahan suhu 1°C tegangan keluaran berubah sebesar 0,01 volt (10 mV).
Komponen ini bekerja pada arus 450 mA sampai 5 mA serta mempunyai
impedansi masukan kurang dari 1W.
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 IC LM35 1 Buah2 Resistor 2 kΩ 1 Buah3 Multimeter Digital 1 Buah4 Solder 1 Buah5 DC Power Supply 5 V 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada rancangan rangkaian pengujian.
3. Dengan nilai Vs = 5 V; R1 = 2 kΩ, ukur nilai Vout (pada suhu ruang ±
27ºC).
4. Dekatkan mata solder yang panas ke LM35 selama 5 detik, lalu ukur nilai
Vout.
3.4 Hasil Pengujian
Jenis TranduserNilai Vout [V]
Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
LM35 0.265 0.43
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai tegangan keluaran dari LM35
pada suhu ruang ± 27ºC dan saat komponen dipanaskan dengan cara mendekatkan
mata solder yang panas ke LM35.
Dari hasil pengujian terbukti pada suhu ruang output tegangan dari LM35
bernilai 0,265 V, mengingat suhu ruang adalah ± 27ºC dan pada teori LM35
memberikan output 10 mV/ ºC. Lalu ketika sesudah dipanaskan output naik
menjadi 0,43 V, ini membuktikan bahwa LM35 bekerja dengan baik, apabila
disesuaikan dengan teori maka suhu komponen tersebut sekarang adalah 0,43/10m
= 43 ºC. Ini juga membuktikan bahwa LM35 sangat baik untuk diaplikasikan
sebagai pembaca nilai suhu.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa Tranduser LM35 nilai
outputnya berbanding lurus dengan perubahan suhu disekitarnya. Pada suhu ruang
± 27ºC nilai output LM35 adalah 0,265 V, terbukti sesuai spesifikasinya yaitu ≈
10mV/ ºC. LM35 terbukti sangat baik untuk diaplikasikan sebagai pembaca nilai
suhu.
PRAKTIKUM 6
PENGUJIAN KARAKTERISTIK
POTENSIOMETER
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik potensiometer dengan memahami perubahan nilai
resistansinya.
2. Pendahuluan
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk
dan Simbolnya.
Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer Sebuah Potensiometer (POT) terdiri
dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di
kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah
Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur
elemen resistif (Resistive).
Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur
naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen Resistif pada
Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan
Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Potensiometer 10 kΩ 1 Buah2 Multimeter Analog 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada rancangan rangkaian pengujian.
3. Ukur resistansi pada kaki 1-2 dan kaki 2-3 potensiometer tersebut.
3.4 Hasil Pengujian
UraianPengujian nilai putaran
0 1/4 1/2 3/4 1
Kaki 1-2 diputar clockwise
1.3 Ω 2.48 kΩ 5.05 kΩ 7.66 kΩ 10 kΩ
Kaki 2-3 diputar clockwise
10 kΩ 7.69 kΩ 5.13 kΩ 2.54 kΩ 1.3 Ω
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai resistansi dari potensiometer,
pada kaki 1-2 dan 2-3, dan diputar searah jarum jam sebesar 0, ¼, ½, ¾, dan 1
putaran.
Dari hasil pengujian terbukti bahwa nilai resistansi dari potensiometer berubah
sesuai dengan besar putarannya. Untuk kaki 1-2 semakin besar putarannya
(clockwise) maka semakin besar nilai resistansinya menuju nilai maksimal sesuai
spesifikasi, sebaliknya untuk pengukuran pada kaki 2-3 semakin besar putarannya
(clockwise) maka semakin kecil nilai resistansinya. Jika mengukur kaki 1-3 maka
nilainya konstant yaitu nilai maksimal.
5. Kesimpulan
Dari hasil dan analisa pengujian dapat disimpulkan bahwa potensiometer nilai
resistansinya dapat dirubah dengan memutar wiper pada komponen tersebut.
Untuk pengukuran kaki 1-2 dan 2-3 nilai resistansinya berubah sesuai nilai
putarannya namun nilai keduanya akan saling mengurangi sehingga jika
dijumlahkan akan senilai resistansi maksimumnya. Namun untuk pengukuran
pada kaki 1-3, nilai yang didapat adalah nilai resistansi maksimum secara
konstant.
PRAKTIKUM 7
PENGUJIAN KARAKTERISTIK
RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN
1. Tujuan
Mengetahui karakteristik pembagi tegangan dengan/tanpa beban dan tanpa
menggunakan voltage-follower.
Mengetahui karakteristik pembagi tegangan dengan/tanpa beban dan
menggunakan voltage-follower.
2. Pendahuluan
2.1 Rangkaian Pembagi Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan berfungsi membagi tegangan input menjadi
beberapa bagian tegangan output. Pada contoh rangkaian diatas, tegangan input
Vin dibagi menjadi dua buah tegangan yaitu tegangan V1dan tegangan V2.
Berdasarkan hukum ohm dapat diketahui bahwa nilai V1 sama dengan kuat arus
(I) kali Resistor (R1) dan V2 sama dengan kuat arus (I) kali Resistor (R2).
Sedangkan nilai I adalah tegangan Vin dibagi resistor total (Rtotal) yang
merupakan hasil dari resistor R1 ditambah resistor R2.
V1 = I * R1 —-> I = V1/R1 (rumus 1)
V2 = I * R2 —-> I = V2/R2 (rumus 2)
I = Vin / (R1 + R2) (rumus 3)
Dari ketiga rumus diatas dapat diperoleh rumus mencari V2 tanpa menghitung
kuat arus lebih dulu, yaitu dengan mensubstitusikan rumus 1 dan rumus 2 pada
rumus 3.
I = Vin / (R1+R2)
V1/R1 = Vin / (R1+R2)
V1 = R1 * Vin / (R1+R2) atau lazim ditulis seperti ini :
dengan cara yang sama dapat dicari rumus tegangan v2 berikut ini :
I = Vin / (R1+R2)
V2/R2 = Vin / (R1+R2)
V2 = R2 * Vin / (R1+R2) atau lazim ditulis seperti ini :
Aplikasi rangkaian pembagi tegangan dapat dijumpai pada rangkaian penguat
transistor dengan bias pembagi tegangan. Selain itu pembagi tegangan dapat
dijumpai pada teori rangkaian Thevenin.
2.2 Rangkaian Voltage-Follower
Rangkaian voltage-follower atau sering dikenal sebagai rangkaian buffer
adalah suatu rangkaian yang memiliki fungsi untuk menyangga suoaya dihasilkan
tegangan keluaran yang sama besarnya maupun tandanya dengan tegangan
masukan, seperti ditunjukka pada gambar dibawah ini.
3. Pengujian
3.2 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Resistor 2 kΩ 3 Buah2 IC LM741 1 Buah3 DC Power Supply 5 V 1 Buah4 Multimeter Digital 1 Buah
3.3 Rangkaian Pengujian
Tanpa menggunakan voltage-follower
Tanpa Beban Dengan Beban
Menggunakan voltage-follower
Tanpa beban Dengan Beban
3.4 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada rancangan rangkaian pengujian.
3. Tanpa menggunakan voltage-follower, ukur nilai Vout saat tanpa/dengan
beban.
4. Menggunakan voltage-follower, ukur nilai Vout saat tanpa/dengan beban.
3.5 Hasil Pengujian
Rangkaian Vout [Volt]
Tanpa Menggunakan Voltage Follower
Tanpa beban 2.5
Dengan Beban 1.6
Menggunakan Voltage Follower
Tanpa beban 2.5
Dengan Beban 2.5
4. Analisa
Pengujian dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran pada masing-
masing rangkaian pembagi tegangan. Rangkaian pertama tanpa menggunakan
voltage follower, diukur dengan/tanpa beban. Rangkaian kedua menggunakan
voltage follower, diukur dengan/tanpa beban.
Dari hasil pengujian rangkaian pertama terbukti bahwa ketika dipasangkan
beban tegangan terbagi ke beban sehingga Vout lebih kecil nilainya jika
dibandingkan dengan tanpa beban. Kondisi ini tidak cocok untuk diaplikasikan
pada sistem elektrikal yang membutuhkan tegangan maksimal walaupun ada
beban.
Rangkaian kedua menambahkan rangkaian voltage-follower sebelum beban.
Ini dilakukan dengan tujuan tegangan menuju ke beban tidak terbagi dan tetap
akan maksimal. Dari hasil pengujian terbukti bahwa Vout ketika tanpa beban dan
dengan beban sama besar nilainya. Dengan begini penambahan voltage follower
cocok untuk sistem elektrikal yang membutuhkan tegangan maksimal walaupun
ada beban.
5. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa rangkaian pembagi tegangan
menyebabkan tegangan terbagi ke beban sehingga terjadi drop tegangan
dibandingkan dengan tanpa beban. Solusinya yaitu penambahan rangkaian
voltage-follower sebelum ke beban, dengan rangkaian tersebut tidak akan terjadi
drop tegangan atau pembagian tegangan sehingga nilai Vout ketika dengan beban
maupun tanpa beban bernilai sama besar.
Mengetahui karakteristik rangkaian span and zero untuk diaplikasikan pada
sensor.
2. Pendahuluan
Rangkaian span and zero terdiri dari dua inverting amplifier yang dapat
mengkonversi sinyal DC level tertentu (dalam hal ini keluaran sensor) ke level
yang kita inginkan untuk diolah lagi oleh controller, display, atau komputer.
Berikut rangkaian span and zero.
Rangkaian Span and Zero
Definisi mx + c
Sinyal yang harus dikondisikan adalah sinyal input, Ein. Sinyal tersebut menerima
gain senilai –Rf/Ri. Tegangan referensi, ± V, adalah input lainnya yang menerima
gain senilai –Rf/Ros. Jadi output dari IC1 adalah.
Eout1 = (-Rf/Ri) Ein + (-Rf/Ros) V …………….. (1)
Lalu sinyal diteruskan oleh inverting amplifier dengan gain -1.
Eout2 = (Rf/Ri) Ein + (Rf/Ros) V ……………… (2)
Komparasikan kedalam persamaan ekivalen berupa persamaan linier,
y = mx + c ……………………… (3)
y adalah variabel dependen dan x adalah variabel independen.
m = R f/R i slope or gain or span
b = (R f/Ro s)V intercept or offset or zero
3. Pengujian
3.1 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Resistor 2 kΩ 1 Buah2 Resistor 10 kΩ 2 Buah3 Resistor 470 Ω 2 Buah4 IC LM741 2 Buah5 DC Power Supply -0,5 – 0,5 V 1 Buah6 DC Power Supply 2,5 V 1 Buah7 DC Power Supply 15 V dan -15 V 1 Buah8 Multimeter Digital 1 Buah
3.2 Rangkaian Pengujian
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada rancangan rangkaian pengujian.
3. Sett V+ = +15 V; V- = -15 V; Voff = 2,5 V.
4. Pasang Vin 0,2 – 0,5 V, ukur Vout.
3.4 Hasil Pengujian
No. Vin [V] Vout [V]
1 0.2 3.472
2 0.3 3.952
3 0.4 4.46
4 0.5 4.97
4. Analisa
Rangkaian span and zero merupakan rangkaian pengubah nilai range dan
level dari suatu tegangan input ke nilai yang diinginkan. Untuk aplikasi disini
yaitu input sensor yang akan di ubah menjadi output yang sesuai TTL sehingga
akan lebih mudah lagi diolah untuk pengendali dan sebagainya.
Dalam kasus ini output sensor memberikan range -0,5 – 0,5 V, dan akan
diubah menjadi 0 – 5 V (TTL). Untuk itu sinyal dari sensor perlu dikuatkan lalu di
offset menuju posisi yang sesuai. Input sensor memiliki range 1 V, jadi
penguatannya yaitu senilai 5. Setelah dikuatkan range output sensor menjadi -2.5
V – 2.5 V. Dengan begitu diberi offset + 2,5 agar outputnya menjadi 0 – 5 V.
Untuk melakukan persamaan aritmatika tersebut, maka digunakan rangkaian
span and zero yang terdiri dari rangkaian adder dan inverter. Rangkaian adder
digunakan untuk mendapatkan range yang diinginkan, namun nilainya masih
terinversi sehingga ditambahkanlah rangkaian inverter untuk mengembalikan
polaritasnya ke nilai semula.
Langkah utama dalam perancangan sistem yaitu menentukan komponen yang
akan digunakan beserta nilainya. Untuk kasus ini, dibutuhkan penguatan sebesar 5
maka resistor yang akan digunakan yaitu senilai,
m = R f/R i slope or gain or span m = 5
jika Rf ditentukan 10 kc maka didapat Ri = 2 kΩ.
Lalu dibutuhkan tegangan offset senilai 2,5, maka resistor yang digunakan senilai,c = Rf/Roff intercept of offset or zero c = 2,5
nilai Rf sudah ditentukan 10 kΩ maka didapat Roff = 10 kΩ.
Dan nilai Voff = 2,5 V.
Seluruh komponen sudah dirancang beserta nilainya, langkah selanjutnya
yaitu pengujian rangkaian. Dari hasil pengujian yang tertera pada tabel
menunjukan bahwa hasil perhitungan dengan hasil praktikum cukup akurat.
Output yang dihasilkan dari input senilai 0,5 V adalah senilai 4,97 V, ini
membuktikan bahwa rangkaian yang telah dirancang menunjukan keberhasilan
tinggi, dimana output yang dibutuhkan adalah 5 V dan nilai pengukuran sangat
mendekati.
5. Kesimpulan
Rangkaian span and zero merupakan rangkaian penguat sinyal sekaligus
memberikan offset menuju output yang kita inginkan. Fungsi linier y = mx + c
dilakukan oleh rangkaian adder, namun nilainya masih terinversi, jadi
ditambahkan rangkaian inverter untuk mengembalikan nilai ke polaritas yang
sama seperti input.
PRAKTIKUM 9
APLIKASI NTC SEBAGAI SENSOR SUHU
1. Tujuan
Dapat mengaplikasikan Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient)
sebagai sensor suhu.
2. Pendahuluan
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dipengaruhi
oleh suhu. Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya
adalah tahanan yang berkaitan dengan panas. Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature
Coefficient).
Seperti namanya, nilai resistansi NTC akan turun jika suhu disekitar NTC
tersebut tinggi (berbanding terbalik / negatif). Sedangkan untuk PTC, semakin
tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula
nilai resistansinya (berbandi lurus / positif).
Karakterisitik yang dimiliki oleh NTC menyebabkan komponen ini cocok untuk
dijadikan sample aplikasi sebagai sensor suhu sederhana
3. Perancangan Aplikasi
3.2 Peralatan dan Komponen yang digunakan
No. Nama Peralatan / Komponen Spesifikasi Jumlah
1 Resistor 2 kΩ 1 Buah2 Potensiometer 10 kΩ 1 Buah3 NTC 10 kΩ 1 Buah4 IC LM741 1 Buah
5 LED Hijau 5 mm 1 Buah6 DC Power Supply 5 V 1 Buah7 Multimeter Digital 1 Buah
3.2 Rangkaian Aplikasi
3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan peralatan dan komponen yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian seperti pada rancangan rangkaian pengujian.
3. Sett V+ = +15 V; V- = -15 V
3.5 Hasil Pengujian
No. Vin [V] Vout [V]
1 0.2 3.472
2 0.3 3.952
3 0.4 4.46
4 0.5 4.97
4. Analisa
4. Kesimpulan